Anda di halaman 1dari 16

Makalah Ilmu Bahan Pangan

“Sumber Serat”
(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Ilmu Bahan Pangan”)

Dosen Pengampuh : Jihan Fadhillah,SKM,M.Kes.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Sri Mulia Astuti (221350002)
Dea Ananda Putri (221350021)
Evi Ramanda (221350007)
Rihhadatul Aisha Khuzaimah (221350004)

Fakultas Kesehatan
Prodi S1 Gizi
Universitas Muhammadiyah Palopo
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya. Dimana dengan izin-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sumber Serat”. Kami juga berterima
kasih kepada Ibu Jihan Fadhillah,SKM,M.Kes. yang telah membimbing kami, dan
juga kepada rekan-rekan yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.

Pemakalah menyusun makalah sebagai persyaratan untuk memenuhi


tugas mata kuliah ”Ilmu Bahan Pangan’. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, atas kekurangan kami, kami mohon maaf karena sesungguhya
kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Wassalmu’alaikum Wr. Wb

Luwu, 3 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.....................................................................................4

Rumusan Masalah...............................................................................5

Tujuan Penelitian ................................................................................5

Ruang Lingkup ...................................................................................6

Manfaat Penelitian ..............................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian Serat Pangan.........................................................8

2.Jenis dan Sumber Serat Pangan .............................................9

3.Manfaat Serat Pangan Untuk Kesehatan .............................10

4.Pengaruh Merugikan Serat Pangan......................................13

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ....................................................................14

B.Saran ..............................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Serat pangan atau dietary fiber adalah serat yang memiliki efek

fisiologis yang baik bagi tubuh. Serat pangan sempat cukup lama

diabaikan sebagai faktor penting dalam makanan. Hal ini disebabkan

karena masyarakat menganggap serat pangan tidak menghasilkan energi.

Selain itu, kekurangan serat tidak menimbulkan gejala spesifik seperti

halnya yang terjadi pada kekurangan zat–zat gizi tertentu (Indriyani,

2011).

Akhir-akhir ini adanya perubahan pola konsumsi pangan di

Indonesia menyebabkan berkurangnya konsumsi serat pangan pada

masyarakat indonesia. Keadaan tersebut diikuti juga terjadinya perubahan

pola penyakit penyebab mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat,

ditandai dengan perubahan pola penyakit infeksi menjadi penyakit

degeneratif dan metabolik. Rendahnya konsumsi serat menyebabkan

banyak kasus penyakit kronis seperti jantung koroner, apendikitis,

divertikulosis dan kanker kolon (Santoso, 2011).

Kacang merah tersedia melimpah di Indonesia dan mudah

diperoleh dengan harga yang terjangkau. Menurut data Badan Pusat

Statistik (BPS) tahun 2018 menyatakan produksi kacang merah di

Indonesia pada tahun 2017 mencapai 74.364 ton. Tingkat produksi

kacang merah termasuk tinggi tapi kerap kali tidak diimbangi dengan

pemanfaatan yang tinggi pula. Pada penelitian kali ini kacang merah akan

diolah menjadi tepung kacang merah, pengolahan kacang merah menjadi


tepung dapat memperpanjang masa simpan kacang merah dan

memberikan peluang aplikasi lebih luas (Dewi, 2016). Tepung kacang

merah dapat digunakan sebagai campuran pada berbagai produk seperti

roti, cake, dan cookies. Menurut Rosmisari (2006), tingkat konsumsi

rata-rata cookies di Indonesia mencapai 0,40 kg/kapita/tahun.

Kaasstengels dipilih karena praktis, mudah disajikan dan memiliki umur

simpan yang panjang serta sangat digemari oleh masyarakat terutama di

kalangan orang dewasa dan anak-anak.

Pada umumnya kaasstengels selalu menggunakan tepung terigu

sebagai bahan dasar utama dan digunakan dalam jumlah yang banyak.

Akan tetapi karena penggunaan tepung terigu yang cukup tinggi

mengakibatkan Indonesia harus mengimpor tepung terigu. Berikut ini

merupakan data impor tepung terigu di indonesia dimana setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah tepung terigu impor

yaitu sebesar 6,70 juta ton, jumlah tepung terigu impor tahun 2014 sebesar

7,40 juta ton, tahun 2015 sebesar 7,40 juta ton, tahun 2016 sebesar 10,5

juta ton dan pada tahun 2017 sebesar 11,5 juta ton tepung terigu impor

(Badan Pusat Statistik, 2017). Pensubstitusian tepung kacang merah pada

tepung terigu yang merupakan bahan utama pembuatan kaasstengels dapat

mengurangi penggunaan tepung terigu.

Melihat pentingnya serat pangan bagi tubuh dan rendahnya asupan

serat pangan di Indonesia, serta tingginya produksi kacang merah dan

jumlah impor tepung terigu yang diimbangi dengan tingginya tingkat

konsumsi kue kering di Indonesia, maka mendorong dilakukannya


pencampuran tepung kacang merah dalam tepung terigu pada pembuatan

kaasstengels. Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan persentasae

jumlah tepung kacang merah dengan tepung terigu untuk mendapatkan

kaasstengels dengan karakteristik yang dapat diterima konsumen dan

diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kadar serat pangan

yang ada pada kaasstengels sehingga dapat membantu sistem

pencernaan, untuk keberagaman pangan di masyarakat dengan

memperhatikan persyaratan seperti sifat fisik, organoleptik dan kadar

serat pangan pada kaasstengels kacang merah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka didapatkan

pertanyaan penelitian:

a. Adakah pengaruh variasi pencampuran tepung kacang merah terhadap

sifat fisik kaasstengels kacang merah?

b. Adakah pengaruh variasi pencampuran tepung kacang merah terhadap

sifat organoleptik kaasstengels kacang merah?

c. Adakah pengaruh variasi pencampuran tepung kacang merah terhadap

kadar serat pangan kaasstengels kacang merah?

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang diharapkan dan diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh variasi pencampuran tepung terigu dengan

tepung kacang merah pada kaasstengels kacang merah ditinjau dari


sifat fisik, organoleptik dan kadar serat pangan.

b. Tujuan Khusus

i. Diketahuinya pengaruh variasi pencampuran tepung kacang merah

terhadap sifat fisik kaasstengels kacang merah.

ii. Diketahuinya pengaruh variasi pencampuran tepung kacang merah

terhadap sifat organoleptik kaasstengels kacang merah.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian yang berjudul “Variasi Pencampuran

Tepung Kacang Merah Terhadap Karakteristik Fisik, Organoleptik

dan Kadar Serat Pangan Pada Kaasstengels” adalah dalam Bidang

Ilmu Teknologi Pangan Terapan Bidang Gizi yang akan

menghasilkan sebuah produk.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a.Manfaat Teoritis

i. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan peneliti dalam membuat inovasi makanan berbasis

pangan lokal pemanfaatan kacang merah sebagai bahan

pembuatan kue kering kaasstengels yang menerapkan ilmu

teknologi pangan yang telah didapatkan dari bangku kuliah.


ii. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

untuk memberikan informasi tentang inovasi dari tepung kacang

merah sehingga meningkatkan kualitas makanan pada kandungan

serat pangan dalam pengembangan bahan pangan lokal.

b.Manfaat Praktis

i. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi untuk memanfaatkan kacang merah sebagai produk

pangan yang mudah didapat aman dan sehat untuk dikonsumsi

sehari-hari.

ii. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

kepada pemerintah tentang pemanfaatan kacang merah sebagai

upaya penganekaragaman pangan di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SERAT PANGAN

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian
dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat
resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar (Anonim, 2001). Deddy
Muchtadi (2001); Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (200 ), menyebutkan bahwa serat
pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis oleh enzimenzim
pencernaan. Lebih lanjut Trowell et al. (1985); Anik Herminingsih (2010);
mendefiniskan serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis
atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia yaitu meliputi hemiselulosa, selulosa,
lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin. Sedangkan Meyer (2004)
mendefinisikan serat sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi sehari-
hari dengan sumber utama dari tanaman, sayur-sayuran, sereal, buah-buahan,
kacangkacangan.
Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat pangan
yang terlarut dan tidak terlarut. Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman, serat
dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu (a) polisakarida struktural yang terdapat pada
dinding sel, yaitu selulosa, hemiselulosa dan substansi pektat; (b) non-polisakarida
struktural yang sebagian besar terdiri dari lignin; dan (c) polisakarida non-struktural,
yaitu gum dan agar-agar (Feri Kusnandar, 2010).
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang sangat
mudah ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran merupakan menu yang hampir selalu
terdapat dalam hidangan seharihari masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan mentah
(lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan. Akhir-akhir
ini adanya perubahan pola konsumsi pangan di Indonesia menyebabkan berkurangnya
konsumsi sayuran dan buah-buahan hampir di semua propinsi di Indonesia. Keadaan
tersebut diikuti juga terjadinya pergeseran atau perubahan pola penyakit penyebab
mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat, ditandai dengan dengan perubahan
pola penyakit-penyakit infeksi menjadi penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik.
Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca (2005) melaporkan bahwa hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan kenaikan kematian yang disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler dari 16,5% (SKRT 1992) menjadi 18,9% (SKRT 1995).
Di masyarakat perkotaan yang sebagian masyarakatnya begitu mobil dan sibuk
cenderung mengkonsumsi makanan siap saji, masyarakat menengah keatas telah terjadi
pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak ke pola
konsumsi rendah karbohidrat dan serat, tinggi lemak dan protein (Sujono, 1993 dalam
Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca, 2005). Hal inilah yang menyebabkan
tingginya kasus penyakit-penyakit seperti jantung koroner, kanker kolon, dan penyakit
degeneratif lainnya di Indonesia. Untuk itu agar pemahaman masyarakat akan pentingnya
serat pangan dalam pola konsumsi makanan di Indonesia menjadi meningkat, maka karya
ilmiah tentang serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan menjadi
penting untuk disampaikan.

B. JENIS DAN SUMBER SERAT PANGAN

Komposisi kimia serat pangan bervariasi tergantung dari komposisi dinding sel
tanaman penghasilnya. Pada dasarnya komponen-komponen dinding sel tanaman terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, mucilage yang kesemuanyanya termasuk
dalam serat pangan. Serat pangan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : Serat pangan
larut (soluble dietary fiber), termasuk dalam serat ini adalah pektin dan gum merupakan
bagian dalam dari sel pangan nabati. Serat ini banyak terdapat pada buah dan sayur, dan
serat tidak larut (insoluble dietary fiber), termasuk dalam serat ini adalah selulosa,
hemiselulosa dan lignin, yang banyak ditemukan pada seralia, kacang-kacangan dan
sayuran. Secara skematis komponen serat pangan dalam berbagai bahan pangan.
Sayuran dan buah-buahan adalah merupakan sumber serat pangan yang paling
mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sebagai sumber serat sayuran dapat
dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan. Kadar serat
pangan beberapa sayuran, buah-buhan, kacang-kacangan dan produk olahannya. Sumber
serat pangan selain dari sayuran dan buah-buahan, penelitian Robert E. Kowalski dalam
Anik Herminingsih (2010), juga dapat berasal dari dedak padi yang telah distabilisasi
ditemukan mengandung serat pangan 33,0 – 40,0%.

Tabel 1. Komponen Serat Pangan dalam Berbagai Bahan Pangan

Jenis Bahan Pangan Jenis Komponen Serat


Jaringan Pangan yang Terkandung
Buah-buahan dan Sayuran Terutama Jaringan Selulosa, Substansi pektat, hemiselulosa dan
Parenkim beberapa glikoprotein
Beberapa jaringan Selulosa, lignin, hemiselulosa dan beberapa
terlignifikasi jenis glikoprotein
Serealia dan Hasil Jaringan Parenkim Hemiselulosa, selulosa, ester - ester fenolik
Olahannya dan glikoprotein.
Jaringan Selulosa, hemiselulosa, substansi pektat dan
terlignifikasi glikoprotein.
Biji - bijian selain serealia Jaringan Parenkim Selulosa, hemiselulosa, substansi pektat dan
glikoprotein.
Jaringan dengan Galaktomanan, sejumlah sesulosa
penebalan dinding
endosperma
Aditif pangan Gum guar, gum arabik, gum alginat,
karagenan, gum xanthan, selulosa
termodifikasi, pati termodifikasi, dll.

C. MANFAAT SERAT PANGAN UNTUK KESEHATAN

Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang sangat mudah
ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah
maupun setelah melalui proses perebusan. Sedangkan buah-buahan Indonesia merupakan
negara yang kaya akan aneka macam buh-buahan. Akan tetapi dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat masyarakat Indonesia masih jauh dari
kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/hari, konsumsi serat rata-rata antara 9,9 –
10,7 gram/hari (Jahari dan Sumarno, 2002 dalam Olwin Nainggolan dan Cornelis
Adimunca 2005).
Tabel 2. Kadar Serat Pangan dalam Sayuran, Buah-buahan, Kacang-kacangan dan
Produk Olahannya

Jenis Sayuran / Jumlah serat Jenis Sayuran / Jumlah serat


Buah - buahan / per 100 gram Buah - buahan / per 100 gram
Kacang - (dalam gram) Kacang - (dalam gram)
Kacangan Kacangan
a. Sayuran
Wortel rebus 1) 3,3 Daun pepaya 2) 2,1
Kangkung 3,1 Daun singkong 1,2
Brokoli rebus 2,9 Asparagus 0,6
Labu 2,7 Jamur 1,2
Jagung manis 2,8 Terong 0,1
Kol kembang 2,2 Buncis 3,2
Daun bayam 2,2 Nangka muda 1,4
Kentang rebus 1,8 Daun kelor 2,0
Kubis rebus 1,7 Sawi 2,0
Tomat 1,1 Brokoli 0,5
b. Buah - Buahan 2)
Alpukat 1,4 Nenas 0,4
Anggur 1,7 Pepaya 0,7
Apel 0,7 Pisang 0,6
Belimbing 0,9 Semangka 0,5
Jambu biji 5,6 Sirsat 2,0
Jeruk bali 0,4 Srikaya 0,7
Jeruk sitrun 2,0 Strawberi 6,5
Mangga 0,4 Pear 3,0
Melon 0,3
c. Kacang - kacangan dan Produk olahannya 2)
Kacang kedelai 4,9 Kedelai bubuk 2,5
Kacang tanah 2,0 Kecap kental 0,6
Kacang hijau 4,3 Tahu 0,1
Kacang panjang 3,2 Susu kedelai 0,1
Tauge 0,7 Tempe kedelai 1,4
Sumber : 1) Food Facts Asia (1999);
2) Berbagai sumber dalam Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca (2005)
peranan serat pangan terhadap kesehatan mulai muncul setelah para ahli
membandingkan tingginya kejadian kanker kolon di negara industri maju yang konsumsi
seratnya rendah dibandingkan dengan negara berkembang terutama yang konsumsi
seratnya tinggi (seperti di pedalaman Afrika). Beberapa peneliti dan penulis Olwin
Nainggolan dan Coenelis Adimunca, (2005); Sutrisno Koswara (2010); Tensiska (2008);
Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (2010); Anonim (2010a); Anonim (2010b); Anik
Herminingsih, 2010), mengemukakan beberapa manfaat serat pangan (dietary fiber)
untuk kesehatan yaitu :
1. Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas) Serat larut air (soluble fiber), seperti
pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan dapat
membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Sehingga makanan kaya akan serat,
waktu dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan memberi
rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk mengkonsumsi makanan lebih
banyak.Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori
rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya
obesitas.
2. Penanggulangan Penyakit Diabetes Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat
glukosa, sehingga mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan
terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang.
Keadaan tersebut mampu meredam kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap
terkontrol.
3. Mencegah Gangguan Gastrointestinal Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi
bentuk, meningkatkan air dalam feses menhasilkan feces yang lembut dan tidak keras
sehingga hanya dengan kontraksi otot yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan
lancar. Hal ini berdampak pada fungsi gastrointestinal lebih baik dan sehat.
4. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar) Penyebab kanker usus besar diduga karena
adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar dengan senyawa karsinogen dalam
konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan
mengenai mekanisme serat pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi
serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus lebih
pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora usus sehingga senyawa karsinogen tidak
terbentuk, serat pangan bersifat mengikat air sehingga konsentrasi senyawa karsinogen
menjadi lebih rendah.
5. Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit Kardiovaskuler Serat larut air menjerat
lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat kolesterol
dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran pencernaan serat dapat mengikat
garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses.
Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah
sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah resiko penyakit kardiovalkuler.

D. PENGARUH MERUGIKAN SERAT PANGAN

Di samping memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan, serat


pangan diketahui juga memberikan pengaruh yang merugikan. Adapun pengaruh yang
merugikan serat pangan dilaporkan Leveile (1977) dan EspinosaNava, (1982) dalam
Deddy Muchtadi (2001); yaitu sebagai penyebab ketidaktersediaan (unavailability)
beberapa zat gizi seperti vitamin-vitamin larut dalam lemak (terutama vitamin D dan E),
serta mempengaruhi aktivitas enzim-enzim protease. Dilaporkan Jansen Silalahi dan
Netty Hutagalung (2010) selain mengurangi absopsi zat gizi juga menyebabkan flatulen,
juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral dan dapat
menyebabkan defisiensi mineral sehingga meningkatkan resiko osteoporosis pada orang
usia lanjut (Tensiska (2008).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Serat pangan tidak mengandung zat gizi, akan tetapi memberikan keuntungkan bagi
kesehatan yaitu mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas), menanggulangi
penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal, kanker kolon (usus besar),
serta mengurangi tingkat kolesterol darah dan penyakit kardiovaskuler
2. Serat pangan selain memberikan efek positif terhadap kesehatan, juga memberikan
efek negatif, sehingga serat pangan tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan dan
sebagai acuan kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/ hari.

B. SARAN

Mengingat pentingnya keberadaan serat dalam tubuh manusia, maka seseorang


dianjurkan untuk mengkonsumsi serat sebanyak 30 gram/hari. Serat dapat diperoleh
dari berbagai jenis sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan.
Namun saat ini, dengan kesibukan dan aktifitas yang banyak, menyebabkan orang-
orang untuk memilih makanan yang praktis, dan mudah diperoleh, hal ini menyebabkan
kurangnya serat yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, jika sumber serat alami
sukar untuk diperoleh, maka serat dapat diperoleh dari sumber lain, agar-agar adalah
salah satu contohnya. Selain itu, saat
ini di berbagai media cetak dan elektronik sering dipromosikan berbagai
merk minuman berserat cepat saji , yang menawarkan serat dalam bentuk yang
lebih praktis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. The Definition of Dietary Fibre. Cereal Foods World 46:pp. 89-148. http://
www.aaccnet.org/Dietary Fiber/pdfs/ dietfiber.pdf
Anonim, 2010a. Fungsi Utama Serat. http:// female.kompas.com, Selasa, 16 Maret 2010
11:48 WI
Anonim, 2010b. 5 Manfaat (Serat Pangan) Daun Pepaya. http://blog.khoulah-agency.com
Anik Herminingsih, 2010. Manfaat Serat dalam Menu
Makanan.Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Deddy Muchtadi, 2001. Sayuran Sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya
Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XII, No. 1 Th 2001.
Feri Kusnandar, 2010. Mengenal Serat Pangan. http:/
/itp.fateta.ipb.ac.id.
Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung, 2010 . Komponen-komponen Bioaktif dalam
Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Jurusan Farmasi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara, Medan
Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca, 2005. Diet Sehat Dengan Serat. Cermin Dunia
Kedokteran No. 147, 2005 Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Sutrisno Koswara, 2010. Serat Makanan Membuat Usus Nyaman. www.ebookpangan.com
Tensiska, 2008. Serat Makanan. Jurusan Teknologi Industri Pangan. Fakultas Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung

Anda mungkin juga menyukai