OLEH :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. Struktur Penduduk
Distribusi penduduk Indonesia sangat tidak merata, baik menurut wilayah geografis, laju
pertumbuhan penduduk (tingkat fertilitas dan mortalitas), maupun menurut struktur usia.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis
sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata
antara jawa dan luar jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang
kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan
pembangunan di era Orde Baru yang terpusat di pulau jawa, yang menyebabkan banyak
penduduk yang tinggal diluar pulau jawa bermigrasi dan menetap di pulau jawa. Ini
menyebabkan kepadatan pulau jawa jauh lebih tinggi dibandingkan kepadatan penduduk di
pulau-pulau lain.
Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk di satu
tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk (yang umumnya disertai
dengan kemiskinan) dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban
kepadatan penduduk atau melakukan relokasi pembangunan diluar jawa atau relokasi
penduduk untuk bermukim di tempat lain.
2. Analisis Masalah Kependudukan
1) Sebaran per Wilayah Geografis
Di Indonesia pulau yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi pada pulau Jawa.
Kepadatan penduduk pada provinsi-provinsi di Jawa berkisar 600 – 1299 orang per km2.
Sedangkan pada pulau Papua dan Kalimantan tingkat kepadatan penduduk masih rendah.
Pada pulau Sumatera dan Sulawesi tingkat kepadatan penduduknya bervariasi pada tiap-tiap
provinsi.
Pada pulau Jawa terdapat 6 provinsi yaitu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur. Dari ke 6 provinsi di jawa kepadatan paling tinggi di
wilayah DKI jakarta dengan kepadatan penduduk 14.469 orang per km2. Luas DKI Jakarta
664,01 km2 0,03 % dari luas Indonesia, ditempati penduduk sejumlah 4.870.938 jiwa
penduduk. Provinsi di pulau jawa dengan kepadatan penduduk terendah terdapat pada
provinsi Jawa Timur, dengan kepadatan penduduk 784 orang per km2. Jumlah penduduk
Jawa Timur 18.503.516 menempati wilayah seluas 47.799,45 km2 sekitar 2,50 % dari luas
Indonesia.
Pulau Sumatera terdapat 10 provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung dan kepulauan Riau.
Kepadatan tertinggi terdapat pada provinsi Lampung. Provinsi Lampung di huni oleh
7.608.405 jiwa penduduk dengan luas 1,81 % dari luas Indonesia yaitu 34.623,80 km2. Dari
jumlah penduduk dan luas wilayah dapat diketahui kepadatan penduduknya sebesar 220
orang per km2. Sedangkan provinsi di Sumatera yang memiliki kepadatan penduduk terendah
ada pada provinsi Jambi 62 orang per km2. Dengan rincian jumlah penduduk 3.092.265 jiwa
penduduk dan luas wilayah 50.058,16 km2.
Pulau Kalimantan terdapat 4 provinsi yaitu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Kepadatan tertinggi pada provinsi Kalimantan
Selatan dengan kepadatan 94 orang per km2. Jumlah penduduk di Kalimantan Selatan
3.626.616 jiwa penduduk dengan luas 38.744,23 km2, presentase dengan luas Indonesia 2,03
%. Sedangkan kepadatan terendah pada provinsi Kalimantan Tengah. Daerah ini mempunyai
jumlah penduduk 2.212.089 jiwa penduduk yang mendiami wilayah seluas 153.564,50 km2.
Sehingga dapat diketahui kepadatan penduduk pada Kalimantan tengah yaitu 14 orang per
km2.
Pulau Sulawesi terdapat 6 provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Kepadatan tertinggi terdapat pada
provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan di huni oleh 8.034.776 jiwa penduduk
dengan luas 2,44 % dari luas Indonesia yaitu 46.717,48 km2. Dari jumlah penduduk dan luas
wilayah dapat diketahui kepadatan penduduknya sebesar 172 orang per km2. Sedangkan
provinsi di Sulawesi yang memiliki kepadatan penduduk terendah ada pada provinsi Sulawesi
Tengah 43 orang per km2. Dengan rincian jumlah penduduk 2.635.009 jiwa penduduk dan
luas wilayah 61.841,29 km2.
Pada pulau Papua terdapat 2 provinsi yaitu, Papua Barat dan Papua. Antara provinsi
Papua dan Papua barat memiliki kepadatan penduduk tidak berbeda . kedua provisi tersebut
kepadatan penduduknya sangat rendah bila dibandingkan dengan provinsi – provinsi di pulau
lain. provinsi Papua Barat kepadatan penduduknya 8 orang per km2 dan provinsi Papua
memiliki kepadatan penduduk 10 orang per km2.
Kepadatan penduduk Indonesia yang bervariasi pada tiap-tiap provinsi dengan perbedaan
yang lumayan jauh menandakan persebaran penduduk Indonesia tidak merata secara
keseluruhan. Terlihat sebagian besar penduduk Indonesia berada di provinsi-provinsi pulau
jawa.
Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah pulau Sumatera yang luasnya
25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang
luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen
dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen
penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang
luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Penduduk yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua sebagian
adalah para transmigran dari pulau Jawa, karena padatnya penduduk di Pulau Jawa sehingga
pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang transmigrasi dan faktor-faktor lain yang
mendorong transmigrasi. Sebaran penduduk di Indonesia pada tahun 2010 pada berbagai pulau
disajikan pada tabel berikut menunjukkan dengan jelas terjadi distribusi penduduk yang sangat
timpang antar pulau.
Tabel Distribusi Geografis Penduduk Indonesia, 2010
Perpindahan penduduk dengan berbagai alasan diistilahkan sebagai migrasi. Secara luas
migrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu
tempat ke tempat lain melewati batas administrative atau batas politik/negara. Dengan kata
lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari satu daerah ke daerah
lain.
Migrasi dalam dimensi spasial dan dimensi waktu. Migrasi dikelompokkan berdasarkan
dua dimensi waktu. Dalam dimensi ruang atau daerah (spasial) dikenal migrasi internasional
dan migrasi internal (dalam satu negara). Migrasi internasional merupakan perpindahan
penduduk dari satu negara ke negara lain atau dari satu benua ke benua lain. Misalnya saja
bangsa bangsa di Eropa Barat ketika berlomba lomba mencari daerah baru di benua amerika,
amerika latin, afrika dan juga sampai ke asia.
Migrasi internal di Indonesia yang penting meliputi perpindahan penduduk :
1) Antar provinsi atau kabupaten antar pulau yang dikenal dengan istilah trasmigrasi atau
antar provinsi atau kabupaten dalam satu pulau
2) Dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan yang disebut urbanisasi atau sebaliknya
dari kota ke pinggir kota dan pedesaan (deurbanisasi)
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari pulau Jawa, Madura dan Bali ke
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua Barat dan bahkan Timor Timur.
Meskipun ada juga transmigrasi swakarsa, pada umumnya transmigrasi yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang ini adalah atas sponsor pemerintah. Dalam perspektif
pembangunan nasional, transmigrasi dapat dikatakan sebagai derivative dari cita cita
kemerdekaan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya bangsa yang berorientasi
pada pengembangan wilayah yang diintegrasikan dengan penataan penyebaran penduduk.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan dari wilayah pedesaan di
sekitarnya, lain provinsi atau lain pulau. Urbanisasi itu sendiri telah ada sejak berkembangnya
kota kecil menjadi pusat pusat perdagangan, pendidikan, dan pemerintahan. Aliran
perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota sangat dirasakan pada masa atau setelah
revolusi industri di inggris pada pertengahan abad 19.
Aliran sebaliknya dari kota ke pedesaan disebut deurbanisasi. Istilah ini muncul dari AS
dari kota kota besar di Eropa Barat, ketika kota kota besar sudah begitu padat sehingga
pasangan muda tidak nyaman bermukim di pusat kota. Mereka memilih bermukim di pinggir
pinggir kota dan hal yang demikian ini diikuti oleh banyak orang sehingga dianggap sebagai
aliran penduduk yang bermukim di pinggir kota.
Disamping migrasi dalam dimensi ruang, kita juga mengenal migrasi dalam dimensi
waktu yang artinya penduduk pindah ke tempat lain dengan tujuan menetap dalam waktu
enam bulan atau lebih. Jenis migrasi dalam dimensi waktu yang paling umum adalah migrasi
sirkuler atau musim dan migrasi ulang alik (commuter migration). Migrasi sirkuler (migrasi
musim) adalah penduduk yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat
tujuan. Migrasi sirkuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan
dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan. Sedangkan yang dimaksud
migrasi ulang alik (commuter migration) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat
tinggalnya secara teratur, pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah atau untuk
kegiatan lainnya dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula.
Kriteria migrasi. Masalah lain yang juga penting dalam hal perpindahan penduduk adalah
apa kriteria seorang agar dia bisa disebut sebagai migran. Dalam hal ini dikenal migrasi
seumur hidup, migrasi risen dan migrasi total.
Migrasi seumur hidup kalau seorang bertempat tinggal pada saat pengumpulan data
berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu mereka lahir. Migrasi risen apabila tempat
tinggal seseorang pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu
lima tahun sebelumnya. Sedangkan migrasi total adalah apabila seseorang pernah bertempat
tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.
Kriteria migrasi risen lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antar daerah
daripada migrasi seumur hidup yang relative statis. Sedangkan migrasi total tidak
memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang.
Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk menghitung migrasi kembali.
REFERENSI
Hill, Hall. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966. Yogyakarta: PAU
Ekonomi UGM