Anda di halaman 1dari 27

Minggu 13

Dr. A.A.I.N Marhaeni, SE., MS


1) Ruang lingkup kebijakan kependudukan
 Permasalahan kependudukan saat ini sudah semakin kompleks, tidak
hanya berkaitan dengan permasalahan tingginya kelahiran, tingginya
angka kematian bayi, atau persoalan akibat migrasi penduduk, namun
isu-isu tersebut sudah semakin meluas seperti persoalan atau isu
lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan, hak asasi manusia,
kesetaraan gender, kesehatan reproduksi, penduduk usia lanjut,
pengangguran, dan kemiskinan.
 Semua persoalan atau isu tersebut diatasi dengan suatu kebijakan
kependudukan.
 Kebijakan kependudukan adalah langkah-langkah dan program-
program yang membantu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial,
demografis, dan tujuan-tujuan umum lainnya dengan jalan
mempengaruhi variabel-variabel utama demografi yaitu jumlah
penduduk dan pertumbuhannya, serta perubahan dan ciri-ciri
demografisnya.
Kebijakan kependudukan atau government actions.. Laws,
regulations, and programs that try to influence the three
agents of populations change (births, deaths, and
migration) as a way to promote socialand economic
development (Ashford, 2001).
Dengan demikian segala undang-undang, peraturan-
peraturan dan berbagai program yang akan
mempengaruhi 3 komponen kependudukan seperti
kelahiran, kematian, dan migrasi, yang merupakan suatu
cara untuk meningkatkan atau membangun kondisi sosial,
dan ekonomi penduduk. Jadi kebijakan kependudukan
tersebut pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
2) Jenis-jenis kebijakan kependudukan
Jenis-jenis kebijakan kependudukan yang ada di Indonesia
khususnya tergantung dari persoalan kependudukan yang
dihadapi oleh Indonesia.
Beberapa persoalan kependudukan yang dihadapi oleh
Indonesia secara umum atau oleh provinsi/kabupaten
yang ada antara lain:
1). Jumlah penduduk yang besar, Indonesia menduduki
jumlah penduduk terbesar no. 4 didunia
2). Persebaran penduduk yang tidak merata, dimana
sekitar 60 persen tinggal di pulau jawa, dengan hanya luas
daerah yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan
daerah/pulau-pulau yang lainnya
3). Luas lahan pertanian sudah semakin menyempit
akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi yang
membutuhkan lahan untuk permukiman sehingga
terjadi alih fungsi lahan
4). Persentase penduduk yang bekerja di sektor
pertanian masih tinggi sekitar 60 persen sedangkan
lahan pertanian sudah semakin menyempit atau alih
fungsi lahan yang terjadi secara terus menerus
5). Tingkat pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran cenderung tinggi
6). Kualitas penduduk khususnya kualitas tenaga kerja
masih rendah
MASALAH KEPENDUDUKAN

Jumlah Penduduk Cenderung Meningkat


Distribusi Penduduk Yang Timpang
Lpp Yang Relatif Tinggi
Migrasi Masuk Cenderung Meningkat
Fertilitas Penduduk Meningkat
Tingkat kematian ibu melahirkan tinggi
Tingkat kematian anak tinggi
Tingkat kematian bayi masih tinggi
Ada 2 jenis kebijakan kependudukan yaitu
kebijakan yang mempengaruhi variabel-variabel
kependudukan dan kebijakan yang menanggapi
perubahan-perubahan dalam bidang
kependudukan.
Contoh kebijakan kependudukan yang
mempengaruhi variabel kependudukan seperti
kebijakan keluarga berencana, yang bertujuan
untuk menurunkan kelahiran sehingga akan
mempengaruhi jumlah dan pertumbuhan
penduduk.
Kebijakan yang menanggapi perubahan-perubahan di
bidang kependudukan antara lain penciptaan lapangan
kerja untuk menanggapi perubahan penduduk
menurut kelompok umur khususnya angkatan kerja
untuk menurunkan tingkat pengangguran, demikian
pula kebijakan di bidang pendidikan seperti beasiswa
untuk murid-murid di sekolah.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah
baik kebijakan untuk mempengaruhi secara langsung
variabel-variabel kependudukan, dan juga untuk
menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di
bidang kependudukan akibat kebijakan yang telah
dilakukan, dan dapat diidentifikasi sebagai berikut.
Kebijakan kependudukan yang berkaitan dengan tingkat
kelahiran secara umum dapat dibedakan menjadi kebijakan
pronatalis dan kebijakan antinatalis.
Kebijakan pronatalis diambil secara umum karena
menginginkan menambah jumlah penduduk secara lebih cepat
dengan kebijakan-kebijakan yang akan memotivasi pasangan
usia subur untuk menambah jumlah anak yang mereka miliki.
Misalnya kebijakan memberikan hadiah kepada keluarga yang
memiliki anak.
Pada umumnya negara yang menggunakan kebijakan ini
memiliki pertumbuhan penduduk yang bertanda negatif,
sehingga dikhawatirkan jika tidak diberikan insentif jumlah
penduduk akan terus berkurang. Pada negara seperti ini
umumnya biaya untuk memiliki anak atau memilihara anak
sangat mahal sehingga mendorong mereka untuk tidak
memiliki anak.
Di sisi lain ada kebijakan kependudukan yang berkaitan
dengan kelahiran yaitu antinatalis. Negara-negara yang
menerapkan kebijakan ini adalah negara-negara yang tingkat
pertumbuhan penduduknya tinggi dan jumlah penduduk juga
besar/banyak seperti negara Indonesia, India, dan negara-
negara lainnya yang mengalami tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi.
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk
no.4 terbesar di dunia menganggap bahwa kebijakan
kependudukan dilaksanakan dengan konsep antinatalis, yang
dimulai semenjak pemerintahan orde baru sekiatar tahun
1970-an. Namun sebelum orde baru yaitu pada saat orde lama
yaitu Presiden Sukarno memiliki kebijakan kependudukan pro
natalis untuk menambah jumlah penduduk, karena penduduk
dipandang sebagai kekuatan sebuah bangsa.
Dengan kebijakan tersebut khususnya antinatalis maka
jumlah penduduk akan dapat ditekan sehingga
pertumbuhan penduduk akan menurun, demikian
sebaliknya jika kebijakan kependudukan yang pronatalis
diharapkan penduduk bertambah sehingga tingkat
pertumbuhan penduduk meningkat.
Untuk kebijakan kependudukan di Indonesia secara umum
dan khususnya menurut provinsi atau kabupaten/kota,
kebijakan antinatalis menyebabkan pertumbuhan
penduduk di Indonesia ataupun di Provinsi Bali mengalami
penurunan karena keberhasilan program KB dalam
mengendalikan kelahiran. Meningkatnya pertumbuhan
penduduk khususnya di Provinsi Bali setelah pada sensus
penduduk tahun 2000 dan 2010 lebih disebabkan oleh
komponen migrasi yang mengalami selisih positif pada
periode tersebut.
Kebijakan kependudukan yang diterapkan untuk tujuan
redistribusi penduduk akibat persebaran yang tidak merata
adalah kebijakan transmigrasi yang dikoordinasikan oleh
pemerintah.
Kebijakan transmigrasi ini ada yang dikenal dengan
transmigrasi umum dan transmigrasi swakarsa. Hal ini
disebabkan karena persebaran jumlah penduduk yang sangat
tidak merata, terutama di Jawa Bali dengan di luar Jawa Bali.
Di Jawa kemiskinan akibat terlalu banyak penduduk,
sedangkan di luar Jawa kemiskinan terjadi akibat
kekurangan jumlah penduduk seperti menjadi tenaga kerja
untuk menggarap lahan pertanian. Dengan kekurangan
tenaga kerja ini dibutuhkan tenaga kerja dari daerah atau
provinsi lain melalui kebijakan kependudukan khususnya
transmigrasi.
Program transmigrasi dimulai pada jaman penjajahan
Belanda yang disebut dengan program kolonisasi yang
dimulai pada tahun 1905 dengan mengirim sejumlah
815 jiwa yang berasal dari Jawa Tengah ke Gedong
Tataan. Daerah ini adalah sebagai daerah kolonisasi
yang pertama. Hingga tahun 1942 kolonisasi tetap
dilakukan di luar pulau Jawa.
Secara umum tujuan dari program kolonisasi ini
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan cara mengurangi kelebihan atau kepadatan
penduduk di pulau Jawa karena akar kemiskinan di
daerah tersebut adalah karena kelebihan penduduk di
Pulau Jawa. Dengan kebijakan ini diharapkan
kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan
Kebijakan kolonisasi terus berlanjut dimana pada tahun
1922 dibangun sebuah pemukiman yang besar di
Lampung, demikian pula pemukiman-pemukiman yang
lebih kecil seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan,
Bengkulu, dan Sulawesi.
Setelah jaman kemerdekaan kebijakan ini terus
dilanjutkan sampai sekarang. Setelah jaman kemerdekaan
mulai tahun 1947 setelah perang dunia ke dua mendirikan
jawatan transmigrasi yang merupakan bagian dari
kementrian Sosial, dan pada tahun 1950 mulai
memindahkan penduduk dari Jawa ke luar jawa, dengan
tujuan mempertinggi kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat dengan jalan mengadakan pemindahan dari satu
tempat (yang padat penduduknya) ke daerah yang jarang
penduduknya, untuk pembangunan perekonomian di
segala lapangan.
 Data menunjukkan selama 30 tahun yaitu dari tahun 1905 sampai
tahun 1940 hanya 1,3 persen dari jumlah pertambahan penduduk
selama periode tersebut. Pada periode 1961-1985 persentase penduduk
yang dapat dipindahkan dari pulau Jawa dan Bali, sekitar 8,2 persen
dari pertambahan penduduk pada periode tersebut. Dengan melihat
kenyataan ini tujuan dari program kolonisasi atau transmigrasi ini
untuk menurunkan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Bali
sepertinya tidak berhasil.
 Sebaliknya jika dilihat dari daerah penerima transmigran seperti pulau
Sumatera sebagai penerima transmigran yang pertama kalinya yang
kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainnya seperti Sulawesi,
Kalimantan, Maluku atau Irian Jaya, persentase transmigran yang
ditempatkan di daerah transmigran juga sekitar rata-rata 10-12 persen
dari penduduk di daerah tersebut. Dengan data ini juga menunjukkan
bahwa baik di daerah tujuan transmigran tidak mampu menaikkan
jumlah penduduk/tenaga kerja dengan signifikan, demikian pula dari
daerah pengirim, tidak mampu mengirim jumlah transmigran yang
berarti.
Seperti disebutkan sebelumnya ada 2 jenis transmigrasi
yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi swakarsa.
Transmigrasi umum sepenuhnya dibiayai oleh
pemerintah, namun transmigrasi swakarsa tidak dibiayai
pemerintah sepenuhnya.
Walaupun secara demografis program transmigrasi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan untuk redistribusi
penduduk baik di daerah asal transmigran maupun di
daerah tujuan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
program transmigrasi tersebut dapat menarik transmigran
swakarsa untuk datang, jadi dapat dikatakan terdapat
migrasi berantai akibat program transmigrasi tersebut. Ini
dapat dikatakan sebagai keuntungan dari program
tersebut yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi
daerah tujuan dan daerah asal secara demografis.
Para transmigran yang berhasil akan memberikan
informasi ke daerah asal tentang keberhasilan mereka,
informasi ini akan dapat menarik warga dari desa asal
transmigran untuk mengikuti jejak mereka. Selain itu para
transmigran yang telah berhasil di daerah transmigran
akan mengajak keluarganya untuk ikut berpindah ke
daerah transmigran. Selain dapat menyebabkan migrasi
swakarsa, juga akan dapat menyebabkan migrasi berantai
dimana mereka pergi dengan biaya sendiri menuju ke
daerah tersebut.
Sesuai dengan Teori yang dikemukakan oleh Mabogunje
(1970) kontribusi migran terdahulu di daerah tujuan
sangatlah besar untuk membantu transmigran swakarsa
terutama yang berasal dari daerah asal yang sama, dimana
bantuan ini diberikan umumnya pada awal perpindahan
dan dalam rangka penyesuaian di daerah tujuan.
Transmigran lama tidak hanya menampung transmigran
baru, namun juga membantu memenuhi kebutuhan
mereka, dan juga dibantu untuk membeli lahan sesuai
dengan relasi yang dimiliki dan juga kemampuan yang
dimiliki
Dengan demikian keberhasilan transmigran umum di
daerah tujuan akan disusul oleh kedatangan transmigran
swakarsa secara berantai, sehingga jumlah transmigran
secara keseluruhan menjadi besar.
Program transmigran memang telah memberikan dampak
terhadap pembangunan yang didaerah tujuan baik
berkaitan dengan tata ruang wilayah yaitu pembukaan
wilayah yang terisolasi serta pemanfaatan ruang wilayah,
demikian pula dalam pembangunan ekonomi wilayah.
Pembangunan yang dilaksanakan berkaitan dengan
program transmigrasi haruslah mampu meningkatkan
kesejahteraan trasmigran sebagai salah satu tujuan dari
program tersebut, demikian juga dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk setempat, sehingga urusan
penduduk setempat di daerah tujuan transmigran juga
harus ditangani secara terpadu.
Dalam kenyataannya banyak permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan transmigrasi tersebut, yang bersumber
dari lemahnya kesadaran masyarakat tentang
pembangunan yang dilaksanakan termasuk di bidang
transmigrasi, seperti timbulnya ketidakpuasan atau
kecemburuan di kalangan penduduk setempat.
Keresahan dan konflik yang menyebabkan berbagai usaha
ekonomi yang dibangun tidak dapat berjalan secara
produkstif yang banyak terjadi di daerah transmigran.
Kebijakan Pengiriman TKI ke Luar Negeri
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia merupakan salah satu
masalah yang selalu dihadapi selain masalah-masalah
kependudukan lainnya.
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di Indonesia
belum mampu menciptakan kesempatan kerja yang
dibutuhkan, sehingga terlihat tingkat ataupun jumlah
pengngguran cenderung bertambah dari waktu ke waktu.
Untuk mengatasi kondisi tersebut salah satu kebijakan yang
dikembangkan oleh pemerintah adalah pengiriman TKI ke
luar negeri dengan membentuk lembaga AKAN (Antar Kerja
Antar Negara) yang dikoordinasikan oleh Dinas Tenaga
Kerja dengan bekerjasama dengan PJTKI (Pengerah Jasa
Tenaga Kerja Indonesia).
Secara umum dapat dikatakan ada 2 faktor yang
mempengaruhi kenapa pengiriman TKI ke luar negeri yaitu:
1) Semakin kompleksnya masalah kependudukan di Indonesia
khususnya masalah ketenagakerjaan seperti masalah
pengangguran dan setengah pengangguran yang
mencerminkan kurangnya kesempatan kerja di dalam
negeri
2) Tersedianya kesempatan kerja yang cukup banyak
khususnya pada negara-negara yang kekurangan tenaga
kerja untuk bekerja pada bidang-bidang tertentu, seperti
negara-negara timur tengah, Malaysia, maupun Singapura,
yang dapat memberikan penghasilan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan di dalam negeri, dan juga dapat
menghasilkan devisa bagi negara.
TKI yang berangkat atau dikirim ke luar negeri dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) mereka yang dikirim ke luar
negeri dan terdokumentasi pada lembaga AKAN yang
secara resmi tercatat di Dinas Tenaga Kerja, seperti
pengiriman TKI ke Timur Tengah; 2) TKI yang berangkat
keluar negeri tidak terdokumentasi atau berangkat secara
ilegal melalui calo seperti TKI di Malaysia yang tidak
tercatat di Dinas Tenaga Kerja maupun di kantor imigrasi.
Dari catatan yang ada bahwa jumlah TKI yang berangkat ke
luar negeri pada 3 urutan terbesar adalah sebagian besar ke
Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lainnya,
urutan ke dua adalah ke Malaysia dan urutan ke tiga.
Sesuai dengan tujuan dilakukannya kebijakan pengiriman
TKI, maka ada beberapa dampak yang dirasakan atau
diperoleh karena keberadaan TKI tersebut.
 Beberapa dampak yang dirasakan karena keberadaan TKI ke luar
negeri:
1). Peningkatan pendapatan keluarga, keluarga migran akan memperoleh
pendapatan karena mereka bekerja di luar negeri dengan pendapatan
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bekerja di dalam negeri
(mungkin berkisar antara 3-4 kali lipat dari pada upah di dalam negeri
untuk pekerjaan tertentu).
2). Peningkatan devisa negara, devisa dapat dikatakan sebagai dampak
yang sangat penting bagi negara karena mereka dapat memberikan
devisa bagi negara, yang dapat memperbaiki neraca perdagangan
internasional Indonesia, semakin banyak TKI di luar negeri cenderung
devisa yang diperoleh juga semakin meningkat.
3). Peningkatan ketrampilan kerja, bagi TKI yang bekerja di luar negeri
secara langsung akan meningkat ketrampilan mereka yang akan dapat
mereka pergunakan nantinya di dalam negeri.
4). Pengurangan masalah pengangguran, secara otomatis jika mereka
bekerja di luar negeri sebagai TKI, akan dapat menurunkan tekanan
pengangguran di dalam negeri.
Kebijakan kependudukan yang bertujuan untuk
menurunkan mortalitas, khususnya tingkat kematian bayi
dan ibu melahirkan yang relatif masih tinggi. Hal ini juga
secara tidak langsung dapat menurunkan angka kelahiran
(beyond family planning).
Berbagai kebijakan di bidang kesehatan yang bertujuan
untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu
melahirkan telah dilakukan seperti program imunisasi,
program posyandu, penambahan fasilitas kesehatan dan
tenaga kesehatan di daerah pedesaan, penurunan jumlah
kelahiran (terlalu banyak), jarak melahirkan (terlalu
dekat), terlalu muda atau terlalu tua melahirkan (empat
terlalu) juga merupakan program-program untuk
menurunkan angka kematian bayi dan ibu melahirkan.
Peningkatan usia kawin adalah program agar masyarakat
melahirkan dalam usia yang cukup/ideal
3) Kebijakan kependudukan di berbagai negara
 Program KB (family planning)
Di negara-negara maju pemerintah tidak ikut campur dalam program
KB, namun dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat/LSM
dengan dana juga dari masyarakat, dan prakarsanya dimulai dari
kalangan penduduk/masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi
(program KB dimulai dari golongan atas, ke golongan menengah, dan
golongan bawah), hal ini sesuai dengan Teori Modernitas yang
menyatakan bahwa mempunyai banyak anak akan menghambat
karier dan memmerlukan biaya yang tinggi untuk pendidikan dan
kualitas hidup dari anak yang bersangkutan.
 Kebijakan kependudukan untuk hal ini juga ada 2 antinatalis dan
pronatalis. Negara-negara yang menerapkan kebijakan kependudukan
yaitu melaksanakan program KB, maka negara tersebut adalah
memiliki kebijakan antinatalis.
 Negara-negara yang mengambil kebijakan pronatalis adalah negara-
negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat
rendah atau bahkan negatif, seperti negara Prancis. Sebelum perang
dunia kedua banyak negara yang melaksanakan kebijakan pro natalis
untuk pertahanan perang. Setelah perang dunia kedua hanya negara
Brasil yang memiliki kebijakan kependudukan pronatalis.
 Negara-negara di Asia dapat dikatakan kebijakan kependudukannya
berbeda, yaitu ada yang antinatalis dan pronatalis. Negara-negara di
Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur hampir seluruhnya
melakukan kebijakan antinatalis. Pakistan, RRC, Jepang juga memiliki
kebijakan kependudukan antinatalis.
 Negara-negara Asia Barat yang sebagian bangsa Arab, hanya negara
Iran yang kebijakan kependudukannya antinatalis, namun negara-
negara lainnya tidak jelas kebijakan kependudukannya, hanya negara
Kuwait yang pronatalis.
 Di negara-negara eropa tidak secara resmi menyatakan kebijakan
kependudukannya apakah antinatalis atau pro natalis , namun
legalisasi pengguguran kandungan dimaksudkan untuk menjaga
kesehatan ibu, jika dilakukan secara legal.
Negara-negara yang berkulit hitam dapat dikatakan
sebagai pelopor program KB yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga, terutama pada
negara-negara yang miskin dan tingkat pertumbuhan
penduduknya tinggi.
Di Amerika Selatan kebijakan kependudukan dapat dibagi
2 yaitu kebijakan pronatalis untuk negara yang
penduduknya beragama katolik sedangkan kebijakan
antinatalis untuk negara dengan penduduk beragama
protestan.
Negara-negara Amerika Latin lebih fokus pada
pertumbuhan ekonomi tidak pada usaha-usaha untuk
program KB. Meskipun di negara-negara Timur Tengah,
Afrika dan Amerika latin belum banyak dilaksanakan,
namun ada kecenderungan ke arah antinatalis.

Anda mungkin juga menyukai