Oleh :
IFIT FITRIANI
NPM. 07220200054
Skripsi
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, ASUPAN MAKAN DAN
PENYAKIT INFEKSI TERHADAP KEJADIAN GIZI
KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS BAYONGBONG
KABUPATEN GARUT
TAHUN 2023
Oleh :
IFIT FITRIANI
NPM. 07220200054
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
IFIT FITRIANI
NPM. 07220200054
Telah diuji dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian dari persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
ii
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
SKRIPSI, Agustus 2023
IFIT FITRIANI
07220200054
RINGKASAN
Pendahuluan…
Tujuan…
Metode…
Hasil…
Kesimpulan…
iii
PROGRAM STUDY OF MIDWIFERY PROGRAM APPLIED
UNDERGRADUATED
VOCATIONAL FACULTY
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
THESIS, January 2023
IFIT FITRIANI
07220200054
JUDUL…. TAHUN
VIII Chapter + .. Pages + .. Tables + .. Appendices
ABSTRACT
Pendahuluan…
Tujuan…
Metode…
Hasil…
Kesimpulan…
Keywords :…
References :…
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Ibu, Asupan Makan dan Penyakit Infeksi terhadap
Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Bayongbong Kabupaten Garut Tahun 2023”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. Jacub Chatib, sebagai Ketua Yayasan Indonesia Maju
2. Prof. Dr.Dr.dr. H. M. Hafizurrachman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM, selaku Rektor Universitas Indonesia Maju
(UIMA) sekaligus sebagai dosen pembimbing yang senantiasa mendampingi
penulis, serta berkenan untuk memberikan pengarahan serta dukungan dalam
membimbing penyusunan skripsi ini.
4. Susaldi, S.ST, M. Biomed, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju (UIMA)
5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes, selaku Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya dan
Keuangan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
6. Hidayani AM. Keb, SKM, MKM, selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju (UIMA)
7. Hedy Herdiana, MKM, selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju (UIMA)
8. Retno Sugesti, S.ST, M. Kes, selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan.
9. ……, selaku Dosen Penguji
10. Bapak/ibu Dosen Beserta Staf Pegawai Di Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
v
11. Teristimewa untuk kedua orang tua, suami dan keluarga….
12. Rekan-rekan dan sahabat …
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dan semoga bermanfaat pada penelitian
selanjutnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Isi
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
RINGKASAN........................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Urgensi Penelitian.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................7
1.4.1 Bagi Petugas Kesehatan...............................................................................7
1.4.2 Bagi Masyarakat...........................................................................................7
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan.............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 State Of The Art.............................................................................................8
2.1.1 Konsep Dasar Gizi Kurang (Underweight).................................................8
2.1.2 Asupan Makan............................................................................................18
2.1.3 Pengetahuan................................................................................................23
2.1.4 Penyakit Infeksi..........................................................................................27
2.2 Roadmap Penelitiaan.................................................................................30
2.3 Kerangka Teori...........................................................................................32
2.4 Kerangka Konsep.......................................................................................34
2.5 Definisi Operasional...................................................................................34
2.6 Hipotesis Penelitian....................................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................36
3.1 Jenis dan Desain Penelitian.......................................................................36
3.2 Populasi dan Sampel..................................................................................36
3.2.1 Populasi........................................................................................................36
i
3.2.2 Sampel..........................................................................................................37
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................39
3.4 Variabel Penelitian.....................................................................................39
3.5 Instumen Penelitian....................................................................................39
3.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas....................................................................39
3.7 Prosedur Pengumpulan Data....................................................................41
3.8 Analisis Data...............................................................................................42
3.9 Etika Penelitian...........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi anak usia balita merupakan masalah penting yang harus
diketahui oleh setiap orang tua. Ibu dengan gizi yang baik maka akan melahirkan
anak-anak yang bergizi baik pula. Anak-anak yang bergizi baik menjadi aset dan
sekaligus sebagai investasi Sumber Daya Manusia (SDM) kedepan. Ditinjau dari
sudut masalah kesehatan dan gizi, maka anak usia dini termasuk dalam golongan
masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses
pertumbuhan yang relatif pesat. Secara umum terdapat empat masalah gizi pada
anak usia dini di Indonesia yaitu; KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA
(Kurang Vit A), Kurang Yodium (Gondok Endemik), dan Kurang zat besi
menderita kekurangan gizi akut dan 2,2 juta anak-anak membutuhkan gizi yang
mendesak. Menurut penilaian PBB tentang nutrisi anak, dinyatakan sepertiga anak
di dunia atau hampir 700 juta balita di dunia kekurangan gizi atau kelebihan berat
Berdasarkan data Riskesdas (2018), prevalensi gizi kurang pada anak usia
dini sebesar 13,8%, yang berarti 212 masalah gizi dan kurang di Indonesia masih
1
2
17%. Oleh karena itu, prevalensi gizi kurang secara nasional harus diturunkan
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilakukan
Kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), didapatkan
persentase underweight (berat badan kurang dan sangat kurang) pada balita
2021, didapatkan balita dengan berat badan sangat kurang sebesar 1,2% dan berat
badan kurang sebesar 6,1%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Nusa
Bali.
sebesar 10,1 dan Kabupaten Cirebon sebesar 10,0, sedangkan prevalensi terendah
Jawa Barat tahun 2021 sebesar 3,7. Besaran prevalensi di Jawa Barat kurang dari
Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang
prima dan optimal. Status gizi merupakan gambaran tentang keadaan gizi
seseorang mengalami keadaan gizi yang baik atau buruk. Keadaan gizi dapat
berupa gizi kurang, baik, atau normal maupun gizi lebih. Kekurangan salah satu
zat gizi dapat menimbulkan penyakit berupa penyakit defisiensi (Bestari, 2017).
seluruh dunia. Masalah gizi kurang biasanya dialami oleh anak usia dini dan hal
ini perlu menjadi perhatian karena anak usia dini merupakan kelompok yang perlu
Kekurangan akan kebutuhan gizi pada masa anak-anak selain akan mengakibatkan
mencapai usia dewasa tubuhnya tidak akan tinggi serta jaringan-jaringan otot
kurang berkembang. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan
dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal (Sari, 2017).
secara langsung, pertama anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam
waktu yang cukup lama, dan kedua anak menderita penyakit infeksi dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang status gizi. Asupan makanan merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan status gizi balita. Pada anak dengan asupan
makan yang kurang baik berakibat pada status gizi anak yang tidak normal. Hal
4
ini dapat disebabkan karena asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan anak
sehari-hari. Demikian juga jika asupan makan anak lebih, maka akan
mengakibatkan terjadinya gizi lebih. Hal ini juga disebabkan karena banyak
asupan makanan yang dikonsumsi anak melebihi dari kebutahan gizi anak.
Asupan zat gizi dapat diperoleh dari zat gizi makro dan mikro (Kemenkes, 2017).
gizi ibu. Pengetahuan gizi mempengaruhi sikap dan perilaku ibu memilih jenis
pangan/ makanan yang tersedia dan dikonsumsi anak. Tingkat pengetahuan ibu
yang baik tentang gizi akan berpengaruh terhadap status gizi anaknya. Ibu yang
menyediakan makanan yang sehat dan bergizi bagi anaknya. Demikian juga, jika
pengetahuan ibu tentang gizi rendah maka ibu akan menyediakan makanan yang
apa adanya dan asal enak saja, tanpa memperhitungkan apakah makanan tersebut
menyebabkan terjadinya masalah gizi baik gizi kurang maupun gizi lebih.
pengetahuan ibu dengan status gizi anak (Alfiana, Meikawati, & Ismail, 2017).
Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi, maka ibu akan menyediakan
Balita yang menderita penyakit infeksi mempunyai risiko menderita gizi buruk
sebesar 5,6 kali dibanding yang tidak infeksi. Penyakit infeksi yang menyerang
gizi kurang dan gizi buruk. Sebagai reaksi akibat infeksi yakni menurunnya nafsu
makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan, yang berakibat
berkurangnya asupan zat gizi ke dalam tubuh. Penyakit infeksi dapat mengganggu
imunitas. Selain penyakit infeksi faktor yang mempengaruhi status gizi anak usia
Penyakit Infeksi terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Kerja
yang mengalami gizi kurang dari total balita sebanyak 2.316 atau sekitar 16,49%.
Sedangkan tahun 2022 mengalami peningkatan menjadi 421 balita mengalami gizi
kurang dari total balita sebanyak 2.396 atau sekitar 19,7% yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Dampak gizi kurang pada balita yang terjadi dilapangan yaitu
badan yang rendah, balita juga rentan terhadap penyakit seperti ditemukan beberapa
balita dengan gizi kurang banyak mengalami diare dan pneumonia serta dampak
Mengingat tingginya kasus kejadian gizi kurang sehingga perlu dikaji lebih
jauh tentang faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada balita supaya
mendapatkan penanganan yang optimal untuk itu peneliti ingin melakukan tentang
hubungan pengetahuan ibu, asupan makan dan penyakit infeksi terhadap kejadian
gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bayongbong Kabupaten
asupan makan dan penyakit infeksi terhadap kejadian gizi kurang pada balita di
asupan gizi, penyakit infeksi dan kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah
Tahun 2023.
Tahun 2023.
7
Tahun 2023.
kesehatan dalam memberikan asuhan pada balita terutama dalam hal penanganan
gizi buruk, sehingga dapat meminimalisir kejadian yang terjadi terhadap anak atau
keluarganya.
masa yang akan datang terutama bagi mahasiswa yang menerapkan asuhan
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh konsumsi gizi yang tidak cukup sesuai kebutuhan dalam jangka
waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah cadangan makanan yang berada di
(underweight) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan
kurang. Kategori ambang batas status gizi berdasarkan antropometri yaitu balita
dikatakan gizi kurang (underweight) apabila, Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk, yaitu keadaan kurang
kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan kematian.
pertumbuhan, membawa akibat tingkah laku yang tidak normal pada anak tersebut
serta kemampuan belajar yang kurang. Apabila keadaan gizi kurang cukup berat
8
9
maka efek akan terbawa hingga dewasa. Adapun beberapa hal yang dapat
a. Pertumbuhan
Berat badan tidak sesuai dengan usia, tinggi badan tidak sesuai dengan usia,
b. Perkembangan
Berat, besar otak tidak bertambah, tingkah laku anak tidak normal, tingkat
c. Produksi tenaga
tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang akan menjadi
d. Pertahanan tubuh
penyakit seperti pilek, batuk, diare atau penyakit infeksi y ang lebih
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat berpengaruh pada
mencapai pertumbuhan yang optimal pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun
setelah memasuki usia dewasa memiliki kecerdasan yang baik sebagai cara
f. Perilaku
tenang, cengeng, dan pada stadium lanjut anak bersifat apatis. Demikian juga
pada orang dewasa, akan menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi,
terhambatnya pertumbuhan tinggi badan. Pada kondisi ini sudah terjadi perubahan
kimia dalam darah atau urin. Selanjutnya akan terjadi perubahan fungsi tubuh
menjadi lemah dan mulai muncul tanda yang khas akibat kekurangan zat gizi
adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan
status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan,
11
lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri
antara lain alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran
dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah,
(Soekirman, 2015).
1) Parameter Antropometri
a) Umur
Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi
tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
b) Berat Badan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-
balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
lemak. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan
(Supariasa, 2016).
12
c) Tinggi badan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
2) Indeks Antropometri
indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut
maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu
labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
Kelebihan Indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih cepat
dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut
maupun acites, memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak
2016).
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
14
(2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa.
(1) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
(2) Pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus berdiri
(Soekirman, 2015).
pada kelompok balita. Dengan metode ini membutuhkan dua macam alat
melakukannya.
15
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Pengukuran
Status gizi anak balita dibedakan menjadi empat yaitu status gizi lebih
tidak aktif tersebut. Kategori berat badan lebih (gizi lebih) menurut WHO
NCHS yaitu >+2 SD. Tetapi masih banyak pendapat di masyarakat yang
mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat, sehingga banyak ibu yang
merasa bangga kalau anaknya gemuk, dan di satu pihak ada ibu yang kecewa
setiap bulan sesuai lengkungan grafik pada KMS dan berada pada pita warna
hijau, maka anak tersebut pasti sehat. Lebih-lebih kalau anak tersebut
lipatan kulit. Bentuk muka anak yang status gizi lebih atau obesitas tidak
proporsional, yaitu hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda, dan biasanya
Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai dengan
adanya penggunaan untuk aktivitas tubuh. Hal ini diwujudkan dengan adanya
keselarasan antara tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur
dan tinggi badan terhadap berat badan. Menurut Achmad Djaeni S (2016)
Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat gizi tersebut. Tubuh
yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan
perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan status gizi kurang
karena kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau mungkin mutunya rendah.
Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan
kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak
menimpa anak khususnya anak balita yang berusia di bawah lima tahun
karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh
akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk
c) Gizi kurang jika nilai Z score diantara >-3 SD sampai < -2SD
2.1.2.1 Pengertian
Asupan makan adalah segala jenis makanan dan minuman yang masuk dan
dikonsumsi tubuh setiap harinya dengan kandungan zat gizi dalam jenis maupun
jumlah yang dibutuhkan sesuai usia sehingga asupan makanan setiap kali makan
terdiri dari makanan pokok seperti nasi atau kentang sebagai sumber karbohidrat,
lauk pauk seperti ikan dan kacang - kacangan sebagai sumber protein hewani dan
nabati, sayur mayur seperti bayam, wortel, sebagai sumber vitamin dan mineral,
gizi sebagai sumber energi, pertumbuhan dan perthanan tubuh terhadap segala
dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat
atau intervensi untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mulai dari
Asupan makanan menjadi salah satu cara untuk mengetahui keadaan gizi
gangguan pencernaan atau absorbsi, dan kelebihan makanan. Asupan makan yang
perkembangan anak yang dapat dilihat dari status gizinya. Makanan menjadi
bagian yang terpenting dalam proses tumbuh dan berkembangnya anak mengingat
pada masa itu merupakan usia golden age atau masa keemasan. Kebutuhan makan
pengaturan asupan makanan yang sesuai dengan usia anak, makanan yang harus
vitamin, dan mineral (menu seimbang) yang dibutuhkan pada tingkat usianya.
1) Energi
keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari
lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari
sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram
Tabel 2.1.
Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita
2) Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai
standar untuk nilai gizi protein. Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam
umumnya diperkirakan 60% dari nilai gizi protein telur (Soekirman, 2015).
Tabel 2.2
Angka Kecukupan Protein Anak Balita (gr/kgBB sehari )
3) Lemak
dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire &
Beerman, 2017). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang
besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol
2015).
Tabel 2.3
Tingkat Kecukupan Lemak Anak Balita
Umur Gram
0-5 Bulan 31
6-11 Bulan 36
1-3 Tahun 44
4-6 Tahun 62
Sumber : Hardinsyah, 2015
Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih dikenal dengan
mineral.
jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin yang
larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam air
(vitamin A, D, E dan K). Satuan untuk vitamin yang larut dalam lemak
Sedangkan yang larut dalam air maka berbagai vitamin dapat diukur dengan
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ
(Soekirman, 2015).
Tabel 2.4
. Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Anak Balita
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah jumlah zat-zat gizi yang hendaknya
dikonsumsi setiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian dari diet
merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup
lama.
badan dan tinggi badan, genetika serta keadaan hamil dan menyusui. Anjuran
kesehatan orang pada umumnya. Kecukupan energi bayi dan balita relatif lebih
besar dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhan
23
masih sangat pesat. Disini juga tampak bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan
a. Menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi
makanan institusi.
penyakit ataupun bila kekurangan hanya marginal atau ringan dapat menimbulkan
gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsi. Bila
kekurangan tersebut hanya marginal saja, tidak dijumpai penyakit defisiensi yang
nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-
kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gzizi (Soekirman, 2015).
2.1.3 Pengetahuan
2.1.3.1 Pengertian
sentuhan dan perasa. Pengetahuan atau kognitif adalah suatu domain yang
suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar sesuai fakta.
atau materi tetapi masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
pengetahuan adalah:
a. Pendidikan
Pengetahuan bisa didapatkan dari informasi yang disampaikan oleh orang tua,
guru dan media masa. Sesorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang
25
b. Pekerjaan
tertentu.
c. Pengalaman
mungkin terjadi.
d. Keyakinan
e. Sosial budaya
f. Minat
pengetahuan, karena dengan adanya minat yang besar maka seseorang akan
g. Umur
26
maupun psikis.
h. Fasilitas
dengan adanya fasilitas yang memadai maka seseorang akan lebih mudah
mendapatkan informasi.
berasal dari luar. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Berdasarkan skala data rasio maka
b. Tingkat pengetahuan kategori kurang nilainya < 75% dari nilai maksimal
berkembang biak seh ingga menimbulkan penyakit. Infeksi pada balita merupakan
salah satu penyakit serius dengan angka mortalitas yang tinggi. Penyakit infeksi
dari satu atau banyak sel seperti bakteri, fungi, dan parasit serta virus. Penyakit
tubuh host dan kerusakan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan tanda klinis.
zat gizi serta dapat menyerang berbagai sistem organ pada tubuh anak. Kejadian
infeksi menyebabkan adanya gangguan pada metabolisme tubuh dan sistem imun
karena terjadi peradanagan. Selain karena asupan nutrisi tidak adekat akibat nafsu
mediator antara GH dengan pertumbuhan sel-sel otot dan tulang pada manusia
tergantung dari tingkat keparahan dan jangka kambuhnya penyakit yang sedang
dialami oleh bayi atau anak usia dini, jika tidak diberi nutrisi yang cukup untuk
pulih. Penyakit infeksi yang paling umum pada anak kecil biasanya diare dan
pernapasan akut yang dapat mengenai satu atau beberapa organ pada saluran
pernafasan dari hidung sampai alveoli disebabkan oleh agen infeksius seperti
bakteri, virus, atau jamur dan dapat ditularkan dari manusia ke manusia (Lestari,
et al., 2020). ISPA dengan gejala demam ≥ 38°C, dan batuk tidak lebih dari 10
hari sejak timbul gejala dan memerlukan perawatan rumah. Ada tiga unsur dalam
ISPA yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi ialah masuknya kuman
menimbulkan gejala penyakit. Infeksi akut adalah infeksi yang terjadi selama 14
hari meskipun beberapa penyakit seperti ISPA dapat terjadi infeksi >14 hari.
gizi. Balita yang kurang gizi dapat dengan mudah mengalami penyakit infeksi.
29
Oleh sebab itu penanganan yang baik pada penyakit infeksi dapat membantu
kebutuhan anak balita. Penyakit infeksi dalam tubuh anak dapat mempengaruhi
keadaan gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat terdapatnya infeksi ialah
berkurangnya nafsu makan anak sehingga tidak mau makan makanan yang
diberikan ibunya sehingga berkurangnya asupan zat gizi ke tubuh anak yang dapat
2.1.4.3 Diare
sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare dapat mengakibatkan demam, sakit
perut, penurunan nafsu makan, rasa lelah dan penurunan berat badan. Diare dapat
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan
minuman. Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat merusak selsel epitel tersebut. Sel–sel
epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga
fungsi sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya, vili–vili usus halus
dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus
halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak
cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
30
akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Utami & Luthfiana,
2016).
Manifestasi klinis dari diare yaitu mula-mula anak balita menjadi cengeng,
gelisah, demam, dan tidak nafsu makan. Tinja akan menjadi cair dandapat disertai
dengan lendir ataupun darah. Warna tinja dapat berubah menjadi kehijau–hijauan
menyebabkan anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet. Tinja semakin lama
semakin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
ditemukan sebelum atau sesudah diare. Muntah dapat disebabkan oleh lambung
yang meradang atau gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Utami &
Luthfiana, 2016).
diperlukan tubuh untuk sintesis jaringan dan pertumbuhan (20). Di samping itu,
gizi kurang bisa menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi karena menurunkan
2018)
Kerangka teori adalah hubungan antara konsep yang ingin diamati atau
Adapun kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kerangka Teori 1
Pengetahuan ibu
tentang gizi
Pola makan
Kerangka Teori 2
Pengetahuan ibu
Kebiasaan jajan
Gambar 2.2 Kerangka Teori 2
Sumber : Adha, F., Nurafrinis, N., & Aprilla, N. (2020). Hubungan pengetahuan
ibu tentang gizi, penyakit infeksi dan kebiasaan jajan dengan status gizi
anak usia dini di tk negeri pembina kecamatan kampar tahun
2019. Jurnal Kesehatan Tambusai, 1(1), 12-20.
34
Kerangka Teori 3
Asupan makan
Status gizi
Aktivitas fisik
konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang
Pengetahuan Ibu
Penyakit Infeksi
Tabel 2.2
Definisi Operasional
Alat Skala
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
Dependent
1 Kejadian Status gizi yang Pertanyaan Kuesioner 1. Gizi Ordinal
35
Alat Skala
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
Gizi Kurang didasarkan pada kepada Kurang
indeks berat responden jika Z
badan menurut dengan score -3
umur (BB/U) menggunakan hingga -2
yang merupakan kuesioner. 2. Normal
gabungan dari jika Z
istilah gizi buruk score -2
dan gizi kurang hingga +1
dengan Z score <
-2 standar deviasi
Independent
2 Pengetahuan Tingkat Pertanyaan Kuesioner 1. Kurang, Ordinal
ibu tentang pemahaman ibu kepada jika nilai <
gizi mengenai gizi responden mean
anak balita. dengan 2. Baik, jika
menggunakan nilai ≥
kuesioner. mean
3 Asupan Jumlah dan jenis Pertanyaan Kuesioner 1. Kurang, Ordinal
makan makanan atau kepada jika nilai <
minuman yang responden mean
dikonsumsi oleh dengan 2. Baik, jika
balita setiap hari menggunakan nilai ≥
yang dibutuhkan kuesioner mean
tubuh untuk
memelihara
pertumbuhan dan
perkembangan
balita.
4 Penyakit Keadaan dimana Pertanyaan Kuesioner 1. Ya, jika Ordinal
Infeksi balita pernah atau kepada orang pernah
tidaknya tua responden mengalam
menderita dengan i penyakit
penyakit infeksi menggunakan infeksi
berat dan atau kuesioner 2. Tidak, jika
infeksi ringan tidak
dalam 3 bulan pernah
terakhir. mengalam
i penyakit
infeksi
terhadap kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu, asupan makan dan penyakit infeksi
terhadap kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut
(Hidayat, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua/ibu/bapak
dengan anak balita umur 6-59 bulan yang di Wilayah Kerja Puskesmas
37
38
3.2.2 Sampel
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel
yang diambil haruslah dapat mewakili semua karakteristik yang terdapat pada
tingkat kesalahan 10% dan 5% dan peneliti menggunakan tingkat kesalahan 10%.
secara pasti atau tak terhingga yang dapat disebabkan karena bertambah atau
Keterangan :
( 1 , 96 )2 .0 ,5. (1−0 , 5)
n=
0 , 102
3,8416.0 ,5.(1−0 , 5)
n=
0 ,01
1,9208.0 ,5
n= 0 , 01
39
0 , 96
n = 0 , 01
n = 96
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 ibu balita di Wilayah Kerja
kemudian responden yang dirasa cocok dijadikan sebagai sumber data. Kriteria
inklusi adalah adalah kriteria atau ciri–ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat
ini adalah :
1. Balita yang mengalami cacat fisik yang tidak bisa diukur berat badan dan
tinggi badan.
Paru-paru.
40
Kabupaten Garut. Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan dimulai pada bulan
Agustus 2023.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
independen dalam penelitian ini yaitu pengetahuan ibu, asupan makan dan
penyakit infeksi, sedangkan variabel dependen yaitu kejadian gizi kurang pada
balita.
berupa pertanyaan dan pernyataan untuk yang diberikan kepada responden untuk
3.6.1 Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2017). Validitas yaitu suatu
41
instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
(Arikunto, 2016).
ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian. Uji validitas dilakukan
2) Jika r hitung < r tabel, maka dapat dikatakan item tidak valid
3.6.2 Reliabilitas
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau asas (ajeg) bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama. Uji reliabilitas yaitu suatu instrument cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan system
adalah alpha. Indeks reliabilitas juga bisa mengacu pada aturan Guilford:
Data penelitian adalah data yang didapatkan dari wawancara dan observasi
data berat badan, setelah itu data yang terkumpul di catat pada lembar survey/
lembar pengukuran. Alat ukur yang digunakan baru, dan sudah terstandarisasi.
manfaat penelitian ini dan kesediaan calon responden untuk menjadi responden.
dilakukannya penelitian.
9) Setelah kuesioner terisi, peneliti menarik kembali kuesioner yang telah diisi
oleh responden.
10) Setelah semua kuesioner terkumpul dengan jumlah data yang diperlukan
mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel bebas maupun
X
menggunakan rumus : P= × 100 %
N
Keterangan :P = Presentase
N = Jumlah total
berhubungan. Dalam analisis bivariate ini dilakukan beberapa tahap antara lain:
44
2) Analisis dari hasil uji statistik (Chi-Square test). Melihat dari hasil uji statistic
ini akan dapat disimpulkan adanya dua variable memiliki hubungan bermakna
atau tidak.
3) Analisa keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan melihat nilai
Keteranga:
X2 : chi square
Ʃ : Penjumlah
O : Observasi (Pengamatan)
E : Diharapkan
ditolak.
1) Bila p-value >0,05 maka H0 gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan
2) Bila p-value <0,05 maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara
Apabila uji chi square yang digunakan memiliki nilai (E) 1 dan nilai
harapan (E) > 5 dimana nilai salah satu sel nya lebih besar dari 20%, maka uji chi
square tidak dapat dilakukan dan sebagai gantinya dilakukan uji “fisher exatc test”
instansi tempat penelitian hal ini diajukan kepada Kepala Puskesmas Bayongbong
peneliti. Jika responden menolak diteliti maka peneliti tidak akan memkasa
2) Kerahasiaan (Confidentiality)
DAFTAR PUSTAKA
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Nama : __________________
Orang Tua dari : __________________
Dengan ini saya menyatakan Bersedia / Tidak Bersedia*) untuk ikut dalam
Penyakit Infeksi terhadap Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Kerja
Saya mengerti bahwa ikut partisipasi atau penolakan ini tidak merugikan
saya dan saya juga mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini akan sangat
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela serta tanpa
paksaan dari pihak manapun juga, dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
(___________________)
KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Ibu, Asupan Makan dan Penyakit Infeksi terhadap
Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Bayongbong Kabupaten Garut Tahun 2023
Petunjuk :
1. Beri tanda silang (X) pada kotak pertanyaan yang Ibu/saudara anggap benar.
2. Jika Ibu/Saudara salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut, dan beri
tanda silang pada jawaban yang dianggap benar.
A. Data Demografi/Identitas Ibu
1. Inisial Nama Responden : ....................................
2. Alamat : ....................................
E. Asupan Makan
Keterangan :
S = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah
No Pertanyaan S SR KK TP
1 Saya menyusun menu untuk anak mengikuti
pola menu keluarga
2 Saya memperhatikan komposisi zat gizi dan
variasi menu dalam menyusun menu untuk
anak
3 Penyusunan menu untuk anak berdasarkan
pada makanan yang saya senangi
4 Saya mengikutsertakan anak dalam
menentukan menu makanan yang hendak
dimakannya
5 Sebelum menentukan jumlah dan jenis bahan
makanan sehari yang diberikan kepada anak,
saya menghitung kebutuhan zat gizi anak
terlebih dahulu
6 Bahan makanan yang saya olah untuk anak
berasal dari hasil panen sendiri
7 Saya menggunakan bahan makanan yang masih
segar dan berkualitas baik dalam mengolah
makanan untuk anak
8 Cara pengolahan yang saya lakukan dalam
mengolah makanan untuk anak bervariasi
53