USULAN PENELITIAN
Oleh :
USULAN PENELITIAN
Oleh :
Menyetujui:
Bab ini menguraikan : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3)
Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran,
(1.6) Hipotesis Penelitian, (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.
Salah satu pangan fungsional yang praktis dan banyak digemari adalah
snack bar. Snack bar merupakan produk makanan ringan berbentuk persegi
panjang atau batangan yang dapat dikonsumsi di sela-sela aktivitas dan juga
bisa dijadikan sebagai makanan penunda lapar saat orang sedang menghadapi
jam sibuk waktu-waktu tertentu. Snack bar juga merupakan produk yang cocok
yang dapat memberikan energi dan nutrisi lainnya untuk orang-orang yang
menjalani gaya hidup sehat (Murdiani, 2022). Saat ini snack bar yang tersedia
di pasaran, sebagian besar komponen utamanya berupa tepung terigu, serealia,
dan kacang-kacangan. Selain itu, bahan baku lain pada snack bar dapat berupa
“granola” biji-bijian dan buah-buahan kering dengan citarasa manis. Bahan
baku granola juga lebih banyak berasal dari impor, seperti oat, flax seed, quinoa,
dan almond serta buah-buahan kering seperti kismis (Seno, 2021). Oleh karena
itu, hal tersebut dikatakan sebagai prospek terbesar bagi industri pangan di
Indonesia untuk memodifikasi snack bar dengan menggunakan bahan baku
produk pangan lokal. Selain itu juga, dengan adanya modifikasi produk tersebut
dapat meningkatkan nilai ekonomi produk lokal serta meningkatkan
diversifikasi pangan olahan produk lokal. Bahan pangan lokal yang berpotensi
digunakan sebagai bahan pembuatan snack bar adalah sorgum.
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu tanaman serealia
penting selain gandum, beras, jagung, dan jelai. Sorgum dapat dikembangkan
sebagai alternatif pengganti dan/atau pelengkap konsumsi pangan lokal selain
beras untuk meningkatkan diversifikasi pangan (Maftuchah, 2021). Sorgum
merupakan tanaman serealia yang sudah sejak lama diusahakan petani di
Indonesia yang hingga saat ini banyak diusahakan di daerah Wonogiri dan
daerah lain di Provinsi Jawa Tengah (Irawan, 2011). Sorgum memiliki
kandungan gizi dasar dan unsur pangan fungsional yang dapat bersaing jika
dibandingkan dengan serealia lainnya. Unsur pangan fungsional dalam biji
sorgum meliputi senyawa antioksidan, unsur mineral berupa besi, serat pangan,
oligosakarida, dan lainnya. Serat pangan pada sorgum diperoleh dalam jumlah
tinggi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kadar gula darah, dimana kadar
serat pangan pada sorgum cukup bervariasi dengan berkisar antara 2-9%.
Namun, kelemahan dari tanaman sorgum adalah memiliki kandungan tanin
dalam biji yang mana tanin tersebut dapat menurunkan mutu dan saya cerna
protein (Suarni, 2016).
Untuk memenuhi nutrisi pada snack bar sorgum tersebut dapat dilakukan
penambahan kacang-kacangan. Kacang-kacangan merupakan makanan yang
banyak dikonsumsi dikarenakan memiliki kandungan gizi yang baik untuk
karbohidrat, serat pangan, protein, lemak, dan mineral. Salah satu kacang-
kacangan yang berpotensi untuk diolah dan tinggi akan nutrisi, serat, dan
antosianinnya yaitu kacang merah (Sari, 2020).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui formulasi snack bar
berbahan dasar tepung sorgum merah dan kacang merah yang tinggi kandungan
antosianin dan seratnya. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul
“Perbandingan Tepung Sorgum Merah dan Kacang Merah Terhadap
Kandungan Antosianin dan Serat Pada Snack Bar”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah bahan baku tepung sorgum bisa mengganti tepung terigu dalam
pembuatan snack bar?
2. Pada formulasi berapa snack bar tepung sorgum dan kacang merah yang
dapat memberikan nilai kadar antosianin dan serat yang terbaik?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui tepung sorgum merah dan
kacang merah sebagai pengganti gandum pada snack bar serta menentukan
formulasi yang tepat dalam pembuatan snack bar.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kandungan antosianin dan serat
dalam pembuatan produk sncak bar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengetahui formulasi pembuatan snack bar yang memiliki kadar serat dan
antosianin yang lebih tinggi.
2. Meningkatkan mutu biji sorgum merah sebagai bahan pembuatan tepung
sorgum merah.
3. Meningkatkan nilai ekonomi dengan memanfaatkan tepung sorgum merah
dan kacang merah.
1.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hasil penelitian Sari (2016), pembuatan snack bar dengan
bahan baku yaitu tepung sorgum, tepung sukun dan kacang tanah pada
penelitian pendahuluan, didapatkan hasil pada tepung sorgum yaitu kadar serat
kasar 4,5%, kadar protein 11,77% dan kadar air sebesar 10,37%. Pada tepung
sukun yaitu kadar serat kasar sebesar 2%, kadar protein 4,18% dan kadar air
sebesar 8,4%. Sedangkan hasil pada kacang tanah yaitu kadar serat kasar
sebesar 2,5%, kadar protein 22,75%, dan kadar air sebesar 6,40%.
Menurut Erwinda (2020), bahwa kadar antosianin tepung kacang merah
lebih tinggi dibandingkan tepung kecambah kacang merah hal ini dikarenakan
larutnya antosianin dalam air selama proses perkecambahan. Karakteristik
tepung kacang merah dan tepung kecambah kacang merah berturut-turut yaitu
kadar air 6,33% dan 5,13%, kadar abu 3,67% dan 3,9%, kadar lemak 4,11% dan
2,81%, kadar protein 22,8% dan 26,41%, kadar karbohidrat 63,09% dan 61,75%,
kadar serat kasar 3,88% dan 4,17%, serta kadar antosianin 3,37 mg/100g
dan 2,76 mg/100g.
1.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat ditarik hipotesis dalam
penelitian ini bahwa tepung sorgum dan kacang merah bisa menjadi
pengganti bahan baku snack bar yang mengandung kadar antosianin dan
serat yang baik.
1.7 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2023 – Juli 2023. Penelitian ini akan
dilaksanakan di laboratorium Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik
Universitas Pasundan, Jl. Setiabudi No. 193 Bandung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengernai : (2.1) Snack bar, (2.2) Bahan-bahan Pada
Pembuatan Snack bar, (2.3) Tepung Sorgum, (2.4) Kacang Merah.
SNI 01-4216-1996
1. Stevioside,
2. Steviolbioside,
3. Rebaudioside-A.
4. Rebaudioside-B,
5. Rebaudioside-C,
6. Rebaudioside-D,
7. Rebaudioside-E, dan
8. Dulcosai-A.
2.2.2 Telur
Telur digunakan sebagai bahan baku yang sangat penting dalam pembuatan
produk bakery terhadap karakteristik tekstur dan rasa produk. Telur berkontribusi
dalam struktur produk, merangkap udara yang ada dalam adonan pada saat
pengadukan terjadi, menambahkan warna dan rasa, memberi zat gizi protein serta
lemak esensial, dan juga berfungsi sebagai emulsifier.
Emulsi merupakan campuran antara dua jenis cairan yang secara normal
tidak dapar bercampur, dimana salah satu fase terdispensi dalam fase pendispersi.
Kuning terlur juga merupakan emulsi minyak dalam air yang mengandung bagian
yang bersifat surface active yaitu lesitin, koleserol dan lesitoprotein. Lesitin
mendukung terbentuknya emulsi minyak dalam air (o/w), sedangkan kolesterol
cenderung untuk membentuk emulsi air dalam minyak (w/o) (Muchtadi, 2010).
Susu skim adalah bagian dari susu yang tertinggal setelah lemak dipisahkan
melalui proses separasi. Laktosa yang terkandung dalam susu skin sebesar 5%
dengan pH 6,6 (Rahman et al., 1992 dalam Septiani et al.). susu skim mengandung
semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak (Buckle, 1985). Karena sifatnya yang adesif dan dapat menambah nilai gizi,
susu skim dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan (Wilson, 1981)
2.2.4 Margarine
Margarine merupakan produk makanan berbentuk plastis yang merupakan
emulsi air dan lemak yang banyak dimanfaatkan dalam pembuatan produk bakery
serta sering digunakan sebagai media penggoreng. Margarine merupakan campuran
antara 80% lemak dan 15-16% air, serta bahan lain berupa garam, flavor, pewarna,
vitamin dan lain-lain. (Hasibuan, 2015)
2.2.5 Garam
Garam adalah kristal putih yang terbuat dari proses kristalisasi air laut.
Kandungan senyawa pada garam selain NaCl yaitu iodium. Iodium adalah salah
satu mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hormon
tiroksin yang berperan dalam metabolisme tubuh. Senyawa iodium yang
difortifikasi ke dalam garam adalah KIO3 (Kalium Iodat). Dibandingkan dengan
KI (Kalium Iodida) kalium iodat merupakan senyawa yang lebih stabil. Namun,
kalium iodat adalah senyawa yang mudah menguap dan larut dalam air (Subhan,
2014)
Sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah tropis dan subtropis, pada
bagian pasifik tenggara dan Australia. Sorgum merupakan tanaman aman dari
keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies.
Diantaranya spesies – spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah
Sorghum bicolor. Tanaman yang lazim dikenal masyarakat jawa dengan nama
“cantel” ini sekeluarga dengan tanaman lain seperti tebu dan bamboo (Nurmala,
1998).
Sorghum (Sorghum Bicolor L) merupakan serealia sumber karbohidrat.
Nilai gizi sorgum merah cukup memadai sebagai bahan pangan yaitu mengandung
sekitar 83% karbohidrat, 3,50% lemak, dan 10% protein (basis kering) (Mustika,
2017). Pemanfaatan biji sorgum merah menjadi berbagai produk pangan olahan
merupakan salah satu upaya untuk mendukung diversifikasi pangan.
Pemanfaatannya dengan menjadinkannya tepung lebih menguntungkan karena
praktik secara mudah diolah menjadi berbagai produk makanan seperti snack bar,
cake, cookies, roti dan bahkan mie. Nilai nutrisi sorgum merah cukup memadai
dengan kandungan protein 8-11 %, namun protein pembentuk glutennya tidak dapat
menyerupai tepung terigu (Suarni,2004)
Biji sorghum dapat diolah menjadi tepung dan bermanfaat sebagai bahan
substitusi terigu (Suarni,2004). Sorghum merupakan sumber serat pangan yang baik,
terutama serat pangan tidak larut sebanyak 86,2% (Leder,2004). Sorghum juga
mengandung senyawa anti nutrisi, terutama tanin yang menyebabkan rasa sepat
sehingga tidak sukai konsumen (Suarni, 2004).
Protein dalam biji sorgum dapat dibagi menjadi dua golongan pokok, yaitu
protein yang berada dalam lembaga dan protein yang tersimpan dalam endosperm.
Senyawa protein pada sorghum banyak terdapat pada lapisan atas endosperm atau
di bawah kulit biji. Kandungan asam-asam amino tertentu seperti lisin, triptofan,
dan treonin dalam protein sorghum rendah. Seperti dalam biji-bijiannya, protein
dalam biji sorghum dapat dicirikan menjadi tiga jenis yaitu albumin, globulin, dan
prolamin (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu microwave, loyang, mixer, pisau,
panci, freezer. Alat yang digunakan pada analisis kadar serat yaitu; timbangan
analitik, pH meter, tabung volumetrik, labu ukur, pipet volume, pipet tetes, mikro
pipet, gelas ukur, beaker glass, corong kaca, spatel logam, batang pengaduk kaca,
vial, blender, set alat spektrofotometri visible. Sedangkan alat yang digunakan pada
analisis kadar serat yaitu; pisau, cawan petri, timbangan analitik, oven, tanur, cawan
platina, kaki tiga pembakaran, kertas saring, seperangkat alat sokhlet, dan
seperangkat alat fibertherm.
3.2 Bahan
Bahan Pembuatan terdiri dari Gula Stevia, Telur, Susu Skim, Margarine,
Tepung Sorgum, Kacang Merah, Air Bersih, Aquadest, dan Lactobacillus
Bulgaricus. Bahan Analisis terdiri dari Methanol, Aquadest, Etanol, HCL, KCL,
NaOH, dan Asam Asetat.
Faktor pertama ialah konsentrasi tepung sorgum merah (A) yang terdiri dari
3 taraf (a1 = 50% (b/b); a2 = 60% (b/b); dan a3 = 75% (b/b)) dan faktor kedua ialah
konsentrasi kacang merah (B) yang terdiri dari 3 taraf (b1 = 50% (b/b); b2 = 40%
(b/b); dan b3 = 15% (b/b)). Penentuan jumlah pengulangan didasarkan rumus
perhitungan pengulangan menurut Tribudi, dkk (2020) sebagai berikut:
t (r-1) ≥ 15
Keterangan:
t = banyaknya perlakuan/taraf
r = banyaknya ulangan
(t) (r – 1) ≥ 15
(3) (r – 1) ≥ 15
3r ≥ 18
r ≥ 6 kali ulangan
KTG
Sx = √
r
LSR = Sx × SSR
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Syarat Mutu Makanan Diet Kontrol Berat
Badan. Jakarta : BSN.
Buckle.K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet And M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.
Jakarta : UI Press.
Gillies, M.T. 1974. Compressed Food Bars. Noyet Data Corporation. Park Ridge.
New Jersey.
Hasibuan, H.A. dan Hardika, A.P. 2015. Formulasi dan Pengolahan Margarin
Menggunakan Fraksi Minyak Sawit Pada Skala Industri Kecil Serta
Aplikasinya Dalam Pembuatan Bolu Gulung. Jurnal Agritech, Vol 35, No.
4. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Leder I. 2004. Sorghum and Millets. Di dalam Fuleky G (ed). Cultivated Plants,
Primarily as Food Sources, Encyclopedia of Life Support Systems. Oxford :
Eolss Publishers.
Manonmani D, Soumya B, Bosco SJD. 2014. Ef- fect of red kidney bean (Phaseolus
vulgaris L.) flour on bread quality. Open Access Library Journal 1: e366.
Muchtadi, T.R dan Sugiyono. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung :
Alfabeta Bandung.
Mudjisihono, R dan HS. Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum.
Jakarta : Penebar Swadaya. 130.
Rahman, A., et.al. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Ratnani R.D dan Anggraeni. R. 2005. Ekstraksi Gula Stevia Dari Tanaman Stevia
Rebaudiana Bertoni. Vol 1, No. 2 : 27-32. Semarang : Universitas Wahid
Hasyim.
Suarni. 2004. Pemanfaatan Tepung Sorghum untuk Produk Olahan. Jurnal Litbang
Pertanian 23 (4) 145-150.
Subhan. (2014). Analisis kandungan iodium dalam garam butiran konsumsi yang
beredar di pasaran Kota Ambon. Jurnal Fikratuna. 6(2): 290-303.
Wilson, N.R.P., E.J. Dyett, R.B. Hughes and C.R.V. Jones. 1981. Meat and Meat
Product: Factors Affecting Quality Control. Appliend Science Publishers.
London.