Anda di halaman 1dari 86

412.STIKES-MK.D-III.

2022

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA FLUOROURACYL-


ADRIAMYCIN-CYCLOPHOSPHAMID DIBANDING
DOXORUBICIN-CYCLOPHOSPHAMID-DOCETAXEL PADA
PASIEN KANKER PAYUDARA ER+ DI RS HASAN SADIKIN
BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi (Amd.Farm)
pada Program Studi DIII Farmasi

Disusun Oleh :

EKA TAUFIK HIDAYAT


NIM : 33178K19044

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA FLUOROURACYL-ADRIAMYCIN-


CYCLOPHOSPHAMID DIBANDING DOXORUBICIN-CYCLOPHOS-
PHAMID-DOCETAXEL PADA PASIEN KANKER PAYUDARA ER+ DI
RS HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh:

EKA TAUFIK HIDAYAT

33178K19044

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Ini Telah Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Pada
Tanggal 25 Agustus 2022
Dalam Ujian Akhir Program (UAP) Diploma III Farmasi
STIKES Muhammadiyah Kuningan

Nama Pembimbing : apt. Wawang Anwarudin, M. Sc _____________

Nama Penguji I : apt. Nur Azizah, M.Farm _____________

Nama Penguji II : apt. Angga Anugra Diputra, M.Farm _____________

Mengetahui
Ketua STIKES Muhammadiyah Kuningan

Apt. Wawang Anwarudin, M.Sc

NIDN. 0419067803

i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eka Taufik Hidayat

NIM : 33178K19044

Program Studi : D-III Farmasi

Perguruan Tinggi : STIKes Muhammadiyah Kuningan

Dengan ini menyatakan, bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya dengan judul :
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA FLUOROURACYL-ADRIAMYCIN-CY-
CLOPHOSPHAMID DIBANDING DOXORUBICIN-CYCLOPHOSPHAMID-
DOCETAXEL PADA PASIEN KANKER PAYUDARA ER+ DI RS HASAN
SADIKIN BANDUNG adalah benar merupakan hasil karya saya dan bukan
merupakan plagiat dari karya orang lain. Apabila seuatu saat saya terbukti
melakukan plagiat maka saya bersedia di proses dan menerima sanksi akademis
maupun hukum sesuai dengan hukum dan ketentuan yang berlaku, baik institusi
maupun di masyarakat dan hukum Negara.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung
jawab sebagai anggota masyarakat ilmiah.

Kuningan, Agustus 2022

Yang Membuat Pernyataan,

Eka Taufik Hidayat

NIM. 33178k19044

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamiin

Puji syukur ku panjatkan kehadirat-Mu yang telah memberikan kemudahan dan


kelancaran dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa keridhaan-Mu
mungkin tidak akan sampai pada titik ini. Tak lupa shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan
syafa’at di hari akhir nanti.

Kupersembahkan Karya Tulis ini kepada :

Ke-2 orang tuaku yang sangat aku sayangi dan aku hormati. Terimakasih atas
segala bentuk dukungan, do’a, dan kasih sayang yang telah diberikan. Tanpa do’a
dan keridhaan dari ibu dan bapak aku tidak akan bisa melewati semua proses yang
telah ku lalui ini, semoga ibu dan bapak selalu diberikan kesehatan, kebahagian
serta panjang umur. Tidak banyak yang dapat aku ucapkan selain kata
Terimakasih. Semoga aku bisa memberikan kebahagian untuk ibu dan bapak...

Untuk Keluargaku, terimakasih atas segala bentuk dukungan yang telah


diberikan. Bentuk dukungan tersebut sangat bermanfaat bagiku. Semoga
kebaikan-kebaikan tersebut dapat dibalas oleh Sang Pencipta dengan yang lebih
baik...

Untuk Bapak Apt. Wawang Anwarudin, M.Sc selaku dosen pembimbing tugas
akhir ini, saya ucapkan terimakasih atas bimbingan, masukan, nasihat serta
dukungannya. Terimakasih selalu meluangkan waktu untuk membimbing saya,
tanpa bimbingan bapak, saya tidak bisa sampai sejauh ini. semoga bapak selalu
diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Terimakasih bapak, ilmu mu sangat
bermanfaat...

Untuk Teman-teman angkatan 2019, terutama teman seperjuanganku (Pany,


Adinda dan Rika) terimakasih karena sudah memberikan banyak pengalaman
yang tidak akan di dapatkan di bangku pendidikan. Terimakasih sudah saling
menguatkan dan saling support, sehingga kita bisa melewati bagian dari
perjuangan ini. semangat untuk step selanjutnya...

Untuk Seseorang yang jauh disana Terima kasih atas support dan dukungan nya
selama ini terutama selama mengerjakan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Eka Taufik Hidayat

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki

3. Program Studi : DIII Farmasi

4. NIM : 33178K19044

5. Tempat dan Tanggal Lahir : Kuningan, 24 Mei 2001

6. E-mail : botak2405@gmail.com

7. Nomor Telepon/HP : 081394932013

8. Alamat : Dusun Puhun Rt/Rw 002/001

Desa Windusari Kecamatan Nusa-

herang Kabupaten Kuningan

45563

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN SMPN 1 SMK BI Kuningan
Windusari Kadugede
Jurusan - - Farmasi
Tahun Lulus 2013 2016 2019

iv
C. Aktivitas dalam organisasi

No. Nama Organisasi Jabatan Waktu dan


Tempat
1. UKM Futsal Anggota Periode 2019/2020
2. UKM Olahraga Anggota Periode 2020/2021

D. Prestasi

No Jenis Prestasi Penyelenggara Tahun

E. Pengalaman Bekerja

No Tempat Bekerja Jabatan Tahun

Kuningan, Agustus 2022

Eka Taufik Hidayat


NIM. 33178K19044

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-
Nya penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Analisis
Efektivitas Biaya Fluorouracyl-Adriamycin-Cyclophopshamid Dibanding
Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel Pada Pasien Kanker Payudara ER+ Di
RS Hasan Sadikin Bandung” dapat tersusun atas dorongan pembimbing dan
semua pihak. Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini cukup mengalami
kesulitan dan hambatan, namun berkat dorongan dan arahan dari pembimbing
akhirnya peneliti dapat menyelesaikannya, untuk itu sudah selayaknya peneliti
ucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak apt. Wawang Anwarudin, M.Sc. selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Kuningan.
2. Bapak apt. Wawang Anwarudin, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis
Ilmiah (KTI).
3. Seluruh Dosen, Staf Tata Usaha STIKes Muhammadiyah Kuningan yang telah
membantu peneliti selama ini.
4. Kedua orang tua yang senantiasa membantu dalam doa dan memberikan
motivasi dalam segala hal.
5. Teman-teman Angkatan 2019 yang telah membantu serta memberikan
semangatnya selama menuntut ilmu di STIKes Muhammadiyah Kuningan.
6. Dan seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menghasilkan kinerja
yang lebih baik di masa yang akan datang

vi
Peneliti berharap penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi peneliti sendiri.

Kuningan, Agustus 2022

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...............................................................ii

HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................................iii

RIWAYAT HIDUP........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR....................................................................................................vi

DATAR ISI...................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xi

ABSTRAK......................................................................................................................xii

ABSTRACT..................................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5

A. Kajian Pustaka.......................................................................................................5
B. Kerangka Berpikir...............................................................................................27
C. Hipotesis..............................................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................................................29


B. Bahan Dan Alat...................................................................................................29
C. Variable Penelitian..............................................................................................29

viii
D. Populasi Dan Sampel...........................................................................................31
E. Instrumen Penelitian............................................................................................34
F. Prosedur Penelitian..............................................................................................34
G. Analisis Data........................................................................................................35
H. Bagan Alur Penelitian..........................................................................................36
I. Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................................37
J. Jadwal Penelitian.................................................................................................37

BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN.......................................................................38

A. Penetapan Sampel................................................................................................38
B. Hasil Karakteristik Wanita Postmenopause Dengan Kanker Payudara Er+
Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung............................................................39
C. Komponen Biaya Langsusng Medik Wanita Postmenopause Kanker
Payudara Er+.......................................................................................................44
D. Analisis Efektivitas Biaya...................................................................................47
E. Keterbatasan Penelitian.......................................................................................48

BAB V KESIMPULAN.................................................................................................49

A. Kesimpulan..........................................................................................................49
B. Saran....................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................................

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging


Manual.....................................................................................................9
Tabel 2. 2 stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker payudara
berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual..........................................11
Tabel 3. Definisi Operasional.........................................................................................30

Tabel 3. JadwalPenelitian................................................................................................37

Tabel 4. 1 Karakteristik wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ di


Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung..........................................................39
Tabel 4. 2 Karakteristik wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+
berdasarkan regimen kemoterapi..................................................................43

Tabel 4. 3 Unit Biaya Langsung Medis Pelayanan IRI Wanita Postmenopause


Dengan Kanker Payudara ER+.....................................................................44

Tabel 4. 4 Unit Biaya Langsung Medik Regimen Kemoterapi FAC dan ET


WanitaPostmenopause Dengan Kanker Payudara ER+...............................45

Tabel 4. 5 Unit Biaya Langsung Medis Wanita Postmenopause Dengan Kanker


Payudara ER+...............................................................................................46

Tabel 4. 6 Disease Free Survival Pasien Postmenopause dengan Kanker Payudara


ER+ Berdasarkan Regimen Kemoterapi.......................................................46

Tabel 4. 7 Presentasi Hasil Biaya dan Efektivitas...........................................................47

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangka Berpikir....................................................................................27


Gambar Alur Penelitian.........................................................................................36
Gambar 4. 1 Skema penetapan sampel sesuai dengan kriteria dan ekslusi………38

xi
ABSTRAK

Kanker payudara merupakan salah satu penyumbang kematian pertama,


terutama pada wanita yang telah mengalami postmenopause. Angka kematian
yang tinggi disebabkan juga karena penanganan kanker yang terlambat dan beban
pembiayaan yang berat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas
biaya kombinasi regimen kemoterapi Fluorouracyl-Adriamycin-Cyclophosphamid
(FAC) dibanding regimen kemoterapi Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel
(ET) pada wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+. penelitian ini
termasuk pada rancangan observasional dengan pengumpulan data secara retro-
spektif dari rekam medik pasien tahun 2015-2020 yang memenuhi kriteria inklusi
dan eklusi dan medapatkan data sejumlah 91 sampel dari Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) di RS Hasan Sadikin Bandung. Data biaya pengobatan berdasarkan
perspektif rumah sakit. Data biaya meliputi data biaya langsung medik dari
rumah sakit. Nilai efektivitas pada penelitian ini diukur dalam daya tahan hidup
pasien, dan analisis efektivitas biaya dengan menghitung Incremental Cost-effec-
tiveness Ratio (ICER). Hasil penelitian menunjukkan Komponen biaya tertinggi
pada unit biaya langsung medis bagian pelayanan IRI (Indeks Rawat Inap) terda-
pat pada biaya operasi sebesar Rp. 6.229.343; pada bagian unit biaya langsung
medis SIRS terdapat pada biaya obat pendukung sebesar Rp. 41.240.429; pada
bagian unit biaya langsung regimen kemoterapi biaya terendah terdapat pada regi-
men ET sebesar Rp. 105.528.200 dan tertinggi pada regimen FAC sebesar Rp.
318.190.500. cost-effective FAC lebih mahal dibanding ET, tetapi efektivitas FAC
lebih baik dibanding ET mengacu kepada kuadran I (lebih mahal, lebih efektif)
dibanding kuadran III (lebih murah, kurang efektif).

Kata kunci : analisis efektivitas biaya, kanker payudara, Flourouracyl,


Adriamycin, Cyclophosphamid, Doxorubicin, Docetaxel.

xii
ABSTRACT

Breast cancer is one of the leading causes of death, especially in post-


menopausal women. The high mortality rate is also due to late cancer treatment
and a heavy financial burden. This study aimed to analyze the cost-effectiveness
of the combined chemotherapy regimen Fluorouracyl-Adriamycin-Cyclophos-
phamide (FAC) versus the chemotherapy regimen Doxorubicin-Cyclophos-
phamide-Docetaxel (ET) in postmenopausal women with ER+ breast cancer. This
study was included in an observational design with retrospective data collection
from patient medical records in 2015-2020 who met the inclusion and exclusion
criteria and obtained data of 91 samples from the Hospital Information System
(SIRS) at Hasan Sadikin Hospital Bandung. Medical cost data based on a home
perspective sick. Cost data include direct medical cost data from hospitals. The
effectiveness value in this study was measured in patient survival and cost-effec-
tiveness analysis by calculating the Incremental Cost-effectiveness Ratio (ICER).
The results showed that the highest cost component in the direct medical unit cost
of the IRI service (Inpatient Index)was the operating cost of Rp. 6229 343; in the
SIRS direct medical cost unit, there is a supporting drug cost of Rp. 41,240,429;
in the unif section, the lowest cost direct cost chemotherapy regimen was in the
ET regimen of Rp. 105,528,200 and the highest on the FAC regimen of Rp. 318
190 500 cost-effective FAC is more expensive than ET, but the effectiveness of
FAC is better than ET refers to quadrant I (more expensive, more effective) than
quadrant III (cheaper, less effective).

Keywords: cost-effectiveness analysis of breast cancer, Flourouracyt Adriamycin,


Cyclophosphamide, Doxorubicin, Docetaxel.

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu penyumbang kematian pertama,
terutama pada Wanita yang telah mengalami masa menopause. Kanker
payudara menempati urutan pertama sebagai jumlah kanker terbanyak di
Indonesia (Kemenkes RI, 2022). Tingginya angka kematian tersebut tentu
bukan karena tanpa sebab, melainkan berkaitan dengan terapi pengobatan yang
dipilih dan dilakukan. Disisi lain, angka kematian yang tinggi disebabkan juga
karena penanganan kanker yang terlambat dan beban pembiayaan yang berat
(Kemenkes, 2022).

Kejadian kanker meningkat dari tahun ke tahun dan terjadi hampir di


seluruh dunia. Kanker menduduki urutan ke dua penyakit terbesar di dunia.
Data jumlah penderita kanker di seluruh dunia mencapai 14 juta kasus dengan
angka kematian 8,2 juta setiap tahunnya (WHO, 2018). Data Global Cancer
Observatory menyebutkan bahwa terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka
kematian juga meningkat menjadi 9,6 juta setiap tahun. Dari data tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa kanker payudara adalah salah satu penyakit
yang memiliki persentase kematian yang cukup tinggi terutama pada wanita
(Kemenkes RI, 2018).

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang


dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan
Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Penyakit ini juga dapat diderita pada
laki-laki dengan frekuensi sekitar 1% (Kemenkes RI, 2018)

Reseptor estrogen (ER) merupakan suatu faktor prognosis dan faktor


prediktif utama yang diperiksa pada kanker payudara dan Reseptor estrogen
(ER) diekspresikan secara berlebihan sekitar 70% dari kanker payudara yang

1
2

dikenal sebagai Estrogen Receptor Positive (ER positif). Status reseptor


estrogen digunakan untuk menentukan sensitifitas lesi kanker payudara
terhadap terapi anti estrogen (Suci dkk, 2018).

Kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen (ER) positif sekitar 60%-
75%. Sel kanker payudara dengan reseptor ini bergantung pada hormon
estrogen untuk tumbuh. Adanya reseptor ini membantu menentukan risiko
kanker kembali setelah pengobatan dan jenis pengobatan yang paling mungkin
untuk menurunkan risiko ini. Pada umumnya terapi hormonal untuk kanker
reseptor estrogen positif biasanya bekerja dengan baik (ASCO, 2018).
Outcome clinic dari terapi kanker payudara adalah Disease Free Survival
(DFS), Overall Survival (OS) dan angka kejadian relaps (kekambuhan) pada
pasien sering sekali dihubungkan dengan meningkatnya risiko terhadap
kematian, dimana seseorang yang sedang menjalani terapi adjuvant yang maju
menyebabkan angka mortalitas/kematian menurun tajam. Namun kejadian
relaps masih cukup sering terjadi. Dimana Clinical Outcome terapi kanker
payudara adalah Deseae Free Survival (DFS), relaps (kekambuhan) dan Overal
Survival (OS) / kematian. (Rukminingsih et al., 2017)
Dengan pemeriksaan IHK (Immunohistokimia) estrogen, 80% karsinoma
payudara invasif akan mengekspresikan ER pada inti sel kanker, dengan
proporsi bervariasi dari <1% sampai 100% sel positif. Hasil dinyatakan positif
apabila >1% inti sel terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun
kuat) (Kemenkes RI, 2018).
Pengobatan kanker payudara terbagi menjadi dua golongan besar:pertama,
pengobatan untuk kanker tahap awal, kedua, pengobatan untuk kanker tahap
lanjut dan kambuh. Pengobatan terhadap kanker payudara meliputi operasi,
radioterapi, kemoterapi dan terapi hormonal (Susi N, 2018). Regimen
kemoterapi untuk mengobati kanker payudara diberikan secara tunggal atau
kombinasi. (Dewi dkk, 2015)
Berdasarkan penelitian dari Rahmi, dkk. (2020) total biaya penggunaan
regimen kemoterapi 5-Fluorouracil, Adriamycin, Cyclophosphamide (FAC)
3

untuk sekali kemoterapi adalah Rp. 2.965.597, dan untuk regimen kemoterapi
Paclitaxel-Doxorubicin untuk sekali kemoterapi adalah Rp. 3.337.359, serta
untuk regimen kemoterapi Docetaxel untuk sekali kemoterapi adalah Rp.
3.116.160. (Rahmi dkk, 2020). Berdasarkan penelitian dari Witdiawati, dkk.
(2017) melalui proses wawancara menyebutkan bahwa pembiayaan pasien
kanker sangat mahal apabila tidak menggunakan BPJS (Witwidiawati, dkk.
2017)

Titik akhir pada keberhasilan kemoterapi yang paling sering diukur adalah
tingkat respon tumor, kesembuhan, dan daya tahan. Kesembuhan merupakan
aspek yang paling penting. Kualitas hidup dan toksisitas pengobatan adalah
faktor penting yang harus dipertimbangkan. Kualitas hidup sangat diperlukan
dalam bidang kedokteran klinis sehingga diperlukan metodologi yang jelas
dalam pengembangan dan penerapan instrumen kualitas hidup.

Penelitian oleh Kiadaliri et al, (2012) menunjukkan bahwa pasien kanker


payudara yang diberikan kemoterapi menggunakan FAC memiliki HRQOL
(Health Related Quality of Life) lebih baik dari pasien yang diberikan TAC
(paclitaxel, doxorubicin, dan cyclophophamid).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan Anali-


sis Efektivitas Biaya FAC di banding ET di RSHS bandung. Hasil analisis
efektivitas biaya dinyatakan sebagai incermental cost-effectiveness ratio
(ICER). (pharmacoeconomic evalution in Belgium, 2008)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komponen biaya Fluorouracyl-Adriamyicin-Cyclophosphamid
dibanding Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel Pada Wanita Post-
menopause Dengan Kanker Payudara ER Positif ?

2. Bagaimana efektivitas biaya Fluorouracyl-Adriamyicin-Cyclophosphamid


dibanding Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel pada wanita post-
menopause dengan kanker payudara ER positif ?
4

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui komponen biaya Fluorouracyl-Adriamyicin-Cyclophos-
phamid dibanding Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel Pada Wanita
Postmenopause Dengan Kanker Payudara ER+

2. Mengetahui efektivitas biaya Fluorouracyl-Adriamyicin-Cyclophosphamid


dibanding Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel pada wanita post-
menopause dengan kanker payudara ER+

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu bagi peneliti terkait
Analisis Efektivitas Biaya Fluorouracyl-Adriamyicin-Cyclophosphamid
dibanding Doxorubicin-Cyclophosphamid-Docetaxel Pada Wanita
Postmenopause Dengan Kanker Payudara ER+ di RS Hasan Sadikin
Bandung.
2. Bagi institusi
Dapat memberikan kontribusi terhadap hasil penelitian yang di peroleh
sehingga dapat bermanfaat menjadi dasar atau data pendukung untuk
penelitian selanjutnya terutama berkaitan dengan Analisis Efektivitas Bi-
aya Fluorouracyl-Adriamyicin-Cyclophosphamid dibanding Doxorubicin-
Cyclophosphamid-Docetaxel Pada Wanita Postmenopause Dengan Kanker
Payudara ER+

3. Bagi masyarkat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengatahuan serta informasi
yang bermamfaat mengenai Analisis Efektivitas Biaya Fluorouracyl-Adri-
amyicin-Cyclophosphamid dibanding Doxorubicin-Cyclophosphamid-Do-
cetaxel Pada Wanita Postmenopause Dengan Kanker Payudara ER+ di RS
Hasan Sadikin Bandung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka
1. Kanker payudara
a. Epidemiologi kanker payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang dimulai pada sel-sel
payudara. Sebuah tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang
dapat tumbuh menjadi (menyerang) jaringan sekitarnya atau menyebar
(metastasis) ke daerah yang jauh dari tubuh. Penyakit ini terjadi
hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria bisa mendapatkannya juga
(American Cancer Society, 2014). Sedangkan menurut WHO 2011
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang kejadiannya
bermula dari sel-sel di payudara yang tidak normal dan terus tumbuh
berlipat ganda dan pada akhirnya membentuk benjolan pada payudara.
Pertumbuhan sel yang terus- menerus akan menyebabkan tingkat
keparahan yang terus berlanjut pada payudara karena sel-sel akan
menyebar (metastasis) pada bagian tubuh lainnya sehingga berpeluang
menyebabkan kematian.
b. Faktor resiko dan klasifikasi kanker payudara
Berbagai penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang diduga
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara antara lain genetik,
usia, jenis kelamin, obesitas, paparan radiasi, usia kelahiran anak
pertama, paritas, riwayat pemberian ASI, menarche dini (<12 tahun),
menopuse lambat (>55 tahun), penggunaan kontrasepsi hormonal,
riwayat keluarga dan riwayat adanya penyakit tumor.
Pasien kanker payudara pada usia ≥ 30 tahun yaitu sebanyak 32
responden (30,3%). Sebagian besar kasus ditemukan pada stadium III
dan stadium IV. Tingginya proporsi pada kedua stadiumtersebut
disebabkan keterlambatan dalam menyadari penyakit maupun mencari

5
6

pengobatan. Tidak ada penderita yang melakukan pengobatan pada


stadium I (Dwi Kartika dan Dwi Handayani, 2014).
c. Gejala klinis dan tanda kanker payudara
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara biasanya baru diketahui
setelah memasuki stadium kanker lanjut. Pada tahap dini. kanker
payudara tidak menimbulkan keluhan ataupun tanda-tanda. Seiring
berjalannya waktu, timbul keluhan dan berubah menjadi stadium yang
lebih lanjut (Purlistyarini, 2020)
Menurut (Bevers et al., 2018) terdapat beberapa gejola kanker
payudara, antara lain :
a. Terdapat perabaan adanya massa pada payudara
b. Adanya nyeri pada payudara
c. Adanya nipple discharge atau terjadinya pengeluaran cairan dari
puting susu
d. Didapatkan adanya massa pada aksilla sebagai tanda adanya
metastasis dari kanker payudara
e. Adanya perubahan dari kulit, seperti adanya kemerahan atau
eritema, gambaran seperti kulit jeruk (peau d’orange), eczema,
ulkus pada kulit.
d. Diagnosis kanker payudara
Diagnosis menurut (Kemenkes RI, 2018)
1. Anamnesis
Pada anamnesis pasien, beberapa keluhan utama terkait yang
biasanya digali dari pasien kanker payudara meliputi, ukuran dan
letak benjolan payudara, kecepatan benjolannya tumbuh, apakah
disertai dengan sakit, reaksi puting susu, apakah ada nipple
discharge atau krusta, kelainan pada kulit misalnya dimpling, peau
d’ órange, ulserasi, atau venektasi, apakah ada benjolan pada ketiak
atau edema pada lengan atas. Selain itu, beberapa keluhan
tambahan yang terkait dengan kemungkinan metastasis dari kanker
payudara dapat ditanyakan juga misalnya nyeri pada tulang (untuk
7

mencari kemungkinan metastasis pada vertebrae, femur), rasa sesak


nafas dan lain sebagainya yang menurut klinisi terkait dengan
penyakitnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dikerjakan setelah anamnesa yang baik dan
terstruktur selesai dilakukan. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk
mendapatkan tanda-tanda kelainan (keganasan) yang dikirakan
melalui anamnesa atau yang langsung didapat. Pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik.
Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari
kemungkinan adanya metastase dan/atau kelainan medis sekunder.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan adalah pemeriksaan
darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan
metastasis beserta tumor marker. Apabila hasil dari tumor marker
tinggi, maka perlu diulang untuk follow up.
4. Pemeriksaan Radiologik/Imaging
a) Mammografi Payudara
Mammografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada
jaringan payudara yang dikompresi. Mammogram adalah
gambar hasil mammografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil
pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mammogram
dengan proyeksi berbeda 45 dan 14 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Mammografi dapat bertujuan skrining
kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow
up/control dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada
wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang
Indonesia lebih padat, maka hasil terbaik mammografi
sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan
Mammografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung
8

dari hari pertama masa menstruasi, pada masa ini akan


mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita saat di kompresi dan
akan memberi hasil yang optimal.
b) USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
kistik. Serupa dengan mammografi, American College of
Radiology juga menyusun bahasa standar untuk pembacaan dan
pelaporan USG sesuai dengan BIRADS. Karakteristik yang
dideskripsikan meliputi bentuk massa, margin tumor, orientasi,
jenis posterior acoustic, batas lesi, dan pola echo.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas
apabila ditemukan tanda-tanda seperti permukaan tidak rata,
taller than wider, tepi hiperekoik, echo interna heterogen,
vaskularisasi meningkat, tidak beraturan, dan masuk kedalam
tumor membentuk sudut 90 derajat.
c) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada
mammografi, namun secara umum tidak digunakan sebagai
pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan
waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat
atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien
dengan resiko tinggi untuk menderita kanker payudara (Level
3).
d) PET – PET/CT SCAN
Possitron Emission Tomography (PET) dan Possitron Emission
Tomography/Computed Tomography (PET/CT) merupakan
pemeriksaan atau diagnosa pencitraan untuk kasus residif.
Banyak literatur menunjukkan bahwa PET memberikan hasil
yang jelas berbeda dengan pencitraan yang konvensional
(CT/MRI) dengan sensitivitas 89% VS 79% (OR 1.12, 95% CI
9

1.04-1.21), sedangkan spesifitas 93% VS 83% (OR 1.12, 95%


CI 1.01-1.24) (Level 1). Namun penggunaan PET CT saat ini
belum dianjurkan secara rutin bila masih ada alternatif lain
dengan hasil tidak berbeda jauh.

e. Stadium kanker payudara


Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem
Klasifikasi TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Cancer Staging Manual, adalah sebagai berikut (Ita Dwi Yuliyani,
2017)

Tabel 2.1 klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC


Cancer Staging Manual.

Klasifikasi Definisi
Tumor primer
Tx Tumor primer tidak didapat
To Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Duktal karsinoma in situ
Tis (DCIS) Lobular karsinoma in situ
Tis (paget) Paget’s Disease tanpa adanya tumor
T1 Ukuran tumor < 2 cm
T1 mic Mikroinvasif > 0,1 cm
T1a Tumor > 0.1 – 0,5 cm
T1b Tumor > 0,5 - < 1 cm
T1c Tumor > 1 cm - < 2 cm
T2
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya
perlekatan pada dinding thoraks atau kulit.
10

T4a Melekat pada dinding dada, tidak merusak M. Pectoralis


major
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi
pada kulit, atau adanya nodul satelit pada
payudara.
T4c Gabungan antara T4a dan T4b
T4d Inflamatory carcinoma
Kelenjar Limfe Region (N)
Nx Kelenjar limfe region tidak didapatkan
No Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
N1 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat
mobile.
N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksila
ipsilateral, tidak dapat digerakkan (fixed).
N3 Metastasis pada kelenjar limfe infraclavikular, atau
mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar limfe
supraclavicular.
Metastasis (M)
Mx Metastasis jauh tidak ditemukan
M0 Tidak ada bukti adanya metastasis
M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ
11

Tabel 2.2 stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker


payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual.

Stadium Ukuran tumor Metastasis Metastasis jauh


kelenjar limfe
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1,N2 M0
IIIB T4 N apapun M0
IIIC T apapun N3 M0
IV T apapun N apapun M1
TNM Tumor Nodus Metastasis

Keterangan :
1.) Stage 0
Tahap sel kanker payudara berada didalam kelenjar payudara,
tetapi tidak menginvasi ke dalam jaringan payudara normal
yang berdekatan.
2.) Stage 1
Tahap terdapat tumor berukuran 2 cm atau kurang dan batas
yang jelas (kelenjar getah bening normal).
12

3.) Stage II a
Tahap dimana tumor tidak ditemukan pada payudara tetapi
sel-sel kanker di temukan di kelenjar getah bening ketiak,
atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, atau tumor yang
lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
4.) Stage II b
Tahap Ketika tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak
ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke
kelenjar getah bening yang berhubungan dengan ketiak, atau
tumor yang lebih besar dari 5 cm tetapi belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak.
5.) Stage III a
Tumor tidak ditemukan di payudara. Kanker ditemukan di
kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau
dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar
getah bening didekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran
berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di kelenjar getah bening dekat tulang dada.
6.) Stage III b
Tahap terdapat tumor dengan ukuran tertentu dan telah
menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara dan
mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
yang melekat dengan struktur lainnya, atau mungkin kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening di tulang dada.
Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan
paling tidak pada tahap IIIb.
13

7.) Stage III c


Ada atau tidak adanya kanker dipayudara atau mungkin telah
menyebar ke dinding dada dan atau kulit payudara dan
kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas
atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar
getah bening di dekat tulang dada.
8.) Stage IV
Kanker telah menyebar dan bermetastasis ke bagian tubuh
yang lain.

f. kemoterapi
a. Pengertian kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan merupakan kemoterapi yang diberikan
sebagai terapi tambahan atau mengikuti terapi primer, yang
bertujuan untuk mengeliminasi residu mikroskopis sel kanker, serta
untuk menyembuhkan dan menurunkan risiko rekurensi pada
pasien.
Pasien yang diperbolehkan untuk diberikan kemoterapi adjuvan
adalah pasien dengan performance status (PS) 0 atau 1. Setelah itu,
untuk memantau efek samping, dilakukan pemeriksaan darah tepi
lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal (ureum dan kreatinin),
serta elektrolit darah. Pada pasien yang post-radioterapi, pemberian
kemoterapi harus lebih hati-hati karena efek samping yang semakin
meningkat.
Menurut Japanese Society for Cancer of the Colon and Rectum
(JSCCR) Guideline, pemberian kemoterapi adjuvan, selain
mempertimbangkan stadium penyakit juga harus memperhatikan
fungsi organ lainnya, seperti sumsum tulang (pemeriksaan darah
tepi leukosit >3500/mm3, trombosit >100.000/mm3), fungsi hati
(bilirubin total <2 mg/dL, SGOT/SGPT <100 IU/L, fungsi ginjal
14

(kreatinin serum tidak boleh melewati batas normal) (Mellisa dkk,


2019)

b. Regimen Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau
berupa gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi (regimen).
Dilihat dari kemungkinan efektivitas dan berkurangnya efek yang
tidak diinginkan (efek samping) dan kemungkinan berkurangnya
resistensi maka pemberian gabungan beberapa obat ternyata lebih
baik. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6-8
siklus, agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek
samping yang masih dapat diterima. Beberapa kombinasi
kemoterapi adalah:

CMF
Cyclophospamide 100 mg/m², hari 1 s/d 14 (oral)
(dapat diganti injeksi cyclophosphamide 500 mg/m², hari 1 & 8)
Methotrexate 50 mg/m2 IV, hari 1 & 8
5 Fluoro Uracil 500 mg/m² IV hari 1 & 8
Interval 3-4 minggu, 6 siklus

CAF
Cyclophosfamide 500 mg/m², hari 1
Doxorubicin 50 mg/m², hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m², hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
15

CEF
Cyclophospamide 500 mg/m²,hari 1
Epirubicin 100 mg/m², hari 1
Fluorouracil 500 mg/m², hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus

AC
Adriamicin (doxorubicin) 80 mg/m², hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m², hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus

TA (Kombinasi taxane-doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m²,hari 1
Doxorubicin 50 mg/m², hari 1
atau Docetaxel 90 mg/m²,hari 1
Doxorubicin 50 mg/m², hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 4 siklus

AC-T
Doxorubicin 50 mg/m²
Cyclophospamide 500 mg/m²
Interval 3 minggu/21 hari, 4 siklus
Taxane (docetaxel atau paclitaxel) 4 siklus

TC
Cisplatin 75 mg/m² IV hari 1
Docetaxel 75 mg/m² IV hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
16

TAC
Docetaxel 75 mg/m² IV hari I
Doxorubicin 50 mg/m² IV hari I
Cyclophospamide 500 mg/m² IV hari I
Interval 3 minggu, untuk 6 siklus, didukung dengan pemberian
GCSF hari ke 3-10.

Regimen atau kombinasi terapi yang dianggap terapi lini


pertama (first line) berbasis pada antrasiklin atau metotreksat,
sedangkan terapi lini kedua (second line) kemoterapi berbasis pada
taxane. Golongan obat kemoterapi yang lebih baru seperti
vinorelbine, gemcitabine, capecitabine merupakan terapi lini ketiga
(third line) kemoterapi. Pada yang berisiko tinggi untuk kambuh
sebaiknya diberikan golongan taxane, Pada triple negatif belum
didapatkan kesepakatan rekomendasi regimen antara kemoterapi
berbasis cisplatin atau antrasiklin.

g. Farmakoekonomi
a. Pengertian farmakoekonomi
Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis bi-
aya terapi obat pada sistim pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Lebih spesifik, studi Farmakoekonomi adalah proses identifikasi,
pengukuran, dan membandingkan biaya, risiko, dan manfaat dari
program, pelayanan, atau terapi dan menentukan alternatif yang
memberikan keluaran kesehatan terbaik untuk sumber daya yang
digunakan. Farmakoekonomi mengidentifikasi, mengukur, dan
membandingkan biaya (sumber daya yang digunakan) dengan kon-
sekuensi (klinik, ekonomik, humanistik) dari produk dan pelayanan
farmasi. Bagi praktisi, diterjemahkan sebagai pertimbangan biaya
yang diperlukan untuk mendapatkan produk atau pelayanan farmasi
dibandingkan dengan konsekuensi (outcome) yang diperoleh untuk
17

menetapkan alternatif mana yang memberikan keluaran optimal per


rupiah yang dikeluarkan. Informasi ini dapat membantu pengambil
keputusan klinik dalam memilih pilihan terapi yang paling cost-
effective. Biaya didefinisikan sebagai nilai dari sumber daya yang
digunakan dalam suatu program atau terapi obat. Konsekuensi
didefinisikan sebagai efek, output atau outcome dari suatu program
atau terapi obat. (Murti Andayani, T.,2013)

b. Prespektif
Menurut (Kemenkes, 2013) perspektif penilaian merupakan hal
penting dalam Kajian Farmakoekonomi, karena perspektif yang
dipilih menentukan komponen biaya yang harus disertakan. Seperti
yang telah disampaikan, penilaian dalam kajian ini dapat dilakukan
dari tiga perspektif yang berbeda, yaitu:
1. Perspektif masyarakat (societal)
Sebagai contoh Kajian Farmakoekonomi yang mengambil per-
spektif masyarakat luas adalah penghitungan biaya intervensi
kesehatan, seperti program penurunan konsumsi rokok, untuk
memperkirakan potensi peningkatan produktivitas ekonomi
(PDB, produk domestik bruto) atau penghematan biaya
pelayanan kesehatan secara nasional dari intervensi kesehatan
tersebut.
2. Perspektif kelembagaan (institutional)
Contoh kajian farmakoekonomi yang terkait kelembagaan antara
lain penghitungan efektivitas-biaya pengobatan untuk
penyusunan Formularium Rumah Sakit. Contoh lain, di tingkat
pusat, penghitungan EB untuk penyusunan DOEN dan Formula-
rium Nasional.

3. Perspektif individu (individual perspective)


18

Salah satu contoh kajian farmakoekonomi dari perspektif indi-


vidu adalah penghitungan biaya perawatan Kesehatan untuk
mencapai kualitas hidup tertentu sehingga pasien dapat menilai
suatu intervensi kesehatan cukup bernilai atau tidak dibanding
kebutuhan lainnya (termasuk hiburan).

c. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk setiap pilihan pengobatan, termasuk
biaya langsung dan tidak langsung serta biaya medis dan non-
medis.
1. Biaya langsung
Yaitu biaya yang dikeluarkan atau terkait langsung dengan hasil
pengobatan yang dinikmati oleh pasien, antara lain terdiri dari:
- Biaya perawatan (cost of treatment). Berdasarkan clinical
pathway, biaya perawatan adalah biaya medis yang
dikeluarkan selama dirawat-inap sesuai pola penyakit
berdasarkan diagnosis-related group (DRG), misalnya biaya
operasi, biaya obat, biaya kamar, dan biaya dokter.
- Di rumah sakit dan puskesmas, data tentang biaya ini dapat
diambil dari tagihan yang dibayar oleh pasien atau
penjamin/asuransi.
2. Biaya tidak langsung
Yaitu biaya yang dikeluarkan pasien dalam tahapan pengobatan
suatu penyakit atau terkait langsung dengan hasil pengobatan
yang dinikmati pasien. Termasuk dalam komponen biaya ini
adalah biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya tunggu,
hilangnya produktivitas.

3. Biaya total akibat sakit


19

Yaitu biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh pasien, meliputi


biaya langsung dan biaya tidak langsung (Kemenkes RI, 2013).

d. Studi farmakoekonomi
Tipe studi Farmakoekonomi menurut (Murti Andayani, T.,
2013) meliputi cost-minimization analysis, cost-effectiveness anal-
ysis, cost-utility analysis, cost benefit analysis, cost of illness, cost-
consequence, dan teknik analisis ekonomi lain yang memberikan
informasi yang penting bagi pembuat keputusan dalam sistim
pelayanan kesehatan untuk mengalokasikan sumber daya yang ter-
batas. Setiap metode mengukur biaya dalam rupiah tetapi berbeda
dalam mengukur dan membandingkan outcome kesehatan.

1. Cost-Minimization Analysis (CMA)


CMA mempunyai kelebihan yaitu analisis yang seder hana
karena outcome diasumsikan ekuivalen, sehingga hanya biaya
dari intervensi yang dibandingkan. Kelebihan dari metode CMA
juga merupakan kekurangannya karena CMA tidak bisa
digunakan jika outcome dari intervensi tidak sama. Contoh
CMA yang sering dilakukan adalah membandingkan dua obat
generik yang dinyatakan ekuivalen oleh FDA. Jika obat yang
dibandingkan ekuivalen (tetapi diproduksi dan dijual oleh
perusahaan yang berbeda), hanya perbedaan biaya obat yang
digunakan untuk memilih salah satu yang nilainya paling baik.
Jadi, intervensi yang bisa dianalisis dengan CMA terbatas. CMA
tidak bisa digunakan untuk membandingkan obat yang berbeda
kelas terapi dengan outcome yang berbeda. Sebagai contoh,
suatu antibiotika baru diketahui mempunyai angka kesembuhan
yang tinggi (tetapi harganya lebih mahal) untuk mengatasi
infeksi telinga dibandingkan antibiotika yang selama ini sudah
dipasarkan. Dalam hal ini tidak tepat kalau dipilih antibiotika
20

yang sudah ada, hanya berdasarkan harganya yang lebih murah.


Nilai tambahan dari produk antibiotika yang baru harus
dibandingkan dengan harganya yang tinggi. Beberapa pendapat
menyatakan jika outcome tidak diukur tetapi hanya diasumsikan
sama, maka metode yang digunakan adalah cost analysis,
sehingga bukan analisis farmakoekonomi yang penuh.

2. Cost-Effectiveness Analysis (CEA)


CEA mengukur outcome dalam unit natural (misalnya mmHg,
kadar kolesterol, hari bebas gejala, years of life saved).
Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah outcome lebih
mudah diukur jika dibandingkan dengan cost-utility analysis
(CUA) atau cost-benefit analysis (CBA), dan klinisi lebih
familiar dengan mengukur outcome kesehatan tipe ini karena
outcome tersebut selalu dicatat/ dievaluasi dalam uji klinik
maupun praktek klinik. Kekurangan dari CEA adalah tidak bisa
membandingkan program dengan tipe outcome yang berbeda.
Misalnya membandingkan implementasi klinik dari
antikoagulan dan diabetes, karena outcome klinik yang diukur
dinilai dalam unit yang berbeda (prothrombin time dengan kadar
glukosa darah).
Jika unit outcome klinik primer untuk suatu alternatif sama,
dengan perbedaan utama yang lain (misalnya efek samping,
pengaruh pada penyakit yang lain), maka sulit untuk
menggabungkan perbedaan tersebut dalam ukuran efektivitas
tunggal. Sebagai contoh antihistamin generasi pertama
(misalnya difenhidramin) dan antihistamin generasi kedua
(misalnya fexofenadine), keduanya digunakan untuk mengatasi
alergi dan gejala cold, tetapi antihistamin generasi pertama
menyebabkan pasien menjadi mengantuk. Unit outcome klinik
utama yang diukur adalah hari bebas gejala, atau jumlah hari
21

pasien tidak mengalami gejala alergi. Namun demikian,


perbedaan pada efek samping mengantuk tidak dimasukkan
dalam perbandingan ini.
CEA dapat memperkirakan biaya tambahan yang disebabkan
oleh setiap unit tambahan outcome (sembuh, tahun kehidupan,
hari bebas gejala). Karena tidak ada ukuran sejumlah uang untuk
outcome klinik yang menggambarkan nilai dari outcome
tersebut, maka keputusan yang diambil tergantung pada pasien,
klinisi atau pembuat keputusan apakah alternatif tersebut cost-
effective pada sudut pandangnya.

3. Cost-Utility Analysis (CUA)


Pada cost-effectiveness analysis seperti evaluasi obat kanker,
parameter unit efektivitas klinik adalah jumlah tahun kehidupan
yang diperoleh karena terapi. Dalam analisis ini hanya dilakukan
pengukuran lamanya hidup karena terapi dan tidak
mempertimbangkan 'kualitas' atau 'utility' dalam tahun tersebut.
CUA mengukur outcome berdasarkan tahun kehidupan yang
disesuaikan dengan pertimbangan 'utility', dengan rentang dari
1,0 untuk kesehatan yang sempurna sampai 0,0 untuk kematian.
Jika morbiditas dan mortalitas merupakan outcome yang penting
dalam terapi, CUA bisa digunakan untuk menggabungkan
keduanya dalam satu unit outcome. Kekurangan dari CUA
adalah tidak adanya konsensus bagaimana cara mengukur utiliy
dan kesulitan dalam mengukur utility. Beberapa peneliti
mempertimbangkan CUA sebagai bagian dari CEA.

4. Cost-Benefit Analysis (CBA)


CBA merupakan metode analisis yang khusus karena tidak
hanya biaya yang dinilai dengan moneter, tetapi juga benefit.
Mengukur baik biaya maupun benefit dalam mata uang
22

mempunyai dua kelebihan utama, yaitu pertama, klinisi dan


pengambil keputusan dapat menentukan apakah keuntungan dari
suatu program atau intervensi lebih tinggi dari pada biaya yang
diperlukan untuk implementasi. Kedua, klinisi dan pengambil
keputusan dapat membandingkan beberapa program atau
intervensi dengan outcome yang sama atau outcome yang sama
sekali tidak berhubungan. Dengan CBA, karena nilai rupiah
diperkirakan dan digunakan untuk menilai outcome kesehatan,
maka pertanyaan: 'Apakah pilihan tersebut cost-beneficial?".
Jika nilai rupiah dari suatu tambahan benefit melebihi biaya
untuk mencapai outcome, maka jawabannya adalah 'ya'.
Disamping itu, karena semua input dan outcome diubah kedalam
nilai moneter, maka tipe analisis ini dapat digunakan untuk
membandingkan dua alternatif yang mempunyai tipe outcome
yang berbeda. Kekurangan utama dari CBA adalah kesulitan
dalam menilai outcome kesehatan dalam nilai moneter.

5. Tipe Analisis yang lain


Meskipun sudah dikategorikan dalam empat tipe analisis yang
berbeda, perbedaan tersebut kurang jelas dalam praktek, dan
lebih dari satu tipe analisis (misalnya CEA dan CBA) digunakan
dalam satu studi. Terdapat tipe analisis lain untuk mengukur
biaya, misalnya jika hanya disajikan daftar biaya dan daftar
beberapa outcome, tanpa dilakukan perhitungan dan
perbandingan, disebut sebagai cost-consequence analysis (CCA)

e. CEA
Menurut (Murti Andayani, T.,2013), Biaya pelayanan kesehatan di
beberapa negara semakin meningkat dari tahun ke tahun, selain itu
dengan dipasarkannya obat baru dengan harga yang lebih mahal
menyebabkan biaya obat per tahun terus meningkat. Namun
23

demikian, dengan anggaran belanja yang terbatas, menyebabkan


anggaran untuk obat maupun pelayanan kesehatan menjadi
semakin terbatas. Ekonomi kesehatan menggunakan prinsip
ekonomi untuk masalah kesehatan yang dapat membantu
pengambil keputusan dalam menentukan pilihan dalam
keterbatasan sumber daya yang ada.
Dalam disiplin ilmu Farmakoekonomi, cost-effective ness analysis
(CEA) merupakan bentuk analisis ekonomi yang komprehensif,
dilakukan dengan mendefinisikan, menilai, dan membandingkan
sumber daya yang digunakan (input) dengan konsekuensi dari
pelayanan (output) antara dua atau lebih alternatif. Sesuai dengan
metode Farmakoekonomi yang lain, input dalam CEA diukur
dalam unit fisik dan dinilai dalam unit moneter, biaya ditetapkan
berdasarkan perspektif penelitian (misalnya, pemerintah, pasien,
pihak ketiga, atau masyarakat). Perbedaan CEA dengan analisis
Farmakoekonomi yang lain adalah pengukuran outcome dinilai
dalam bentuk non moneter, yaitu unit natural dari perbaikan
kesehatan, misalnya nilai laboratorium klinik, years of life saved,
atau pencegahan suatu penyakit. Outcome dapat diukur
berdasarkan pengaruh klinik dari suatu terapi, misalnya Low-
density lipoprotein cholesterol (LDL-C), volume ekspirasi paksa
dalam 1 detik (FEV1), millimeter air raksa (mmHg), years life
saved, atau hari bebas gejala. Pada umumnya klinisi dan pembuat
keputusan lebih mudah menggunakan pengukuran outcome klinik
karena digunakan secara rutin dalam praktek sehari-hari.
Keterbatasan dari CEA adalah dalam metodologinya tidak
memasukkan masalah kesejahteraan sosial, seperti yang dilakukan
di cost benefit analysis. dipertimbangkan jika akan membuat desain
penelitian.
Kelebihan dan kekurangan dari CEA harus Farmakoekonomi.
Kelebihan dari CEA adalah bahwa penelitian tidak perlu merubah
24

outcome klinik dalam nilai mata uang. Selain itu, terapi yang
berbeda dengan tujuan yang sama dapat dibandingkan. Pada
dasarnya karena pengukuran outcome tidak dalam bentuk moneter,
maka hanya tipe outcome yang sama yang bisa dibandingkan dan
hanya satu outcome yang dapat diukur pada waktu yang sama.
Misalnya dua terapi dengan dua outcome yang berbeda (misalnya
years life saved vs disability days avoided) tidak dapat dinilai
dengan CEA. Cost-effectiveness analysis mengukur biaya dalam
rupiah dan keluaran dalam unit kesehatan natural yang
menunjukkan perbaikan kesehatan, seperti sembuh, hidup yang
terselamatkan, dan penurunan tekanan darah. Analisis ini
merupakan tipe farmakoekonomi yang paling sering ditemukan
dalam literatur farmasi. Kelebihan menggunakan CEA adalah
bahwa unit kesehatan merupakan outcome yang secara rutin diukur
dalam uji klinik, sehingga familiar bagi praktisi. Outcome tidak
perlu diubah menjadi nilai moneter. Kekurangan dari CEA adalah
alternatif yang dibandingkan harus mempunyai outcome yang
diukur dalam unit klinik yang sama. Selain itu jika suatu obat untuk
penyakit atau keadaan yang sama dibandingkan dengan outcome
klinik lebih dari satu. Misalnya, mengukur efek terapi sulih
hormon, maka selain pengaruh pada gejala menopause, penilaian
pada densitas mineral tulang juga sangat penting.
CEA merupakan salah satu langkah untuk menilai perbandingan
manfaat kesehatan dan sumber daya yang digunakan dalam
program pelayanan kesehatan dan pembuat kebijakan dapat
memilih diantara alternatif yang ada. CEA membandingkan
program atau alternatif intervensi dengan efikasi dan keamanan
yang berbeda, Hasil dari CEA digambarkan sebagai rasio, baik
dengan average cost-effectiveness ratio (ACER) atau sebagai
incremental cost-effectiveness ratio (ICER). ACER
menggambarkan total biaya dari suatu program atau alternatif
25

dibagi dengan outcome klinik, dipresentasikan sebagai berapa


rupiah per outcome klinik spesifik yang dihasilkan, tidak
tergantung dari pembandingnya. Dengan menggunakan
perbandingan ini, klinisi dapat memilih alternatif dengan biaya
lebih rendah untuk setiap outcome yang diperoleh. Alternatif yang
paling cost-effective tidak selalu alternatif yang biayanya paling
murah untuk mendapatkan tujuan terapi yang spesifik. Dalam hal
ini cost-effectiveness bukan biaya yang paling murah tetapi
optimalisasi biaya
.
h. DFS (Disease Free Survival) atau Ketahanan Hidup
DFS (Disease Free Survival) atau daya tahan hidup adalah titik
akhir untuk OS (Overal Survival), yaitu standar waktu untuk
menunjukan kemanjuran terapi dengan meningkatkan kelangsungan
hidup secara keseluruhan. Meningkatnya DFS (Disease Free Survival)
dan OS (Overal Survival) selalu menjadi tujuan terapi kanker
payudara. Pada kanker, lamanya waktu setelah perawatan primer
untuk kanker berakhir bahwa pasien bertahan tanpa adanya tanda atau
gejala kanker itu. Sedangkan, dalam uji klinis, mengukur DFS
(Disease Free Survival) adalah salah satu cara untuk melihat seberapa
baik terapi baru bekerja (Prihantono et al., 2019).
Disease free survival (DFS) atau kelangsungan hidup bebas
penyakit merupakan persentase pasien yang dapat bertahan tanpa
adanya tanda atau gejala kanker dalam waktu tertentu setelah mereka
menjalani pengobatan. Contohnya seperti pada pasien yang
mengalami kanker payudara yang telah menjalani mastektomi
(operasi/pembedahan) atau kemoterapi hingga selesai, dan lama nya
waktu ini terhitung hingga pasien mengalami relaps (kekambuhan)
kembali penyakit tersebut. Tingkat kelangsungan hidup bebas
penyakit merupakan indikasi seberapa efektif pengobatan yang
dijalani. Dan Overall Survival (OS) adalah persentase pasien yang
26

masih hidup dalam jangka waktu tertentu hingga meninggal, setelah


mereka di diagnosis dan memulai pengobatan untuk suatu penyakit
seperti kanker. Biasanya, tingkat kelangsugan hidup secara
keseluruhan dinyatakan sebagai tingkat kelangsungan hidup 5 tahun
(five years survival rate), yang merupakan persentase orang dalam
kelompok studi atau pengobatan yang hidup 5 tahun setelah diagnosis
dan dimulainya pengobatan (Syaifudin, 2020).
Untuk menetapkan keberhasilan penanganan atau terapi kanker
payudara dan keperluan registrasi kanker, untuk overall survival dan
desease survival maka diperlukan penetapan tanggal pertama kali
terdiagnosis kaker payudara, adalah (Purwanto et al., 2014):
- Tanggal dilakukan pemeriksaan jaringan untuk patologi dan
terkonfirmasi kanker, baik dengan cara core/true-cut biopsy atau
biopsi terbuka.
- Tanggal dikerjakan permeriksaan sitologi dengan konfirmasi
kanker dan concordante dengan pemeriksaan klinis dan
mammografi.
Overall survival adalah waktu yang tercatat antara tanggal
diagnosis pertama kali atau tanggal pertama kali pengobatan kanker
diberikan sampai penderita meninggal dengan sebab apapun (bila jelas
penyebabnya kanker payudara sendiri, maka disebut specific cause of
death on cancer).
Disease free survival adalah waktu yang tercatat antara tanggal
dilakukan terapi pembedahan pada kanker payudara (dengan demikian
sudah tidak ditemukan lagi secara klinis adanya kanker payudara)
sampai terkonfirmasi timbul tanda dan gejala kekambuhan lokal,
regional maupun jauh.

B. Kerangka Berpikir
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir
27

Kanker Payudara

ER+ Postmenopause

Pembedahan Kemoterapi Adjuvan Hormon Terapi

FAC ET

Daya Tahan Hidup Biaya :


Biaya langsung medik

Cost Effectiveness
C. Hipotesis
28

1. pengobatan menggunakan FAC sebesar RP. 129.178.416 sedangkan


pengobatan menggunakan taxan sebesar Rp. 221.543.987 (ika, 2015)
2. Biaya kemoterapi menggunakan Taxan lebih mahal 2,5 kali lebih besar
dari yang menggunakan kemoterapi FAC untuk 6 siklus. (Ika, 2015)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini dengan rancangan retrospektif untuk menganalisis
(komponen biaya, dan efektivitas biaya wanita kanker payudara wanita
postmenopause dengan diberi kemoterapi FAC dibanding dengan ET)
B. Bahan Dan Alat Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Primer
Bahan yang digunakan dalam data primer dalam penelitian ini adalah
data rekam medik, data biaya langsung medik pasien di RS Hasan Sadikin
Bandung.
Alat yang digunakan dalam pengambilan data primer dalam penelitian
ini adalah lembar pengumpul data medik pasien, dan lembar pengumpul
data pembiayaan
C. Variabel Penelitian
1. Jenis Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu :
a. Variabel terikat
Variabel terikat atau variabel dependent merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena variabel bebas
Yang termasuk kedalam variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
DFS wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ dan
efektivitas biaya FAC dibanding ET

29
30

b. Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependent
Yang termasuk variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kemoterapi
FAC dibanding ET

2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah salah suatu operasional yang diberikan
pada suatu variabel atau dengan cara memberikan arti kegiatan ataupun
membenarkan suatu operasional yang perlu mengukur variabel tersebut
(Umar, 2012).
Adapun variabel beserta definisi operasionalnya dijelaskan dalam tabel
berikut :

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Operasional


1 Estrogen reseptor positif Kanker payudara yang telah didiagnosis
merupakan subtipe ER+ dimana tipe ini
menunjukan respon yang sangat baik
pada pemberian terapi hormonal (dr.
Qushay, dkk., 2017)
2 Tindakan pembedahan Pengangkatan sel kanker payudara
beserta beberapa jaringan payudara untuk
menghilangkan metastasis (NCCN,
2020).
3 Total biaya Biaya keseluruhan yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh
serangkaian pelayanan kesehatan
(Andayani, T, 2013).
31

4 Biaya langsung Biaya yang terkait langsung dengan


perawatan kesehatan, termasuk biaya
obat, biaya konsultasi dokter, biaya jasa
perawat, penggunaan fasilitas rumah
sakit, uji laboratorium, biaya pelayanan
informal dan biaya kesehatan lainnya
termasuk transportasi (Andayani, T,
2013).
5 Biaya langsung medik Biaya yang paling sering diukur dan
biaya yang digunakan secara langsung
untuk memberikan terapi (Andayani, T,
2013).
6 ICER Digunakan untuk mendeterminasi biaya
tambahan atau pertambahan efektivitas
untuk suatu terapi dibandingkan dengan
terapi yang paling baik (Tiara, 2011).

D. Populasi Dan Sampel


Populasi adalah semua dengan wanita potmenopause dengan kanker
payudara yang telah mendapatkan tindakan pembedahan, kemoterapi adjuvan
dan sedang menjalani terapi kemoterapi dengan FAC dibanding dengan ET
Kriteria inklusi subjek penelitian yang diambil adalah :
1. Wanita postmenopause dengan kriteria usia 50-65 tahun.
2. Wanita postmenopause yang di diagnosisi kanker payudara ER+ yang
terlah mendapakan tindakan pembedahan kemoterapi adjuvan, serta
sedang menjalani terapi hormonal di rs hasan sadikin bandung.
3. Wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ yang diberi
kemoterapi adjuvan dan menjalani kemoterapi FAC dibanding ET
32

Kriteria esklusi adalah :


1. Wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ yang riwayat
kemoterapinya tidak lengkap.
2. Subjek menderita HIV dan penyakit penyerta lainnya.

Perhitungan besar sampel :


Uji hipotesis dengan data proporsi:

N=
{ Z −α √ 2 P(1−P)+ Z −β √ P
1 2 1 1 ( 1−P1 ) + P2 (1−P2 )} 2
( P 1−P 2)❑2

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1 – α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

Z1 – β = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu

P1 = perkiraan proporsi pada populasi 1

P2 = perkiraan proporsi pada populasi 2

P = (P1 + P2)/2

Pada:

A = 0,05 maka Z1-α2 = 1,96

B = 0,1 maka Z1-β = 1,28

Bila diketahui besarnya proporsi kanker payudara yang mengalami


kekambuhan 22,4% dan yang mengalami DFS 70,7% (Wahyuni et al,
2018) maka:

OR=
proporsi pasienkanker payudara dengan ER + yang mengalami kekambuhan
proporsi pasien kanker payudara dengan ER + yang tidak mengalami kekambuhan
33

0,224
¿
0,707

¿ 0,17

0,707
P 2=
( 0,707+0,224 )

¿ 0,759

¿ . P2
P 1=
¿ . P 2+ ( 1−P2 )

0,317 .0,759
=
0,317 . 0,759+(1−0,759)

¿ 0,50

(0,759+ 0,50)
P= = 0,63
2

n=
{ Z −α √ 2 P(1−P)+ Z −β √ P
1 2 1 1 ( 1−P1 ) + P2 (1−P2 ) } 2
2
( P 1−P 2)❑

{1,96 √ 2.0,63(1−0,63)+1,28 √ 0,50 (1−0,50 ) +0,759(1−0,759)} 2


n= 2
(0,50−0,759)❑

¿ 65
Dengan demikian besar sampel minimal yaitu 65.
34

E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oeh
peneliti dalam mengumpulkan data.
Yang termasuk kedalam instrument penelitian dalam penelitian yaitu
lembar pengumpul data Rekam Medik Pasien, dan lembar pengumpul data
pembiayaan

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini meliputi tahan sebagai berikut :
1. Tahap pertama mengajukan perizinan untuk mendapatkan etical clearance
penelitian dari komite etik, setelah mendapat perizinan dari komite etik
dilakukan perizinan ke direktur RS Hasan Sadikin Bandung.
2. Tahap kedua pengambilan data. Data yang diambil meliputi data dari
rekam medik untuk melacak penderita wanita postmenopause dengan
kanker payudara ER+.
3. Tahap ketiga mengumpulkan data biaya langsung medik yang merupakan
data primer yang diperoleh dari studi observasional berdasarkan dilling
dari sim rs RS Hasan Sadikin Bandung
4. Tahap keempat mengukur daya tahan hidup mengambil data dari peneli-
tian adinda
5. Perhitungan nilai ICER, analisis efektivitas biaya pemberian kemoterapi
FAC dibanding ET pada wanita postmenopause dengan kanker payudara
dengan ER+ dilakukan dengan cara menghitung ICER sebagai berikut :

Biaya A ( Rp)−Biaya B( Rp)


ICER=
efektifivitas obat A ( % )−efektivitas obat B ( % )
35

Analisis ICER digunakan untuk mengelompokan biaya tambahan dan


pertambahan efektivitas dari suatu terapi dibandingkan denga terapi yang
paling baik. Jika nilai ICER memberikan nilai negatif, maka obat tersebut
lebih efektif.

G. Analisis Data
1. Analitik Deskriptif
Analisis deskriotif berfungsi untuk mndesk untuk wanita
postmenopause dengan kanker payudara ER+ yang telah diberi tindakan
pembedahan, kemoterapi, dan atau sedang menjalani kemoterapi FAC
dibanding ET di RS Hasan Sadikin Bandung. karakteristik pasien di
deskriptikan berdasarkan usia, jenis histopatologi, keterlibatan hormoin
reseptor, pemberian kemoterapi, dan terapi hormonal.
2. Analisis Biaya
Dilakukan dengan menghitung besarnya masing-masing komponen
biaya dengan terapi yang diperlukan kemudian ditabulasi total atau
pembiayaan berdasarkan jenis berdasarkan regimen terapi
3. Analisis DFS
Analisis DFS berfungsi untuk mendeskripsikan daya tahan hidup
Wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ yang telah mendapat
pembedahan, kemoterapi, dan atau sedang menjalani terapi hormonal.
36

H. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian

Pengambilan data
Perizinan : pasien wanita
1. Komite etik penelitian fakultas postmenopause
Pengumpulan
kedokteran dan kesehatan dengan kanker
data biaya
unpad payudara ER+
2. Direktur RSHS dari rekam medik

Mengkaji biaya ke-


moterapi kombinasi FAC Pengumpulan
dibanding kombinasi Mengukur daya tahan hidup
biaya langsung
ET pasien
medik

Analisis data :

- Analisis deskriptif

- Analisis biaya

- Analisis DFS
37

I. Lokasi Dan Waktu Penelitian


- Analisis cost effective
Waktu penelitian Mei-Juni 2022. Tempat penelitian dibagian farmasi,
konkologi, dan rekam medis RS Hasan Sadikin Bandung untuk pengambilan
data respotektif.
.
J. Jadwal Penelitian

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian

No Nama kegiatan Waktu Pelaksanaan


Des Jan Feb Mar Apr Me Juni Juli Agt
i
1. Pengajuan
judul
2. Penelusuran
pustaka
3. Penyusunan
proposal
4. Seminar
proposal
5. Persiapan
penelitian
6. Pelaksanaan
penelitian
7. Analisis data &
pembahasan
8. Sidang KTI
9. Revisi &
pengadaan
38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan retrospektif


yang bertujuan untuk menganalisis komponen biaya FAC dibanding ET
pada wanita postmenopausedengan kanker payudara ER+.

A. Penetapan Sampel

Penetapan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi melalui proses :

Gambar 4. 1 Skema penetapan sampel sesuai dengan kriteria dan ekslusi

Pada penetapan sempel pada gamabar diatas dengan kriteria inklusi dan
ekslusi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Pada data 1, data 3,dan data 5
terdapat 17 pasien yang mendapatkan pembedahan, kemoterapi dan hormon
terapi. Pada data 1, data 3, dan data 6 terdapat 79 pasien yang mendapatkan
pembedahan, kemoterapi, dan terapi hormon. Pada data 1, data 4, dan data 5
terdapat 7 pasien yang mendapatkan pembedahan, kemoterapi, dan terapi
hormon. Pada data 1, data 4, dan data 6 terdapat 77 pasien yang mendapatkan
pembedahan, kemoterapi, dan terapi hormon. Setelah dilakukan skrining lebih

39
40

dalam yang memiliki kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebanyak 91 pasien. Dan
berdasarkan rumus sampel pada bab 3 yaitu dengan minimal 65 sampel dan
pada penelitian ini di dapatkan 91 sampel (memenuhi).

B. Hasil Karakteristik Wanita Postmenopause dengan Kanker Payudara


ER+ di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Tabel 4.1 Karakteristik wanita postmenopause dengan kanker payudara


ER+ di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Karakteristik wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ dapat dilihat


pada tabel berikut :

Jumlah Persentase
No Uraian
(Orang) (%)
1 Usia pada saat tindakan pembedahan (tahun)
a. 50 - 60 73 80,22%
b. > 60 18 19,78%
Jumlah 91 100,00%
2 Pendidikan
a. SD 15 16,48%
b. SMP 15 16,48%
c. SMA 46 50,56%
d. S1 15 16,48%
Jumlah 91 100,00%
3 Pekerjaan
a. Rumah Tangga 61 67,03%
b. PNS 10 10,99%
c. Karyawan Swasta 7 7,69%
d. Wiraswasta 12 13,19%
e. Petani 1 1,10%
Jumlah 91 100,00%
4 Cara Bayar
41

a. BPJS Askes 21 23,08%


b. BPJS Umum 44 48,35%
c. BPJS PBI 23 25,27%
d. BPJS TNI 3 3,30%
Jumlah 91 100,00%
5 Diagnosis
a. C50.9 76 83,52%
b. C50.8 1 1,10%
c. C50.5 1 1,10%
d. C50.4 5 5,49%
e. C50.2 2 2,20%
f. C50.1 4 4,40%
g. C50 2 2,20%
Jumlah 91 100%
6 Stadium
a. I 3 3,30%
b. IIA 2 2,20%
c. IIB 17 18,68%
d. IIIA 43 47,25%
e. IIIB 26 28,57%
Jumlah 91 100,00%
7 Keterlibatan hormone
a. ER+ ; PR+ ; HER2+ 8 8,79%
b. ER+ ; PR+ ; HER2- 57 62,64%
c. ER+ ; PR- ; HER+ 5 5,49%
d. ER+ ; PR- ; HER- 21 23,08%
Jumlah 91 100,00%
8 Jenis histopatologi
a. IDC 87 95,60%
b. ILC 4 4,40%
42

c. IDC & ILC 0 0


Jumlah 91 100,00%

Karakteristik Wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+ dapat


dilihat pada tabel 4.1 diketahui bahwa kejadian kanker payudara banyak terjadi
pada usia 50-60 tahun yaitu sebanyak 73 orang (80,22%), menurut penelitian
Yuliyani (2017) mengatakan pada usia 50-69 tahun sangat bersiko terkena
kanker payudara serta Wanita yang lebih tua akan mengalami paparan hormon
lebih Panjang dibandingkan dengan Wanita usia muda, salah satu dari paparan
hormone tersebut yaitu hormone estrogen yang lebih lama pada usia tua (lebih
dari 50 tahun).

Berdasarkan Pendidikan kajadian kanker payudara dengan ER+ banyak


terjadi pada level SMA yaitu sebanyak 46 orang (50,56%), penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2020) mengatakan
bahwa responden paling banyak yaitu dengan berpendidikan SMA sebanyak 11
orang (36,7%), seseorang yang berpendidikan akan berpengaruh dalam
bertindak mencari solusi dari segala permasalahan yang ada pada hidupnya,
maka dengan Pendidikan yang tinggi seseorang dapat bertindak sangat rasional
dan lebih mudah menerima ide gagasan baru.

Berdasarkan jenis pekerjaan dari hasil penelitian di RS Hasan Sadikin


Bandung banyak terjadi pada ibu rumah tangga yaitu sebanyak 61 orang
(67,03%), Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nomiko (2020) dimana
didapatkan paling banyak responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 35
(62,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2021) memperoleh hasil
bahwa paling banyak responden yang tidak bekerja yaitu 32 (50,8%).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Utami & Mustikasari (2017)
didapatkan bahwa paling banyak responden yang tidak bekerja yaitu 38
(86,4%).
43

Berdasarkan data tersebut, maka dapat dikaitkan dengan akses informasi


dan tingkat kesadaran responden untuk memperoleh sumber informasi
kaitannya dengan penyakit kanker payudara mengenai pencegahan, gaya
hidup dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kanker payudara
sangatlah sedikit, Tentu saja hal tersebut menyebabkan responden tidak
memperhatikan terkait dengan pencegahan dan deteksi dini penyakit
kanker payudara. Salah satu faktor pemicu terjadinya kanker payudara
dikarenakan bahwa minimnya sumber informasi dan kurang
memperhatikan terkait dengan kesehatan terhadap penyakit kanker payudara.
Dari hasil diagnosis yg dilakukan dari kanker payudara ER+ paling banyak
terdapat pada C50.9 (maglinant neoplasma of breast, unspecified adalah kode
IDC untuk kanker ganas pada payyudara yang belum diketahui dengan jelas
jenisnya) sebesar 76 orang (83,52%), hasil ini sejalan dengan studi
pendahuluan di RSU Haji Surabaya diketahui bahwa paling banyak
terdiagnosis C50.9 sebanyak 775 pasien.

Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan pada Wanita postmenopause


dengan kanker payudara ER+ jenis keterlibatan hormon paling banyak terdapat
pada ER+;PR+;HER2- sebanyak 57 orang (62,64%), penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristina Anna Bethania, dkk (2022)
didapatkan bahwa subtype keterlibatan hormon ini lebih banyak ditemukan
pada karsinoma payudara dengan kelompok usia terbanyak adalah kurang lebih
50 tahun dengan rata-rata usia 50 tahun.

Berdasarkan penelitian juga dilihat dari jenis histopatologinya dengan IDC


paling banyak yaitu 87 orang (95,60%), penelitian ini sejalan dengan penelitian
Wahyuni, et all (2018) pada pemeriksaan histopatologi didapatkan terbanyak
pada jenis IDC (invasive ductal carcinoma) sebanyak 77,58%, penelitian di
Indonesia atau di benua asia, Afrika, Eropa dan Amerika menunjukan bahwa
IDC merupakan tipe jenis histopatologi yang paling banyak ditemukan dan
merupakan prognosis paling buruk.
44

Dilihat dari stadium yang terjadi pada saat pasien datang ke RS Hasan
Sadikin Bandung paling dominan pasien berada pada kondisi stadium 3A
dengan 43 orang (47,25%), penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan di RSUP sanglah yang memberi gambaran mengenai karakteristik
penderita kanker payudara, dengan mayoritas penderita terdiagnosis pada
stadium III sebanyak 41 orang (64,06%). Hal ini dikarenakan keterlambatan
pasien datang untuk memeriksakan diri yang menyebabkan tingginya stadium
kanker pada awal pemeriksaan. Penyebab keterlambatan pasien untuk datang
memeriksakan diri ke pelayanan Kesehatan adalah konsultasi medis
sebelumnya, ketidak pedulian terhadap kondisi diri, takut akan operasi, ketidak
mampuan finansial (karena mayoritaas pekerjaan yang dimiliki oleh responden
adalah ibu rumah tangga) dan keyakinan atau budaya. Terdapat juga faktor lain
yang mempengaruhi keputusan pasien untuk datang memeriksakan diri,
Sebagian besar telah menyadari adanya perubahan yang terjadi pada payudara,
namun karena beberapa alasan tertentu akhirnya memutuskan untuk menunda
pemeriksaaan dan pengobatan (I Dewa, 2020).

Tabel 4.2 Karakteristik wanita postmenopause dengan kanker payudara ER+


berdasarkan regimen kemoterapi (n=91)

Berdasarkan Hasil penelitian, pasien yang menggunakan regimen terapi


sebanyak :

No Variabel Jumlah Presentase


1 AC 2 2,19%
2 TAC 2 2,19%
3 ET 11 12,08%
4 FAC 49 53,84%
5 FAC + Epirubicin 1 1,09%
6 FAC + Paclitaxel 4 4,39%
7 FAC + Docetaxel 5 5,49%
8 FAC + Docetaxel dan Paclitaxel 2 2,19%
45

9 CMF-AT 1 1,09%
10 TC 4 4,39%
11 Paclitaxel, Cyclophosphamid 1 1,09%
12 Docetaxel-Paclitaxel 1 1,09%
13 Docetaxel 3 3,29%
14 Paclitaxel 2 2,19%
15 Lainnya 3 3,29%
Jumlah 91 100%

Berdasarkan tabel karakteristik wanita postmenopause dengan kanker


payudara ER+ berdasarkan regimen kemoterapi, regimen kemoterapi FAC
lebih banyak digunakan yaitu sebanyak 49 pasien (53,84%). Menurut
penelitian (bastani et al, 2012) regimen FAC memiliki respon yang baik dan
biaya lebih murah.

C. Komponn Biaya Langsung Medik Pelayanan iri Wanita Postmenopause


Kanker Payudara ER+

Tabel 4.3 Unit Biaya Langsung Medis Pelayanan IRI Wanita Postmenopause
Dengan Kanker Payudara ER+

Variabel n (91)
Biaya tarif dokter (Rupiah) 358382,36 ± 321045,67
(95% 291,521,37-425243,36)
Biaya pelayanan iri (Rupiah) 710373,79 ± 569322,33
(95% 591806,68-828940,91)
Biaya obat BMHP (Rupiah) 2545910,05 ± 157892,281
(95% 2232229,48-2859590,63)
Biaya ruang rawat (Rupiah 2984400,00 ± 255847,319
(95% 2476114,64-3492685,36)
Biaya patklin (Rupiah) 695636,05 ± 41087,024
46

(95% 614009,51-777262,60)
Biaya PA (Rupiah) 707958,52 ± 68653,183
(95% 571566,98-844350,05)
Biaya operasi (Rupiah) 6229343,30 ± 409862,988
(95% 5415078,93-7043607,66)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil rata-rata biaya pada unit


biaya langsung pelayanan IRI yang diperoleh dari data sistem informasi Rumah
Sakit diantaranya biaya tarif dokter sebesar Rp. 358.382, biaya pelayanan IRI
sebesar Rp. 710.373, biaya obat Bahan Medis Habis Pakai sebesar Rp.
2.545.910, biaya ruang rawat sebesar Rp. 2.984.400, biaya patologi klinik
sebesar Rp. 695.636, biaya PA sebesar Rp.707.958, dan biaya operasi sebesar
Rp. 6.229.343.

Tabel 4.4 Unit Biaya Langsung Medik Regimen Kemoterapi FAC dan ET Wanita
Postmenopause Dengan Kanker Payudara ER+

Variabel Jumlah Total Biaya Mean, SD, IK 95%


(n)
FAC 49 318.190.500 6493683,67 ± 642388,806
(95% 5202074,41-7785292,93)
ET 11 105.528.200 9593472,73 ± 2536654,074
(95% 7889325,3311297620,12)

Berdasarkan tabel Unit Biaya Langsung Medik Regimen Kemoterapi FAC


dan ET Wanita Postmenopause Dengan Kanker Payudara ER+ diketahui
bahwa FAC memiliki mean lebih rendah di banding ET. Dalam penelitian Ika,
(2015) bahwa biaya pengobatan regimen kemoterapi FAC lebih kecil
dibanding dengan pengobatan regimen Taxan.
47

Tabel 4.5 Unit Biaya Langsung Medis Wanita Postmenopause Dengan Kanker
Payudara ER+

Variabel (n = 91)
Biaya Injeksi Infus 7300130,22 ± 2070532,721
(95% 3186655,58-11413604,86)
Biaya Alkes 661049,78 ± 66148,513
(95% 529634,21-792465,35)
Biaya Obat Pendukung 41240429,45 ± 4115555,635
(95% 33064159,85-49416699,05)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil rata-rata biaya pada unit


biaya langsung medis yang diperoleh dari sistem informasi rumah sakit yaitu
biaya injeksi infus sebesar Rp. 7.300.130, biaya alat kesehatan sebesar Rp.
661.050, dan biaya obat pendukung sebesar Rp. 41.240.429.

Tabel 4.6 Disease Free Survival Pasien Postmenopause dengan Kanker Payudara
ER+ Berdasarkan Regimen Kemoterapi

No Variabel N Mean, SD, IK 95%


.
1 FAC 49 4.15 ± 1.027 (IK 95% = 3.74-
4.55)
2 ET 11 4.14 ± 0.900 (IK 95% = 3.31-
4.97)

Disease Free Survival pasien postmenopause dengan kanker payudara


ER+ berdasarkan regimen kemoterapi dalam penelitian ini FAC memiliki rata-
rata 4.15 tahun dan ET memiliki rata-rata 4.14 tahun. Dimana FAC memiliki
rata-rata lebih unggul dibandingkan ET dan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Sukandar, et al (2014) bahwa kemoterapi adjuvant dengan regimen yang
48

terdiri dari doksorubisin dikombinasikan dengan 5-fluorourasil dan


siklofosfamid (FAC) lebih unggul dibandingkan dengan metotreksat
dikombinasikan dengan 5-fluorourasil dan cyclophosphamide (CMF).

D. Analisis Efektivitas Biaya

Analisis efektivitas biaya pada penelitian ini menggunakan metode Cost


Evectiveness Analysis dengan menghitung Incremental Cost-effectiveness
Ratio (ICER), hasil ICER didapatkan dari perhitungan :

Tabel 4. 7 Presentasi Hasil Biaya dan Efektivitas

FAC ET
Biaya 318.190.500 105.528.200
DFS 4,15 4,14 Tahun
1514,75 1511,1 hari (365)

ACER 210.061,3963 69.835,35173

ICER 212.662.300 -212.662.300


3,65 -3,65

58.263.643,8
ICER 58.263.643,84 4

Hasil dari Cost Effectiveness Analysis yang pertama disajikan den-


gan mangukur Average Cost Effective Ratio (ACER) atau biaya yang dibu-
tuhkan pada FAC sebesar Rp. 210.061,3963 perhari; dan ET sebesar Rp.
69.835,35173 perhari. (Andayani, 2013)
49

Total Biaya FAC−Total Biaya ET


ICER=
efektifivitas FAC −efektivitas ET

318.190 .500−105.528 .200


ICER=
1514,75−1511,1

212.662.300
ICER=
3,65

ICER=58.263 .643,84

Setelah didapat nilai ACER, selanjutnya perhitungan Incremental


cost-effectiveness ratio (ICER). ICER adalah perbandingan dari perbedaan
biaya dibagi dengan nilai outcome (perhitungan terlampir). Setelah didapat
hasil perhitungan.

E. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang dialami oleh
penelilti selama proses pengambilan data. Keterbatasan yang pertama yaitu
jarak, sebagaimana diketahui domisili peneliti yaitu di Kabupaten Kuningan
sedangkan tempat penelitian berada di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Keterbatasan yang kedua yaitu dalam proses pencarian data rekam medik
pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Keterbatasan yang
ketiga yaitu pada proses pengambilan data di lapangan yakni alamat pasien
yang susah dijangkau serta pada waktu penelitian tengah adanya pandemi
Covid-19.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Efektivitas Biaya Fluo-


rouracyl-Adriamicin-Cyclophosphamid dibanding Doxorubicin-Cyclophos-
phamid-Docetaxel pada pasien kanker payudara ER+ di RS Hasan Sadikin
Bandung dapat disimpulkan bahwa cost-effective FAC lebih mahal dibanding
ET, tetapi efektivitas FAC lebih baik dibanding ET mengacu kepada kuadran
I (lebih mahal, lebih efektif) dibanding kuadran III (lebih murah, kurang efek-
tif).

B. SARAN

Dikarenakan keterbatasan waktu dan literatur penelitian ini belum di-


lakukan analisis sensitivitas, maka dari itu untuk peneliti selanjutnya diharap-
kan mampu melakukan analisis sensitifitas.

50
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes Ri.2022.kanker payudara paling banyak di Indonesia,Kemenkes


targetkan pemerataan layanan kesehatan (online).atnegriku
kemkes.Diakses pada tanggal 09 februari 2022
<http://sehatnegriku.kemkes.go.id/baa/umum/20220202/1639254/kanker-
payudara-paling-banyak-di-Indonesia-kemenkes-targetkan-pemerataan-layanan-
kesehatan/>

Dewi D. Agustini1, 2. E. (2015). Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara dengan


Terapi Kombinasi. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, September 2015, Vol.
4 No. 3, 175–185.

Rahmi Yosmar1, L. N. (2020). Studi Analisa Efektivitas Biaya pada Pasien


Kanker Payudara yang. Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020, 12, 19-30.

Abdillah Mursyid, R. N. (2019). Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Kanker


Payudara di Kota Denpasar Menggunakan Instrumen EQ-5D-5L. JMPF Vol 9(3),
2019, 9, 203-212.

Irina Cleemput, P. V.-I. (2008). Guidelines for pharmacoeconomic evaluations in


Belgium. Brussels, April 22th 2008.

Ramadani, D. R. (2019). Karakteristik penderita kanker payudara


dalamhubungannya dengan faktor risiko dan suptipe instrinsik pada penderita
kanker payudara di rumah sakit universitas hasanuddin periode 2016-2018.
Skripsi fakultas kedokteran universitas hasanuddin desember,2019.
Handayani1, D. K. (2014). Faktor risiko kanker payudara pada wanita di rsud
panembahan senopati bantul. Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember
2014, 3, 140-147.

Pulistyarini,G. 2020.Hubungan antara tingkat pengetahuan Kanker Payudara


dengan perilaku Deteksi Dini Kanker Payudara Metode Sadari pada wanita
Usia Subur di Kota Batu,(skripsi) Malang:Fakultas Kedokteran dan Ilmu-
ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Yuliyani, I. D. (2016). Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Kanker Payudara Pada Wanita(Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah
Tugurejo Semarang) . Jurusan Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang September 2016.

Melissa Indah Sari1, I. W. (2019). Kemoterapi Adjuvan pada Kanker Kolorektal.


Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.

Tri Murti Andayani, S. P. (2013). Prinsip & Metodologi. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

1Muhammad Husni, 2. R. (2015). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas


hidup pasien kanker payudara di instalasi rawat inap bedah rsup dr. Mohammad
hoesin palembang tahun 2012. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor
2, Juli 2015, 77-83.

Ika. (2015). Penggunaan Kemoterapi FAC Mampu Menekan Biaya Pengobatan


Kanker Payudara. Tuesday, 24 Februari 2015.

Dr. Qushay umar malinta, m. A. (2020). Hubungan status estrogen receptor


dengan 3 years overall survival penderita kanker payudara di rsup dr. Wahidin
sudirohusodo makassar periode juni-desember 2017. Skripsi November 2020.
National Comprehensive Cancer Network. 2018. Breast Cancer Invasive.

Kemenkes RI. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana


Kanker Payudara. Pusat Data Teknologi Infomasi Kementrian Kesehatan
Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmaksekonomi.Jakarta: Bhakti


Husada.

Pulistyarini, G. 2020. Hubungan antara tingkat pengetahuan Kanker Payudara


dengan perilaku Deteksi Dini Kanker Payudara Metode SADARI pada
wanita Usia Subur di Kota Batu, [Skripsi] Malang: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.

Rukminingsih, F., Andayani, T.M., Rahmawati, F. dan Widayati, K. 2017.


Evaluasi Terapi Adjuvan dan Kejadian Relaps pada Pasien Premenopausal
Early Breast Cancer di RSUP DR Sardjito Yogyakarta. Jurnal Manajeman
dan Pelayanan Farmasi 7(1) : 24-28.
Prihantono., Abidin, Z., Juhamran, M., Haryasena. Dan Syamsu, S.A. 2019.
Hubungan Ekspresi Cyclooxygenase-2 (cox-2) dengan Desease Free
Survival dan Overall Survival pada Penderita Kanker Payudara. A
Scientific Journal 12(1):102-112.
Syaifudin, A. 2020. Korelasi Antara Ekspresi CD44 Terhadap Grading
Histopatologi, Metastasis, Desease Free Survival dan Overall Survival
pada Wanita Penderita Kanker Payudara, [skripsi] Makassar: Program
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Program Studi Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Purwanto, H., Handojo, D., Haryono, S. dan Hararap, W. 2014. Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Yuliani, I.D. 2017. Faktor Faktor yang berhubungan dengan kejadian Kanker
Payudara pada Wanita, [Skripsi] Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negri Semarang.
Subekti, R. T. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat
Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani
Kemoterapi.Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung,8(1), 1-9.
https://doi.org/10.47218/jkpbl.v8i1.74
Utama, Y. A. (2021). Analisis Kualitas Hidup Pasien Kanker
Payudara.Jurnal'Aisyiyah Medika,6(1), 219-229.
https://doi.org/10.36729/jam.v6i1.575
Utami, S. S., & Mustikasari, M. (2017). Aspek Psikososial pada Penderita
Kanker Payudara: Studi Pendahuluan.Jurnal Keperawatan
Indonesia,20(2), 65-74. https://doi.org/10.7454/jki.v20i2.503
I Dewa Ayu Putu Mas Narisuari, Ida Bagus Tjakra Wibawa Manuaba. 2020.
Prevalensi dan Gambaran Karakteristik Penderita Kanker Payudara di
Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah, Bali, Indonesia tahun 2016.
Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 1: 183-189. P-ISSN: 2503-
3638, E-ISSN: 2089-9084. Published by DiscoverSys | Intisari Sains
Medis 2020; 11(1): 183-189 | doi: 10.15562/ism.v11i1.526
Sukandar, et all. 2014 . Evaluasi Reaksi Obat Merugikan pada Pasien Kemoterapi
Kanker Payudara si salah satu Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. 183-192.
LAMPIRAN

Karakteristik Pelayanan IRI (Indeks Rawat Inap)

Diagnosa Keterlibatan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Cara Bayar Jenis Histopatologi Stadium
ICD Hormon
1 RS 50-60 SMP PNS C50.9 BA PR-HER- IDC 3B
2 NY 50-60 S1 W C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
3 SG 50-60 S1 PS C50.5 BU PR-HER- IDC 3A
4 EK 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
5 ET 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR-HER- IDC 3B
6 AO 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 2B
7 KR 50-60 SMA PS C50.9 BU PR-,HER- IDC 3A
8 WT 50-60 SMA IRT C50.9 BP PR+HER2+ IDC 3A
9 MR 50-60 SMP IRT C50.9 BU PR-,HER- IDC 3A
10 MR 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR-,HER- IDC 2B
11 ER 50-60 SMA PS C50.9 BU PR-,HER- IDC 2B
12 EI 50-60 SMA IRT C50.9 BP PR-,HER- IDC 2A
13 EI 50-60 SMA IRT C50.4 BA PR+HER2- IDC 3B
14 AF >60 SMA IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 1
15 SP 50-60 SMA IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 2B
16 AS >60 S1 PS C50.9 BP PR+HER2+ IDC 3B
17 SR >60 SMA W C50.9 BP PR+HER2- IDC 3A
18 EN 50-60 SMA W C50.9 BP PR+HER2- IDC 3B
19 YN >60 SMP IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
Diagnosa Keterlibatan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Cara Bayar Jenis Histopatologi Stadium
20 RZ 50-60 S1 PNS C50.9 BA Hormon
PR+HER2- IDC 2B
21 TT 50-60 SMA IRT C50.1 BP PR+HER2- ILC 2B
22 SM 50-60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
23 RH 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
24 EI 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
25 TS 50-60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2+ IDC 3A
26 ST 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 2B
27 II >60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- ILC 2B
28 TM >60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
29 KR 50-60 S1 PNS C50.1 BA PR-,HER- IDC 3A
30 NN >60 SMP IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
31 IJ >60 S1 PNS C50.9 BA PR+HER2- IDC 2B
32 TT 50-60 S1 IRT C50.4 BU PR+HER2- IDC 3B
33 SN 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
34 EA 50-60 SMA W C50.9 BA PR+HER2- IDC 2B
35 ES 50-60 SMA IRT C50.4 BU PR+HER2- IDC 3A
36 MM 50-60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
37 OE 50-60 SMA IRT C50.9 BP PR-HER+ IDC 2B
38 MB >60 SMA IRT C50.9 BP PR-HER- IDC 3B
39 NN >60 S1 PNS C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
40 SR >60 SD IRT C50.9 BP PR+HER2- IDC 3A
41 RT 50-60 SMP IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
42 ON 50-60 SMP IRT C50.9 BU PR-,HER- IDC 3A
43 MS 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
44 MS >60 SD P C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
45 AI >60 SMA W C50.9 BP PR+HER2- IDC 2A
Diagnosa Keterlibatan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Cara Bayar Jenis Histopatologi Stadium
46 MY 50-60 SMA IRT C50.9 BT Hormon
PR+HER2- IDC 2B
47 TT 50-60 SMA IRT C50.9 BP PR+HER2- IDC 3B
48 AS >60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
49 EI 50-60 SMA IRT C50.8 BP PR+HER2- IDC 3A
50 IA 50-60 SMP W C50.9 BP PR+HER2+ IDC 2B
51 TT >60 SMP W C50.9 BU PR+HER2+ IDC 3A
52 WW 50-60 S1 PNS C50 BP PR-,HER- IDC 3A
53 EI 50-60 SMA W C50.2 BU PR-,HER- IDC 3A
54 AR >60 SMP IRT C50.9 BU PR-,HER+ IDC 3A
55 NR 50-60 SMA W C50.9 BU PR+HER2- ILC 3B
56 DW 50-60 S1 PNS C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
57 AY 50-60 SD IRT C50.9 BP PR+HER2- IDC 3A
58 EI 50-60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2+ IDC 3B
59 SL 50-60 SMA PS C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A
60 WW >60 SMA PNS C50.9 BA PR+HER2- IDC 3B
61 OA 50-60 SD IRT C50.2 BP PR+HER2- IDC 3A
62 RT 50-60 S1 IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
63 TS 50-60 S1 PNS C50.1 BA PR-,HER- IDC 3A
64 TK 50-60 SMA IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
65 IA 50-60 SD IRT C50.9 BA PR-,HER+ IDC 3A
66 WW 50-60 S1 IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 2B
67 SR 50-60 SMP IRT C50.9 BP PR-,HER+ IDC 3B
68 MK 50-60 SMP IRT C50.9 BP PR+HER2- IDC 3B
69 HL 50-60 S1 PNS C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
70 WW 50-60 SD IRT C50.9 BA PR+HER2- IDC 3A
Diagnosa Keterlibatan
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Cara Bayar Jenis Histopatologi Stadium
71 SR 50-60 SMP IRT C50.9 BU Hormon
PR+HER2- IDC 3A
72 YJ 50-60 SD IRT C50.9 BP PR-,HER+ IDC 3A
73 WT 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2+ IDC 3B
74 CC 50-60 SMA IRT C50 BP PR+HER2- IDC 3B
75 WR 50-60 SMA PS C50.9 BU PR-,HER- IDC 3A
76 RM 50-60 SMP IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
77 EA >60 SD IRT C50.9 BT PR-,HER- IDC 3A
78 EE 50-60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2- ILC 2B
79 KM 50-60 SMP IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 1
80 EI 50-60 S1 IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
81 SL >60 SMA W C50.9 BA PR+HER2- IDC 1
82 IA 50-60 SMA W C50.1 BP PR-,HER- IDC 3B
83 MR 50-60 SMP IRT C50.9 BP PR+HER2+ IDC 2B
84 HR 50-60 SD IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3B
85 TR 50-60 SMA IRT C50.9 BP PR-,HER- IDC 3B
86 LN 50-60 SMA IRT C50.4 BU PR+HER2- IDC 3B
87 OA 50-60 SMA W C50.4 BU PR-,HER- IDC 3B
88 ST 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR-,HER- IDC 2B
89 KR 50-60 SMA PS C50.9 BU PR-,HER- IDC 3A
90 ED >60 SMA IRT C50.9 BT PR+HER2- IDC 3A
91 RM 50-60 SMA IRT C50.9 BU PR+HER2- IDC 3A

Keterangan:

BA = BPJS Askes
BU = BPJS Umum

BT = BPJS TNI

IDC = Invansive Ductal Carcinoma

ILC = Karsinoma Lobular Invasive

PR = Progesteron Receptor

HER2 = Human Epidermal Growth Factor Receptor 2


Unit Biaya Langsung Medis SIRS

NO NAMA BIAYA INJEKSI & INFUSE BIAYA ALKES BIAYA OBAT PENDUKUNG
56.653.2 2.251.3 179.084.8
1 RS 00 00 00
2.438.1 1.486.1 79.346.1
2 NY 00 00 00
3.911.9 763.6 18.366.7
3 SG 00 00 00
322.3 257.4 57.230.3
4 EK 00 00 00
13.171.9 185.2 13.533.8
5 ET 00 00 00
3.798.7 1.705.4 35.022.1
6 AO 00 00 00
344.2 240.9 41.166.3
7 KR 00 00 00
817.1 357.0 3.494.0
8 WT 00 00 00
7.300.1 661.0 7.150.3
9 MR 50 50 00
372.3 279.5 12.207.6
10 MR 00 00 00
228.8 298.1 27.778.7
11 ER 00 00 00
7.300.1 260.5 21.933.7
12 EI 00 00 00
134.7 87.1 14.210.1
13 EI 00 00 00
7.300.1 661.0 38.876.3
14 AF 00 50 00
103.0 135.6 6.297.4
15 SP 00 00 00
7.300.1 661.0 53.079.3
16 AS 00 50 00
385.7 283.5 51.171.5
17 SR 00 00 00
7.300.1 305.3 78.351.4
18 EN 00 00 00
474.5 338.3 44.982.6
19 YN 00 30 30
84.0 114.8 35.414.8
20 RZ 00 00 00
360.3 304.4 4.894.8
21 TT 00 00 00
751.8 397.2 33.999.0
22 SM 00 00 00
292.3 381.2 64.905.9
23 RH 00 00 00
307.1 288.4 21.712.9
24 EI 00 00 00
315.6 348.3 30.696.1
25 TS 00 00 00
256.5 259.2 8.850.3
26 ST 00 00 00
95.0 381.9 9.264.9
27 II 00 00 00
48.020.4 929.4 55.162.7
28 TM 00 00 00
74.227.4 1.234.2 123.795.0
29 KR 00 00 00
4.605.1 1.333.0 34.717.8
30 NN 00 00 00
145.559.2 2.845.0 222.244.7
31 IJ 00 00 00
1.742.6 1.531.2 104.055.7
32 TT 00 00 00
5.536.2 1.401.4 115.011.5
33 SN 00 00 00
3.811.5 2.134.3 29.710.7
34 EA 00 00 00
301.8 351.5 11.450.7
35 ES 00 00 00
1.133.7 621.4 10.305.1
36 MM 00 00 00
237.4 295.7 9.603.6
37 OE 00 00 00
255.1 238.9 59.296.4
38 MB 00 00 00
373.7 360.0 37.885.1
39 NN 00 00 00
2.134.9 454.9 17.760.9
40 SR 00 00 00
228.0 293.9 58.999.9
41 RT 00 00 00
288.7 382.6 20.288.9
42 ON 00 00 00
10.441.6 557.2 20.696.9
43 MS 00 00 00
737.2 398.2 26.537.9
44 MS 00 00 00
134.9 265.8 14.189.5
45 AI 00 00 00
292.0 256.6 63.076.0
46 MY 00 00 00
971.4 1.477.3 42.012.2
47 TT 00 00 00
3.491.4 313.3 14.426.0
48 AS 00 00 00
8.777.4 1.898.6 84.214.7
49 EI 00 00 00
277.3 320.5 15.327.4
50 IA 00 00 00
2.445.3 649.3 32.111.3
51 TT 00 00 00
325.1 319.3 14.506.5
52 WW 00 00 00
278.1 553.5 38.577.4
53 EI 00 00 00
220.6 280.1 9.086.1
54 AR 00 00 00
53.820.9 404.7 5.215.3
55 NR 00 00 00
646.0 354.0 12.039.9
56 DW 00 00 00
617.2 718.0 68.134.8
57 AY 00 00 00
315.1 260.5 21.884.5
58 EI 00 00 00
7.300.1 661.0 7.430.6
59 SL 00 50 00
144.3 164.9 32.915.5
60 WW 00 00 00
2.693.3 546.6 57.992.6
61 OA 00 00 00
2.918.5 3.488.8 24.307.9
62 RT 00 00 00
2.238.5 1.159.4 79.321.8
63 TS 00 00 00
292.7 442.7 9.378.2
64 TK 00 00 00
294.7 340.8 57.061.4
65 IA 00 00 00
326.5 473.9 19.653.3
66 WW 00 00 00
1.462.2 719.9 92.395.1
67 SR 00 00 00
38.821.9 2.057.4 134.934.0
68 MK 00 00 00
5.309.6 576.0 96.018.9
69 HL 00 00 00
663.6 349.3 55.616.0
70 WW 00 00 00
19.209.0 762.5 97.809.0
71 SR 00 00 50
41.702.6 1.430.1 123.245.6
72 YJ 00 00 00
335.1 257.0 8.154.8
73 WT 00 00 00
285.3 411.1 55.331.1
74 CC 00 00 00
405.2 246.3 21.651.3
75 WR 00 00 00
7.300.1 665.1 16.228.1
76 RM 00 00 00
528.1 300.8 63.718.1
77 EA 00 00 00
114.8 205.9 3.938.8
78 EE 00 00 00
7.300.1 661.0 412.5
79 KM 00 50 00
265.8 233.1 8.566.1
80 EI 00 00 00
294.5 419.5 8.056.6
81 SL 00 00 00
241.1 366.3 14.180.3
82 IA 00 00 00
13.827.3 470.9 26.885.4
83 MR 00 00 00
6.958.8 1.914.5 46.414.5
84 HR 00 00 00
2.849.5 633.2 41.966.9
85 TR 00 00 00
254.5 308.1 22.081.3
86 LN 00 00 00
238.3 255.1 4.529.3
87 OA 00 00 00
3.718.7 1.346.4 31.710.3
88 ST 00 00 00
501.2 240.9 41.166.3
89 KR 00 00 00
299.3 258.2 24.266.0
90 ED 00 00 00
849.9 661.0 40.194.6
91 RM 00 50 00
664.311.8 60.155.5 3.752.879.08
TOTAL 50 30 0
Pembag
i 91 91 91
7.300.1 661.0 41.240.4
Mean 30 50 29
Biaya Regimen Kemoterapi FAC-ET

NO NAMA FAC ET
1 RS
2 NY
13.540.3
SG
3 00
24.933.8
EK
4 00
5 ET
13.786.1
AO
6 00
6.085.6
KR
7 00
8 WT
9 MR
4.366.4
MR
10 00
14.221.8
ER
11 00
5.990.4
EI
12 00
2.315.6
EI
13 00
4.186.1
AF
14 00
1.160.4
SP
15 00
16 AS
11.095.8
SR
17 00
6.922.2
EN
18 00
11.799.4
YN
19 00
9.517.5
RZ
20 00
4.186.1
TT
21 00
7.592.4
SM
22 00
5.518.7
RH
23 00
24 EI 5.182.700
5.080.5
TS
25 00
5.711.0
ST
26 00
4.924.2
II
27 00
9.485.0
TM
28 00
29 KR
30 NN
31 IJ
21.182.2
TT
32 00
33 SN
34 EA
9.585.2
ES
35 00
36 MM
37 OE
4.474.7
MB
38 00
39 NN
6.498.4
SR
40 00
5.101.3
RT
41 00
3.588.9
ON
42 00
5.364.7
MS
43 00
4.949.4
MS
44 00
4.962.1
AI
45 00
5.562.0
MY
46 00
47 TT
48 AS
49 EI
5.165.9
IA
50 00
51 TT
4.287.5
WW
52 00
5.156.9
EI
53 00
3.659.0
AR
54 00
4.432.4
NR
55 00
4.687.4
DW
56 00
57 AY
5.990.4
EI
58 00
59 SL
2.047.7
WW
60 00
61 OA
62 RT
63 TS
4.713.6
TK
64 00
1.751.6
IA
65 00
6.521.9
WW
66 00
9.535.1
SR
67 50
68 MK
9.635.0
HL
69 00
4.315.3
WW
70 00
71 SR
72 YJ
7.519.5
WT
73 00
6.738.3
CC
74 00
12.919.0
WR
75 00
9.535.1
RM
76 50
8.283.2
EA
77 00
2.543.10
EE
78 0
79 KM
80 EI
81 SL
4.902.7
IA
82 00
9.461.0
MR
83 00
14.704.6
HR
84 00
85 TR
5.037.0
LN
86 00
3.984.9
OA
87 00
5.113.2
ST
88 00
6.085.6
KR
89 00
6.120.8
ED
90 00
91 RM

JUMLAH
ORANG 49 11
TOTAL 318.190.500 105.528.200
RATA-RATA 6.493.684 9.593.473
Data pasien (wanita postmenopause dengan kanker payudara) yang mendapatkan
pembedahan (715)
Data pasien (wanita postmenopause dengan kanker payudara) Rawat inap yang
mendapat Kemoterapi (1427)
Ethical Clearance

Anda mungkin juga menyukai