Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH

LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA

PAPER REVIEW KEPENDUDUKAN

(TEORI MALTUS, THE POPULATION BOMB DAN LIMIT TO GROWTH)

Program Studi Ilmu Lingkungan


Program Magister Pengelolaan Lingkungan

Oleh:

JULIANTI PUJI ASTUTI


NIM: 16/404997/PMU/08884

Dosen Pengampu :
Dr. Agus Joko Pitoyo, M.A

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2017
PENDAHULUAN

Pertumbuhan populasi dunia terjadi begitu cepat dari masa ke masa. Bumi merupakan
satu-satunya planet yang menjadi tempat tinggal manusia semakin padat menampung jutaan
kelahiran bayi tiap harinya. Pertumbuhan populasi yang tidak terkendali akan menyebabkan
kepadatan penduduk. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi, karena program menahan laju
pertumbuhan penduduk yang belum berhasil.
Pengetahuan tentang kependudukan adalah penting untuk lembaga-lembaga swasta
maupun pemerintahan baik di tingkat nasional maupun daerah. Perencanaan-perencanaan
tentang pendidikan, perpajakan, dan perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang dan
jasa, jalan, rumah-rumah sakit, pusat-pusat pertokoan dan pusat-pusat rekreasi akan menjadi
lebih tepat apabila kesemuanya di dasarkan pada data kependudukan. Pertumbuhan penduduk
merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan
kekuatan-kekuatan yang menguangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk akan
di pengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir ( menambah jumlah penduduk ), tetapi secara
bersamaan pula akan di kurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur
Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan mempunyai masalah
kependudukan yang sangat serius disertai dengan, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar
disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak
merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal , tetapi juga akan merupakan beban
dalam pembangunan.
Pertambahan jumlah penduduk karena jumlah kelahiran yang ternyata jauh melebihi
jumlah kematian. Selain itu mungkin di sebabkan karena sarana pengendalian risiko kematian
kian lama kian berhasil di tingkatkan sedangkan penurunan angka kelahiran yang sangat
lambat. Selain itu pertambahan penduduk mungkin juga di tujukan untuk mencapai
pertambahan alamiah dengan cara meningkatkan angka kelahiran yang lebih tinggi. Sudah
tentu pertumbuhan alamiah merupakan sumber pertambahan di dunia sebagai suatu ke
seluruhan dan mungkin juga di beberapa daerah tertentu.
Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak bahkan
menempati lima besar penduduk terbanyak di dunia. Persentase jumlah penduduk tiap tahun
terus mengalami peningkatan, ini terlihat pada tahun 1990, jumlah penduduk 179.381 juta
jiwa, sedangkan pada tahun 1995 menunjukkan angka jumlah pertumbuhan penduduk sebesar
194.755. dengan laju prtumbuhan berkisar 15.374 juta jiwa dengan persentase sebesar 8.57
persen dari tahun 1990. Pada tahun tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia menunjukkan
angka sebesar 205.135 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 10.380 juta jiwa atau
sebesar 5.33 persen dari tahun 1995. Sedangkan untuk tahun 2005, jumlah penduduk
Indonesia sebesar 218.869 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.01 juta jiwa
atau sebesar 0.47 persen dari tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk
Indonesia mencapai 228 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2.881 atau
sebesar 1,28 persen dari tahun 2007. Untuk periode 2000 2008 laju pertumbuhan penduduk
pertahun di proyeksikan 1,26 persen (Candra, 2011)
Penurunan laju pertumbuhan penduduk per tahun pada tiga dekade terakhir
berhubungan dengan penurunan tingkat fertilitas. Penurunan tingkat fertilitas ini merupakan
dampak dari keberhasilan program Keluarga Berencana (KB). Progam KB mulai dicanangkan
pada tahun 1971. Pada awalnya program KB hanya mencakup Pulau Jawa dan Bali, baru pada
tahun delapan puluhan program KB mencakup seluruh provinsi. Oleh karena itu, pengaruh
program KB dalam penurunan tingkat fertilitas baru terlihat pada tahun delapan puluhan,
begitu juga penurunan laju pertumbuhan penduduk (Candra, 2011)
Pertambahan penduduk yang terus menerus itu, memang banyak menjadi beban bila
tidak diimbangi dengan penduduk yang berkualitas. Pertambahan penduduk juga dapat
mengeksploitasi sumber daya alam oleh manusia. Semua itu dapat dihubungkan dengan
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan dasar penduduk seperti pangan, perumahan,
kesempatan kerja, fasilitas kesehatan, gizi, pendidikan dan sandang.
Kependudukan merupakan masalah nasional yang berdampak kepada masyarakat luas,
di satu sisi bahwa penduduk yang besar merupakan modal dalam pembangunan, karena disitu
terdapat jumlah angkatan kerja yag cukup besar pula. Di lain pihak bahwa penduduk yang
besar merupakan beban pemerintah dalam kaitannya kebutuhan hidup baik primer maupun
sekunder demikian juga ledakan penduduk dapat mempengaruhi terhadap lingkungan yang
ada.
Pertumbuhan penduduk dengan segala permasalahannya akan sangat berpengaruh
terhadap sumber daya alam (SDA) baik secara kuantitaf maupun kualitatif terutama terhadap
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini akan memberi dampak eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan .

TINJAUAN EMPIRIS

Setiap daerah memiliki penduduk dimana penduduk tersebut memiliki karakteristik


yang berbeda-beda. Dalam cakupannya penduduk tersebut saling berhubungan antara satu
dan lainnya, sehingga mereka dikatakan mahluk sosial.
Penduduk adalah orang atau individu yang tinggal atau menetap di suatu daerah
tertentu dalam jangka waktu yang lama, sedangkan pertumbuhan penduduk adalah keadaaan
yang dinamis antara penduduk yang bertambah dan jumlah penduduk yang berkurang.
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kelahiran,
kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Faktor dominan yang mempengaruhi jumlah
penduduk di Indonesia adalah kelahiran dan kematian, karena migrasi masuk, dan migrasi
keluar sangat rendah. Faktor faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat
dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi
diantaranya struktur umur, status perkawinan, umur kawin pertama, sedangkan faktor non
demografi antara lain keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status
wanita, urbanisasi, dan industrialilasi.
Pada makalah ini penulis menggunakan beberapa penelitian terkait dengan penelitian
yang sebelumnya pernah di lakukan yang menjadi tinjauan studi, yakni sebagai berikut:
a) People, Environtment and Futere sebuath Tinjauan Atas Kesimpulan Pesimis
mengenai Lingkungan Hidup dan Masa Depan manusia, Antonius 2012
Jumlah penduduk dunia bertambah terus, yang berarti kebutuhan dalam banyak hal
akan semakin bertambah juga. Dan inilah sumber masalah yang bermunculan kemudian,
karena jumlah penduduk dan berbagai kebutuhannya bertambah terus, sementara sumber-
sumber daya alam yang mutlak diperlukan untuk mendukung keberlangsungannya, tidak
demikian. Dari masalah tersebut itu muncullah masalah yang tidak bisa dihindari, yakni
masalah lingkungan hidup yang semakin memberatkan kelangsunghan hidup manusia.
Inilah masalah utama yang saling berkaitan, yang menjadi sumber bagi munculnya
masalah-masalah berikutnya, yang merupakan konsekuensi dari upaya-upaya
mempertahankan diri dari situasi yang semakin memberatkan itu. Terjadilah perang,
sebuah bentuk tindakan untuk memperebutkan tempat dan sumber daya alam yang masih
tergolong banyak tersedia di berbagai kawasan dunia. Muncul keinginan untuk menguasai
negara-negara lain yang memiliki banyak sumber daya alam namun masih belum mampu
memanfaatkannya secara optimal. Terutama negara-negara maju yang memiliki kekuatan
dalam banyak hal melakukan berbagai taktik untuk secara langsung maupun tidak langsung
memperkuat pengaruhnya atas negara-negara yang baru berkembang dan negara miskin,
khususnya dengan maksud untuk mengontrol sumber daya alamnya. Untuk bisa
mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber-sumber daya alam itu, dikembangkanlah
berbagai teknologi yang memiliki kemampuan yang semakin canggih, yang digunakan
untuk bisa menguras apa saja yang disediakan oleh alam demi pemenuhan kebutuhan dan
keinginan manusia. Dari situ timbul masalah lain yang tidak bisa dihindarkan yakni
dampak-dampak negatif, bencana mengerikan yang dibawa serta oleh teknologi itu sendiri,
baik bagi lingkungan itu sendiri, dan lebih-lebih bagi kehidupan manusia. Dengan
eksploitasi yang semakin tidak terkendali itu daya dukung sumber daya alam semakin
berkurang, dan pada akhirnya akan menjadi habis, dan inilah bencana serius bagi
kelangsungan hidup manusia. Maka dari itu dalam konsep pembangunan maka haruslah
pembangunan yang berkelanjutan dimana bahwa pembangunan tidak hanya untuk saat ini
namun juga untuk yang akan datang. Manusia memiliki peranan penting dalam
mengendalikan pembangunan ini baik dalam perencenaan, pemanfaatannya serta
pengendaliannya.

b. Pengaruh PDB dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di Indonesia, Jurnal


Paradima ( Candra, 2011)
Jumlah penduduk adalah salah satu indikator penting dalam suatu Negara. Para ahli
ekonomi klasik yang di pelopori Adam smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk
merupakan input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk
meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak penduduk maka
semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan. Namun ahli ekonomi lain yaitu
Robert Malthus menanggap bahwa pada kondisi awal jumlah penduduk memang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun pada suatu keadaan optimum pertambahan
penduduk tidak akan menaikkan pertumbuhan ekonomi malahan dapat menurunkannya.
c) Analisis Dampak Penduduk terhadap Kualitas Hidup Msyarakat Prvinsi Jawa
Tengah , Jurnal Ilimiah Untag Semarang (Charis dkk,2011)

Kuantitas atau jumlah penduduk dapat sebagai potensi maupun menjadi beban bagi
suatu negara, akan menjadi potensi apabila jumlah penduduk seimbang dengan sumber
daya yang lain serta mempunyai kualitas hidup tingkat kesejahteraan penduduk dalam
suatu wilayah tertentu. Kualitas hidup manusia atau masyarakat dipengaruhi oleh banyak
hal, diantaranya adalah kepadatan penduduk, ketersediaan fasilitas-fasilitas yang
disediakan oleh negara untuk kesejahteraan masyarakat, pola hidup yang dianut oleh
masyarakat, norma yang berlaku di suatu daerah dan lain-lain. Dalam kenyataannya,
kapadatan penduduklah yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat,
sebab adanya kepadatan penduduk yang tinggi akan banyak menimbulkan berbagai
masalah yang berhubungan dengan masalah kependudukan misalnya kemiskinan,
perumahan, lapangan pekerjaan dan lain-lain. Adanya permasalahan yang timbul tersebut
akan membawa dampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat

TINJAUAN TEORI
Pertambahan penduduk adalah jumlah penduduk di akibatkan karena jumlah kelahiran
yang ternyata jauh melebihi jumlah kematian. Selain itu mungkin di sebabkan karena sarana
pengendalian risiko kematian kian lama kian berhasil di tngkatkan sedangkan penurunan
angka kelahiran yang sangat lambat. Selain itu pertambahan penduduk mungkin juga di
tujukan untuk mencapai pertambahan alamiah dengan cara meningkatkan angka kelahiran
yang lebih tinggi. Sudah tentu pertumbuhan alamiah merupakan sumber pertambahan di dunia
sebagai suatu ke seluruhan dan mungkin juga di beberapa daerah tertentu. (Nilatus, 2014)
Faktor-faktor penyebab terjadinya ledakan penduduk antara lain adalah : 1) jumlah
penduduk yang besar; 2) pertumbuhan penduduk yang cepat; 3)penyebaran penduduk yang
tidak merata; 4) banyaknya yang menikah di usia dini.; 5) program kb belum terlaksana dengan
baik; 6) menurunnya angka kematian yang disebabkan oleh peningkatan perkembangan dalam
bidang kesehatan atau medis; 7) banyak penduduk desa yang urbanisasi. Masih tingginya laju
pertumbuhan penduduk mengakibatkan masalah kependudukan menjadi masalah yang urgen
dan harus segera ditangani. Banyak faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk,
antara lain faktor demografi dan faktor non demografi.
Faktor faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk didominasi
oleh determinan demografi yakni:
1) Natalitas/Fertility (Kelahiran); Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan
dengan pengukuran mortalitas karena seorang wanita hanya mati satu kali tetapi ia dapat
melahirkan lebih dari seorang bayi. Di samping itu seseorang yang telah mati pada hari
dan waktu tertentu tidak mempunyai resiko kematian yang ke dua kali. Sebaliknya
seorang wanita yang melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari wanita
tersebut berhenti. Kompleksnya pengukuran fertilitas juga disebabkan karena keterlibatan
dua orang (suami dan istri). Masalah yang lain yang di jumpai dalam pengukuran fertilitas
adalah tidak semua wanita mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan
beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumahtangga juga pada wanita
yang bercerai atau menjanda. Suatu kelahiran disebut dengan lahir hidup (live birth)
apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan seperti berteriak, bernafas,
jantung berdenyut. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut
lahir mati (still birth) yang dalam ilmu demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa
kelahiran. Kadang kala ada yang menyebut Fertility sama dengan Fecundity. Fecundity
adalah kemampuan biologis wanita untuk menghasilkan anak lahir hidup.
2) Mortality (Kematian) sebagai salah satu variabel demografi yang sangat penting sebagai
barometer tinggi rendahnya tingkat kesehatan penduduk dari suatu daerah. Yang
dimaksud dengan mortalitas adalah peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan
seseorang secara pernanen yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Mantra, 2002)
. Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan matihanya bisa terjadi kalau sudah terjadi
kelahiran hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada kalau tidak ada kehidupan.
Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup. Penerapan angka kematian bayi
dipakai sebagai angka probabilitas untuk mengukur resiko kematian dari seseorang atau
bayi dari saat kelahirannya sampai menjelang ulang tahunnya yang pertama. Apabila
suatu penduduk mempunyai angka kematian bayi 200 per 1.000 kelahiran hidup ini berarti
bahwa probabilitas mati seorang bayi yang baru lahir pada penduduk tersebut sebelum
mencapai ulang tahunnya pertama adalah 20 %. Bila diterapkan secara agregate maka dari
1.000 kelahiran 200 diantaranya mati pada usia sebelum usia ulang tahun pertama. Usia
yang dicapai sebelum terjadinya kematian merupakan harapan hidup dari seorang
penduduk. Harapan hidup merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan sosial
ekonomi secara umum. Harapan hidup didefiniskan sebagai ratarata tahun hidup yang
masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tersebut dalam situasi
mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Sebagai contoh angka harapan
hidup lima tahun berarti rata-rata tahun hidup pada masa yang akan datang dijalani oleh
mereka yang telah mencapai usia lima tahun.
3) Migrasi (Perpindahan Penduduk) : Todaro ( 2005) menyatakan migrasi merupakan suatu
proses yang sangat selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,
sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor
ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut
tidak hanya terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga
pada migrasi antar negara. Menurut Mantra (2000) Migrasi adalah perpindahan penduduk
dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Sedangkan mobilitas non permanen merupakan gerakan penduduk dari satu tempat ke
tempat lain tidak dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan Zelinsky (Mantra).
Mobilitas penduduk horizontal atau geografis meliputi semua gerakan (movement)
penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu (Mantra 2000).
Batas wilayah yang digunakan adalah batas administratif.
Mobilitas penduduk ada dua yakni mobilitas permanen dan non permanen yang disebut
mobilitas serkuler. Teori-teori migrasi awal didasarkan pada tenaga kerja surplus, tingkat
pertumbuhan yang bersifat tetap dan penciptaan lapangan kerja serta berbagai teori ini melihat
migrasi keluar merupakan suatu trauma sosial. Sedangkan teori baru menyadari bahwa migrasi
bila didorong oleh kekuatan ekonomi merupakan suatu proses yang positif dan selektif.
Dengan kemajuan dalam bidang teknologi dan infrastruktur transportasi, mobilitas tenaga
kerja terus meningkat. Migrasi tenaga kerja mendorong pertumbuhan. Dalam lingkup
domestik, menunjukkan bahwa migrasi tenaga kerja menyumbang bagi pertumbuhan agregat
dengan cara memperbaiki distribusi tenaga kerja yang lalu mendorong konsentrasi
Dengan terjadinya pengelompokkan keterampilan dan talenta yang dimiliki oleh tenaga
kerja dapat menciptakan limpahan aglomerasi ke daerah lain. Beberapa faktor non ekonomis
yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah: 1) faktor sosial termasuk
keinginan para migran untuk melepaskan diri dari kendala-kendala tradisional yang
terkandung dalam organisasi-organisasi sosial yang sebelumnya mengekang mereka; 2) faktor
fisik termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis seperti banjir dan kekeringan. 3)
faktor demografi termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju
pertumbuhan penduduk suatu tempat; 4) faktor kultural termasuk pembinaan kelestarian
hubungan keluarga besar yang berada pada tempat tujuan migrasi; 5) faktor komunikasi
termasuk kualitas seluruh sarana transportasi, sistem pendidikan yang cenderung berorientasi
pada kehidupan kota. Semakin maju kondisi sosial ekonomi suatu daerah akan menciptakan
pull factor seperti perkembangan industri, perdagangan, pendidikan, perumahan dan
transportasi. Kondisi ini diminati oleh penduduk daerah lain yang berharap dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Pada sisi lain setiap daerah mempunyai faktor pendorong (push
factor) yang menyebabkan sejumlah penduduk migrasi ke luar daerahnya.
Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus
dipenuhi dari alam atau lingkungan. Jika pertumbuhan penduduk jauh melebihi pertumbuhan
tersedianaya aumber daya alam, maka akan terjadi pengurasan sumber daya alam secara besar
besaran untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan akan menyebabkan semamkin
tingginya pencemaran lingkungan akibat proses produksi maupun konsumsi. (Sutikno,2006).
Menurut Gatot, 1996 lingkungan adalah ruang dimana baik makhluk hidup maupun
tidak hidup berada dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi baik secara fisik maupun non
fisik sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup tersebut khususnya
manusia. Dari pengertian lingkungan yang dikemukakan itu, manusia adalah subyek
lingkungan berpotensi untuk mengeksploitasi dan eksplorasi lingkungan
Dalam rangka pemenuhan berbagai macam kebutuhannya, manusia
menyelenggarakan suatu kegiatan yang disebut dengan pembangunan. Dengan pembangunan
ini, manusia mencoba untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan seluruh potensi dan sumber
daya alam, kemudian memberikan berbagai nilai tambah atas pemanfaatan sumber daya
tersebut, sehingga pada gilirannya kepuasan manusia dapat tercapai secara optimal pula.
Namun, satu hal yang seringkali dilupakan oleh manusia adalah bahwa alam dan seisinya
semakin lama semakin berkurang daya dukungnya, sehingga eksploitasi lingkungan yang
didasarkan pada kepentingan ekonomis semata, pada suatu ketika akan menyebabkan
tergangunya keseimbangan ekologis. Kondisi seperti inilah yang menurut Djojohadikusumo
(1981 ) disebut sebagai krisis lingkungan, yakni gejala akibat kesalahan atau kekurangan
dalam pola dan cara pengelolaan sumber kebutuhan hidup manusia. Gejala-gejala tersebut
dianggap sebagai tekanan krisis yang membahayakan kelangsungan hidup manusia, seperti
ancaman terhadap kejernihan udara dan sumber air, terhadap bahan-bahan makanan, terhadap
kelangsungan produktivitas kekayaan alam flora dan fauna, dan sebagainya.
Dalam kajian Pertumbuhan Penduduk dan Degradasi Lingkungan, ada kelompok yang
bersikap pesimis yang lahir dari ekonom klasik dan ahli ilmu alam. Degradasi lingkungan
adalah hasil dari meningkatnya tekanan penduduk terhadap basis SDA dalam rangka
memelihara atau meningkatkan standar hidup penduduk. Kelompok pesimis sangat yakin
bahwa ada ambang batas untuk ketersediaan SDA, selain itu ekosistem memiliki carrying
capacity yang sudah tertentu. Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan
adalah besarnya populasi manusia, dengan pertumbuhan populasi yang cepat,kebutuhan
pangan, bahan bakar,tempat permukiman,dan lain kebutuhan serta limbah domestic juga
bertambah dengan cepat (Soemarwoto,1994)
Vinod, 2002 mengatakan bahwa Degradasi modal alam cenderung merugikan bagi
kaum miskin, yang biasanya memiliki sedikit modal manusia dan terus bergantung pada modal
alam bagi pendapatan mereka. Karena kaum miskin tidak banyak memiliki kemungkinan
untuk mensubtitusikan asset lain bagi sumber daya alam. Sehingga degradasi lingkungan dapat
mengantarkan kepada lingkaran setan kemiskinan dan kerusakan lingkungan yang tidak dapat
dipulihkan kembali. Kemiskinan dan kerusakan lingkungan berkorelasi positif. Bahkan
keduanya memiliki hubungan kausalitas derajat polinomial. Pada derajat pertama, kemiskinan
terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan.
Pada tingkatan polinomial berikutnya, kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan yang
disebabkan karena kemiskinan periode sebelumnya.
Kesadaran pembangunan berwawasan kependudukan dilandasi oleh permasalahan
kependudukan (demografi) yang mendasar di Indonesia. Permasalahan kependudukan di
Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang masih
tinggi. Masalah kependudukan ini berdampak kepada bidang sosial, ekonomi, poltik dan
pertahanan serta keamanan. Masalah kependudukan juga dilihat dari segi kuantitas dan
kualitas. Dari segi kuantitas, jumlah penduduk yang besar berarti permasalahan dalam
kemampuan menyediakan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan dari segi kualitas melihat
dari kemampuan daya saing Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia
Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang menempatkan
isu perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sebagai titik sentral dalam
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan dimaknai sebagai
pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan
generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.

1. Teori Matlhus
Seperti diketahui pada abad ke-18 merupakan periode yang mencerminkan perubahan
iklim intelektual. Perubahan ini betul-betul berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan teori kependudukan. Paradigma yang menyebutkan daya dukung
wilayah dan jumlah penduduk yang cepat bertambah karena angka kelahiran yang sangat
tinggi. Pandangan yang menyebutkan bahwa kemampuan manusia untuk melahirkan tidak ada
batasnya, sedangkan berbagai usaha manusia untuk mencapai tata kehidupan yang lebih baik
senantiasa terhambat seperti yang disampaikan oleh Malthus. Thomas Robert Malthus (1766-
1834) merupakan orang pertama yang berhasil mengembangkan suatu teori kependudukan
yang komprehensif dan konsisten antara penduduk dan keadaan ekonomi. Hasil karyanya
sangat dipengaruhi oleh teori ekonomi dan teori kependudukan. Melalui bukunya tentang
Essay on the Principles of Population yang terbit pertama kalinya pada 1798, teori
kependudukan diperkenalkan. Buku edisi pertama menggambarkan polemik yang diarahkan
pada penulis zaman sebelumnya yang mempunyai pandangan optimis tentang kemungkinan
memberi makan pada jumlah penduduk yang bertambah cepat
Malthus membuat ramalan yang terkenal bahwa jumlah populasi akan mengalahkan
pasokan makanan, yang menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. Ia bahkan
meramalkan secara spesifik bahwa hal ini pasti akan terjadi pada pertengahan abad ke-19,
sebuah ramalan yang gagal karena beberapa alasan, termasuk penggunaan analisis statisnya,
yang memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan mutakhir dan memproyeksikannya
secara tidak terbatas ke masa depan, yang hampir selalu gagal untuk sistem yang kompleks.
Dalam esseai-nya Thomas Robert Malthus menyatakan: bahwa jumlah penduduk
cenderung untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil
dapat meningkat secara arismatik (deret hitung). Maka dari itu apabila tidak ada pembatasan
dalam jumlah penduduk maka dunia akan mengalami kelaparan hebat, dimana akan
kekurangan bahan pangan oleh karena itu harus dilakukan penguranga jumlah penduduk
dengan cara moral restrain (pengekangan diri: pengekanagn nafsu seksual,
penundaan perkawinan) Dalam Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
a) Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
b) Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Tulisan Malthus sangat menunjukan kepada ilmuwan bahwa pentingnya tentang
masalah jumlah penduduk yang besar. Pemikiran Malthus ini sangat sederhana yaitu hanya
menggunakan dua variabel saja yaitu jumlah penduduk dan jumlah pangan, padahal besarnya
jumlah penduduk tidak ditentukan oleh jumlah pangan saja.
Untuk dapat keluar dari kemelut permasalahan ini, Menurut Malthus, pembatasan
penduduk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1.Preventive checks
Merupakan pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Moral restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksual,
b) Vice merupakan pengurangan kelahiran seperti pengguguran kandungan, penggunaan
alat kontrasepsi, homoseksuil, promescuty, adultery. Bagi Malthus moral restraint
merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat-alat
kontrasepsi belum dapat diterimanya.
2. Positive checks
Adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.apabila di suatu wilayah jumlah
penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat
mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Positive checks
dapat dibagi menjadi dua, yaitu vice dan misery.
a) Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesame manusia seperti pembunuhan
anak-anak, pembunuhan orang cacat dan orang tua. Misery(kemelaratan) ialah segala
keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit dan
b) Misery seperti epidemic, bencana alam, kelaparan, kekurangan dan peperangan.
Review Kerangka Teori

1) Populasi cenderung bertambah menurut deret ukur (geometris)


a) Pertambahan penduduk yang disebutkan maltus bertambah secara geometris saat ini
bukanlah disebabkan semakin meningkatnya angka kelahiran, namun pada saat ini
adalah disebabkan penurunan tajam angka kematian bayi dan meningkatnya usia
harapan hidup karena semakin baiknya standart kehidupan seperti kesehatan, sanitasi
dan ekonomi. Hal ini berbeda dengan teori maltus yang mana pertambahan penduduk
akan menyebabkan penderitaan dan kematian.
b) Penurunan angka kelahiran
Malthus berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi akan mendorong lebih
banyak anak karena menurutnya dengan pendatapan perkapita yang semakin
meningkat maka akan mendorong memiliki banyak anak, namun pada kenyataanya
saat ini semakin pendapatan tinggi kecenderungannya akan lebih mengontrol jumlah
anak karena semakin tingginya standart hidup sehingga lebih peduli dalam mengontrol
dan merencanakan kelahiran dengan kontrasepsi salah satunya
2) Produksi makanan (sumber daya alam) cenderung bertambah menurut deret hitung
Malthus tidak menjelaskan bagaiamana tanaman dan hewan berkembang biak, padahal
kenyataan dialam bahwa tanaman dan hewan jauh lebih produktif daripada manusia untuk
dapat berkembang biak, apalagi bila didukung oleh manusia yang melakukan rekayasa agar
tanaman dan hewan dapat lebih banyak berkembang biak untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
3) Malthus tidak menjelaskan dampak dan manfaat dari teknologi, teknologi dapat
merekayasan tanaman dan hewan untuk dapat bereproduksi lebih cepat dengan adanya
rekayasa genetika, bibit unggul, usaha usaha pertanian lainnya sehingga ketersediaan
pangan tetap ada, teknologi dapat membuat alat kontrasepsi untuk melakukan pembatasan
kelahiran tanpa harus terjadi vice & misery.
4) Malthus tidak memperhitungkan kemampuan transportasi yang mana aktivitas transportasi
ini dapat memindahkan penduduk dan bahan pangan dari satu tempat ketempat lain
sehingga manusia pun dapat memperluas luasan area nya dan memanfaatka sumber daya
alam disekitarnya sehingg semakin luas sebaran manusia ini
Pada abad 19 20, Teori Malthus diperdebatkan, muncul kelompok aliran Neo Malthusian
yang menyokong teori Malthus. Namun, menurut aliran Neo Malthus, mengurangi jumlah
penduduk tidak hanya dengan moral restrain saja, tapi lebih ditekankan pada Preventive check.
Misalnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi kelahiran. Aliran Neomalthusian
memiliki kesamaan konsep dasar dengan Malthusian yaitu percaya bahwa pertumbuhan
penduduk pasti akan terjadi dan berdampak negatif pada manusia walaupun tidak secara
persis setuju dengan argumen argumen aliran Malhusian, beberapa argumen Malthus dianggap
tidak rasional oleh karena itu aliran ini lebih ekstrim dalam melakukan tindakan tindakan
untuk mengurangi jumlah penduduk, misalnya: aborsi, legalitas homoseksual, hukuman mati.
Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk
mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda perkawinan) adalah tidak
mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa
penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi.

2. The Popolation Bomb ( Paul Ehrlich, 1971)

Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb pada tahun 1971, menggambarkan penduduk
dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut.
a) sudah terlampau banyak penduduk dibumi,
b) sedangkan bahan pangan sudah sangat terbatas,
c) karena populasi manusia semakin meningkat, kerusakan lingkunganpun tak dapat dihindari.
Pada tahun 1990 Ehrlich dan istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru The
Population Explotion, yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968,
kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang parah
karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.
Dengan kata lain, kemampuan lingkungan suatu saat tidak akan mampu menampung jumlah
penduduk yang semakin bertambah.
Ehrlich menganalogikan pengamatannya terhadap periode eksistensi kupu kupu yang
mana apabila makanan melimpah maka kupu kupu akan berkembang biak dalam jumlah
besar, namun pada satu masa ketika populasi kupu kupu sudah semakin banyak maka tibalah
masa kehancuran alam. Dimana tidak tersedia lagi sumber daya alam dan selanjutya diiringi
kemerosotan populasi yang ada akibat bencana atau kematian. Teori ini memang Nampak
masuk akal namun Ehrlich banyak melupaka peranan manusia dalam melakukan pemeliharaan
lingkungan kedepannya dan factor factor teknologi yang dapat mencegah degradasi
lingkungan dan kekurangan pangan.

3. Teori Limit to Growth ( Meadwow, 1972)


Meadow (1972), melalui buku The Limit to Growth ia menarik hubungan antara
variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan
polusi. Buku ini terbit pada tahun 1972, hasil dari penelitian The Club of Rome. Penelitian ini
dilakukan oleh perguruan tinggi Massachusetts Institute of Technology (MIT) dibawah
pimpinan Dennis L Meadows. Buku ini berisi tentang desakan kepada dunia agar
pertumbuhan ekonomi dibatasi atau dikendalikan secara sadar. Juga didesak agar diciptakan
konsensus untuk merumuskan zero growth dalam penggunaan sumber daya alam yang tidak
terbarukan. Menurutnya, terdapat lima persoalan dunia yang dijadikan unsur dalam model
MIT, yaitu pertumbuhan penduduk dengan laju yang tinggi, pertumbuhan industri yang sangat
cepat, kelaparan yang makin meluas dan menipisnya sumber daya alam tak
terbarukan dan kerusakan lingkungan.
Meadow dalam bukunya The Limit of Growth menjelaskan hubungan pertumbuhan
penduduk dunia dengan variabel antar lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produk
industri, populasi, dan sumber daya alam) dan polusi. Kelima variabel tersebut digambarkan
dalam tiga tahapan yaitu increasing (kenaikan), stasioner (stabil)
dan decreasing (penurunan), masing masing tahapan terjadi tidak bersamaan pada setiap
variabel. Keadaan tersebut dapat dijelaskan bahwa saat jumlah penduduk mengalami
kenaikan (tahap increasing) maka sumberdaya alam sudah mengalami penurunan
(decreasing) yang signifikan, produksi pertanian dan industri mengalami kenaikkan
(increasing) namun jumlahnya tidak dapat mengimbangi kenaikkan jumlah penduduk,
sementara itu tingkat polusi secara konsisten meningkat dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan industri. Hal yang dapat dilakukan adalah menunggu dan membatasi
pertumbuhan penduduk serta mengelola lingkungan dengan baik.
(1900 2100) dapat dilihat bahwa pada masa-masa awal, kondisi kependudukan, orde
kebutuhan manusia serta aktivitas ekonomi dan industri masih relatif rendah, sementara
kondisi lingkungan berada dipuncak ketangguhannya. Namun seiring dengan penambahan
jumlah penduduk, dan tingkat polusi yang melekat pada ekspansi kegiatan industri, maka
kualitas dan daya dukung (carrying capacity) lingkungan menjadi sedemikian merosot, hingga
pada akhirnya keseimbangan menjadi goyah dan kurva sumber daya alam menjadi sangat
merosot, bahkan sama sekali tidak mampu lagi mendukung aktivitas kemanusiaan (lihat
Gambar 1)

Meadows membuat sebuah prediksi untuk kurun waktu 200 tahun (1900-2100) yang
menggambarkan bahwa pada masa-masa awal, kondisi kependudukan, orde kebutuhan
manusia serta aktivitas ekonomi dan industri masih relatif rendah, sementara kondisi
lingkungan berada dipuncak ketangguhannya. Namun seiring dengan penambahan jumlah
penduduk, dan tingkat polusi yang melekat pada ekspansi kegiatan industri, maka kualitas dan
daya dukung (carrying capacity) lingkungan menjadi sedemikian merosot, hingga pada
akhirnya keseimbangan menjadi goyah dan kurva sumber daya alam menjadi sangat merosot,
bahkan sama sekali tidak mampu lagi mendukung aktivitas kemanusiaan.
Jika penurunan daya dukung lingkungan sudah dapat diproyeksi, maka kebijakan
publik yang akan dirumuskan dapat diarahkan untuk mencapai dua kondisi, apakah untuk
menghentikan kebijakan sebelumnya yang telah mengakibatkan penurunan daya saing
lingkungan, ataukan untuk pemulihan dan reklamasi lingkungan. Jika ternyata kebijakan
masih saja memberikan perijinan usaha untuk mengkeksploitasi sumber daya alam, hal itu
menandakan bahwa policy makers telah gagal total dalam berpikir serba sistem (systems
thinking). Pada tahap berikutnya, kegagalan berpikir serba sistem akan mengantarkan pada
kegagalan kebijakan publik (policy failures) yang berdampak negatif terhadap masyarakat.

IMPLIKASI TEORI DAN POLICY

Teori yang dikemukakan Malthus menarik perhatian dunia, karena dialah yang mula-
mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya merupakan
methode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi
ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini. Teori Malthus selanjutnya banyak diadopsi oleh
Negara negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, Jerman, Belanda dan Negara maju
lainnya. Pemerintahan tersebut umumnya menganut Anti Natalis artinya pemerintah
berusaha untuk menekan tingkat kelahiran secara ketat, oleh karena ini jumlah penduduk di
negara-negara tersebut konstan bahkan jumlah penduduk cenderung mengalami penurunan
dari tahun ke tahunMaka dari itu penduduk di Negara tersebut cenderung sedikit.
Upaya-upaya pemerintah negara negara tersebut antara lain:
a) Meningkatkan partisipasi pendidikan penduduk terutama wanita, peningkatan
pendidikan akan membangun kesadaran keluarga kecil yang berkualitas; disamping itu
bagi wanita meningkatannya pendidikan berarti penundaan perkawinan.
b) Meningkatkan partisipasi angkatan kerja bagi wanita, keterlibatan wanita ke lapangan kerja
atau publik menyebabkan wanita mempertimbangkan untuk mengasuh anak atau enggan
untuk memiliki anak dan mangasuhnya.
c) Meningkatkan kesejahteraan penduduk, biasanya fertilitas penduduk berubah menurut
variabel ekonomi yaitu fertilitas (tingkat kelahiran) penduduk akan menurun seiring
dengan tingkat kesejahteraan yang meningkat.
d) Mempermudah penduduk untuk mengakses alat kontrasepsi
Indonesia sendiri sudah menerapkan beberapa cara seperti yang dimaksudkan oleh teori
kependudukan Malthusian, salah satunya adalah Program Keluarga Berencana (KB) yang
didengung-dengungkan sejak masa Orde Baru. Program ini dianggap merupakan salah satu
solusi untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, Program KB yang selama ini digalakkan,
untuk mengentaskan masalah kependudukan ini menunjukkan bahwa Indonesia memang
cukup konsisten dalam pembangunan pada bidang ke pendudukan dan keluarga berencana.
Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) saat ini menjalankan misi
membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan,
sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui
perkembangan kebijakan penyediaan layanan promosi, fasilitasi, pelindung, informasi
kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring keluarga
berencana. Dengan tujuan utama membentuk keluarga berkualitas 2015. BKKBN mempuyai
tugas pokok melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang keluarga berencana dan
sejahtera sesuai ketentuan perundang-undangan. Kebijakan Pemerintah ini diharapkan dapat
berlangsung secara konsisten dan menunjukkan hasil positif dalam penanggulangan masalah
pertumbuhan penduduk dan masalah aspek sosial yang tercakup didalamnya.
Didalam teori The Population Bomb Ehrlich berpendapat bahwa komponen manusia
memberikan dampak penting dalam hal ketersediaan pangan dan eksploitasi sumber daya
alam, penduduk yang bertambah banyak tentunya akan membutuhkan sumber pangan yang
banya sehingga akan terjadi eksploitasi lahan yang ada dan dengan pertumbungan penduduk
ini Ehrlich mengungkapkan bahwa akan terjadi ledakan penduduk yang akhirya akan terjadi
kekurangan pangan dan kelaparan serta kerusakan lingkungan akibat tekanan penduduk yang
tidak sesuai dengan daya tampung.
Sedangkan dalam bukunya Limit to Growth, Meadows secara berani juga
memperkirakan bakal terjadinya kondisi gawat bagi penduduk dunia jika ekonomi dunia dan
pertumbuhan penduduk tidak segera dibatasi secara ketat.
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi terjadinya the limits to growth ini adalah perlu
adanya capital investment untuk menahan laju pertumbuhan penduduk beserta seluruh orde
kebutuhannya, menekan polusi lingkungan sampai tingkat nihil, serta mempertahankan
kualitas dan daya dukung lingkungan (sumber daya alam) secara lebih stabil. Jika hal ini bisa
dilakukan, maka hasilnya adalah era baru dimana terdapat stabilitas jumlah penduduk dan
peningkatan kualitas hidup manusia. Inilah anti tesa dari gagasan the limits to growth yang
sering disebut sebagai konsep the greening of the globe. Dalam konteks pembangunan di
Indonesia, konsep the greening of the globe ini dapat diidentikkan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainability development).
Tjiptoherijanto , 2002 menjelaskan Ada beberapa ciri kependudukan Indonesia dimasa
depan yang harus dicermati dengan benar oleh para perencana pembangunan baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Beberapa ciri tersebut antara lain adalah:
1. Penduduk Dimasa Depan Akan Semakin Tinggi Pendidikannya. Penduduk yang
makin berpendidikan dan sehat akan membentuk sumber daya manusia yang makin
produktif. Tantangannya adalah menciptakan lapangan kerja yang memadai. Sebab
bila tidak, jumlah penganggur yang makin berpendidikan akan bertambah. Keadaan
ini dengan sendirinya merupakan pemborosan terhadap investasi nasional. Karena
sebagian besar dana tercurah dalam sektor pendidikan, disamping kemungkinan
terjadinya implikasi sosial lainnya yang mungkin timbul.
2. Penduduk Yang Makin Sehat Dan Angka Harapan Hidup Naik. Usia harapan
hidup yang tinggi dan jumlah penduduk lanjut semakin besar akan juga menuntut
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan perubahan tersebut. Suatu
tantangan pula untuk dapat memanfaatkan panduduk usia lanjut yang masih potensial
agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya.
3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia Yang Lebih Tua. Pada saat ini di Indonesia telah
terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari penduduk muda ke pensusuk tua
(ageing process). Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan
membawa konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi
dan kesempatan kerja. Sedang pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada
akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan penduduk usia
lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi
pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal ini
terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.
4. Penduduk Yang Tinggal di Perkotaan Semakin Banyak. Seiring dengan
peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, presentase penduduk yang tinggal
diperkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi masalah
yang semakin meninjol. Penduduk perkotaan akan bertambah terus sejalan dengan
pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, tuntutan fasilitas perkotaan akan
bertambah pula. Tambahan volume fasilitas perkotaan akan sangat berpengaruh
terhadap keadaan dan perkembangan fisik kota yang bersangkutan. Meningkatnya
sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah, termasuk di daerah perdesaan,
menyebabkan orang dari perdesaan tidak perlu lagi melakukan migrasi dan berdiam di
daerah perkotaan. Mereka cukup menuju daerah perkotaan manakala diperlukan. Hal
ini dapat dilakukan dalam kurun waktu harian, mingguan, bahkan bulanan. Dengan
semakin berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi, pola mobilitas penduduk
seperti itu akan semakin banyak dilakukan, sementara migrasi permanen cenderung
akan makin menurun.
5. Jumlah Rumahtangga akan Meningkat namun Ukurannya Makin Kecil.
Perubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh pada struktur rumahtangga.
Dimasa depan ukuran rumahtangga akan semakin mengecil, namun jumlahnya akan
semakin banyak. Dengan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai
dengan peningkatan kesehatan penduduk, seiring tingkat pendidikan dan keterampilan
yang lebih baik, memberikan kesempatan pula bagi individu maupun keluarga untuk
melakukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi bilamana otonomi daerah dilaksanakan
sesuai aturan dan keperluannya.
6. Intensitas Mobilitas Penduduk Yang Makin Tinggi. Mobilitas penduduk yang
makin tinggi baik secara internal maupun internasional menuntut jaringan prasarana
yang makin baik dan luas. Selain itu akan membawa kepada pergeseran norma-norma
masyarakat, seperti ikatan keluarga dan kekerabatan. Kesemuanya ini dapat membawa
dampak yang berjangka panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
7. Masih Tingginya Pertumbuhan Angkatan Kerja. Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan
kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar. Dipihak lain
menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran
yang lebih tinggi sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan perdagangan
bebas.
8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
pembangunan pada umunmnya, lapangan pekerjaan penduduk berubah dari yang
bersifat primer, seperti pertanian, pertambangan, menuju lapangan pekerjaan sekunder
atau bangunan. Lalu pada akhirnya akan menuju lapangan kerja tersier atau sektor jasa.
Berbagai ciri dan fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara seksama, dalam
rangka menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan faktor pangkal yang memicu perdebatan
mengenai pembangunan berkelanjutan akhir-akhir ini. Sebab, 4 milyar lebih penduduk dunia
dan 200 juta lebih penduduk Indonesia ini membutuhkan bahan makanan untuk kelangsungan
hidupnya, disamping kebutuhan-kebutuhan lain seperti perumahan, sandang dan sebagainya.
Keseluruhan kebutuhan manusia ini dapat dipenuhi dengan memanfaatkan sumber-sumber
daya yang dimiliki oleh alam. Oleh karena itu, dalam hal ini terjadi hubungan terbalik antara
kebutuhan manusia dengan sumber daya alam atau lingkungan. Artinya, semakin banyak dan
bervariasi kebutuhan manusia, maka kemampuan alam untuk menyediakannya semakin
terbatas.
Disisi lain, dalam rangka menyelenggarakan kebutuhannya, manusia melaksanakan usaha-
usaha ekonomi dan industri yang mau tidak mau membawa akibat sampingan berupa
pencemaran atau kontaminasi lingkungan. Dalam hal ini justru terjadi hubungan tegak lurus
antara kebutuhan manusia dengan pencemaran, dimana semakin banyak dan bervariasi
kebutuhan manusia yang dipenuhi lewat usaha industri, maka tingkat pencemaran lingkungan
dapat dipastikan semakin tinggi pula. Dan jika trend tersebut berlangsung terus-menerus, pada
suatu saat akan terjadi suatu keadaan dimana pertumbuhan ekonomi tidak dapat ditingkatkan
lagi, sementara kemampuan dan kualitas lingkungan sulit untuk diperbaiki kembali. Inilah
yang disebut dengan the limits to growth yang diperkenalkan oleh Meadows (Tri, 2009 )
Menurut Emil Salim dalam Brata,1992) pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber
daya alam dan sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dan manusia dalam
pembangunan. Perlunya konsep pembangunan berkelanjutan ini didasari oleh lima ide pokok.
Pertama, proses pembangunan mesti berlangsung secara berlanjut, terus-menerus dan
kontinyu, yang ditopang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang
berkembang secara berlanjut pula. Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah
memiliki ambang batas, dimana penggunaannya akan menciutkan kuantitas dan kualitasnya.
Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Keempat, bahwa pola
penggunaan sumber alam saat ini mestinya tidak menutup kemungkinan memilih opsi atau
pilihan lain di masa depan. Dan kelima, pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas
transgenerasi, sehingga kesejahteraan bagi generasi sekarang tidak mengurangi kemungkinan
bagi generasi selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraannya pula. Inilah prinsip utama
yang dianut dan dikembangkan oleh World Commision on Environment and Development.
Konsepsi pembangunan berkelanjutan ini pada dasarnya merupakan reaksi dan koreksi
terhadap konsepsi pembangunan konvensional yang beranggapan bahwa alam memiliki
kemampuan tak terbatas dalam penyediaan ecological endowments (sebagai ruang tempat
kehidupan, tempat pembuangan limbah, fungsi rekreasi dan estetika, dan sebagainya).
Menurut paham konvensional ini, antara pembangunan bidang ekonomi dan kelestarian
merupakan dikotomi yang terpisah satu sama lain. Padahal sesungguhnya, keduanya memiliki
hubungan sangat erat dan secara bersama-sama menjadi agenda nasional yang harus
diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara. Artinya, tanpa disertai
dengan perlindungan lingkungan secara memadai, pembangunan akan kehilangan makna
Sebaliknya, tanpa pembangunan, upaya perlindungan terhadap lingkungan akan menemui
kegagalan.
Untuk dapat menjamin proses pembangunan dalam konteks keberlanjutan, perlu
diperhatikan beberapa faktor determinannya. Faktor-faktor itu adalah pertumbuhan penduduk
(population), kegiatan atau ekspansi industri (industrial output per capita), kebutuhan bahan-
bahan konsumsi (food per capita), polusi, serta sumber daya dan daya dukung lingkungan
(resources); dimana keseluruhan faktor tersebut dapat dijelaskan dengan pendekatan the limits
to growth seperti telah disinggung diatas.
Sementara konsepsi the greening of the globe mengandalkan sebaliknya dari konsepsi the
limits to growth. Dalam konsepsi yang dikemukakan oleh Boyd (dalam Berry, et.al., 1993 :
111) dan merupakan modifikasi dari model Meadows ini, masa depan manusia hendaknya
dikendalikan oleh teknologi. Artinya, diperlukan adanya capital investment untuk menahan
laju pertumbuhan penduduk, menekan polusi lingkungan sampai tingkat nihil, serta
mempertahankan kualitas dan daya dukung lingkungan (sumber daya alam) secara lebih stabil.
Jika hal ini bisa dilakukan, maka hasilnya adalah era baru dimana terdapat stabilitas jumlah
penduduk dan peningkatan kualitas hidup manusia. Dan pada gagasan the greening of the
globe ini diharapkan tidak terjadi limits to growth. Inilah hakikat dari pembangunan
berkelanjutan, dimana terjadi keseimbangan antara kepentingan ekonomis dengan kelestarian
ekologis.

KESIMPULAN
Penduduk adalah bagian penting didalam pembangunan berkelanjutan, sejatinya
penduduk adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan. Jumlah penduduk yang besar
apabila diikuti kualitas yang baik akan mendukung proses pembangunan, namun apabila
sekecil apapun penduduk apabila tidak diikuti kuliatas yang baik maka akan memperlambat
pembangunan. Maka dari itu penduduk yang berkualitas merupaka modal dasar dari
pembangunan berkelanjutan. Dalam pengelolaan pembangunan penduduk haruslah
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia maka dari itu penduduk yang berkualitas lah
yang dapat memanfaatkan sumber daya alam ini dengan baik dimana tetap mejaga kelestarian
dan keseimbangannnya dialam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Dalam hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan
pembangunan bahwa penduduk tersebut menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil
pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar
pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding dengan orientasi
pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth). Dalam pembangunan
berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu
sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada pembangunan lokal,
perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
Konsep the limits to growth disatu sisi dan konsep sustainability development disisi
lain sesungguhnya menandakan bahwa alam memang memiliki hukumnya sendiri yang tidak
bisa dilanggar oleh manusia. Hal ini berarti bahwa pada suatu titik, alam akan mengeluarkan
peringatan, teguran maupun hukuman kepada manusia. Berbagai peristiwa bencana alam
seperti kekeringan, banjir, longsor, kebakaran hutan, penipisan lapisan ozon, dan sebagainya
dapat ditunjuk sebagai aksi resistensi alam terhadap eksploitasi yang dilakukan umat manusia
terhadapnya. Sehubungan dengan hal diatas, maka suatu kesadaran bahwa manusia dan alam
merupakan dua dunia yang hidup bersama-sama secara harmonis, perlu lebih ditanamkan
kepada generasi sekarang maupun yang akan datang. Dengan cara demikian, maka diharapkan
pembangunan berwawasan kependuduk dan lingkungan dengan memanfaatkan jasa dan daya
dukung alam, tidak akan menimbulkan kerusakan secara ekologis. Dan ini berarti bahwa
pembangunan akan lebih dapat dinikmati bersama.
REFERENSI

Brata, Suwandi S., (ed.), Pembangunan Berkelanjutan : Mencari Format Politik, Jakarta :
Gramedia, 1992

Candra, 2011 Pengaruh PDB dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di Indonesia,
Jurnal Paradima

Charis dkk, Analisis Dampak Penduduk terhadap Kualitas Hidup Msyarakat Prvinsi Jawa
Tengah , Jurnal Ilimiah Untag Semarang

Djojohadikusumo, Sumitro, Indonesia Dalam Perkembangan Dunia : Kini dan Masa Datang,
Jakarta : LP3ES, Cet. Kelima, 1981

Ehrlich . The Population Bomb, 2010

Gatot P. Soemartono. Hukum Lingkungan Indonesia , 1996

http:// kependudukan/repository.ut.ac.id/4236/1/PWKL4101-M1.pdf diakses 16 april


2017.11.22WIB

http://rizkie-library.blogspot.co.id/2015/09/teori-kependudukan-aliran-malthusian.html
diakses 15 April 2017. 20.45 Wib

http://science-galery.blogspot.co.id/2016/05/the-limits-to-growth-meadow.html diakses 15
April 19.20Wib

Malthus, 1978, An Essay on the Priciple of Population. London

Mantra, Ida Bagoes.2000 Metodelogi Penelitian Survei, Pustaka Pelajar Offset, 2000
Yogyakarta.
Mantra ,2002. Demografi Umum, Pustaka Pelajar Offset Yogyakarta

Meadows, 2004. A Sinopsis Limit to Growth. The 30 th year update

Nilatus , Analiss dampak pertambahan Penduduk Terhadap Penyerapan Angkatan Kerja,


Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi.

Todaro, Michael P. and Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,. Edisi
Kedelapan Erlangga, 2003 Jakarta.

Tri Widodo, 2009 , Keseimbangan Kepentingan Ekonomis Dan Ekologis dalam menunjang
kebijaka Pembangunan Berkelanjutan ( Sustainanble Development)

Soemarwoto,otto.1994.Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan .Jakarta: Djambatan


Sutikno dan Dr Maryunani, Se,Msi,2005. Ekonomi Sumber Daya Alam.Malang: BPFE
Unibraw
Vinod Thomas dkk,2002. The Quality Of Growth:Kualitas Peertumbuhan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai