Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN

PANGAN DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Hermati, M. Si
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VIII

1. SATRIAWAN ( 019.03.0039 )
2. SEPTIAN YUDISTIRA ( 019.03.0040 )
3. SITI FAKIHATUL MUNAWARAH ( 019.03.0042 )
4. 4TAUFIK HIDAYAT ( 019.03.0043 )

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah

ini yang tepat pada waktunya yang berjudul “KEBIJAKAN PERTANIAN DAN

PANGAN DIINDONESIA”

Kami mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi

sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga

menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini.

Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis

senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna

penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya

penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar

mengenai Karbohidrat. Dan dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi

kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Aamiin.

Mataram, November 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................10
1. Gambaran Umum Kebijakan Pertanian..........................................................................10
2. Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani......................................................14
3. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional..........................................................................15
4. Kendala dan Tantangan dalam Ketahanan Pangan.........................................................18
BAB III PENUTUP..................................................................................................................20
Kesimpulan............................................................................................................................20
Saran......................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja,

namun sektor pertanian belum cukup mampu menjadikan petani itu sendiri ejahtera,

mengingat sebagian besar petani di Indonesia bersifat subsisten yang hanya mencukupi

keluarganya saja belum dapat berkembang ironisnya lagi perkembangan fungsi dan

peran sektor ini tidak berdampak nyata terhadap mayoritas masyarakat yang bergantung

didalamnya. Kondisi ini berjalan sedemikian rupa, sehingga tanpa terasa telah terjadi

ketimpangan yang cukup mencolok yang menimbulkan masalah baru dalam proses

pembangunan Nasional.

Di samping kepincangan ekonomi, yang paling meresahkan saat ini adalah

lambannya pertumbuhan atau peningkatan produktivitas komoditas-komoditas unggulan

baik nasional, regional maupun daerah. Kelambanan tidak hanya dalam peningkatan

kuantiitas produksi saja tetapi juga dalam peningkatan kualitas dan kontinuitas. Ketiga

hal ini merupakan faktor kunci untuk dapat bersaing dalam pasar global. Saat ini,

jangankan untuk bersaing di pasar global, untuk memenuhi kebutuhan nasional saja

negara kita masih tertatih-tatih, sehingga dijadikan sebagai pasar yang sangat empuk

dan potensial bagi negara-negara maju

Ada 3 faktor dominan yang berpengaruh terhadap lambannya

Pertumbuhan sektor pertanian khususnya dan sektor ekonomi umumnya, sehingga

Menimbulkan “kepincangan”.

4
Ketiga faktor tersebut adalah :

1) Lemahnya posisi tawar petani;

2) Kurangnya SDM aparat yang melayani masyarakat dan

3) Kurang tepatnya sistem yang diterapkan.

Ketiga faktor tersebut bisa disebut sebagai “tiga pilar” atau tiga dasar

Utama dalam proses pembangunan pertanian. Didalamnya terkandung unsur

“kualitas sumberdaya petani”. Bagaimana upaya yang harus dilakukan, agar kualitas

sumber daya petani bisa ditingkatkan sehingga mempunyai wawasan yang luas dan

terbuka serta mudah menerima pembaharuan.Berdasarkan pengalaman diatas,

nampaknya tugas pembinaan dan Pembimbingan serta pengawasan secara serius dan

berkelanjutan ini tidak bisaDilakukan oleh aparat pemerintah. Oleh karena itu Tenaga

atau badan ini akan Berada antara petani dan pemerintah, akan menjadi jembatan antara

petani dan pemerintah. Tenaga atau badan ini harus bertanggung jawab atas

keberhasilan petani Sebagai binaannya dan juga harus bertanggung jawab kepada

pemerintah yang Membiayainya.Penguatan lembaga petani dan perubahan sistem

pemberdayaan ini Diyakini akan mampu merubah keadaan, dan akan mampu menggali

dan membangkit potensi petani dan wilayahnya untuk menggapai “keluarga petani yang

Sejahtera”.

Pembangunan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengolah dan

Memanfaatkan sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, Idealnya

memadukan perimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam Pengambilan

keputusan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable Development) yaitu

pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa Mengurangi kemampuan

5
generasi mendatang untuk memiliki kebutuhan mereka Sendiri (WCED, 1987),

keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan Lingkungan menjadikan kunci yang

harus diperhatikan dalam merumuskanKebijakan pembangunan.

Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan

diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi

pembangunan. Pembangunan berkelanjutan mengandung arti, lingkungan dapat

mendukung pembangunan dengan terus menerus karena tidak habisnya sumberdaya

yang menjadi modal pembangunan (Soemarwoto, 2001).

Pembangunan berwawasan lingkungan maknanya setara dengan pembangunan

berkelanjutan, yaitu memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia Secara

optimal dengan menyelaraskan dan menyerasikan aktivitas manusia terhadap daya

dukung lingkungan. Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam baik dari segi

kualitas maupun kuantitas maka pemanfaatan sumber daya alam tersebut harus

dilakukan secara bijaksana dan terencana dengan baik sehingga dapat menjamin

kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan yang ramah lingkungan atau bisa disebut

pembangunan berwawasan lingkungan sudah sepatutnya dipikirkan lebih lanjut oleh

setiap komponen bangsa. PembangunanBerwawasan lingkungan merapakan upaya

sadar dan berencana dalam pembangunan sekaligus pengelolaan sumber daya secara

bijaksana dalam Pembangunan.

Setiap warga negara berhak atas kecukupan pangan, hak atas rasa aman, hak atas

penghidupan dan pekerjaan, hak atas hidup yang sehat, hak atas kebebasan berpendapat

serta hak-hak lainnya sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia

Tahun 1948. Kesemuanya tersebut tidak hanya merupakan tugas pemerintah saja tetapi

6
juga selurah warga negara untuk memastikan bahwa hak tersebut dapat dipenuhi secara

konsisten dan berkesinambungan.

Di dalam pasal 27 UUD 1945 menyatakan bahwa Indonesia menjamin setiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, sedangkan pasal 33

UUD 1945, perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, Berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional.

Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi,

Meskipun kontribusi sektor pertanian secara keseluruhan sangat besar terhadap

perekonomian nasional, namun kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.

Sekitar 50-60 persen penduduk atau masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan.

Selanjutnya, sekitar 70-80 persen kelompok masyarakat ini termasuk golongan miskin

dengan usaha pertanian, perikanan dan kehutanan, yang masih tradisional dan bersifat

subsisten. Minimnya akses terhadap informasi dan sumber permodalan, menyebabkan

masyarakat petani tidak dapat mengembangkan usahanya secara layak ekonomi.

Maka dari itu, kebijakan pertanian sangat penting adanya untuk mensejahterakan

petani di Indonesia sehingga pertanian di Indonesiapun ikut maju.

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat

mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setia orang setiap waktu

merupakan hak azasi yang layak dipenuhi. Berdasar kenyataan tersebut masalah

pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah

menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara.

7
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besarMenghadapi

tantangan yang sangatkompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Oleh karena itu kebijakan (pemantapan) ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam

pembangunan serta merupakan fokustama dalam pembangunan pertanian. Peningkatan

kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan

kesempatan kerja bagi penduduk guna memperoleh pendapatan yang layak agar akses

terhadap pangan merupakan dua komponen utama dalam perwujudan ketahanan

pangan. Kebijakan pemantapan ketahanan pangan dalam hal ini termasuk di dalamnya

adalah terwujudnya stabilitas pangan nasional sesuai Undang-UndangNo 7 Tahun 1996,

pangan dalam arti luas mencakup makanan dan minuman hasil-hasil tanaman dan ternak

serta ikan baik produk primer maupun olahan. Dengan definisi pangan seperti itu

tingkatketersediaan pangan nasional untuk konsumsi diukur dalam satuan energi dan

protein pada tahuu2003 sebesar 3076 Kkal/kapita/hari dan76.54 gr protein/kapita/hari.

Angka tersebut telah melebihi standar kecukupan energi dan protein yang

direkomendasikan dalam Widyakarya nasional Pangan dan Gizi VII Tahun 2000

masing-masing sebesar 2500Kkal/kapita/hari dan 55 gr protein/kapita/hari.

Walaupun secara makro ketersediaan pangan telah melebihi standar kecukupan

energi dan protein, namun kecukupan di tingkat nasional tersebut tidak menjamin

kecukupan konsumsi di tingkat rumahtangga atau individu. Tingkat konsumsi per kapita

per hari rata-rata penduduk Indonesia pada tahun 2003 sebesar 1989 Kkal atau 90.04

persen dari standar Kecukupan.

Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan diIndonesia saat ini

terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat

dari pertumbuhan penyediaannya.

8
Permintaan yang meningkat cepat tersebut merupakan resultantedariPeningkatan

jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan dayaBeli masyarakat dan

perubahan selera. Sementara itu kapasitas produksiPangan nasional pertumbuhannya

lambat bahkan stagnan disebabkan oleh Adanya kompetisi dalam pemanfaatan

sumberdaya lahan dan air sertaStagnannya pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga

kerja pertanian.

Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan dan pertumbuhan kapasitas

produksi nasional tersebut mengakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya

penyediaan pangan nasional yang berasal dari impor. Ketergantungan terhadap pangan

impor ini terkait dengan upaya mewujudkan stabilitas penyediaan pangan nasional.

Tulisan berikut akan membahas kebijakan ketahanan pangan nasional dikaitkan

dengan isu otonomi (daerah) dan globalisasi. Setelah mengungkap secara umum latar

belakang pentingnya kebijakan ketahanan pangan, bagian kedua dan ketiga

mengungkapkan kebijakan yang ada serta kendala dan tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan ketahanan pangan nasional. Pada bagian penutup disampaikan perspektif

ke depan upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum kebijakan pertanian dan pangan?

2. Kebijakan apa yang mampu mensejahterakan petani ?

3. Kebijakan ketahanan pangan nasional ?

4. Kendala dan tantangan ketahanan

9
BAB II

PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Kebijakan Pertanian

Kebijakan pertanian menjelaskan serangkaian hukum terkait pertanian domestik dan

impor hasil pertanian. Pemerintah pada umumnya mengimplementasikan kebijakan

pertanian dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam pasar produk pertanian

domestik. Tujuan tersebut bisa mdibatkan jaminan tingkat suplai, kestabilan harga,

kualitas produk, seleksi produk, penggunaan lahan, hingga tenaga kerja.

Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan

dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum

kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian

menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat

penghidupan dan kesejahteraan petani rneningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,

pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraruran tertentu;

ada yang berbentuk Undang-undang, peraturan-peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen,

keputusan Gubernur dan lain-lain. Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-

kebijakan yang b-ersifatpengatur (regulatingpolicies) dan pembagian pendapatan yang

lebih adil merata (distributivepolicies). Kebijakan yang bersifat pengaturan misalnya

peraturan rayoneering dalam perdagangan/distribusi pupuk sedangkan contoh

peraruranyang sifatnya mengatur pembagian pendapatan adalah penentuan harga kopra

minimum yang berlaku sejak tahun 1969 di daerah-daerah kopra di Sulawesi.Campur

tangan pemerintah inilah disebut sebagai “politik pertanian” (agriculturalPolicy) atau

10
“kebijakan pertanian”. Campur tangan pemerintah ini diperlukan untuk memutusrantai

lingkaran kemiskinan yang tak berujung pangkal, merupakan gambaran hubungan

keterkaitan timbal-balik dari beberapa karakteristik negara berkembang (seperti

Indonesia) berupa sumber daya yang ada belum dikelola sebagaimana mestinya, mata

pencaharian penduduk yang mayoritas pertanian berlngsung dalam kondisi yang kurang

produktif, adanya dualisme ekonomi ekonomi antara sektor modern yang mengikuti

ekonomi pasar dan sektor tradisional yang mengikuti ekonomi subsistem, serta tingkat

pertumbuhan yang tinggi dengan kualitas sumber daya manusianya yang masihrelative

rendah.

Politik pertanian pada dasarnya adalah bagaimana melindungi petani dari

ketidakadilan pasar (input, lahan, modal, output, dan lainnya). Politik tersebut sebagai

bagian penting untuk memberdayakan petani, yang pada dasarnya dapat

diimplementasikan melalui berbagai strategi pengelolaan pasar sebagai upaya

“menjamin’ kesejahteraan petani dari ketidakadilan dan resiko, kebijakan harga input

pertanian, kebijakan penyediaan lahan pertanian, permodalan, pengendalian hama dan

penyakit, dan kebijakan penanganan dampak bencana alam.

Snodgrass dan Wallace (1975) mendefenisikan kebijakan pertanian >ebagai usaha

pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan yang

lebih tinggi secara bertahap dan kontinu melalui pemilihan Komoditi yang

diprogramkan, produksi bahan makanan dan serat, pemasaran, perbaikan structural,

politik luar negeri, pemberian fasilitas dan pendidikan. Widodo (1983) mengemukakan

bahwa politik pertanian adalah bagian dari politik ekonomi di sektor pertanian, sebagai

salah satu sektor dalam kehidupan ekonomi suarumasyarakat.Menurut penjelasan ini,

11
politik pertanian merupakan sikap dan tindakan pemerintah atau kebijaksanaan

pemerintah dalam kehidupan pertanian.

Kebijaksanaan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang, dan akan

dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memajukan

pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efesien

produksi naik, tingkat hidup petani lebih tinggi, dan kesejahteraan menjadi merata.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sarma (1985). Selanjutnya dikemukakan

bahwa tujuan umum politik pertanian di indonesia adalah untuk memajukan sektor

pertanian, yang dalam pengertian lebih lanjut meliputi:

1. Peningkatan produktivitas dan efesiensi sektor pertanian

2. Peningkatan produksi pertanian

3. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan petani, serta pemerataan tingkat

pendapatan.

Ruang lingkup politik pertanian meliputi:

1. Kebijakan produksi (productionpolicy)

2. Kebijakan subsidi (subsidypolicy)

3. Kebijakan investasi (investmentpolicy)

4. Kebijakan harga (pricepolicy)

5. Kebijakan pemasaran (marketingpolicy)

6. Kebijakan konsumsi (consumptionpolicy)

Untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan tersebut, pemerintah mengeluarkan

serangkaian peraturan-peraturan.

12
Menurut Monke dan Pearson (1989), politik pertanian dalah campur tangan

pemerintah di sektor pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi yang

menyangkut alokasi sumber daya untuk dapat menghasilkan output nasional yang

maksimal dan memeratakan pendapatan, yaitu mengalokasikan keunrunganpertanian

antargolongan dan antardaerah, keamanan persediaan jangka panjang.

Dalam hal ini, kebijakan pertanian dibagi menjadi 3 kebijakan dasar, antara lain:

1. Kebijakan komoditi yang meliputi kebijakan harga komoditi, distorsi harga

komoditi, subsidi harga komoditi, dan kebijakan ekspor.

2. Kebijakan faktor produksi yang meliputi kebijkan upah minimum, pajak dan

subsidi faktor produksi, kebijakan harga faktor produksi, dan perbaikan

Kualiatas faktor produksi

3. Kebijakan makro ekonomi yang dibedakan menjadi kebijakan anggaran Belanja,

kebijakan fiscal, dan perbaikan nilai tukar.

Mubyarto (1987) menyebutkan bahawa politik pertanian pada dasarnya merupakan

kebijakan pemerintah untuk memperlancar dan mempercepat laju pembangunan

pertanian, yang tidak saja menyangkut kegiatan petani, tetapi juga perusahaan-

perusahaan pengangkutan, perkapalan, perbankan, asuransi, serta Lembaga-lembaga

pemerintah dan semi pemerintah yang terkait dengan kegiatan sektor pertanian. Politik

pertanian mempunyai kaitan sangat erat denganrer.gembangan sumber daya manusia,

peningkatan efesiensi, serta Pembangunan r*ecesaan yang menyangkut seluruh aspek-

aspek ekonomi, sosial, Politik, dan ?«jdaya dari penduduk pedesaan. Sejalan dengan

pendapat Schuh (1975). Mubyarto menyebutkan bahwa lingkup politik pertanian

meliputi:

13
1. Politik stabilitas jangka pendek

2. Peningkatan pertumbuhan pertanian

3. Pengaturan dan pengarahan perdagangan

4. Pengarahan dan peningkatan mobilitas faktor-faktor produksi pertanian

5. Politik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengembangan

sumber daya manusia di bidang pertanian.

Dalam garis besarnya, politik ini minimum berurusan dengan pendapatan, stabilitas,

dan kesempatan yang merupakan unsur utama dalam masalah-masalah usaha tani. Oleh

karena itu, memungkinkan adanya pengertian yang lebih mendalam tentang masalah-

masalah ketidakstabilan dan kompensasi, serta kemiskinan, pengangguran, dan

pendapat yang sangat rendah di pedesaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu

adanya perlakuan dan pandangan bahwa masyarakat di pedesaan atau pertanian tidak

kurang pentingnya dari masyarakat keseluruhan dalam mencapai kesejahteraan

masyarakat. Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian menempati priotitas

penting.

Sebagai komoditas pertaman, pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia

yang sangat mendasar, dianggap strategis, serta sering mencakup hal-hal yangberrsifat

emosional dan bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kuantitas dankualitas

merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia

Indonesia seluruhnya dalam jangka panjang.

2. Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani

14
Kebijakan pertanian dibuat untuk mensejahterakan petani, mengingat petani di

indonesia taraf hidupnya belum sejahtera ditambah lagi keadaan pertanian yang tidak

stabil sehingga perlunya kebijakan pertanian.

3. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional

Secara umum kebijakan (pemantapan) ketahanan pangan nasional yang dirumuskan

adalah terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Pangan tahun 1996 yang ditindak lanjuti dengan

Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2001. Kebijakan yang dirumuskan diselaraskan

dengan isu global yang disepakati dalam Pertemuan Puncak Pangan Dunia tahun 2002

(World Food Summit- fiveyearslater : WFS – fyl) yaitu mencapai ketahanan pangan

bagi setiap orang dan mengikis kelaparan di seluruh dunia. Untuk melaksanakan tugas

tersebut, diterbitkan Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 132 Tahun 2001 tanggal

31 Desember tentang Dewan Ketahanan pangan (DKP). Tugas DKP sesuai Keppres

adalah (1) merumuskan kebijakan di bidang ketahanan pangan nasional yang meliputi

aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi serta mutu, gizi, dan keamanan pangan;

dan (2) melaksanakan evaluasi dan pengendalian pemantapan ketahanan pangan

nasional.

Langkah penting yang telah dilakukan dalam rangka merumuskan kebijakan

ketahanan pangan nasional adalah melalui DKP telah terbangun kesepahaman dan

kesepakatan melalui Rapat-rapat Pokja, seminar/Lokakarya, Sidang para

Bupati/Walikota, Sidang para Gubernur, dan Konferensi. Adapun kesepahaman dan

kesepakatan tersebut adalah

15
Arah pembangunan perlu direformasi, dengan memfokuskan pembangunan pada

sektor pertanian dan pedesaan, (2) Indonesia harus mempunyai target/sasaran (dalam

menurunkan kemiskinan). Strategi yang ditempuh dan tindakan bersama dalam upaya

penurunan jumlah penduduk miskin; WFS:fyl telah menetapkan sasaran penurunan

kemiskinan 20 persen selama 5 tahun sebanyak 20 juta jiwa atau 10 persen (6 juta jiwa)

per tahun, (3) kemiskinan identik dengan pemilikan lahan sempit, sehingga diperlukan

Peraturan Pemerintah yang mengatur penataan struktur penguasaan dan pemilikan

tanah/lahan serta pembangunan irigasi, dan (4) hasil kesepakatan tersebut perlu

dievaluasi dan dibahas secaraberkala/reguler, komitmen pemerintah Provinsi,

Kabupaten/Kota sangat diperlukan di dalam operasional pelaksanaannya.

Beberapa kebijakan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan upaya

mewujudkan stabilitas (ketersediaan) pangan nasional adalah (1) kebijakan dan strategi

diversifikasi pangan di Indonesia serta program aksi diversifikasi pangan, (2) di bidang

perberasan: kebijakan harga dasar pembelian pemerintah (HDPP) dan tarif impor, (3)

kemandirian pangan, dan (4) kebijakan (pangan) transgenik.

Kebijakan dan strategi serta rencana program aksi diversifikasi pangan dilaksanakan

dengan tujuan (1) menyadarkan masyarakat agar dengan sukarela dan atas dasar

kemampuannya sendiri melaksanakan diversifikasi pangan dan meningkatkan

pengetahuannya, dan (2) mengurangi ketergantungan terhadap beras dan pangan impor

dengan meningkatkan konsumsi pangan, baik nabati maupun hewani dengan

meningkatkan produksi pangan lokal dan produk olahannya. Beberapa upaya percepatan

diversifikasi pangan dalam jangka pendek adalah (a) internalisasi, sosialisasi, promosi

dan publikasi rencana aksi diversifikasi pangan; (b) peningkatan ketersediaan pangan

berbasis pada potensisumberdaya wilayah yang berwawasan lingkungan; (c)

16
peningkatan kemampuan dan kapasitas sumberdaya manusia dalam pengembangan

diversifikasi produktivitas; (d) pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan

diversifikasi pangan: (e) peningkatan akses pangan dalam pemantapan ketahanan

pangan keluarga; (f) pengembangan Sistem kewaspadaan Pangan dan Gizi; dan (g)

pemantauan kegiatan diversifikasi pangan dalam pemantapan ketahanan pangan.

Pelaksanaan Inpres No 9 Tahun 2001 dinilai cukup efektif dalam meningkatkan

ekonomi beras nasional tahun 2002, karena diikuti dengan penetapan tariff dalam

melindungi harga beras dalam negeri, pembelian gabah dalam negeri oleh pemerintah,

dan penyaluran beras untuk masyarakat miskin. Penetapan Inpres No 2 Tahun 2005

tentang penetapan Kebijakan Perberasan sebagai pengganti Inpres No 9 Tahun2001 dan

Inpres No 9 Tahun 2002 menunjukkan arah kebijakan perberasannasional yang

komprehensif yaitu tentang upaya-upaya (a) peningkatan produktivitas dan produksi

padi/beras; (b) pengembangan diversifikasi usaha pertanian; (c) penetapan kebijakan

harga gabah/beras; (d) penetapan kebijakan impor beras yang melindungi produsen dan

konsumen; serta (e) pemberian jaminan penyediaan beras/pangan lain bagi kelompok

masyarakat miskin dan rawan pangan.Beberapa kebijakan yang terkait dengan upaya

untuk mewujudkan kemandirian pangan antara lain adalah; (a) kebijakan yang

mempunyai dampak sangat positif dalam jangka pendek, yakni subsidi input dan

peningkatan harga output dan perdagangan pangan termasuk intervensi distribusi; (b)

kebijakan yang sangat positif untuk jangka panjang, yakni perubahan

teknologi,ekstensifikasi, jaring pengaman ketahanan pangan, investasi infrastruktur,

serta kebijaksanaan makro, pendidikan, dan kesehatan; (c) kebijakan yang mendorong

pertumbuhan penyediaan produksi di dalam negeri yakni (1) perbaikan mutu

intensifikasi, perluasan areal, perbaikan jaringan irigasi, penyediaan sarana produksi

17
yang terjangkau oleh petani, pemberian insentif produksi melalui penerapanjebijakan

harga input dan harga output, (2) pengembangan teknologi panen dan pasca panen

untuk menekan kehilangan hasil, dan (3)pngembangan varietas tipe baru dengan

produktivitas tinggi untuk komoditas yang memiliki prospek pasar baik.

Perkembangan pemanfaatan teknologi modern rekayasa genetika melalui

rekombinasi DNA telah menghasilkan Produk Biologi HasilRekayasa Genetika

(PBHRG), baik tanaman transgenik untuk meningkatkan produksi pertanian maupun

produk pangan dan produk pakan dari tanaman transgenik yang lebih berkualitas.

Dalam hal ini posisi pemerintah terhadap PBHRG adalah Pemerintah bersikap pro

(menerima) pengembangan dan pemanfaatan produk transgenik disertai penerapan

prinsip sikap kehati-hatian.

4. Kendala dan Tantangan dalam Ketahanan Pangan

Permasalahan utama yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan di

Indonesia saat ini adalah bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari

pertumbuhan penyediaan. Permintaan yang meningkat merupakan resultante dari

peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli

masyarakat, dan perubahan selera. Sementara itu, pertumbuhan kapasitas produksi

pangan nasional cukup lambat dan stagnan, karena: (a) adanya kompetisi dalam

pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, serta (b) stagnansi pertumbuhan produktivitas

lahan dan tenaga kerja pertanian. Ketidakseimbanganperrtumbuhan permintaan dan

pertumbuhan kapasitas produksi nasional mengakibatkan kecenderungan pangan

nasional dari impor meningkat, dan kondisi ini diterjemahkan sebagai ketidakmandirian

18
penyediaan pangan Nasional. Dengan kata lain hal ini dapat diartikan pula penyediaan

pangan nasional (dari produksi domestik) yang tidak stabil.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan terus berkembang, sektor

pertanian (sebagai sumber penghasil dan penyedia utama pangan) diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan pangan yang cukup besar dan terus berkembang dalam jumlah,

keragaman dan mutunya. Telah menjadi kebijakan nasional untuk memenuhi

sejauhmuungkin kebutuhan konsumsi bangsanya dari produksi dalam negeri, karena

secara politis Indonesia tidak ingin tergantung kepada negara lain. Untuk itu, sektor

pertanian menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Tantangan ini juga terus

berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi dan

politik. Perkembangan sektor pertanian juga tidak terisolasi dari isu globalisasi dan

suasana reformasi dan segala dinamika aspirasi masyarakatnya dan perubahan tatanan

pemerintahan ke arah desentralisasi (otonomi). Dalam sektor ini terkait masalah sumber

daya lahan (dan perairan) sebagai basis kegiatan sektor pertanian semakin terdesak oleh

kegiatan perekonomian lainnya termasuk prasarana pemukiman dan

transportasi,teknologi, SDM, kegiatan hulu dan hilir, kesejahteraan masyarakat

produsen maupun konsumen, sistem pasar domestik hingga global, dan

penyelenggaraan pelayanan publik, yang masing-masing dapat salin mempengaruhi.

Mengingat demikian besarnya peranan dan demikian kompleksnya aspek yang terkait

dalam upaya mewujudkan stabilitas penyediaan pangan nasional dari waktu ke waktu,

pembangunan sektor pertanian memerlukan perhatian dan pemikiran yang dalam serta

upaya yang bersifat menyeluruh.

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan

Dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum

kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar Pertanian

menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat

penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat. Politik pertanian pada dasarnya

adalah bagaimana melindungi petani dari ketidakadilan pasar (input, lahan, modal,

output, dan lainnya). Politik tersebut sebagai bagian penting untuk memberdayakan

petani, yang pada dasarnya dapat Diimplementasikan melalui berbagai strategi

pengelolaan pasar sebagai upaya ‘menjamin’ kesejahteraan petani dari ketidakadilan

dan resiko, kebijakan harga Input pertanian, kebijakan penyediaan lahan pertanian,

permodalan, pengendalian Hama dan penyakit, dan kebijakan penanganan dampak

bencana alam.Kebijakan pertanian dibuat untuk mensejahterakan petani, mengingat

petani diIndonesia taraf hidupnya belum sejahtera ditambah lagi keadaan pertanian

yangTidak stabil sehingga perlunya kebijakan pertanian diantaranya adalah: Kebijakan

dibidang lahan, perangkutan, teknologi dan invormasi, dan usaha pasca panen dan

pemasaran.

20
Saran

Diharapkan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa lebih

dimengerti dan memahami lebih dalam tentang kebijakan pertanian seperti yang telah di

jelaskan dalam makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Ruang Lingkup Kebijakan Pembangunan”.

http://blogamsalocmt.blogspot.com/2012/ll/ruang-lingkup-kebiiakan-

pembangunan.html. Diakses tanggal 29 Mei 2015

Anonim. “Kebijakan Pertanian”. http://anakekp.blogspot.com/2013/10/makalah-

Kebijakan-pertanian.html. diakses tanggal 29 Mei 2015

22

Anda mungkin juga menyukai