Puji dan syukur kami psnjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agribisnis
Berkelanjutan Terhadap Interrelasi Sistem Bioindustri Menuju Indonesia Emas 2045”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis
Berkelanjutan.
Kritik dan saran sangat kami harapkan agar kami dapat mengembangkan
penulisan makalah. Kami menyadari masih ada kesalahan dalam makalah ini, maka
kami sebagai penulis kami meminta maaf sebesar-besarnya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan..................................................................................................... 3
2.1 Pertanian Berkelanjutan.................................................................................... 3
2.2 Agribisnis Berkelanjutan................................................................................... 4
2.3 Interrelasi antara Agribisnis Berkelanjutan terhadap Sistem Bioindustri Menuju
Indonesia Emas 2045......................................................................................... 5
2.4 Sistem Pertanian Maju dalam Pertanian Bioindustri Berkelanjutan.................. 8
Daftar Pustaka........................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang berkualitas, peningkatan entrepreneur pertanian, dan penguatan modal sosial.
Pembangunan pertain harus sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu
mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, bermartabat, adil dan makmur. SIPP
disusun dengan perspektif pertanian Indonesia yang mandiri, maju, bermartabat, adil
dan makmur.
Pembangunan bioindustri yang dekat dengan sumber biomassa merupakan
langkah awal yang strategis dalam meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dan
sekaligus mengurangi ketergantungan pengolahan hasil pertanian pada energi fosil
melalui pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber energi untuk pengolahan serta
memudahkan siklus unsur hara budidaya pertanian yang dapat mengurangi biaya untuk
pengadaan input nutrisi eksternal. Peningkatan pendapatan pelaku usaha tani sangat
penting sebagai landasan membangun pemahaman dan keyakinan pelaku usaha tani
tentang peran strategis dan dampak positif yang diberikan interaksi hayati dalam
menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca
mengenai interrelasi antara agribisnis berkelanjutan terhadap sistem Bioindustri
Menuju Indonesia Emas 2045 terutama pada sistem Pertanian Maju.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Konsep pertanian berkelanjutan sendiri berorientasi pada tiga dimensi
keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan
sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet). Ketiga dimensi
tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus dipertimbangkan
secara berimbang.
4
membutuhkan koordinasi, sinkronisasi, kerja sama melalui kemitraan antarpelaku agar
tujuan mulia tersebut dapat tercapai. Kemitraan tersebut (Castle, 2011) dapat dilakukan
dengan kolaborasi antara institusi publik dan individu atau organisasi yang
terintegrasi secara terpadu.
5
negara. Maka saat ini diperlukan terobosan dalam pembangunan pertanian di
Indonesia, dan sebaiknya kita mengetahui tentang hal ini.
Konsep yang diusung dalam strategi induk pembangunan pertanian di
Indonesia tahun 2013-2045 adalah membangun pertanian-bioindustri berkelanjutan.
Konsep dasar dari pertanian berkelanjutan adalah mengintegrasikan aspek lingkungan
dengan sosial ekonomi masyarakat pertanian dimana mempertahankan ekosistem
alami lahan pertanain yang sehat, melestarikan kualitas lingkungan, dan melestarikan
sumber daya alam. Pertanian berkelanjutan harus dapat memenuhi kriteria keuntungan
ekonomi, keuntungan sosial, dan konservasi lingkungan secara berkelanjutan.
Tujuannya adalah memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan
penguasa pasar yang mendominasi sumber daya pertanian. Konsep ini merupakan
sebuah tahapan dalam menata ulang struktur dan sistem pertanian di Indonesia dimana
membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi
dalam kerangka pembaruan pertanian.
Dalam hal ini konsep pertanian bioindustri berkelanjutan merupakan konsep
ysang memandang lahan bukan hanya sumber daya alam tetapi juga industri yang
memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan
ketahanan pangan serta produk lain dengan menerapkan konsep biorefinery. Sistem
pertanian bioindustri berkelanjutan terdiri dari lima sistem, yaitu:
Pertanian Bermartabat
Pertanian yang bermartabat berkenaan dengan tingkat harkat kemanusiaan petani
Indonesia. Petani Indonesia memiliki kepribadian luhur, harga diri, kebanggaan
serta merasa terhormat dan dihormati sebagai petani. Oleh karena itu, negara
berkewajiban untuk menjamin kedaulatan petani dalam mengelola usahanya serta
memberikan perlindungan dan pemberdayaan sehingga berusahatani merupakan
pekerjaan yang layak untuk kemanusiaan dan dapat menjamin penghidupan yang
sejahtera bagi seluruh keluarga petani.
6
Pertanian Mandiri
Pertanian mandiri artinya pertanian yang mampu mewujudkan kemandirian pangan,
kemandirian industri berbasis pertanian dan kemandirian energi berbasis hayati.
Pertanian mandiri mencakup kemerdekaan dan kedaulatan negara maupun petani
dalam segala hal berkenaan dengan pembangunan pertanian. Pada tataran negara,
pertanian mandiri berarti bahwa NKRI memiliki kemerdekaan dan kedaulatan
penuh dalam menetapkan kebijakan pembangunan pertanian untuk sebesarbesarnya
mencerdaskan dan menjamin kehidupan yang layak dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Kemandirian dan kedaulatan di bidang pertanian mampu
menempatkan bangsa dan negara Indonesia memiliki posisi penting dan memiliki
tingkat kesejahteraan yang sejajar dengan bangsa lain pada umumnya dan memiliki
pengaruh dan memiliki kemampuan memimpin perkembangan dunia ke arah yang
lebih sejahtera, adil dan berkelanjutan.
Pertanian Maju
Pertanian maju tercermin dari penerapan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang paling baru pada masanya dan yang memiliki keunggulan, khususnya di
bidang pertanian tropika. Inovasi dalam teknologi pertanian bertujuan untuk
memberikan proses pertanian lebih baik.
Pertanian Adil
Pertanian adil berkaitan dengan pemerataan dan keberimbangan kesempatan,
berusaha tani, politik dan jaminan penghidupan secara horizontal, spasial, sectoral
bidang pertanian dan sosial. Pertanian adil adalah konsep yang menekankan
pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam sektor pertanian. Ini berarti bahwa semua
petani, baik yang kecil maupun besar, harus memiliki kesempatan yang sama untuk
mengakses sumber daya pertanian, seperti lahan, air, benih, pupuk,
teknologi, dan pasar.
7
Pertanian Makmur
Pertanian makmur dapat dicirikan oleh kehidupan seluruh petani yang serba
berkecukupan terbatas dari ancaman rawan pangan dan kemiskinan. Sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional maka pembangunan pertanian harus diarahkan
sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana
diamanatkan konstitusi, yaitu mewujudkan Indonesia mandiri, maju, bermartabat,
adil dan makmur.
8
dan produktivitas tertinggi di dalam pemanenan dan transformasi energi matahari.
Budidaya dan bioteknologi tanaman, hewan, dan mikroorganisme menghasilkan
berbagai bentuk biomassa dan bentuk energi yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dan sebagai dasar untuk pembangunan berkelanjutan industri
lainnya. Pencapaian keunggulan pertanian tropika didasarkan pada keunggulan inovasi
teknologi dan kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya darat dan laut negara
kepulauan yang melimpah sebagai basis keunggulan kompetitif bioekonomi.
Dalam hal kinerja, pertanian maju ditujukkan oleh peningkatan kualitas
pertumbuhan sektor pertanian yang tercermin dari kemampuannya dalam mewujudkan
kemandirian pangan, terciptanya lapangan kerja, penurunan prevalensi kemiskinan,
bioindustri, dan terpeliharanya kualitas lingkungan. Dengan demikian, sektor pertanian
dapat berperan sebagai pilar dan katalisator pembangunan nasional. Pada tahapan yang
lebih tinggi, pertanian maju dicirikan oleh tingkat kesejahteraan petani yang setara
dengan tingkat penghidupan warga negara yang bekerja di sektor-sektor lainnya.
Saat ini teknologi pertanian terus disosialisasikan dalam bentuk dan
penyampaian yang sangat berbeda kepada petani di berbagai lembaga penelitian dan
perguruan tinggi. Oleh karena itu, perlu terus digalakkan upaya penerapan inovasi
teknologi pertanian yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas,
serta mempercepat pertumbuhan produksi dan daya saing. Penerapan penemuan atau
hasil litbang pertanian untuk mempercepat diseminasi inovasi teknologi merupakan
faktor penentu percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian, yang terwujud dalam
inovasi yang berdaya saing, mudah beradaptasi dan mudah diadopsi. Inovasi teknis
juga diperlukan dalam pengembangan produk untuk menambah nilai, mendiversifikasi
produk, dan mendesain ulang sesuai preferensi konsumen.
Kedepannya diperlukan berbagai teknologi yang berbasis biomassa, melalui
konsep bio-ekonomi, sehingga proses produksinya tidak menghasilkan polusi, dan
produk-produk yang selama ini dianggap limbah dapat digunakan kembali sebagai
input bagi proses selanjutnya (zero waste). Pengembalian berbagai zat hara esensial ke
dalam lahan pertanian akan meningkatkan produktivitas lahan dan menurunkan input
9
nutrisi mineral yang diperlukan secara signifikan, sehingga dapat disimpan untuk siklus
penanaman berikutnya. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga telah
terbukti mampu menyediakan berbagai peluang untuk meningkatkan kualitas produk,
mengurangi biaya produksi dan ramah lingkungan, merupakan pilihan masa depan
dalam mendorong peningkatan nilai tam bah dan ekspor produk pertanian.
Salah satu masalah dalam pertanian saat ini adalah rendahnya tingkat
pengetahuan petani pada perkembangan inovasi teknologi pertanian, seperti bagaimana
mengolah dan memanfaatkan bahan-bahan organik untuk digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan pupuk organik. Sebenarnya pemerintah telah banyak menghasilkan
inovasi teknologi pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
pertanian sehingga dapat memenuhi kebutuhan petani khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya. Namun, pada kenyataannya tidak semua petani mengadopsi inovasi
teknologi pertanian tersebut. Maka dari itu diperlukan sosialisasi penyuluhan pertanian
lebih lanjut dalam kelompok tani.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep pertanian bioindustri berkelanjutan merupakan konsep ysang
memandang lahan bukan hanya sumber daya alam tetapi juga industri yang
memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan
ketahanan pangan serta produk lain dengan menerapkan konsep biorefinery. Sistem
Pertanian Bioindustri Berkelanjutan terdiri dari lima sistem, yaitu: Pertanian
Bermartabat, Pertanian Mandiri, Pertanian Maju, Pertanian Adil, dan Pertanian
Makmur. Terkhusus dalam makalah ini membahas terkait Pertanian Maju dalam sistem
pertanian bioindustri berkelanjutan. Pertanian maju tercermin dari penerapan inovasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling baru pada masanya dan yang memiliki
keunggulan, khususnya di bidang pertanian tropika. Inovasi dalam teknologi pertanian
bertujuan untuk memberikan proses pertanian lebih baik. Selain itu, pertanian maju
juga tercermin dari peningkatan kualitas pertumbuhan sektor pertanian berlandaskan
kemampuannya dalam mewujudkan kemandirian pangan, industri berbasis pertanian,
dan energi berbasis hayati, terkendalinya inflasi pertanian, terciptanya lapangan kerja,
berkurangnya prevalensi kemiskinan dan terpeliharanya kualitas lingkungan sehingga
pada tahapan kemudian sektor pertanian dapat berperan sebagai pilar dan katalisator
pembangunan nasional.
3.2 Saran
Terdapat beberapa kriteria sehingga pertanian dapat dikategorikan sebagai
pertanian maju, dan terdapat lima kategori pertanian agar Sistem Bioindustri Menuju
Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. Untuk mewujudkan sistem tersebut, petani
Indonesia masih memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempuni. Selain
itu, pemerintah perlu memerhatikan kesejahteraan dan memberikan keadilan, serta
kesetaraan terhadap para petani.
11
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, U. P., Ari W., & Titiek F. D. 2019. Dampak Introduksi Inovasi Teknologi
Pertanian Bioindustri Berbasis Salak-Kambing terhadap Pendapatan Petani di
Kabupaten Sleman Yogyakarta. KKIN. 358-363.
Hariance, Rika. 2019. Aksi Kolektif Dalam Koperasi Untuk Agribisnis Berkelanjutan.
Jurnal AGRIFO, 4(2) : 93-106.
Juanda, B., & Suciati, L. P. (2011). Aplikasi teori permainan pada perancangan pola
kerja sama yang adil dalam pengelolaan irigasi di tingkat petani. Jurnal Agro
Ekonomi, 29(2), 217-236.
Rivai, R.S & Anugrah, I.S. (2011). Konsep dan Implementasi Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29 (1), 13-
25.
Sari, Mega Puspita, Yulis & Bella. 2020. Manajemen Usahatani dan Konsep Agribisnis
Berkelanjutan Komoditas Sapi Perah Di Desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa
Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGRIFO GALUH, 7(2), 425-435.
Sudjatmiko, D. P., dkk. 2021. Kajian Model Pertanian Bioindustri di Desa Setanggor
Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. 3 : 193-216.
Virianita, R., Soedewo, T., Amanah, S., & Fatchiya, A. (2019). Persepsi petani
terhadap dukungan pemerintah dalam penerapan sistem pertanian
berkelanjutan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 24(2), 168-177.
12