Anda di halaman 1dari 17

PEREKONOMIAN INDONESIA

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 5

MASALAH KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

OLEH :

KELOMPOK 4

Ngurah Surya Maotama (1607532129/17)


I Gusti Ayu Agung Yustika Nanda (1607532136/23)
Anak Agung Mas Prabha Iswara (1607532152/34)

PROGAM REGULER SORE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

1. Struktur Penduduk
Distribusi penduduk Indonesia sangat tidak merata, baik menurut wilayah geografis, laju
pertumbuhan penduduk (tingkat fertilitas dan mortalitas), maupun menurut struktur usia.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis
sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata
antara jawa dan luar jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang
kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan
pembangunan di era Orde Baru yang terpusat di pulau jawa, yang menyebabkan banyak
penduduk yang tinggal diluar pulau jawa bermigrasi dan menetap di pulau jawa. Ini
menyebabkan kepadatan pulau jawa jauh lebih tinggi dibandingkan kepadatan penduduk di
pulau-pulau lain.
Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk di satu
tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk (yang umumnya disertai
dengan kemiskinan) dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban
kepadatan penduduk atau melakukan relokasi pembangunan diluar jawa atau relokasi
penduduk untuk bermukim di tempat lain.
2. Analisis Masalah Kependudukan
1) Sebaran per Wilayah Geografis
Di Indonesia pulau yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi pada pulau Jawa.
Kepadatan penduduk pada provinsi-provinsi di Jawa berkisar 600 – 1299 orang per km2.
Sedangkan pada pulau Papua dan Kalimantan tingkat kepadatan penduduk masih rendah.
Pada pulau Sumatera dan Sulawesi tingkat kepadatan penduduknya bervariasi pada tiap-tiap
provinsi.
Pada pulau Jawa terdapat 6 provinsi yaitu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur. Dari ke 6 provinsi di jawa kepadatan paling tinggi di
wilayah DKI jakarta dengan kepadatan penduduk 14.469 orang per km2. Luas DKI Jakarta
664,01 km2 0,03 % dari luas Indonesia, ditempati penduduk sejumlah 4.870.938 jiwa
penduduk. Provinsi di pulau jawa dengan kepadatan penduduk terendah terdapat pada
provinsi Jawa Timur, dengan kepadatan penduduk 784 orang per km2. Jumlah penduduk
Jawa Timur 18.503.516 menempati wilayah seluas 47.799,45 km2 sekitar 2,50 % dari luas
Indonesia.
Pulau Sumatera terdapat 10 provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung dan kepulauan Riau.
Kepadatan tertinggi terdapat pada provinsi Lampung. Provinsi Lampung di huni oleh
7.608.405 jiwa penduduk dengan luas 1,81 % dari luas Indonesia yaitu 34.623,80 km2. Dari
jumlah penduduk dan luas wilayah dapat diketahui kepadatan penduduknya sebesar 220
orang per km2. Sedangkan provinsi di Sumatera yang memiliki kepadatan penduduk terendah
ada pada provinsi Jambi 62 orang per km2. Dengan rincian jumlah penduduk 3.092.265 jiwa
penduduk dan luas wilayah 50.058,16 km2.
Pulau Kalimantan terdapat 4 provinsi yaitu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Kepadatan tertinggi pada provinsi Kalimantan
Selatan dengan kepadatan 94 orang per km2. Jumlah penduduk di Kalimantan Selatan
3.626.616 jiwa penduduk dengan luas 38.744,23 km2, presentase dengan luas Indonesia 2,03
%. Sedangkan kepadatan terendah pada provinsi Kalimantan Tengah. Daerah ini mempunyai
jumlah penduduk 2.212.089 jiwa penduduk yang mendiami wilayah seluas 153.564,50 km2.
Sehingga dapat diketahui kepadatan penduduk pada Kalimantan tengah yaitu 14 orang per
km2.
Pulau Sulawesi terdapat 6 provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Kepadatan tertinggi terdapat pada
provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan di huni oleh 8.034.776 jiwa penduduk
dengan luas 2,44 % dari luas Indonesia yaitu 46.717,48 km2. Dari jumlah penduduk dan luas
wilayah dapat diketahui kepadatan penduduknya sebesar 172 orang per km2. Sedangkan
provinsi di Sulawesi yang memiliki kepadatan penduduk terendah ada pada provinsi Sulawesi
Tengah 43 orang per km2. Dengan rincian jumlah penduduk 2.635.009 jiwa penduduk dan
luas wilayah 61.841,29 km2.
Pada pulau Papua terdapat 2 provinsi yaitu, Papua Barat dan Papua. Antara provinsi
Papua dan Papua barat memiliki kepadatan penduduk tidak berbeda . kedua provisi tersebut
kepadatan penduduknya sangat rendah bila dibandingkan dengan provinsi – provinsi di pulau
lain. provinsi Papua Barat kepadatan penduduknya 8 orang per km2 dan provinsi Papua
memiliki kepadatan penduduk 10 orang per km2.
Kepadatan penduduk Indonesia yang bervariasi pada tiap-tiap provinsi dengan perbedaan
yang lumayan jauh menandakan persebaran penduduk Indonesia tidak merata secara
keseluruhan. Terlihat sebagian besar penduduk Indonesia berada di provinsi-provinsi pulau
jawa.
Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah pulau Sumatera yang luasnya
25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang
luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen
dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen
penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang
luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Penduduk yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua sebagian
adalah para transmigran dari pulau Jawa, karena padatnya penduduk di Pulau Jawa sehingga
pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang transmigrasi dan faktor-faktor lain yang
mendorong transmigrasi. Sebaran penduduk di Indonesia pada tahun 2010 pada berbagai pulau
disajikan pada tabel berikut menunjukkan dengan jelas terjadi distribusi penduduk yang sangat
timpang antar pulau.
Tabel Distribusi Geografis Penduduk Indonesia, 2010

Sumber: BPS 2010

2) Tren Tingkat Kelahiran dan Kematian


Secara kuantitatif, tingkat pertambahan penduduk (rate of population increase) dihitung
atas dasar presentase kenaikan relative (atau presentase penurunan, yakni dalam kasus
pertambahan penduduk yang negative) dari jumlah penduduk neto pertahun yang bersumber
dari pertambahan alami (natural increase) dan migrasi international neto (net international
migration. Adapun yang dimaksud dengan pertambahan alami adalah selisih antara tingkat
fertilitas dan mortalitas. Sedangkan migrasi international neto adalah selisih antara jumlah
penduduk yang bermigrasi dan bermigrasi. Dibandingkan dengan pertambahan alami, factor
migrasi international neto ini terabaikan (kecil bagi satu negara). Dengan demikian laju
pertambahan penduduk hampir sepenuhnya dihitung berdasarkan atas pertambahan alami,
yakni selisih antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian.
Data penduduk dunia menunjukkan bahwa tingkat kelahiran selalu lebih tinggi daripada
tingkat kematian, sehingga di negara manapun di dunia ini terjadi pertumbuhan penduduk;
hanya saja pertumbuhan penduduk di negara sedang berkembang lebih tinggi daripada
pertumbuhan penduduk di negara maju. Kedua besaran demografi ini mempunyai
kecendurungan untuk menurun dan, sekali lagi, data penduduk dunia menunjukkan bahwa
penurunan tingkat kematian terjadi lebih dahulu, kemudian baru diikuti penurunan tingkat
kelahiran. Untuk Indonesia, data mengenai angka kelahiran dan kematian dapat di temukan
pada sensus penduduk yang dilaksanakan tiap sepuluh tahun. Dewasa ini, baik tingkat
kelahiran maupun tingkat kematian telah sama sama mengalami penurunan.
Sekitar tahun 1960an, tingkat mortalitas terutama untuk bayi dan anak masih tinggi di
Indonesia. Sebagaian besar dari kematian tersebut disebabkan oleh factor factor sederhana.
Dapat dikatakan bahwa tingkat mortalitas turun sebanyak 50 persen dalam satu decade.
Indonesia telah mencapai kemajuan yang pesat dalam mengontrol apa yang dinamakan
Florence nightingale sebagai massacre of innnocents, sehingga tingkat mortalitas mungkin
bisa mencapai tingkat mortalitas di negara negara maju. Turunnya tingkat mortalitas ini
terutama sumbangan dari turunnya tingkat kematian bayi sebelum mereka berumur dua
tahun. Tingkat mortalitas ini telah mulai menurun sebelum adanya program kesehatan
masyarakat (puskesmas) pada tahun 1972. Disamping mortalitas bayi dan anak, pola umum
dari mortalitas dewasa menunjukkan adanya kemungkinan kematian yang lebih tinggi pada
manusia usia muda dan tua, serta tingkat kematian yang rendah pada usia 20-45 tahun.
Menurut Widjojo Nitisastro (1970:126, pertumbuhan seperti pada McCawley, 1999:343),
bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia sebelum 1940 adalah sekitar 1 persen pertahun,
kemudian untuk decade 1940-1950 dan dalam decade 1950-1960 pertumbuhan ini terus
mengalami perubahan menjadi masing masing sekitar 1,5 persen pertahun dan 1 persen
pertahun untuk kedua decade tersebut. Kenaikan ini mungkin disebabkan oleh adanya
perbaikan penurunan pada tingkat kematian, karena adanya perbaikan kesehatan dan gizi
penduduk setelah kemerdekaan dibandingkan dengan masa penjajahan belanda sebelumnya;
sedangkan tingkat kelahiran masih kurang lebih tetap,belum mengikuti turunnya tingkat
kematian sekitar tahun 1970an, laju pertambahan jumlah penduduk Indonesia telah
mengalami penurunan menjadi sekitar 2 persen, dan terus mengalami penurunan setelah
program keluarga berencana sampai sekitar tahun 2010 mengalami pertumbuhan hanya 1,1
persen pertahun. Selanjutnya hasil proyeksi menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk
Indonesia rata rata pertahun antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun dari 1,34 persen
menjadi 0,92 persen pertahun.
Jumlah penduduk di setiap pulau sangat beragam dan bertambah dengan laju
pertumbuhan yang sangat amat beragam pula. Sebagai contoh laju pertumbuhan penduduk
untuk periode 2010-2015 di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (0,26% pertahun,terkecil)
sumatera selatan (1,42%) riau (3,76% terbesar) jawa barat (1,60%) jawa tengah (0,26%) jawa
timur (0,31%) bali (1,07%) Kalimantan barat (1,51%) sudah tentu variasi pada peningkatan
pertumbuhan penduduk pertahun antar provinsi tersebut disebabkan oleh variasi pada tingkat
fertilitas dan mortalitas di masing masing provinsi.
Penyebab utama kematian bayi dan anak adalah ada penyakit menular (termasuk muntah
darah) , pneumonia, dan penyakit masa kanak kanak seperti kekurangan gizi. Disamping itu,
seorang anak yang menderita salah satu penyakit itu, sangat mudah menularkan penyakit
yang di deritanya kepada anak lain. Gizi yang lebih baik dan lingkungan yang lebih sehat
sangat diperlukan untuk mengurangi penyebab kematian bayi dan anak. Sebab sebab
kematian dapat dikurangi dengan cara melaksanakan beberapa program yang tidak terlalu
mahal, terutama untuk mengatasi terjadinya penyakit perut (muntah berdarah) kekurangan
gizi ibu dan anak, serta penyakit penyakit yang tidak terlalu parah. Sebab sebab kematian
dewasa yang paling menonjol adalah tuberkolosis, pneumonia, penyakit perut menular,
penyakit perut karena parasite, penyakit jantung, kecelakaan lalu lintas dan lain lain.
Barangkali beralasan kalau kita katakan bahwa dengan kemajuan ilmu kedokteran, Indonesia
akan terus mengalami penurunan tingkat mortalitas, dengan penurunan tingkat mortalitas
bayi dan anak lebih cepat dari pada penurunan tingkat mortalitas dewasa.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa program keluarga berencana memegang peranan yang
sangat penting dalam penurunan tingkat fertilitas. Hal ini jelas, karena kelahiran dapat
dicegah. Selain itu telah terjadi perubahan pola pola perkawinan, yakni meningkattnya usia
kawin pertama, bertambah jumlahnya wanita yang tidak kawin, yang diimbangi dengan
menurunnya jumlah perceraian. Di seluruh Indonesia, para calon pengantin mulai tidak
menganut cara cara tradisional dalam memilih jodoh, dan mereka memilih sendiri teman
hidupnya. Pasangan pasangan muda sangat sulit dalam mempersiapkan rumah tangga mereka
karena adanya kesulitan mencari pekerjaan disamping mempunyai cita cita tinggi, dan
memenuhi tuntutan yang terus menerus dari anak mereka rasakan sebagai tekanan
pembiayaan dalam upaya menjadikan mereka seorang pemuda modern. Bahkan diantara
golongan miskin dimana tuntutan anak anak selalu menyusahkan orang tua. Hal ini
menyebabkan adanya keinginan untuk mebatasi jumlah anak dan memperpanjang jarak
kelahiran yang mengakibatkan turunnya tingkat fertilitas. Diperkirakan bahwa tingkat
fertilitas di Indonesia telah mengalami penurunan dari 5,5 persen pada tahun 1970 menjadi
sekitar2,7 persen pada tahun 2000.
3) Struktur Usia dan Beban Ketergantungan
Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar
pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan.
Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam
kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan
pengembangan kebijakan penduduk terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia. Jumlah penduduk yang besardapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal
dalam pembangunan.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat
diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban. Juga dapat dilihat berapa
presentase penduduk yang berpottensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk
usia produktif. Selain itu, dalam pembangunan berwawasan gender, penting juga mengetahui
informasi tentang berapa jumlah penduduk perempuan terutama yang termasuk dalam
kelompok usia reproduksi (usia 15-49 tahun) partisipasi penduduk perempuan menurut umur
dalam pendidikan, dalam pekerjaan dll.
Hampir 40 persen penduduk di negara negara berkembang terdiri dari anak anak berusia
di bawah 15 tahun, sedangkan di negara negara maju jumlah generasi muda nya hanya sekita
29 persen dari jumlah ttotal penduduknya. Sebagai contoh, sebanyak 49 persen penduduk
Nigeria dan 48 persen di Ethiopia berusia dibawah 15 tahun pada tahun 1997. Di negara
negara yang mempunyai struktur usia dan penduduknya seperti itu, rasio ketergantungan
pemuda (youth dependency ratio) yakni perbandingan antara pemuda berusia dibawah 15
tahun yang tentunya belum memiliki pendapatan sendiri, dengan orang orang dewasa yang
aktif atau prduktif secara ekonomis berusia 15 tahun hingga 64 tahun – sangat tinggi. Hal ini
berarti angkatan kerja di negara negara berkembang harus menanggung beban hidup anak
anak mereka yang besarnya hamper dua kali lipat dibandingkan dengan angkatan kerja di
negara negara kaya. Sebagai contoh, di swedia dan inggris, jumlah kepolmpok usia kerjanya
(15-64 tahun) hamper mencapai 65 persen dari total penduduk. Penduduk usia kerja ini hanya
berkewajiban menanggung beban hidup anak anak yang jumlahnya 18 persen dan 19 persen
saja dari total penduduknya dimasing masing negara itu.
Bagaimana struktur usia penduduk di Indonesia? Tabel di bawah menunjukkan bahwa
jumlah anak anak berumur dibawah 15 tahun mencapai hamper 26 persen dari jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2008. Keadaannya lebih baik daripada di negara negara
berkembang seperti di Nigeria dan ethiophia.
Tabel Penduduk Indonesia Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin 2008
(dalam 000 orang)
Golongan umur Laki laki perempuan jumlah
0-4 10490,1 10259,6 20749,7
5-9 102229,4 10210,9 20440,3
10-14 10458,0 10063,3 20521,3
jumlah penduduk 31177,5 30533,8 61711,3
berumur dibawah 15 (27,68%) (23,87) (25,65%)
5-19 10904,5 9855,9 20760,4
20-24 10598,4 10105,8 20704,2
25-29 10175,2 10529,7 20704,9
30-34 9341,5 10291,1 19632,6
35-39 8702,1 10349,7 19051,8
40-44 7897,4 9812,9 17710,3
45-49 6874,0 8832,7 15706,7
50-54 5651,9 7655,5 13307,4
55-59 4236,2 6422,7 10658,9
60-64 3032,4 4875,7 7908,1
jumlah penduduk 77413,6 88731,7 166144,0
usia kerja (15-64) (68,73%) (69,36%) (69,07%)
65+ 5316,7 8667,3 1398,4
Jumlah 112627,1 127932,8 240559,9
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja di Indonesia pada tahun
2008 mencapai 66,,07 persen satu keadaan yang kelihatannya lebih baik dari keadaan di
negara maju, swedia dan inggris seperti digambarkan diatas. Namun di antara penduduk usia
kerja masih termasuk ibu rumah tangga dan mereka yang terdaftar sedang dalam pendidikan,
disamping banyak yang menganggur, baik menganggur terbuka maupun setengah
menganggur. Barangkali yang lebih cocok dipakai adalah jumlah penduduk Indonesia yang
bekerja pada tahun 2008 (lihat pada tabel di bawah) yang angkanya adalah 102,55 juta atau
sekitar 42,63 persen dari jumlah penduduk. Mereka ini menanggung sekitar 25,65 persen dari
penduduk yang merupakan anak anak. Kalau demikian halnya, rasio ketergantungan pemuda
masih lebih jelek dibandingkan dengan negara maju, namun lebih baik daripada negara
berkembang pada umumnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin cepat laju
pertambahan penduduk, akan semakin besar pula proporsi penduduk berusia muda yang
belum produktif dalam total populasi, dan semakin berat pula tanggungan penduduk yang
produktif. Fenomena ketergantungan penduduk berusia muda ini selanjutnya menimbulkan
masalah lain, yakni konsep penduduk tua dan penduduk muda, dan yang tidak kalah
pentingnya, yakni apa yang disebut sebagai momentum pertumbuhan penduduk yang
tersembunyi (hidden momentum of population grouth).
4) Penduduk Muda dan Penduduk Tua
Klasifikasi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah
penduduk di satu negara termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk di satu negara
dianggap penduduk muda apabila penduduk usia usia di bawah 15 tahun mencapai sebesar 40
persen atau lebih dri jumlah seluruh penduduk. Dengan melihat tabel diatas Indonesia tidak
dapat dikatakan meupakan pola penduduk muda karena jumlah penduduk usia 65 tahun
keatas di atas 10 persen dari total penduduk. Dalam hal itu, Indonesia jumlah penduduk
berusia 65 tahun atau lebih hanyalah 1398,4 juta orang atau hanya sekitar setengah persen
dari jumlah penduduk. Artinya Indonesia juga tidak dapat dikatakan mempunyai struktur
penduduk tua.
Satu bangsa yang mempunyai karakteristik penduduk muda akan mempunyai beban
besar dalam investasi social untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anak anak di
bawah 15 tahun ini. Dalam hal ini pemerintah harus membangun sarana dan prasarana
pelayanan dasar mulai dari perawatan ibu hamil dahn kelahiran bayi, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak anak termasuk penyediaan imunisasi,
penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar termasuk guru guru dan sarana sekolah
yang lain.
5) Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi
Agaknya salah satu aspek pertumbuhan penduduk yang sulit dipahami adalah
kecenderungannya untuk terus menerus mengalami peningkatan yang tidak terhentikan
sekalipun tingkat kelahiran telah mengalami penurunan secara drastis. Pertambahan
penduduk mempunyai kecenderungan inheren untuk terus melaju seolah olah laju
pertumbuhan penduduk tersebut mempunyai satu daya tarik internal yang kuat dan
tersembunyi seperti pada mobil yang masih bisa berjalan terus meskipun rem diinjak
maksimum, sebelum akhirnya benar benar berhenti. Dalam kasus pertumbuhan penduduk,
daya gerak tersebut agaknya akan dapat berlangsung terus sampai berapa decade kemudian
setelah angka kelahiran mengalami penurunan yang cukup berarti.
Ada dua alasan pokok yang melatarbelakangi keberadaan daya gerak tersembunyi. Yang
pertama tingkat kelahiran itu sendiri tidak mungkin diturunkan hanya dalam satu malam saja.
Kekuatan kekuatan social, ekonomi, dan institusional yang mempengaruhi tingkat fertilitas
yang telah ada dan bertahan selama berabad abad tidak mudah hilang begitu saja hanya
karena himbauan himbauan dari pemimpin nasional. Pengalaman menunjukkan bahwa
penurunan tingkat kelahiran secara berarti memerlukan waktu berpuluh puluh tahun. Itulah
sebabnya, meskipun Indonesia menetapkan upaya upaya untuk menrunkan laju pertumbuhan
penduduk sebagai prioritas utama, kita tidak akan memperoleh hasil hasilnya segera. Selain
usaha yang gigih dan bersinambungan untuk menurunkan fertilitas sampai pada tingkat yang
diinginkan, prosesnya sendiri memang memerlukan waktu yang cukup lama.
Sedangkan alasan yang kedua atas adanya momentum yang tersembunyi tersebut erat
kaitannya dengan struktur usia penduduk Indonesia. Di negara yang mempunyai tingkat
kelahiran tinggi, proporsi jumlah anak anak dan remaja acap kali mencapai 50 persen dari
jumlah penduduk. Dalam populasi yang tingkat fertilasinya tinggi, jumlah anak anak ini
nantinya menjadi dewasa maka jumlah orang tua yang potensial dengan sendirinya akan
melebihi jumlah yang ada pada saat ini. Walaupun pasangan baru ini mempunyai lebih sedikit
anak (katakanlah hanya dua orang dibandingkan dengan orang tua mereka yang rata rata
mempunyai, misalnya empat orang), tetapi jumlah seluruh pasangan baru yang mempunyai
empat anak sehigga pada akhirnya jumlah penduduk tetap tinggi sebelum menurun beberapa
saat kemudian.
3. Analisis Masalah Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi
1) Pengangguran Terbuka
Penganguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih
rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian, semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di
dalam suatu jangka masa yang cukup panjang, mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi
mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan
pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula merupakan wujud sebagai akibat
dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan
tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri. Berikut ini
grafik tingkat pengangguran terbuka.
Sumber: BPS 2018
2) Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi
memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung pada banyak
faktor. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat
produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah
pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan
supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang
digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.
3) Penyebab Pengangguran
Kaufman dan Hotchkiss (1999), mengidentifikasi penyebab pengangguran, yaitu:
a. Proses mencari kerja
Pada proses ini menyediakan penjelasan teoritis yang penting bagi tingkat pengangguran.
Munculnya angkatan kerja baru akan menimbulkan persaingan yang ketat pada proses
mencari kerja. Dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu disebabkan
karena adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak sempurnanya
informasi yang diterima pencari kerja mengenai lapangan kerja yang tersedia, serta
informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima,
dan sebagainya.
b. Kekakuan upah
Besarnya pengangguran terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat upah yang tidak fleksibel
dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada proses produksi dalam perekonomian akan
mengakibatkan pergeseran atau penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya,
akan terjadi penurunan besarnya upah yang ditetapkan. Dengan adanya kekakuan upah,
dalam jangka pendek, tingkat upah akan mengalami kenaikan pada tingkat upah semula.
Hal ini akan menimbulkan kelebihan penawaran (excess supply) pada tenaga kerja
sebagai inflasi dari adanya tingkat pengangguran akibat kekauan upah yang terjadi.
c. Efisien upah.
Besarnya pengangguran juga dipengaruhi oleh efisiensi pada teori pengupahan. Efisiensi
yang terjadi pada fungsi tingkat upah tersebut terjadi karena semakin tinggi perusahaan
membayar upah maka akan semakin keras usaha para pekerja untuk bekerja (walaupun
akan muncul juga kondisi dimana terjadi diminishing rate). Hal ini justru akan
memberikan konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih pada
tenaga kerja yang memiliki efisiensi lebih tinggi maka akan terjadi pengangguran
terpaksa akibat dari persaingan yang ketat dalam mendapatkan pekerjaan yang
diinginkan.
4) Dampak Pengangguran
Dampak pengangguran terhadap kegiatan perekonomian, yaitu:
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak memaksimalkan tingkat kemakmuran
yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan
potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak
berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan
pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga
kegiatan pembangunan pun akan terus menurun
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap
barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang
kalangan investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak
akan terpacu.
5) Cara Mengatasi Pengangguran
a. Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu,
pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan
apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta.
Fakta memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasil. Meskipun demikian,
wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.
b. Sejumlah dana bergulir disediakan dan disalurkan untuk usaha-usaha keluarga di sektor
informal sehingga dapat menambah penghasilan mereka.
c. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan
ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di negara kita mengingat sejumlah
penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.
untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakkan lembaga yang mendidik tenaga kerja
menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan dan pelatihan kerja itu adalah
kesesuaian program dengan kualilikasi yang dituntut oleh kebanyakan perusahaan.
4. Analisis Masalah Distribusi dan Perpindahan Penduduk
Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk
dibeberapa pulau terutama Jawa memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk,
dengan pembangunan dan program program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk
atu melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim
di tempat lain. Dimana mana di dunia ini, tidak hanya di Indonesia, perpindahan penduduk
dari satu tempat ke tempat lainnya tidak bisa dihindarkan, baik yang bersifat antar negara
maupun internal dalam satu negara. Analisis dan perkiraan besaran dan arus migrasi
merupakan hal yang penting bagi terlaksanannya pembangunan manusia seutuhnya. Apalagi
kalau analisis mobilitas tersebut dilakukan pada satu wilayah administrasi yang lebih rendah
daripada tingkat provinsi. Karena justru tingkat mobilitas penduduk baik yang permanen
maupun yang tidak permanen akan tampak lebih nyata terlihat pada satuan unit administrasi
yang lebih kecl seperti kabupaten, kecamatan dan desa atau kelurahan. Pada dasarnya migrasi
penduduk merupakan refleksi perbedaan kesejahteraan ekonomi dan kurang meratanya
fasilitas pembangunan antara satu negara atau daerah dengan negara atau daerah lain.
Penduduk dari negara atau daerah yang tingkat kemakmuran ekonominya kurang akan
bergerak menuju ke negara atau daerah yang mempunyai tingkat kemakmuran ekonomi yang
lebih tinggi.
Faktor pendorong dan penarik migrasi. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong satu
wilayah dan daya tarik wilayah lainnya. Daya dorong wilayah meyebabkan orang pergi ke
tempat lain, misalnya karena di daerah itu tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk
memberikan jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas dari
persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut. Adapun faktor
faktor pendorong antara lain :
1) Makin berkurangnya sumber sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung
lingkungan, menurunnya permintaan atas barang barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan pertanian
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal
3) Adanya tekanan tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak
asasi penduduk di daerah asal
4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dan lainnya.
Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika satu wilayah mampu atau dianggap mampu
menyediakan fasilitas dan sumber sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di
wilayah itu sendiri maupun penduduk disekitarnya dan daerah daerah lain. Adapun faktor
faktor penarik antara lain :
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup atau
kesejahteraannya
2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas public lainnya.
4) Adanya aktivitas aktivitas di kota besar, tempat tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.

Perpindahan penduduk dengan berbagai alasan diistilahkan sebagai migrasi. Secara luas
migrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu
tempat ke tempat lain melewati batas administrative atau batas politik/negara. Dengan kata
lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari satu daerah ke daerah
lain.
Migrasi dalam dimensi spasial dan dimensi waktu. Migrasi dikelompokkan berdasarkan
dua dimensi waktu. Dalam dimensi ruang atau daerah (spasial) dikenal migrasi internasional
dan migrasi internal (dalam satu negara). Migrasi internasional merupakan perpindahan
penduduk dari satu negara ke negara lain atau dari satu benua ke benua lain. Misalnya saja
bangsa bangsa di Eropa Barat ketika berlomba lomba mencari daerah baru di benua amerika,
amerika latin, afrika dan juga sampai ke asia.
Migrasi internal di Indonesia yang penting meliputi perpindahan penduduk :
1) Antar provinsi atau kabupaten antar pulau yang dikenal dengan istilah trasmigrasi atau
antar provinsi atau kabupaten dalam satu pulau
2) Dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan yang disebut urbanisasi atau sebaliknya
dari kota ke pinggir kota dan pedesaan (deurbanisasi)
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari pulau Jawa, Madura dan Bali ke
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua Barat dan bahkan Timor Timur.
Meskipun ada juga transmigrasi swakarsa, pada umumnya transmigrasi yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang ini adalah atas sponsor pemerintah. Dalam perspektif
pembangunan nasional, transmigrasi dapat dikatakan sebagai derivative dari cita cita
kemerdekaan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya bangsa yang berorientasi
pada pengembangan wilayah yang diintegrasikan dengan penataan penyebaran penduduk.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan dari wilayah pedesaan di
sekitarnya, lain provinsi atau lain pulau. Urbanisasi itu sendiri telah ada sejak berkembangnya
kota kecil menjadi pusat pusat perdagangan, pendidikan, dan pemerintahan. Aliran
perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota sangat dirasakan pada masa atau setelah
revolusi industri di inggris pada pertengahan abad 19.
Aliran sebaliknya dari kota ke pedesaan disebut deurbanisasi. Istilah ini muncul dari AS
dari kota kota besar di Eropa Barat, ketika kota kota besar sudah begitu padat sehingga
pasangan muda tidak nyaman bermukim di pusat kota. Mereka memilih bermukim di pinggir
pinggir kota dan hal yang demikian ini diikuti oleh banyak orang sehingga dianggap sebagai
aliran penduduk yang bermukim di pinggir kota.
Disamping migrasi dalam dimensi ruang, kita juga mengenal migrasi dalam dimensi
waktu yang artinya penduduk pindah ke tempat lain dengan tujuan menetap dalam waktu
enam bulan atau lebih. Jenis migrasi dalam dimensi waktu yang paling umum adalah migrasi
sirkuler atau musim dan migrasi ulang alik (commuter migration). Migrasi sirkuler (migrasi
musim) adalah penduduk yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat
tujuan. Migrasi sirkuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan
dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan. Sedangkan yang dimaksud
migrasi ulang alik (commuter migration) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat
tinggalnya secara teratur, pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah atau untuk
kegiatan lainnya dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula.
Kriteria migrasi. Masalah lain yang juga penting dalam hal perpindahan penduduk adalah
apa kriteria seorang agar dia bisa disebut sebagai migran. Dalam hal ini dikenal migrasi
seumur hidup, migrasi risen dan migrasi total.
Migrasi seumur hidup kalau seorang bertempat tinggal pada saat pengumpulan data
berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu mereka lahir. Migrasi risen apabila tempat
tinggal seseorang pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu
lima tahun sebelumnya. Sedangkan migrasi total adalah apabila seseorang pernah bertempat
tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.
Kriteria migrasi risen lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antar daerah
daripada migrasi seumur hidup yang relative statis. Sedangkan migrasi total tidak
memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang.
Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk menghitung migrasi kembali.
REFERENSI
Hill, Hall. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966. Yogyakarta: PAU
Ekonomi UGM

Nehen, I Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar. Udayana University Press

Pujoalwanto, Basuki. Perekonomian Indonesia: Tinjauan Historis, Teoritis, dan Empiris.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai