Anda di halaman 1dari 9

POTENSI SOSIAL-DEMOGRAFI

DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Amran Saru, ST., M.Si

DISUSUN OLEH
Pingkan Dwinatal Alik Langgesa
H041211005

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
ABSTRAK

Konsep sosial-demografi kebaharian merujuk kepada kesatuan atau kumpulan


manusia, baik yang mendiami daerah pantai dan pulau-pulau maupun yang berasal dari
lingkungan perkotaan dan pedesaan pedalaman, yang menggantungkan aktivitas dan sumber
pendapatan ekonomi pada pemanfaatan sumber daya perairan dan jasa-jasa laut, yang dapat
ditunjukkan dengan jumlah jiwa secara eksak atau penaksiran semata. Di negara-negara
kepulauan di dunia, termasuk Indonesia yang sebagian besar penduduknya (ditaksir minimal
40 juta jiwa) bermukim di daerah pedesaan pantai dan pulau-pulau. Pulau Jawa, Madura,
Bali, Sumatra, dan Sulawesi merupakan pulau-pulau yang besar jumlah penduduk baharinya.
Mereka menggantungkan sumber pendapatan ekonominya secara langsung atau tidak
langsung pada sektor ekonomi kemaritiman, terutama perikanan dan pelayaran. Kebanyakan
penduduk desa-desa pesisir pantai dan pulau-pulau masih dalam kondisi miskin (ekonomi,
kesehatan, pendidikan dan keterampilan, teknologi, dan kualitas harkat hidup manusia).
Kondisi seperti ini mendorong perlunya digalakkan pengembangan atau pemberdayaan
dengan berbagai model dan pendekatan. Pekerjaan yang berat dan kurang menentu, kondisi
geografi, dan ancaman lingkungan alam laut yang berbahaya lingkungan menjadi stimuli dan
pendorong penduduk untuk melakukan respon-respon adaptif berkehidupan bersama secara
kolektif kelompok, organisasi sosial, komunitas desa, dan sebagainya.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan demografi (kependudukan) berkaitan erat dengan permasalahan
ekonomi di suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi yang ditompang oleh berbagai
sektor sebenarnya merupakan akumulasi dari aktivitas ekonomi yang dilakukan
penduduk negara tersebut. Hubungan demografi dengan pertumbuhan ekonomi
telah diteliti oleh para peneliti dari berbagai belahan negara di dunia, mulai dari
negara yang sedang berkembang sampai dengan negara yang perekonomiannya
sudah maju.

Berdasarkan data Bank Dunia dengan sampel dari empat puluh tiga
negara berkembang ditemukan bahwa secara linear tingkat pertumbuhan PDB per-
kapita bergantung terhadap rasio ketergantungan muda dan tua, pertumbuhan
penduduk, tingkat kematian. Fakta ini didukung oleh (Wongboonsin &
Phiromswad, 2017) yang menyatakan bahwa faktor demografi mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda antara negara
maju dan negara berkembang. Pada negara yang perekonomiannya sudah maju
ditemukan bahwa peningkatan jumlah pekerja yang sudah berpengalaman
memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Namun di sisi lain peningkatan jumlah populasi tua juga berkontribusi negatif
bagi pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya, pada negara berkembang
peningkatan pangsa pekerja muda mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kea rah
yang lebih lambat.

Keberadaan pertumbuhan demografi pada negara berkembang lebih


banyak menunjukkan pertumbuhan ekonomi kea rah negatif seperti di Taiwan
(Liao, 2011) dan Bangladesh. Sedangkan di negara maju seperti di Amerika
pertumbuhan awal ekonominya didukung oleh pertumbuhan penduduk meskipun
kemudian pertumbuhan penduduknya menurun dan tidak lagi berkontribusi secara
baik bagi perekonomian. Permasalah penduduk dengan pertumbuhan ekonomi
memunculkan dua asumsi yaitu asumsi positif (optimis) dan asumsi negatif
(persimis). Asumsi optimis berpendapat bahwa keberadaan penduduk merupakan
pasar yang akan memacu kegiatan produksi yang akan mendorong munculkan
perkembangan usaha-usaha produktif sekaligus sebagai merupakan sumber tenaga
kerja untuk kegiatan produktif tersebut. Dalam pandangan kaum optimis ini
berpendapat bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel demografi erat
hubungannya.

B. Tujuan
1. Mengetahui demografi sosial
2. Mengetahui faktor apa saja yang dipengaruhi oleh demografi
3. Mengetahui kondisi demografi
4. Mengetahui bonus demografi
BAB III

PEMBAHASAN

Konsep sosial-demografi kebaharian merujuk kepada kesatuan atau kumpulan


manusia, baik yang mendiami daerah pantai dan pulau-pulau maupun yang berasal dari
lingkungan perkotaan dan pedesaan pedalaman, yang menggantungkan aktivitas dan sumber
pendapatan ekonomi pada pemanfaatan sumber daya perairan dan jasa-jasa laut, yang dapat
ditunjukkan dengan jumlah jiwa secara eksak atau penaksiran semata. Di negara-negara
kepulauan di dunia, termasuk Indonesia yang sebagian besar penduduknya (ditaksir minimal
40 juta jiwa) bermukim di daerah pedesaan pantai dan pulau-pulau. Pulau Jawa, Madura,
Bali, Sumatra, dan Sulawesi merupakan pulau-pulau yang besar jumlah penduduk baharinya.
Mereka menggantungkan sumber pendapatan ekonominya secara langsung atau tidak
langsung pada sektor ekonomi kemaritiman, terutama perikanan dan pelayaran. Kebanyakan
penduduk desa-desa pesisir pantai dan pulau-pulau masih dalam kondisi miskin (ekonomi,
kesehatan, pendidikan dan keterampilan, teknologi, dan kualitas harkat hidup manusia).
Kondisi seperti ini mendorong perlunya digalakkan pengembangan atau pemberdayaan
dengan berbagai model dan pendekatan. Pekerjaan yang berat dan kurang menentu, kondisi
geografi, dan ancaman lingkungan alam laut yang berbahaya lingkungan menjadi stimuli dan
pendorong penduduk untuk melakukan respon-respon adaptif berkehidupan bersama secara
kolektif kelompok, organisasi sosial, komunitas desa, dan sebagainya.

Banyak variabel yang terkait dengan masalah demografi dan hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi, namun penelitian yang ada selama ini tidak membahas secara
bersamaan pengaruh variabel-variabel lain demografi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian terdahulu sebagian besar meneliti hubungan antara satu variabel demografi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan belum ada yang meneliti hubungan beberapa variabel
demografi dengan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang yang dilakukan di Taiwan dan di
Bangladesh. Penelitian tentang variabel lain seperti kepadatan penduduk yang diteliti oleh
(Mamingi & Perch, 2013) dimana kepadatan penduduk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga hubungan variabel angkatan kerja dengan
pertumbuhan ekonomi yang diteliti oleh (Chen & et.al., 2016), (Roa & et.al., 2011), (Doran,
2012) (Liu & Hu, 2013), (Ozerkek, 2013), (Shahid, 2014) dan (Oliver, 2015) memberikan
bukti akan adanya hubungan baik positif maupun negatif antara keberadaan angkatan kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi. Terkait pengangguran yang juga berhubungan erat dengan
demografi telah diteliti oleh berbagai peneliti diantaranya yang dilakukan (Chen & et.al.,
2016) dan (Ali & et.al, 2013). Hasil kajian mereka menggambarkan bahwa pengangguran
ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang mengabungkan beberapa
variabel seperti pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, angkatan kerja dan
pengganguran belum pernah dilakukan di Indonesia maupun di wilayah lain. Menarik untuk
dikaji apakah variabel-variabel tersebut secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini
dilakukan guna menjawab pertanyaan tersebut.

Penduduk dunia diperkirakan mencapai 7,4 miliar jiwa dimana Indonesia


menyumbang sebesar 255.182.144 juta jiwa atau sekitar 28,98% penduduk dunia adalah
penduduk Indonesia. Berdasarkan data Survai Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 255,18 juta jiwa
(https://media.neliti.com/media/publications/48298-IDprofil-penduduk-indonesia-hasil-
supas-2015.pdf). Jumlah ini bertambah setiap tahunnya. Dalam jangka waktu lima belas
tahun yaitu tahun 2000 hingga 2015, jumlah penduduk Indonesia mengalami penambahan
sekitar 50,06 juta jiwa atau rata-rata 3,33 juta setiap tahun. Komposisi penduduk Indonesia
berdasarkan SUPAS menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia berada pada
kelompok umur muda. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kelahiran atau fertilitas di
Indonesia. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami penurunan yaitu dari 1,4 % tahun
2000-2010 menjadi 1,43% tahun 2010-2015. Persebaran penduduk Indonesia belumlah
merata. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Hal ini terlihat dari
distribusi di tiap provinsi berikut ini :

1. Pulau Jawa yang luas geografinya 7% terdapat 57% penduduk


2. Pulau Sumatera yang luas geografinya 25% terdapat 22% penduduk
3. Pulau Kalimantan yang luas geografinya 28% terdapat 6% penduduk
4. Pulau Sulawesi yang luas geografinya 10% terdapat 7% penduduk
5. Pulau lainnya (Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua) yang luasnya 30% terdapat
9% penduduknya Distribusi penduduk yang tidak merata menjadi ciri demografis
Indonesia.
Distribusi yang tidak merata ini akan menimbulkan kesenjangan antara pusat dengan
daerah. Beberapa dampak dari persebaran penduduk yang tidak merata yaitu adanya
kemiskinan, pengangguran, degradasi atau kerusakan lingkungan, polusi, kriminalitas
meningkat, dan muncul pemukiman-pemukiman kumuh di wilayah perkotaan. Informasi
mengenai jumlah penduduk masa lampau maupun masa sekarang dapat memanfaatkan data
sensus penduduk maupun survey penduduk. Akan tetapi, informasi mengenai jumlah
penduduk di masa yang akan datang maka dibuatlah proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk
bukan merupakan ramalan mengenai jumlah penduduk, tetapi suatu perhitungan ilmiah yang
didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran,
kematian, dan perpindahan. Ketiga komponen ini yang menentukan besarnya jumlah
penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang.

Bonus demografi terjadi ketika struktur penduduk dengan jumlah usia produktif (15-64
tahun) sangatlah besar sedangkan proporsi penduduk usia muda sudah semakin kecil dan
proporsi penduduk usia lanjut belum begitu besar. Hal ini membawa angin segar dimana
Indonesia akan mendapatkan keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan rasio
ketergantungan sebagai hasil proses penurunan kematian bayi dan penurunan fertilitas dalam
jangka panjang. Namun bonus demografi ini tidak akan bermanfaat apabila tidak
dipersiapkan sedemikian rupa, misalnya dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan mutu sumber daya manusia
tersebut.

Periode bonus demografi di Indonesia dimulai tahun 2015-2035 dengan angka


ketergantungan (dependency ratio berkisar antara 0,4-0,5 yang artinya bahwa setiap 100
orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia tidak produktif (Kompasiana.com).
Proporsi usia anak-anak kurang dari 15 tahun akan terus berkurang dibandingkan dengan
penduduk usia kerja. Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015) jumlah
ketergantungan tahun 2015 adalah 49,2 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif (15-
64 tahun) menanggung beban sebanyak 49,2 penduduk usia non produktif (kurang dari 15
tahun dan 65 tahun ke atas). Pada kesempatan bonus demografi ini, bangsa Indonesia
mempunyai kesempatan besar memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dimana
pertumbuhan ekonomi diharapkan meningkatkan saving untuk kemajuan kemakmuran
bangsa. Hal ini akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan yang terasa hingga
berpuluh-puluh tahun kemudian.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Variabel demografi pada jangka panjang berpengaruh posistif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia kecuali laju pertumbuhan penduduk.
Variabel demografi pada jangka pendek juga berpengaruh positif, namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bonus demografi yang
dihadapi pemerintah Indonesia mempunyai dua sisi yaitu potensi dan ancaman.
Sebagai potensi bisa dilihat dari terbukanya akses pendidikan dasar bagi penduduk
kurang mampu, pendidikan kependudukan yang masuk dalam kurikulum
pendidikan dasar, pendidikan dan perilaku hidup berwawasan kependudukan yang
bertujuan supaya penduduk usia muda sadar dan mengetahui berbagai isu-isu atau
permasalahan dalam kependudukan menjadi pondasi Negara dalam menghadapi
bonus demografi ini. Selain itu kemajuan teknomogi dimana memudahkan dan
menyederhanakan dalam berbagai hal juga menjadi potensi bagi Negara dalam
menghadapi bonus demografi. Jumlah pengusaha yang mampu membuka
lapangan kerja bagi penduduk Indonesia juga menjadi point tambahan bahwa
Negara Indonesia mampu merubah bencana demografi menjadi sebuah bonus
demografi.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, E., Jamal, A., & Abbas, I., 2020. Apakah Faktor Demografi Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam. 6(1): 100–
114.

Falikhah N., 2017. Bonus Demografi Peluang Dan Tantangan Bagi Indonesia, Jurnal Ilmu
Dakwah. 16(32).
Pembelajaran, C. S., & Wsbm, M. K. (2021). Ringkasan Materi / Sub Materi. 1–2.

Anda mungkin juga menyukai