Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAHMIDA NURMIYANTI

NIM : 1710912220032

RESUME PERTEMUAN 2
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG KB

 Kebijakan kependudukan dibedakan ke dalam dua tujuan. Pertama, kebijakan


yang bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Kedua, kebijakan
yang bertujuan pada perbaikan tingkat sosial dan ekonomi, seperti pengaturan
migrasi, kebijakan pelayanan terhadap penduduk usia lanjut, serta kebijakan-
kebijakan berkualitas yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan kesehatan
reproduksi (Najihah, 2016).
 Kebijakan kependudukan yang berorientasi secara umum sifatnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kebijakan kependudukan yang pronatalis dan
kebijakan kependudukan yang antinatalis (Najihah, 2016).
 Kebijakan kependudukan yang banyak dianut saat ini adalah yang antinatalis.
Kebijakan ini mempunyai tujuan utnuk menurunkan angka kelahiran. Negara-
negara yang menjalankan program KB termasuk ke dalam kelompok negara yang
antinatalis. Kebijakan kependudukan di Indonesia telah dimulai sejak zaman
Hindia Belanda (Najihah, 2016).
 Pada saat itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai menyadari bahwa
kepadatan penduduk di pulau Jawa semakin tinggi. Hingga Sensus Penduduk (SP)
pertama yang dilakukan di Jawa pada tahun 1905 menunjukkan bahwa penduduk
Jawa telah mencapai 30 juta jiwa (Najihah, 2016).
 Pemerintah kolonial kemudian mulai memikirkan adanya proyek pemukiman
kembali (resettlememt) yakni penempatan petani-petani dari daerah di pulau jawa
yang padat penduduknya, ke desa-desa baru yang disebut “koloni” di daerah-
daerah di luar Jawa yang belum ada atau sedikit penduduknya (Najihah, 2016).
 Hal ini juga dipandang sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah
kemiskinan. Oleh sebab itu, kebijakan ini kemudian dikenal sebagai kebijakan
kolonisasi (Najihah, 2016).
 Salah satu kebijakan dalam bidang kependudukan yang sangat penting di
Indonesia dan telah menunjukkan keberhasilannya adalah kebijakan pengendalian
jumlah penduduk melalui program KB. Ide dasar tentang pembangunan keluarga
sejahtera merupakan landasan filosofis pemerintah dalam merumuskan kebijakan
kependudukan (Najihah, 2016).
 Penerjemahan ide dasar ini secara konkret terutama pada masa-masa awal
gerakan kependudukan lebih 3 ditekankan pada upaya untuk mempengaruhi
tingkat pertumbuhan penduduk, persebaran, kepadatan dan struktur umur
penduduk (Najihah, 2016).
 Dengan menggunakan strategi pendekatan yang berbeda, sesuai dengan
perubahan sosial yang dihadapi dan ketersediaan sumber daya, program ini
disosialisasikan ditengah-tengah masyarakat dengan intensitas dan aksentuasi
yang berbeda pula (Najihah, 2016).
 Sejarah keluarga berencana (KB) di Indonesia dimulai pada tahun 1950-an,
didasarkan atas keprihatinan sekelompok individu yang terdiri dari dokter, para
ibu, sarjana hukum dan sebagainya, terhadap keadaan kesehatan perempuan pada
saat itu. Menurut dokter Kartono Mohamad, saat itu angka kematian ibu mencapai
angka sekitar 800/100.000 (Najihah, 2016).
 Pada saat itu perempuan banyak menderita sakit dan mengalami kematian
terutama sewaktu hamil dan melahirkan, bahkan sesudahnya. Hal ini terjadi
karena jumlah kehamilan yang terlalu dekat jaraknya, terlalu sering hamil, terlalu
sering keguguran atau sering melahirkan yang mengakibatkan banyak anak
(Najihah, 2016).
 Awalnya tujuan pemerintah Republik Indonesia melaksanakan program KB
adalah untuk menekan angka kelahiran yang begitu tinggi. Kemudian program ini
berkembang kearah yang begitu tinggi. Kemudian program ini berkembang
kearah mencegah kematian atau mengatur jarak kelahiran anak, perawatan
kesehatan ibu dan anak, pendidikan keluarga, pendapatan keluarga dan
kesejahteraan keluarga. KB ini menjadi suatu kebutuhan keluarga bukan saja
untuk merencanakan dan menunda kelahiran, tetapi lebih kearah pada perbaikan
kualitas hidup. Bukan saja di daerah 4 perkotaan tapi di pedesaan pun kebutuhan
KB mulai terasa penting bagi keluarga (Najihah, 2016).
 Meskipun program KB di Indonesia cukup diakui keberhasilannya di kalangan
internasional, banyak kritik yang diajukan terhadap keberhasilan Indonesia ini.
Kritikan tersebut antara lain adalah menyangkut pelaksanaan KB karena
kebijakan ini mendapat kritikan luas terutama karena menyangkut masalah hak
asasi manusia (Najihah, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Najihah D. 2016. Resistensi masyarakat terhadap program keluarga berencana (KB) (studi
di Desa Penambangan Kecamatan Balongbendo Sidoarjo) . Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai