SKRIPSI
Disusun oleh :
Siti Ainawati Mumtazah
1810104349
SKRIPSI
Disusun oleh :
Siti Ainawati Mumtazah
1810104349
ABSTRAK
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompok. Di dalam
perkembangan sosial anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan
tuntutan sosial dimana anak berada. Anak yang tidak bisa menempatkan dirinya di
lingkungan sosial akan merasa terisolasi dan enggan untuk membaur dalam
lingkungan sosial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan frekuensi
penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial anak di TK ABA Notoyudan
Yogyakarta. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan waktu cross sectional.
Teknik sampling menggunakan total sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengolahan data menggunakan uji
statistik Chi Square. Responden adalah orangtua dari siswa-siswi di TK ABA
Notoyudan berjumlah 81 responden. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi
penggunaan gadget dengan kategori sering sebanyak 58 orang anak (75,9%) dan
perkembangan sosial anak dengan kategori kurang sebanyak 52 siswi (64,2%). Hasil
analisis bivariat diperoleh nilai p value 0,001 < 0,05. Ada hubungan antara frekuensi
penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial anak di TK ABA Notoyudan
Yogyakarta. Saran bagi TK ABA Notoyudan Yogyakarta diharapkan dapat bekerja
sama dengan pihak puskesmas untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
orangtua siswa tentang dampak penggunaan gadget terhadap anak dan pembatasan
frekuensi dan durasi penggunaan gadget oleh anak.
ABSTRACT
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Hubungan Frekuensi Penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan sosial Anak di
TK ABA Notoyudan Yogyakarta Tahun 2019”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis senantiasa mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan motivasi selama penulis menempuh
pendidikan.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan motivasi selama
penulis menempuh pendidikan.
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah
memberikan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.
4. Ismarwati, SKM., MPH selaku penguji I yang telah memberikan saran dalam
proses penyusunan skripsi ini.
5. Herlin Fitriana Kurniawati, S.SiT., M. Kes selaku pembimbing dan penguji II
yang telah sabar membimbing dalam proses penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Sri Wahjinijatii, S.Pd selaku kepala TK ABA Notoyudan Yogyakarta yang telah
memberikan izin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik fisik maupun
moril, sehingga terselesaikan skripsi ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan dan bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.............................. iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 9
F. Keaslian Penelitian................................................................................... 11
BAB V PENUTUP............................................................................................. 80
A. Kesimpulan.............................................................................................. 80
B. Saran........................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 82
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
12
DAFTAR LAMPIRAN
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak prasekolah adalah anak-anak yang berada dalam rentang usia 3-6
individu yang berlangsung pada usia 2-6 tahun (Marimbi, 2010). Anak usia
menulis, kepekaan yang bagus untuk membaca dan kepekaan untuk berinteraksi
terhadap usia yang sebaya dengannya. Usia taman kanak-kanak merupakan masa
awal yang kreatif dan produktif bagi anak-anak. Umumnya anak-anak menjadi
(Marimbi, 2010).
Masa usia dini merupakan goldenage yaitu masa emas untuk aspek
sosial, sehingga stimulasi atau controlling anak menjadi sangat penting bagi
setiap orang tua atau pengasuh agar anak dapat tumbuh dan berkembang lebih
1
2
dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Angka kejadian masalah
susah beradaptasi, susah bersosialisasi,susah berpisah dari orang tua, anak sulit
diatur, dan perilaku agresif merupakan masalah yang paling sering muncul pada
anak usia prasekolah (Velderman Met al, 2010). Jika seorang anakmengalami
terpenting adalah gangguan dalam pembentukan konsep diri dari seorang anak.
Dampak tersebut akan semakin bertambah apabila dari segi faktor pencetusnya
Khotimah (Novitasari W & Khotimah N, 2016), salah satu faktor atau stimulus
bermain gadget.
3
ke tahun. Tahun 2013 jumlah pengguna smartphone 1,31 milyar pengguna, dan
pada tahun 2014 naik menjadi 1,64 milyar pengguna. Pada tahun 2016 pengguna
12,6% dari jumlah pengguna pada tahun 2015 yaitu 1,91 milyar pengguna.
tahun 2013 sebanyak 27,4 juta pengguna, sedangkan pada tahun 2014 terdapat
38,3 juta. Angka initerus mengalami kenaikan setiap tahunnya bahkan mencapai
angka 100 juta pengguna smartphone aktif pada akhir tahun 2018. Dengan
jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif
Indonesia sendiri lebih dari 50% pengguna gadget berumur dibawah 25 tahun.
Dewasa atau lanjut usia (25 tahun keatas) 32%, remaja (12-21 tahun) 25%, anak-
anak (7-11tahun) 17%, dan lebih ironisnya lagi gadget digunakan oleh anak usia
(3-6 tahun) sekitar 9%, yang seharusnya belum layak untuk menggunakan
oleh Franly Onibala tahun 2017 dampak penggunaan gadget pada anak antara
lain kesehatan dari anak tersebut karena membuat pola hidup anak yang lebih
sering duduk dan malas untuk bergerak serta kesehatan mata terganggu karena
menatap layar gadget yang terlalu lama, kesehatan otak terganggu, anak menjadi
pribadi yang tertutup, lamanya melihat layar monitor serta penggunaan media
menit untuk sekali bermain game, sementara 15% orangtua menyatakan bahwa
anak bermain game selama 30 sampai 60 menit dan sisanya dapat berinteraksi
internet tahun 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68
kenaikan sebesar 10,56 juta jiwa dari hasil survei pada tahun 2016. Pengguna
internet, dan smartphone saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi
kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan
terlihat dari survei ini, di daerah perkotaan hanya 13 persen dari anak dan remaja
pembatasan telepon seluler (ponsel) pada anak di bawah umur terus di upayakan.
Upaya ini sudah di berlakukan sejak tahun 2016 silam. Upaya tersebut yakni
Tanah Air mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).
positif maupun negatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
berdampak positif seperti meningkatkan kreativitas dan daya pikir anak. Hal
tersebut dapat muncul apabila orang tua pandai mengontrol dan mengarahkan
anak, serta tegas dalam memberikan batasan-batasan waktu kepada anak dalam
pengawasan orang tuakurang serta tidak ada upaya tegas dalam memberikan
6
batasan waktu bermain gadget pada anak, dapat menimbulkan sisi negatif.
Dampak negatif tersebut yaitu ketika gadget digunakan anak berbagai macam
dikhawatirkan akan mengganggu suatu proses interaksi sosial pada anak usia
sekitar akan tetapi dengan adanya gadget, interaksi tersebut akan mengalami
Khotimah, 2016). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
pengenalan gadget terlalu dini pada anak dapat mempengaruhi interaksi sosial
anak. Anak akan cenderung asyik dengan dunianya sendiri, fokus bermain
games yang dapat menurunkan minat dan prestasi belajar anak, kegemaran
berinternet mengakses video yang dapat membuat anak asyik dengan dirinya
dengan teman sebayanya di kelas mengenai permainan atau fitur-fitur yang ada
B. Rumusan Masalah
2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
sosial anak
8
2. Manfaat Praktis
sikap demi menjaga dan mengarahkan anaknya agar dapat tumbuh dan
sosialnya.
cara penanganan yang sesuai agar siswa mau membatasi kebiasaan dalam
bermain gadget.
Responden pada penelitian ini adalah orang tua atau wali dari anak di
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dimulai dari bulan
Desember 2018 sampai Juli 2019 dimulai dari penyusunan proposal sampai
sekolah
10
F. Keaslian Penelitian
di TK PGRI
33
Sumurboto,
Banyumani
k
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan
adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari
untuk mau belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang,
1) Tingkatan pertama
2) Tingkatan kedua
sedih akan suatu hal yang dapat dilihat dari ekspresi wajahnya,
3) Tingkatan ketiga
simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati (rasa tidak setuju)
4) Tingkatan keempat
mulai bergaul atau hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota
1) Pembangkangan (Negativisme)
2) Agresi (aggression)
satu bentuk reaksi anak terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak
5) Persaingan (rivalry)
melebihiorang lain.
6) Kerja sama(cooperation)
9) Simpati (sympathy)
yaitu :
a) Usia 4 tahun
adalah:
pujian
18
b) Usia 5 tahun
c) Usia 6 tahun
(3) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan
keteman
pulang
bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau keluarga.Kedua
faktor tersebut dilengkapi oleh Hurlock dengan faktor ketiga yaitu faktor
broken home maka cara anak menilai hubungan sosial menjadi berbeda
keluarga yang normal. Anak dari keluarga broken home secara sosial
dalam rumah dan merupakan penentu yang paling penting bagi sikap sosial
dan pola perilaku anak. jika hubungan mereka dan teman sebaya dan orang
untuk berperilaku dengan cara yang dapat diterima orang luar tersebut.
karena hasrat akan pengakuan dan peneimaan sosial sangat kuat pada masa
dengan sewaktu masa pra sekolah, yaitu ketika anak masih kecil dan belum
awal yaitu :
a. Perkembangan awal
antara anak yang satu dengan anak yang lainnya dipengaruhi oleh hal-
2) Faktor Emosi
a) Maladjustment
22
sok kuasa. Si anak sendiri tidak merasa ada yang salah pada
dewasa.
b) Egosentrisme
dan bicara mengenai diri sendiri dan aksi mereka semata-mata untuk
berpikir dan berbicara. Hal ini bisa merugikan diri dan sosial jika
peduli terhadap orang lain, tidak mau bekerja sama, dan sibuk
terjadi karena sikap dan perilaku anak yang kurang disukai teman-
disukai dan yang paling tidak disukai. Dengan demikian, guru dapat
Adapun kategori penerimaan anak dalam lingkungan sosial sebagai mana yang
populer.
3) Climber, yaitu anak yang berusaha untuk diterima oleh lingkungan teman
6) Isolate, yaitu anak yang terisolasi dari lingkungan teman sebayanya dapat
karena tidak ada motivasi dalam diri anak itu untuk bergaul atau anak
d) Agresif
Agresif merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal
atau baru berupa ancaman yang disebabkan adanya rasa permusuhan. Tingkah
laku ini sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, misalnya karena
dilarang melakukan sesuatu. Agresi juga sering timbul karena tingkah laku
agresif yang sebelumnya mengalami penguatan. Hal ini terjadi karena ada
26
beberapa keluarga dimana anak agresif justru dihargai. Selain itu tingkah laku
orang tua sering dicontoh oleh anak. Biasanya tingkah laku yang muncul pada
anak dapat marah secara verbal maupun menyerang, temper tantrum, dan
merusak.
e) Negativisme
berperilaku tertentu. Perilaku ini biasanya dimulai pada anak usia dua tahun dan
mencapai puncaknya antara usia tiga sampai enam tahun. Ekspresi fisiknya
penolakan secara lisan untuk menuruti perintah. Masa ini biasa juga disebut
sebagai masa “berkata tidak” karena hampir semua hampir semua permintaan
dijawab anak dengan berkata “tidak”. Negativisme ini akan menjadi masalah
yang berarti jika orang dewasa kurang memahami kelaziman masa ini. Masa ini
akan berakibat buruk jika orang dewasa memperlakukan anak dengan paksaan,
tekanan ataupun menegurnya dengan kata-kata celaan atau hardikan yang justru
f ) Pertengkaran
mendominasi orang lain atau menjadi “bos”. Perilaku ini pada umumnya tidak
i) Prasangka
tatkala anak melihat adanya perbedaan sikap dan penampilan di antara mereka,
pengalaman dan penyesuaian sosial ketika anak usia dini. Beberapa faktor
b. Sikap Orang Tua yang Pencela, Membandingkan, dan Mencemooh Anak
membentuk cara pandang anak terhadap kehidupannya. Sejak usia dini anak
28
melakukan imitasi terhadap orang tuanya. Tatkala orang tua bersikap buruk
terhadapnya maka anak pun akan meniru dan melakukan hal yang sama.
pengalaman sosial pada anak. Mulai dari pengalaman yang positif maupun
sosial.
seperti tumbuhnya sikap pemberontak, agresif, sikap sok kuasa, dan lain
sebagainya. Sikap yang keras serta penerapan disiplin yang tidak dijelaskan
pada anak, hanya akan menimbulkan perilaku yang salah asuh. Individu
dapat tumbuh menjadi individu yang selalu ingin dituruti, kurang toleran
terhadap teman-temannya. Dengan sikap ini maka anak akan ditolak oleh
kelompok sosialnya.
29
Lingkungan yang buruk ini tetap menjadi contoh yang buruk bagi anak.
mengenal lebih jauh apakah lingkungan itu baik atau buruk. Jika lingkungan
Menurut Gustian (2014) berikut adalah cara penanganan pada anak yang
serta latar belakang yang berbeda. Anak tidak mungkin bisa belajar
tetapi juga dapat membicarakan dengan topik yang dapat dimengerti dan
c. Anak punya motivasi untuk bergaul. Motivasi ini tergantung seberapa besar
d. Adanya bimbingan. Metode yang paling efektif untuk dapat belajar bergaul
dengan baik adalah lewat bimbingan dan pengajaran dari orang yang dapat
dijadikan model bergaul yang baik oleh anak. Anak memang bisa saja
belajar bergaul sendiri lewat trial and error (coba-coba) atau meniru
ingkah laku orang lain, namun akan lebih efektif bila yang menjadi model
2. Gadget
a. Definisi
era yang serba maju ini dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu
aplikasi dan informasi mengenai semua hal yang ada di dunia ini
(Rideout V, 2013).
31
tidak bisa dilepaskan dari keberadaan gadget yang semakin beredar luas.
Sehingga saat ini tidak aneh lagi apabila anak kecil berusia balita bahkan
2013).
32
menjadi sahabat bagi anak, bahkan bisa menyihir anak-anak untuk duduk
dilakukan oleh Rideout (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia
jam 58 menit perharinya atau jika dalam frekuensi, anak bisa meminta
bermain gadget setiap ada waktu senggang seperti pulang sekolah atau
pada sore hari dan menjelang tidur. Sedangkan pada anak usia 5 hingga 8
harinya dengan frekuensi yang lebih sering di bandingkan anak usia 2-4
bahwa anak hanya boleh berada di depan layar < 1 jam setiap harinya.
Begitupun anak-anak, tidak akan jauh berbeda apabila orang tua tidak
memiliki ketegasan dalam pembatasan durasi atau frekuensi dan anak sudah
anak dapat terlihat dari beberapatanda seperti saat diminta berhenti bermain
gadget, tidak mau merespon panggilan baik dari orang tua ataupun orang
anak) menurun dikarenakan anak sudah tidak tertarik lagi dengan materi
hanya boleh berada di depan layar < 1 jam setiap harinya atau frekuensi
mengemukakan bahwa anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila
tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak usia 3-5 tahun diberikan
batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam perhari, dan 2 jam perhari
untuk anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia masih
banyak anak-anak yang menggunakan gadget 4–5 kali lebih banyak dari
pada anak. Anak akan cenderung malas bergerak dan dan lebih memilih
keluarga dan itu akan bedampak sangat buruk apabila dibiarkan secara
1) Dampak Positif
mudah, serta meningkatkan logika lewat game interaktif yang edukatif. Hal
(Iswidharmanjaya, 2014).
2) Dampak Negatif
berdampak negatif bagi anak. Aneka aplikasi gadget yang berisi game,
video yang mengandung sara, ataupun ajaran sesat sekalipun semua tersedia
dan dalam jangkauan akses yang sangat mudah dan cepat dalam hitungan
akses konten yang tidak baik, seperti adegan kekerasan yang anak lihat
B. Kerangka Konsep
Variabel Pengganggu
1. Status ekonomi keluarga
2. Keutuhan keluarga
3. Sikap dan pola asuh orang
tua
Keterangan :
= Yang diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian analitik korelasi yaitu cara untuk mengetahui ada atau tidak adanya
hubungan variabel. Kekuatan antar variabel dapat di lihat dari nilai koefisien
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap
(Notoatmodjo, 2010).
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
variabel lain (Setiawan dan Saryono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian
2. Variabel Terikat
atau dipengaruhi oleh variabel bebas (Setiawan dan Saryono, 2011). Variabel
3. Variabel Pengganggu
hubungan dengan variabel yang sedang diteliti tetapi tidak dapat dilihat,
b) Keutuhan keluarga
keutuhan keluarganya.
C. Definisi Operasional
Variabel Terikat
2. Perkembangan Pencapaian Kuesioner Nominal Tingkat
Sosial Anak kematangan dalam terdiri atas 14 Perkembangan
hubungan sosial pertanyaan Sosial
anak tentang dikategorikan
perkembanga menjadi :
n sosial anak a. Baik jika Skor
dengan <mean
bentuk b. Kurang jika
pilihan Skor> mean
jawaban :
a. S : Setuju
b. KS:
Kurang
Setuju
c. TS : Tidak
Setuju
d. STS :
Sangat
Tidak
Setuju
39
1. Populasi
orang tua atau wali dari siswa Taman Kanak-kanak (TK) ABA ‘Aisyiyah
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(2012) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan
berikut :
1) Kriteria Inklusi
a. Orang tua atau wali murid dari siswa TK ABA ‘Aisyiyah Notoyudan
tunarungu)
40
b. Orang tua atau wali murid yang memberi gadget pada anaknya.
c. Orang tua atau wali murid yang dapat membaca dan menulis untuk
2) Kriteria Ekslusi
E. Etika Penelitian
1. Informed Consent
responden menolak atau tidak bersedia maka peneliti tidak berhak memaksa
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
dan baik di komputer, dan dibumi hanguskan ketika data akumulasi dalam
4. Justice (Keadilan)
etik pada tanggal 29 April 2019 dengan nomor surat persetujuan etik adalah
No.615/KEP-UNISA/IV/2019.
42
dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian setelah di uji validitas dan
jawaban Setuju, Kurang Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14.
jika responden mengisi < 2x sehari maka responden termasuk dalam kategori
normal dan jika responden menjawab > 2x sehari maka termasuk dalam
kategori sering.
43
Jumlah 15
dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpuulan data
dapat menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data
(Sugiyono, 2012).
mengumpulkan data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden
memberikan arahan untuk dapat menjawab pertanyaan dari responden jika ada
yang belum dimengerti. Setelah itu, peneliti dan asisten peneliti membagikan
kepada responden yang dibantu oleh asisten peneliti yaitu teman peneliti.
tresponden lainnya. Apabila ada pertanyaan yang tidak jelas, dapat ditanyakan
3. Sumber Data
a. Data Primer
diberikan peneliti.
b. Data Sekunder
diluar sampel yang mempunyai karakteristik yang sama, agar diperoleh hasil
a. Uji Validitas
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
responden.
(2010) instrumen dikatakan valid apabila hasil menunjukkan nilai r hitung >
r tabel, sedangkan instrumen dikatakan tidak valid jika r hitung < r tabel
r hitung < r tabel (0,361) yaitu pada soal nomor 13 dengan nilai r hitung
0,170. Soal yang tidak valid dihapuskan karena telah terwakili dengan soal
b. Uji Reliabilitas
fakta atau kenyataan diukur dan diamati berkali-kali dalam waktu yang
apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 maka kuesioner reliabel digunakan
r hitung 0,899 lebih besar dari nilai koefisien reliabilitas yaitu 0,6 sehingga
pengumpulan data.
1. Pengolahan data
sebagai berikut :
a. Editing
b. Coding
Normal :1
Sering :2
Baik :1
Kurang :2
c. Tabulating (Tabulasi)
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
masing variabel yang akan diteliti dengan cara mentabulasi data kemudian
b. Analisa Bivariat
48
(2011) apabila skala data variabel terdiri dari ordinal dan nominal maka
dapat menggunakan uji korelasi chi square (Setiawan dan Saryono, 2011).
signifikan adalah 0,05 sehingga apabila nilai p value > 0,05 maka Ho
nilai p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
sosial anak.
49
Tabel 3.2
Nilai Correlation Coeffecient
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
Yogyakarta
Yogyakarta
h. Ujian proposal
i. Revisi proposal sampai acc proposal oleh pembimbing penguji dan tim
skripsi
50
‘Aisyiyah Yogyakarta
l. Meminta surat izin uji validitas dan reliabilitas dari Universitas ‘Aisyiyah
Ngampilan Yogyakarta
Yogyakarta
o. Konsul hasil uji validitas dan reliabilitas, acc uji validitas dan reliabilitas
Yogyakarta
penelitian
penelitian dan jalannya penelitian serta asisten peneliti yaitu teman yang
Yogyakarta
responden, apabila terdapat data yang tidak lengkap maka peneliti segera
a. Pengumpulan data
c. Analisis data
d. Menyusun BAB IV
e. Menyusun BAB V
BAB IV
A. Hasil Penelitian
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini bertujuan
tahun 2019.
dengan guru dan sesama teman, kegiatan teladan seperti berpakaian rapi dan
anak serta mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin sejak dini pada
anak.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
sebagai berikut :
a. Karakteristik responden secara umum
54
secara umum.
sosial anak kategori baik sebanyak 8 orang ( 22,9%) dan kategori kurang
perkembangan sosial anak paling banyak baik terdapat pada usia 6 tahun
orang (58,3%).
3. Analisis Univariat
berikut :
(71,6%).
berikut :
58
pada pernyataan soal nomor 9, yaitu membahas tentang sikap anak saat di panggil
atau dinasihati orangtua ketika sedang bermain gadget, responden menjawab setuju
pernyataan soal nomor 14, yaitu membahas tentang emosi anak saat berselisih
4. Analisis Bivariat
kurang. Hasil uji data bivariat menggunakan analisis Chi Square, diperoleh nilai p
value sebesar 0,001< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
artinya memiliki keeratan yang cukup. Nilai koefisien korelasi yang positif
B. Pembahasan
gadget lebih dari dua kali dalam sehari atau durasi penggunaannya lebih dari
aplikasi game yang beraneka ragam membuat gadget lebih terlihat menarik
mengingat zaman yang semakin maju dan orangtua merasa terbantu dengan
63
keberadaan gadget karena anak akan lebih diam dirumah sambil bermain
gadget, akan tetapi tanpa disadari hal itu sangat berdampak pada tumbuh
ini sejalan dengan jurnal Rideout (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat
diera yang serba maju ini dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu
Bentuk dari gadget beraneka ragam, mulai dari laptop, smartphone, ipad,
pengguna di usia anak-anak ataupun dewasa. Salah satu faktor yang berperan
menit.
64
Berapakah frekuensi atau total waktu anak anda bermain gadget ( handphone,
tablet) dalam sehari. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar anak-
dengan frekuensi >2x sehari atau rentang waktu lebih dari 1 jam dalam setiap
kurangnya waktu dari orang tua dalam hal menemani anak untuk bermain.
responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) dan Pegawai Negri Sipil (PNS),
responden. Jenis pekerjaan tersebut menyita waktu orang tua karena tidak
bersama. Semakin sibuk pekerjaan orang tua, maka akan lebih sedikit pula
waktu yang digunakan untuk mendidik dan menemani anak. Selain itu,
orang tua, serta lingkungan yang ada di sekitar anak. Menurut hasil
65
penelitian, di dapatkan hasil bahwa usia anak yang paling banyak ditemukan
sebayanya. Jadi, apabila lingkungan atau teman sebaya anak ada yang
yang sangat signifikan antara anak yang sering menggunakan gadget dengan
anak yang bermain gadget dalam batas frekuensi normal. Hal ini
wiraswasta dan 11,1% orangtua bekerja sebagai guru sehingga pada siang
Adapun orangtua yang tidak bekerja akan lebih banyak waktu bersama anak
namun pekerjaan rumah tangga akan menjadi prioritas seorang Ibu Rumah
durasi yang tegas pada anak untuk bermain gadget sehingga waktu anak
pertumbuhan otak pada anak. Otak anak bertumbuh dengan cepat hingga dia
stimulasi lingkungan. Stimulasi berlebih dari gadget (hp, internet, tv, ipad,
efek sakit kepala. hal tersebut dapat terjadi karena posisi leher yang salah
dan otot mata yang tegang akibat penggunaan gadget yang lama.
Penggunaan gadget terlalu lama dengan posisi menatap yang salah dapat
mengakibatkan kelainan postur tubuh. Hal tersebut dapat terjadi karena saat
menjadi bungkuk.
yang ada pada gadget dapat membuat jari-jari menjadi kaku, terlebih anak
untuk selalu siaga untuk menekan tombol pada gadget. Bahaya penggunaan
gadget pada anak, juga membatasi gerak fisiknya yang membuat tumbuh
kembang fisik anak menjadi terlambat. Paparan teknologi sejak dini juga
pada anak. Gadget yang bisa di akses bebas oleh anak dapat meningkatkan
risiko obesitas sebanyak 30% karena anak lebih banyak diam dan tidak
hingga memiliki risiko tinggi stroke dini atau serangan jantung, serta usia
(2013) 75% anak usia 9-10 tahun mengalami kurang tidur karena
buruk pada nilai sekolah mereka, karena otak berkembang dengan baik saat
tidur, dan anak butuh tidur yang cukup agar otaknya bisa berfungsi dengan
baik.
perilaku bermasalah lainnya. Konten di media yang bisa diakses anak, dapat
menimbulkan sifat agresif pada anak. Kekerasan fisik dan seksual banyak
tersebar di internet, dan jika tidak dilakukan pengawasan, anak bisa terpapar
menyerang orang lain pada anak. Hal yang paling di takutkan adalah ketika
orangtua terlalu bergantung pada teknologi, mereka akan semakin jauh dari
anak. Untuk mengisi kekosongan ikatan dengan orangtua, anak juga mulai
span yang pendek. Dia jadi tidak fokus pada satu hal, dan mudah berganti
68
membuat anak susah memusatkan perhatian. Hal ini memicu kondisi yang
disebut pikun digital, karena anak yang terpapar teknologi terlalu banyak,
ponsel dan gadget tanpa kabel lainnya dalam kategori Risiko 2B (penyebab
dibanding orang dewasa. Karena otak anak dan sistem imun mereka masih
berkembang. Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa risiko pada anak sama
hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa
dari 81 responden. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner
yang telah diisi oleh responden, sebagian besar responden menyatakan setuju
bahwa anak mereka akan marah dan menangis apabila tidak diberikan izin
bermain gadget, anak akan marah apabila di ganggu ketika bermain gadget,
anak akanmarah apabila gadget yang dimainkannya di minta oleh orang tua,
meskipun dengan alasan dan penjelasan yang baik dari orang tua. Selain itu,
mereka juga setuju dengan pernyataan bahwa anak selalu ingin terlihat lebih
berebut gadget.
yaitu pola asuh dan bimbingan dari orang tua. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2015) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara
Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah
signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh. Pada
tua memiliki pekerjaan di luar rumah sehingga tidak seutuh waktunya bisa
belikan gadget khusus untuk anak sebagai bentuk rasa penyesalan karena
Orang tua yang hanya bekerja di rumah akan lebih fokus pada
kasih sayang dan perhatian dari orangtua. Akan tetapi tidak menutup
dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dalam pengawasan
orang tua. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh over protektif sehingga anak
yang terjadi adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Hal
menebus kesalahannya tanpa berpikir lebih lanjut permintaan anak itu baik
atau tidak untuk perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Adriana (2013) yaitu kurangnya
perhatian dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar
baik lingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun orangtua pada saat
mereka di rumah.
orang tua, anak sulit diatur, dan perilaku agresif merupakan masalah yang
dikarenakan gadget yang dipakai adalah gadget orangtua atau gadget yang
dengan kategori baik. Analisa data penelitian ini menggunakan uji Chi
Square pada tabel 2x2 dengan tingkat kesalahan (alpha) 5% atau 0,05.
berarti p value < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
72
Hasil penelitian kali ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
jangka pendek, akan tetapi akan semakin terlihat pada jangka panjang
yang produktif.
sosial anak. Penelitian ini sesuai juga dengan hasil penelitian Novitasari
dini pada anak dapat mempengaruhi interaksi sosial anak. Sejalan dengan
individualisme.
dengan yang cenderung memiliki kebiasaan bermain gadget lebih dari >2
kali atau >1 jam dalam setiap harinya, yaitu sebanyak 64 anak (79,0%).
agresif pada anak. Sejalan dengan teori Adriana (2011) yang menyatakan
atau orang tua kandung kepada anaknya, sehingga dapat dikatakan faktor
sekolah, masyarakat, serta pola asuh orangtua. Hal ini dibuktikan melalui
lingkungan teradap perkembangan sosial anak dengan hasil 0,000 < 0,05
anak dengan hasil 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa faktor pertama
dalam menempatkan diri dari lingkungan yang lebih luas ditetapkan oleh
faktor keluarga.
peran orang tua, serta lingkungan yang ada di sekitar anak. Masing-
Anak adalah amanat bagi orang tua, hatinya yang suci bagaikan
mutiara yang bagus dan bersih dari setiap kotoran dan goresanAnak
merupakan anugerah dan amanah dari Allah kepada manusia yang menjadi
orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dan masyarakat bertanggungjawab
penuh agar supaya anak dapat tumbuh dan berkembang manjadi manusia
yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan
pembinaan manusia yang jahat dan buruk, karena salah asuhan, tidak
berpendidikan dan tanpa norma-norma agama Islam. Oleh karena itu dalam
kaitannya dengan pemeliharaan dan pengasuhan anak ini, ajaran Islam yang
merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita
dapat terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari apa neraka adalah
C. Keterbatasan Penelitian
gadget dan sikap anak terhadap orangtua, peneliti tidak mengkaji lebih lanjut
faktor-faktor lain seperti status ekonomi, keutuhan keluarga, sikap dan kebiasaan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar anak bermain gadget dengan durasi frekuensi >2 kali sehari
orang (35,8%).
B. Saran
gadget tidak boleh lebih dari satu jam dalam sehari. Perlu ketegasan dan
tumbuh kembang anak dan pembatasan frekuensi dan durasi yang tegas
lingkungan, pola asuh anak, status gizi, sosial ekonomi geografis, dll.
79
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Medika
Salemba : Jakarta
Ahmad Susanto. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media
Group : Jakarta
Ardita V., Kadir A, dan Askar M.. (2012). Deteksi Perkembanagn Anak
Berdasarkan DDST di RW 1 Kelurahan Luminda Kecamatan Wara Utara Kota
Palopo. Jurnal STIKES. 1(2):2
Departemen Agama RI. (2018). Al-Qur’an dan Terjemahannya: Juz 1-30, Jakarta:
PT.Kumudasmoro Grafindo Semarang
Lestari, I., Riana, A.W. (2015). Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial dalam
Keluarga. Riset & PKM,2 (2), 147-300.
Mayar, Farida. (2013). Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagain Bibit
Untuk Masa Depan. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid1, Nomor 6, Npvember 2013.
hlm.459-464
Velderman M., Crone M., Wiefferink C & Reijneveld S.(2010). Identification and
Management of Psychosocial Problems Among Toddlers by Preventive Child
Health Care Professionals. European Journal of Public Health : 20(3):332-
338