Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBIJAKAN REDISTRIBUSI PENDUDUK DALAM


PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Kependudukan

Dosen Pengampu : Dr. AGUSSALIM A. GADJONG, SH., MH.

Oleh:
KELOMPOK 2
1. SAMIDA (000802562022/No.04)
2. A. WAHYUDI AMAL (002002562022/No.09)
3. MAHDYS SYAM (003102562022/No.10)
4. ERWIN (006402562022/No.11)
5. SUDARSONO (007402562022/No.12)
6. NUR RAHMA ASJAKSAN (007702562022/No.13)

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas
terselesaikannya penulisan Makalah dengan judul “Redistribusi Penduduk”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum dan
Kependudukan.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,
civitas akademika maupun para pembaca yang memerlukan sebagai bahan
literatur. Penulis mengharapkan saran atau kritik yang sifatnya positif terhadap
tulisan ini, guna peningkatan kemampuan Penulis di masa mendatang dan
kemajuan ilmu pengetahuan,

Makassar, 12 JUNI 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Manfaat dan tujuan
C. Rumusan masalah

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Distribusi penduduk Indonesia
B. Redistribusi penduduk
C. Faktor pendukung dan penghambat kebijakan redistribusi

BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan jumlah penduduk
yang sangat banyak. Jumlah penduduk di Indonesia yang saat ini mencapai
kurang lebih 241.000.000 penduduk menempati urutan ke- 4 jumlah penduduk
terbanyak di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika
Serikat.
Beberapa pengamat yang ada di masyarakat mempercayai bahwa konsep
dari kapasitas muat juga berlaku terhadap penduduk bumi. Yaitu, penduduk yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan katastrofi Malthus. Namun, beberapa
menyangkal pendapat mengenai katastrofi Malthus ini dan menunjukan grafik
yang menunjukkan kenaikan dari jumlah logistik penduduk.
Luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah seluas
1.904.569 km2 dengan kepadatan penduduk sebesar 124/km2. Pulau Jawa adalah
sebuah pulau yang memiliki populasi sebanyak 136.000.000 jiwa. Dengan pulau
sebanyak 13.487 pulau membuat pulau Jawa sebagai pulau yang terbilang cukup
kecil dibanding pulau lainnya menjadi pulau terpadat di Indonesia ataupun dunia
dengan kepadatan Ruang menembus angka 979.
Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa pulau Jawa begitu digemari
oleh 60 persen penduduk Indonesia untuk ditinggali. Salah satunya adalah faktor
karena ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia berada di Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Seluruh pusat pemerintahan Indonesia berada di Jakarta seperti
istana negara, monumen nasional, gedung Departemen Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Selain faktor tersebut, hampir
seluruh fasilitas yang memadai berada di ibukota seperti fasilitas pendidikan,
kesehatan, ataupun lapangan kerja. Selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta, daerah
– daerah lain di Pulau Jawa juga merupakan tempat – tempat yang memiliki
fasilitas cukup lengkap apabila dibandingkan dengan pulau – pulau lainnya.
Berbagai macam faktor dapat membuat seseorang untuk menetap di suatu
tempat tinggal. Akan tetapi, apabila sebuah tempat dihuni oleh jumlah orang yang

3
terlalu berlebih akan terjadi peristiwa overpopulated di satu daerah dan membuat
daerah lain sepi. Hal tersebut berakibat cukup fatal untuk perekonomian sebuah
negara karena untuk mencapai sebuah negara yang sukses diperlukan
keseimbangan ekonomi di seluruh daerahnya. Akan tetapi, apabila sebuah daerah
ramai dan daerah lainnya sepi akan membuat perkembangan baik dari segi
ekonomi, pendidikan, ataupun kesehatan tidak akan seimbang.
Untuk mengatasi masalah tidak meratanya jumlah penduduk yang ada di
Indonesia, perlulah dilaksanakan Redistribusi Penduduk. Pengertian dari
Redistribusi Penduduk adalah, salah satu upaya yang dilakukan untuk pemerataan
penduduk di Indonesia dengan cara transmigrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana distribusi penduduk Indonesia saat ini?
2. Apa yang dimaksud dengan redistribusi?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat redistribusi?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan dapat menjelaskan distribusi penduduk Indonesia dari
tahun ke tahun.
2. Mengetahui dan dapat menjelaskan transmigrasi sebagai kebijakan
redistribusi pemerintah.
3. Mengetahui dan dapat menjelaskan factor pendukung dan penghambat
kebijakan redistribusi.

4
BAB 2
REDISTRIBUSI

A. Jumlah dan Distribusi Penduduk indonesia


Salah satu yang menjadi indikator persebaran penduduk Indonesia adalah
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya
dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum dipakai
adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu rasio yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa
banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu.
Rumus

gambar 1 profil persebaran penduduk indonesia tahn 1930-2010

Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong


tinggi yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990
menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Pulau jawa dan Madura merupakan pulau yang paling banyak penduduknya.

5
Tabel 1 Kepadatan Penduduk Indonesia Menurut Pulau, (Tahun 1930 – 1998).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak


237 641 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan
sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 persen).

gambar 2 peta jumlah penduduk Indonesia,


sumber sensus BPS 2010, www.BPS.go.id

Peta di atas menunjukkan persentase (daripada) jumlah penduduk


Indonesia. Semakin pekat warna hijaunya menunjukkan semakin besar pula

6
persentasenya. Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk pada setiap
propinsi dibanding total keseluruhan populasi Indonesia dikali 100%.
Dari peta tampak Propinsi Jawa Barat memiliki warna hijau paling pekat,
disusul kemudian Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Propinsi Jawa Barat
memiliki persentase 18,1% dari total penduduk Indonesia. Propinsi Jawa Timur
memiliki persentase 15,8% dan Propinsi Jawa Tengah 13,6%. Sementara itu,
Propinsi Papua Barat 0,3%, persentase terkecil. Anda dapat melihat data
lengkapnya pada Lampiran.

gambar 3 peta kepadatan penduduk Indonesia


sumber: sensus 2010, www.bps.go.id

Jumlah penduduk suatu wilayah akan selalu terkait dengan kepadatan


penduduknya. Namun, jumlah penduduk yang besar tidak selalu memiliki
kepadatan yang tinggi karena hal tersebut juga tergantung luas wilayahnya.
Sebuah wilayah dengan penduduk banyak tapi memiliki wilayah yang luas,
mungkin akan sama padatnya dengan sebuah wilayah berpenduduk sedikit dan
wilayah yang sempit.
Sensus BPS tahun 2010 menyebutkan bahwa kepadatan penduduk
Indonesia mencapai 124 jiwa per kilometer persegi. Jika dilihat pada setiap
propinsi maka didapatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki kepadatan
yang jauh melebihi propinsi lainnya, yaitu 14.469 jiwa per kilometer persegi.
Anda dapat membadingkannya dengan Propinsi Papua Barat yang hanya 8 jiwa

7
per kilometer persegi atau Propinsi Jawa Barat yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi kedua dengan 1.217 jiwa per kilometer persegi.
Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau Sumatera
yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3
persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen
penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk,
Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang
luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8
persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.

gambar 4 peta jumLah penduduk sumatera barat,


sumber sensus BPS 2010

Untuk provinsi Sumatera barat, Jumlah penduduk sebanyak 4 846 909


jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak
1 877 822 jiwa (38,74 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 2 969 087 jiwa
(61,26 persen).

8
gambar 5 peta kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Barat

Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari


yang terendah sebesar 0,97 persen di Kota Padang Panjang hingga yang tertinggi
sebesar 17,20 persen di Kota Padang.
Dari data-data yang telah dipaparkan di atas, dapat terlihat bahwa terjadi
ketimpangan persebaran penduduk Indonesia dimana lebih dari 60% oenduduk
Indonesia, mengelompok di pulau jawa. Hal ini lah yang mendsari diambilnya
kebijakan redistribusi penduduk.

B. Kebijakan Redistribusi penduduk indonesia


Ketimpangan persebaran penduduk di Indonesia sangat menghambat
proses pembangunan, karena itu sangat penting untuk dilaksanakan program
redistribusi penduduk bagi seluruh wilayah Indonesia. Dari sudut mana pun kita
memandang program redistribusi penduduk ini mempunyai nilai yang sangat
penting. Dari segi ekonomi, program redistribusi penduduk berarti menyediakan
tenaga kerja serta keterampilan baik untuk perluasan produksi di daerah-daerah
maupun pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, akan timbul integrasi
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun daerah. Ditinjau dari
aspek idiologi, redistribusi penduduk berfungsi untuk meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara. Dari aspek politik, hal ini akan merupakan alat
penunjang pembauran etnik, mempersempit kesenjangan kelas maupun wilayah,

9
serta dapat meningkatkan hubungan antarkelompok. Dilihat dari segi hankam,
redistribusi penduduk juga dinilai dapat mewujudkan terciptanya sishankamrata.
Terhadap sumber daya alam, redistribusi penduduk dianggap dapat meningkatkan
pengamanan dan sekaligus pemanfaatannya. Baik pemerintah Hindia Belanda
maupun pemerintah Republik Indonesia sama-sama menyadari pentingnya
program redistribusi penduduk ini, namun demikian penekanan dari tujuan
program tersebut sangat berbeda. Di sarnping itu, beberapa suku bangsa (ethnic
group) telah pula melaksanakan usaha redistribusi penduduk ini. Di bawah ini
periodisasi prograrn redistribusi / transmigrasi penduduk yang pernah
dilaksanakan di Indonesia.
1. Masa pemerintahan Kolonial Belanda
Pengelompokan penduduk di Pulau Jawa telah terjadi sejak permulaan
abad ke-l9, dan hal ini menyebabkan terjadinya gejala kelebihan penduduk di
Pulau Jawa. Pada tahun 1905 pemerintah Hindia Belanda memindahkan sebanyak
155 kepala keluarga (KK) dari karesidenan Kedu (Jawa Tengah) ke Gedong
Tataan, Karesidenan Lampung. Di daerah ini desa-desa kolonisasi didirikan, dan
tiap-tiap tahun ke daerah ini dikirim kolonis-kolonis dari Pulau Jawa. Akhir tahun
1921 jumlah kolonis di Gedong Tataan mencapai 19.572 orang (Sjamsu, 1960).
Pada tahun 1922 sebuah permukiman yang lebih besar yang diberi nama
Wonosobo didirikan di dekat Kota Agung di Lampung Selatan. Di samping itu,
didirikan pula beberapa permukiman besar dekat Sukadana di Lampung Tengah,
sedangkan permukiman-permukiman yang lebih kecil didirikan di Sumatera
Selatan, Bengkulu, Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Masa Pendudukan Tentara Jepang
Ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia, kegiatan transmigrasi tetap
dilaksanakan. Akan tetapi karena sibuk dengan peperangan, rupanya penguasa
Jepang tidak sempat melakukan pengadministrasian kegiatan transmigrasi seperti
halnya pada jaman pemerintah kolonial Belanda, sehingga sangat sedikit
dokumentasi mengenai transmigrasi yang bisa ditemukan.

10
Diperkirakan selama kekuasaan Jepang, penduduk pulau Jawa yang berhasil
dipindahkan ke luar Jawa melalui transmigrasi sekitar 2.000 orang.
3. Masa setelah kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, program pemindahan penduduk dari Pulau Jawa ke
luar Jawa tetap dilaksanakan, bahkan daerah pengirimannya ditambah dengan
Pulau Bali dan Lombok yang kepadatan penduduknya sudah tinggi. Program ini
dinamakan transmigrasi.
Pengertian transmigrasi dalam UU No. 29 Tahun 2009 adalah perpindahan
penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di
kawasan transmigrasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Interpretasi
terhadap definisi tersebut bahwa pembangunan transmigrasi pada dasarnya
merupakan suatu upaya untuk merekayasa ruang atau wilayah agar mempunyai
nilai tambah dan daya tarik bagi penduduk untuk mendatanginya, bertempat
tinggal di dalamnya, dan untuk bekerja-berusaha guna peningkatkan
kesejahteraan. Masyarakat transmigrasi, baik para pendatang ataupun masyarakat
(penduduk lokal), yang berada di satuan-satuan permukiman dalam kawasan
transmigrasi, merupakan entitas kehidupan sosial sebagai subyek, pionir,
sekaligus pemanfaat pembangunan transmigrasi.
Program transmigrasi penduduk ini dilaksanakan dan biasanya dibiayai
oleh pemerintah Indonesia. Orang – orang yang melakukan transmigrasi disebut
juga transmigran.
Tujuan resmi dari program transmigrasi ini adalah mengurangi
kemiskinan dan kepadatan penduduk yang ada di pulau Jawa dan dapat
memberikan peluang lebih untuk orang – orang yang ingin bekerja dan memenuhi
kebutuhan tenaga kerja agar sumber daya alam yang ada di pulau – pulau sepi
seperti Papua, Kalimantan, Sumatera, dan juga Sulawesi dapat terolah dengan
baik. Akan tetapi dalam pelaksanaannya pemerintah Indonesia mendapat kritik
bahwa para transmigran dijadikan sebagai pengganti dari populasi lokal dan untuk
melemahkan gerakan separatis lokal. Berbagai masalah yang timbul akibat dari
program ini adalah masalah persengketaan dan juga percekcokan bahkan termasuk
juga bentrokan yang terjadi antara penduduk pendatang dan penduduk asli
setempat.

11
Seiring dengan terjadinya perubahan lingkungan yang strategis di
Indonesia, transmigrasi dilaksanakan dengan berbagai paradigma baru seperti:
1) mendukung ketahanan pangan dan juga penyediaan papan,
2) mendukung kebijakan alternati (bio-fuel),
3) mendukung terjadinya pemerataan investasi ke seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia,
4) mendukung ketahanan nasional dari pulau terluar dan wilayah perbatasan
Negara Kesatuan Republik Indonsia, dan juga
5) menyumbang bagi penyelesaian masalah pengangguran dan juga
kemiskinan.
Saat ini, program transmigrasi bukanlah sekedar program untuk
memindahkan penduduk, akan tetapi merupakan salah satu upaya untuk
pengembangan wilayah. Metode yang dijalankan tidak lagi bersifat sentralistik
dan to down dari Jakarta, melainkan berdasarkan kerjasama antar daerah yang
mengirim transmigran dan yang menerima transmigran. Penduduk setempat
diberikan kesempatan besar untuk menjadi transmigran penduduk setempat
dengan proporsi 50 banding 50 dengan transmigran penduduk asal.
Dasar hukum yang digunakan untuk program transmigrasi ini adalah
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 mengenai
Ketransmigrasian (revisi UU Nomor 3 Tahun 1972) dan juga Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 mengenai
Peyelenggaraan Transmigrasi, dan juga ditambah beberapa keputusan presiden
dan juga instruksi presiden pendukung.
Syarat – syarat untuk menjadi seorang transmigran adalah
1) setiap Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Negara Kesatuan
Republik Indonesia,
2) berkeluarga yang dibuktikan dengan adanya surat Nikah dan Kartu
Keluarga, memiliki kartu tanda penduduk (KTP) yang masih berlaku,
3) berusia antara 18 tahun hingga dengan 50 tahun yang sesuai dengan Kartu
Tanda Penduduk kecuali apabila diatur dalam perjanjian kerjasama
antardaerah,

12
4) belum pernah melaksanakan transmigrasi yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari Kepala Desa ataupun Lurah,
5) berbadan sehat, memiliki keterampilan sesuai dengan Sumber Daya Alam
yang akan diolah,
6) bersedia untuk menandatangani Surat Pernyataan dan juga kesanggupan
melaksanakan kewajiban sebagai transmigran, telah lulus seleksi yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Lulus.
Daerah tujuan transmigrasi telah dikelompkan sesuai kondisi daerah
ataupun sumber daya alam yang tersedia.
1) Pada wilayah 1, terdapat beberapa daerah seperti Nangroe Aceh
Darussalam, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan juga Sumatera
Selatan.
2) Dalam gologan wilayah 2, terdapat empat daerah yaitu Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan juga Kalimantan Selatan.
3) Pada golongan wilayah 3 terdapat tiga daerah yaitu Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, dan juga Papua.
Terdapat beberapa jenis transmigrasi, yaitu transmigrasi umum,
transmigrasi lokal, transmigrasi bedol desa, transmigrasi spontan (swakarsa), dan
juga tranmigrasi sektoral.
1) Pada transmigrasi umum dibiayai oleh pemerintah dan mendapatkan
jaminan hidup selama 18 bulan.
2) Pada transmigrasi swakarsa, para transmigran membiayai sendiri. Pada
transmigrasi sektoral dilakukan antardepartemen.
3) Pada transmigrasi bedol desa, seluruh desa beramai – ramai pindah ke
sebuah tempat.
4) Dan pada transmigrasi lokal para transmigran akan pindah ke daerah yang
tidak jauh dari daerah asal dan berada dalam ruang lingkup 1 wilayah.
Kesimpulan dari pemecahan masalah pemerataan kependudukan ini
adalah dengan dilaksanakannya transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari
pulau yang ramai ke pulau yang sepi

13
C. Faktor pendukung dan penghambat serat dampak dari kebijakan
redistribusi penduduk
Faktor-faktor Pendukung Dilaksanakannya Transmigrasi yaitu :
1) Faktor kependudukan, Indonesia mengalami permasalahan di antaranya
persebaran penduduk yang tidak merata. Penduduk Indonesia 61,1 % tinggal di
Pulau Jawa dan Madura, sedang luas Pulau Jawa dan Madura hanya 6,9% dari
luas seluruh wilayah Indonesia. Jelas bahwa Pulau Jawa berpenduduk sangat
padat, sedang pulau-pulau lain, seperti Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
dan Irian Jaya berpenduduk sedikit. Oleh karena itu, perlu adanya pemerataan
melalui program transmigrasi. Daerah berpenduduk padat yang merupakan
daerah asal transmigrasi adalah Pulau Jawa, Bali, dan Pulau Lombok.
2) Faktor ekonomi, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor
pertanian, sedang para petani di Jawa rata-rata hanya memiliki lahan 0,3 hektar.
Idealnya petani paling sedikit harus memiliki 2 hektar lahan. Bahkan, banyak
petani di Jawa yang tidak memiliki lahan sehingga terdapat banyak
pengangguran tidak kentara, sedang pulau lain kekurangan tenaga untuk
mengolah lahan.
3) Faktor lain dilaksanakannya transmigrasi adalah karena bencana alam,
daerahnya rawan terhadap bencana alam, daerahnya terkena proyek
pembangunan misalnya akan dibangun waduk.

Adapun yang menjadi penghambat pelaksanaan transmigrasi adalah


1) Adanya konsep orang jawa yang mengatakan mangan ora mangan asal
kumpul walaupun menurut Parsudi Suparlan mengatakan konsep di atas
adalah konsep yang dilihat pada abad 18 dan kenyataan pada masa sekarang
tema utama yang ada dalam budaya jawa adalah kumpul ora kumpul asal
mangan (Muhajir Utomu dan Rofiq Ahmad, 1997p.149). namun hal ini masih
menyebabkan migran cenderung untuk terikat dengan daerah asal karena
adanya kekuatan sentripetal daerah yang kuat sehingga merreka sering bersifat
enduduk bilokal (bilocal population)

14
2) Berkembangnya sektor ekonomi informal seperti pedagang kaki lima, penjual
koran, home industri dan lain-lain sebagai alternatif menanggulangi
pengangguran secara mandiri.
3) Maraknya perluasan kesempatan bekerja diluar negeri juga merupakan salah
satu yang dapat menghambat program transmigrasi.
4) Karena suatu administrasi terpusat yang efektif dan kuat tidak ada. Salah satu
masalah utama yang dihadapi adalah pemilihan tempat yang kurang baik
dilihat dari sudut lokasi, mudah tidaknya dicapai dan kondisi tanah yang
kesemuanya menyebabkan perkembangan proyek tersendat-sendat,
terbengkalai atau reabilitasi yang mahal ada tahap berikutnya atau kerusakan
ekologis yang serius. Masalah umum lainnya adalah banyak proyek
mengalami keterlambatan pembangunan prasarana seperti jalan utama (yang
penting bagi pemasaran), irigasi dan supply bibit dan input-input lain milik
BIMAS atau program-program pertanian lain yang sangat terlambat datangnya
atau kalu tidak jumlahnya tidak mencukupi. Di daerah asal jawa tempat
transmigran dipilih ada beberapa masalah endemis. Misalnya batas usia
tertinggi transmigran yang dipilih sering dijumpai usia lanjut yangg sangat
mempengaruhi kemampuan pemukim membuka dan mengerjakan lahannya.
Transmigrasi ini menimbulkan dampak baik positif maupun negatif, yaitu
1. Dampak Positif Transmigrasi
a. mengurangi kepadatan penduduk yang tidak merata
b. Meningkatkan persatuan & kesatuan dengan cara melakukan
transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali
dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor
Timur, dan Irian Jaya
c. Memproduksi beras dalam kaitan pencapaian swasembada pangan.
Dampak Negatif Transmigrasi
a. terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat
b. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran
yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-
tahun pertamanya

15
c. Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka
antara lain dalam bentuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak
di Kalimantan
d. gejolak di Papua yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam
pembagian keuntungan pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat
oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.

16
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN

Transmigrasi merupakan kebijaksanaan kependudukan mengenai


migrasi. Kebijaksanaannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi yang di
atur oleh Pemerintah.
Program transmigrasi telah terbukti mampu meminimalisir permasalahan
kependudukan. Pulau-pulau yang kepadatan penduduknya sangat tinggi seperti
Jawa, Madura dan Bali, lambat-laun kepadatan penduduk mulai turun dan daya
dukungnya untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk mulai meningkat.
Sedangkan pulau-pulau yang potensi sumber daya alamnya melimpah, namun
potensi sumber daya manusianya kurang, telah berkembang dan mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya setelah diterapkannya program
transmigrasi.
Setiap sistem yang dibuat pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Untuk
mengetahui apakah kekurangan dan kelebihan itu, maka kita perlu melihat dari
pengalaman setelah diterapkannya sistem tersebut. Apa hasil yang didapat dari
penerapan sistem tersebut dan apa yang diharapkan sebelumnya pada tahap
perencanaan konsep sistem tersebut. Jika hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan harapan, maka terdapat kesalahan yang harus diperbaiki.

17
DAFTAR PUSTAKA

Herryawan, Harry, dkk. 2013. Naskah Akademik Arah Kebijakan


Ketransmigrasian Tahun 2015-2019. Jakarata : Puslitbang Depnakertrans

Departemen Transmigrasi Dan Pemukiman Perambah Hutan RI. 1997.


Undang Undang No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

Setiawan, nugraha. 2010. SATU ABAD TRANSMIGRASI DI INDONESIA:


Perjalanan Sejarah Pelaksanaan, 1905-2005. Bandung :Unpad

18

Anda mungkin juga menyukai