Anda di halaman 1dari 135

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN MINIMARKET

TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA TOKO KELONTONG


(STUDI KASUS DI WILAYAH KELURAHAN SRENGSENG,
KECAMATAN KEMBANGAN, JAKARTA BARAT)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Rina Arnisyah

NIM : 1113015000064

KONSENTRASI EKONOMI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ABSTRAK

Rina Arnisyah (1113015000064), Analisis Dampak Keberadaan Minimarket


Modern Terhadap Kelangsungan Usaha Toko Kelontong (Studi Kasus di
Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat). Skripsi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

Pasar modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di Indonesia saat


ini adalah minimarket dengan konsep waralaba. Perkembangan minimarket
berpotensi menimbulkan penyalahgunaan posisi dominan. Penyebarannya pun
telah memasuki wilayah-wilayah pemukiman. Tumbuh pesatnya minimarket di
wilayah pemukiman dengan jarak yang saling berdekatan berdampak buruk bagi
toko kelontong. Omset penjualan dan keuntungannya usaha mengalami perubahan
yang semakin menurun. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ini bertujuan untuk
menganalisis dampak keberadaan minimarket terhadap kelangsungan usaha toko
kelontong (Studi kasus di Kelurahan Srengseng, Jakarta Barat).
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, melalui wawancara
dan observasi. Ada 5 responden toko kelontong di Kelurahan Srengseng yang
menjadi objek penelitian. Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini
mengunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian ini
bertujuan, (1) Mengetahui persepsi pemilik toko kelontong terhadap keberadaan
pasar modern, (2) Mengeatahui dampak keberadaan pasar modern terhadap usaha
toko kelontong, (3) Mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah tentang pasar
modern. (4) Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha kelontong untuk
mempertahankan eksistensi usahanya.
Analisis Kualitatif menggunakan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: 1. persepsi negative pemilik
toko kelontong terhadap keberadaan pasar modern termasuk dalam katagori
tinggi. 2. Keberadaan Minimarket modern terhadap toko kelontong berdampak
negatif pada omzet, pendapatan dan jumlah pelanggan. 3. Implementasi peraturan
pemerintah tentang pasar modern belum berjalan sebagaimana mestinya. 4. Upaya
yang dilakukan pemilik toko kelontong untuk mempertahankan eksistensi
usahanya sangat minim.

Kata Kunci : Dampak, Minimarket, Toko Kelontong

iv
ABSTRACT

Rina Arnisyah (1113015000064), the impact analysis of existance of minimarkets


to grocery stores (case study in Srengseng village, Kembangan sub-district, west
Jakarta). Dapertment of social science education, faculty of tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
The modern market which runs into rapid growth in Indonesia nowdays is
minimarket by francise concept. The development of minimarkets has the potential
to cause abuse of a dominant position. Its distribution has also entered residential
areas. The rapid growth of minimarkets in residential areas close to each other is
bad for grocery stores. Sales turnover and profitability of the business underwent
a downward change. Based on these reasons, this research aims to analyze the
impact to the existence of minimarket on the continuity of the grocery store
business (Case study in Srengseng Village, West Jakarta).
The study used pimary and secondary date, through interviews and
observations. There were 5 respondents of grocery stores in Srengseng Village
who were the objects of this research. To achieve the objectives in this study using
qualitative research types with case study methods. This study aims, (1) Knowing
the grocery store owner’s perception on the existence of modern market, (2)
Knowing the impact of the existence of modern market on the grocery store
business, (3) Knowing the implementation of Government Regulations on the
modern market, (4) Knowing the efforts made by grocery business actors to
maintain the existence of their businesses.
Qualitative analysis used data reduction, data presentation, and drawing
conclusions. The results showed: 1. Negative perceptions of grocery store owners
regarding the existence of modern markets are included in the high category. 2.
The existence of modern minimarket on grocery stores has negative impact on
turnover, revenue and number of customers. 3. The implementation of goverment
regulations on modern markets has not proceeded properly. 4. The efforts by
grocery store owners to maintain their business existence are minimal.

Keywords: impact, Minimarket, grocery stores

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat


Allah SWT, karena segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan
jahiliyah menuju jalan yang terang benderang dengan Agama Islam yang
dibawanya menjadi penyelamat dan mengantarkan pemeluknya menuju
kedamaian di dunia maupun di akhirat.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si. selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Dr. Abd. Rozak, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.
4. Bapak Iwan Purwanto, M.Pd. selaku dosem pembimbing skripsi I dan Ibu
Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk terus membantu dalam
membimbing sampai selesainya penulisan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut
ilmu semasa perkuliahan berlangsung.
6. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah
bekerja dengan baik melayani mahasiswa.

vi
7. Bapak Ratmawan selaku Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
serta seluruh pemilik toko kelontong tradisional yang telah mengizinkan
peneliti dalam melakukan wawancara guna mencari informasi terkait
penelitian mengenai persaingan usaha.
8. Kepada kedua orang tuaku Bapak Arsyad dan Ibu Bayanah, yang tercinta dan
tidak pernah henti dalam membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap
dikala peneliti kesulitan. Serta Ahmad Bayhaqi, Syaiful Bahri, Zainudin
selaku abang yang selalu memberi dukungan.
9. Kepada kedua mertua saya Ayah Nasrudin dan ibu Marhumah yang tercinta
dan tidak pernah henti dalam membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu
siap dikala peneliti kesulitan. Serta ade ipar saya Gita Ismardini yang selalu
memberi dukungan.
10. Kepada suamiku tersayang Panji Arrajab yang selalu menemani dalam
melakukan penelitian dan memberi motivasi agar peneliti segera
menyelesaikan skripsi dengan cepat. Serta untuk anakku tercinta Harun
Arrasyid yang selalu menggangu dan mengibur peneliti dalam menyusun
skripsi.
11. Kepada sahabat-sahabatku selama di kampus yang biasanya disebut teteh kiki,
Hanipah, ipeh, dan yang sudah menjadi sahabat terbaik di segala situasi dan
kondisi.
12. Teman-teman seperjuangan Sosial 2013 terutama jurusan Ekonomi yang
sudah menemani serta berjuang bersama dalam menempuh pendidikan.
13. Serta nama-nama yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan
berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap
skripsiyang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu
persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

vii
Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi
diri,penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan
dan hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya
ucapkan terima kasih.

Jakarta, 5 November 2019


Penulis,

Rina Arnisyah

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABLE .......................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1


A. Latar belakang Masalah ...................................................................................1
B. Identitas Masalah .............................................................................................5
C. Batasan Masalah ..............................................................................................6
D. Perumusan Masalah .........................................................................................6
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................7
F. Manfaat Penelitian............................................................................................7

BAB II. KAJIAN TEORETIK .............................................................................9


A. Deskripsi Teoretik ...........................................................................................9
1. Dampak .........................................................................................................9
a. Pengertian Dampak ..................................................................................9
2. Konsep Pasar...............................................................................................10
a. Pengertian Pasar .....................................................................................10
b. Jenis-Jenis Pasar .....................................................................................12
3. Ritel.............................................................................................................17
a. Pengertian Ritel .....................................................................................17
b. Jenis-Jenis Usaha Ritel ..........................................................................18
4. Minimarket..................................................................................................23

vii
a. Pengertian Minimarket ...........................................................................23
b. Karakteristik Minimarket .......................................................................25
c. Profil Minimarket Indomaret dan Alfamart ............................................... 27
5. Warung Kelontong ......................................................................................30
a. PengertianWarung Kelontong ...............................................................30
b. Keunggulan Warung Kelontong ...........................................................31
B. Penelitian Relevan .........................................................................................33
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................................36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................38


A. Tempat dan waktu Penelitian ........................................................................38
B. Latar Penelitian (Setting) ...............................................................................39
C. Metode Penelitian ..........................................................................................39
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...............................................40
1. Metode Field Research (Penelitian Lapangan) ...........................................40
2. Metode Library (Penelitian Perpustakaan) .................................................45
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ............................................45
F. Analisa Data ...................................................................................................47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................49


A. Deskripsi Data ...............................................................................................49
1. Gambaran umum Kelurahan Srengseng Jakarta Barat ...............................49
2. Penduduk dan Tenaga Kerja .......................................................................50
a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ......................................50
b. Karakteristik Penduduk Menurut Umur
Produktif dan Non Produktif ...............................................................50
c. Gambaran Umum Pemilik Warung Kelontong ......................................51
B. Hasil Penelitian ..............................................................................................58
1. Implementasi Peraturan Tentang Pendirian Minimarket Dikelurahan
Srengseng Jakarta Barat .............................................................................58
2. Persepsi Pelaku Usaha Toko Kelontong Terhadap Keberadaan

viii
Minimarket......................................................................................................62
3.Dampak Keberadaan Minimarket Terhadap Toko Kelontong ....................63
4. Upaya yang dilakukan Pelaku Usaha Warung Kelontong dalam
Mempertahankan Eksitensi Usahanya ...........................................................71
C. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................................73
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................82

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................83


A. Kesimpulan ....................................................................................................83
B. Implikasi ........................................................................................................84
C. Saran ..............................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................................ 34


DAFTAR TABLE

Table 2.1 Gerai Minimarket dikelurahan Srengseng ........................................................... 16


Table 2.2 Penelitian Relevan ................................................................................................ 30
Table 3.1 Jadwal Kegiatan ................................................................................................... 37
Table 3.2 Pedoman Observasi .............................................................................................. 40
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Dampak Keberadaan Minimarket .................. 41
Tabel 3.4 Kisi- Kisi Wawancara Upaya yang Dilakukan
Untuk Mempertahankan Eksistensi Usaha Toko Kelontong .............................. 42
Table 4.1 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Srengseng jakarta
Barat Tahun 2017 ................................................................................................. 48
Table 4.2 Banyaknya Penduduk Menurut Umur Produktif dan non Produktif di Kelurahan
Srengseng Tahun 2017 ......................................................................................... 49
Table 4.3 Lama Usaha Pemilik Warung Kelontong ........................................................... 51
Table 4.4 Kota Asal Pemilik Warung Kelontong ................................................................ 52
Table 4.5 Pendidikan Terakhir Pemilik Warung Kelontong ................................................ 53
Table 4.6 Warung Kelontong Usaha Utama ........................................................................ 54
Table 4.7 Perubahan Jumlah Pendapatan pemilik Warung Kelontong ................................ 66
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan pasar di Indonesia semakin luas seiring
dengan perkembangan ekonominya. Menurut klasifikasinya,
saat ini pasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pasar modern
dan pasar tradisional. Akan tetapi, perkembangan pasar modern
di Indonesia meningkat lebih pesat dibandingkan
perkembangan pasar tradisionalnya. Pembangunan pasar
modern yang berkembang pesat, dirasakan oleh banyak pihak
berdampak terhadap eksistensi pasar tradisional dan para
pelaku usaha sejenis disekitarnya. Dalam Survei AC Nielsen
menyatakan “dari total 5.000 mini market di Indonesia,
Alfamart mampu menguasai pangsa pasar sebesar 33%.
Alfamart menduduki posisi ke2 setelah Indomart dengan
market share 35%”.1 Maka tidak menutup kemungkinan bahwa
pasar tradisional akan punah.
Salah satu persaingan yang harus di hadapi pebisnis kecil
antara lain, pesatnya pembangunan pasar modern yang
dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan
pasar tradisional yang sebagian besar adalah usaha kecil
perorangan. Disatu sisi, pasar modern dikelola secara
profesional dengan fasilitas yang serba lengkap. Di sisi lain
pasar tradisional masih disibukkan dengan permasalahan klasik
seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidak
nyamanan berbelanja. Pasar modern dan pasar tradisional
bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel.

1
Rusno. Dampak Pesatnya Minimarket Waralaba Terhadap Usaha Kecil (Jenis Ritel).
Jurnal Ekonomi Modernisasi, Volume 4, nomor 1, oktober 2010, hal. 195

1
2

Kebutuhan akan pasar yang merupakan akses untuk


memenuhi kebutuhan hidup di mana transaksi kebutuhan antar
pedagang dan konsumen berkembang dengan pesatnya, hal ini
jika ditinjau di berbagai daerah muncullah bentuk-bentuk pasar
kecil Minimarket (Ritel). Minimarket dengan sistem waralaba
pertama adalah Indomart pada 1988, pada awalnya memang
tidak menyolok karena masyarakat cenderung mengandalkan
toko-toko kelontong di sekitar pemukimannya untuk belanja
sehari-hari. 2
Perkembangan luar biasa ritel waralaba dengan pangsa
pasar hingga kini mencapai hampir 70% (khusus Alfamart dan
Indomaret) tentu mempunyai dampak bagi usaha ritel serupa
yang memiliki skala lebih kecil seperti pada toko -toko yang
ada di pemukiman.3
Pemerintah telah membuat kebijakan dan peraturan yang
tertuang dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendagri
No. 53 Tahun 2008.4 yang mengatur tentang pasar modern dan
pasar tradisional. Akan tetapi, pada kenyataannya peraturan
tersebut tidak diimplementasikan dengan baik. Banyak
peraturan yang tidak dipatuhi oleh pendiri pasar modern,
misalnya masalah perizinan, jarak yang terlalu dekat dengan
pasar tradisional, penyediaan tempat usaha bagi pedagang
kecil.5

2
Agus Susilo & Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel
Kopersi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010, hal.2
3
Rusno. Dampak Pesatnya Minimarket Waralaba Terhadap Usaha Kecil (Jenis Ritel).
Jurnal Ekonomi Modernisasi, Volume 4, nomor 1, oktober 2010, hal. 195
4
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern.
5
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern..
3

Keberadaan pasar modern juga menimbulkan persepsi


yang berbeda-beda dari setiap kalangan masyarakat. Ada
kelompok masyarakat yang berpandangan positif terhadap
keberadaan pasar modern. Misalnya bagi masyarakat kelas
menengah ke atas, keberadaan pasar modern sangat
menguntungkan karena mereka dapat berbelanja dengan
nyaman dan leluasa di pasar modern. Akan tetapi, tidak jarang
yang memiliki pandangan negatif atas keberadaannya. Mereka
merasa dirugikan dengan kehadiran pasar modern di
lingkungan sekitarnya.
Di Kelurahan Srengseng terdapat 3 Jenis pasar modern
(Alfamart, Indomart, dan Alfamidi) yang sudah berdiri. Pasar
modern tersebut juga memiliki jarak yang sangat dekat dengan
Warung Kelontong yang ada di sekitarnya. Keberadaan pasar
modern akan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.
Secara ekonomi, keberadaan pasar modern memiliki dampak
terhadap pola perilaku konsumen di lingkungan sekitar, dan
juga pelaku usaha ritel lain di sekitar wilayah berdirinya pasar
modern tersebut.
Keberadaan pasar modern akan berpengaruh terhadap
pola perubahan berbelanja masyarakat. Masyarakat banyak
yang memilih untuk berbelanja di pasar modern dengan
berbagai alasan. Misalnya, di satu sisi pasar modern dikelola
secara profesional dengan fasilitas yang serba ada seperti arena
bermain untuk anak-anak, Air Conditioner (AC), dan aja juga
yang dilengkapi dengan mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Kemudahan, kenyamanan, tersedianya berbagai
fasilitas, dan perbedaan harga menjadi alasan bagi masyarakat
untuk memilih berbelanja di pasar modern.
Penurunan pendapatan pada hampir semua pedagang
yang disebabkan karena pedagang kelontong tidak mampu
4

bersaing dengan minimarket dalam hal harga dan variasi/


keberagaman barang dagangan serta jarak yang cukup
berdekatan. Hal ini membuat jumlah konsumen yang
berbelanja di warung kelontong mengalami penurunan.
Dampak lain dari keberadaan minimarket terhadap pedagang
kelontong adalah berkurangnya keuntungan yang berakibat dari
makin sedikitnya jumlah modal yang dapat dikumpulkan.6
Jarak pasar modern yang sangat dekat dengan warung
kelontong, serta perubahan pola berbelanja masyarakat tentu
akan berpengaruh pada omset penjualan ritel kelontong
terutama untuk pelaku usaha ritel yang menjual barang
dagangan sama dengan yang ada di pasar modern. Pelaku
usaha ritel harus memiliki strategi dalam upaya
mempertahankan eksistensi usahanya.7
Pedagang ditoko kelontong harus bersikeras
memikirkan pengadaan barang dan menjualnya kembali kepada
konsumen dengan harga yang bisa dikatakan biasa. Sedangkan
gerai minimarket tanpa harus memikirkan pasokan barang yang
akan dijual karena setiap bulan barang-barang yang akan dijual
tetap didatangkan sehingga perputaran perdagangan barang
tidak terputus dan persediaan barang tetap terjaga. Gerai
minimarket juga melakukan inovasi terhadap fitur-fitur
perbelanjaan yakni dengan menjual pulsa elektronik dan tiket
kereta api, gas dan galon air mineral. Sehingga membuat
antusias masyarakat sangat tinggi dalam melakukan kegiatan
belanja digerai ini, karena alasan kenyamanan kemudahan serta

6
Jeri Setiawan. Pengaruh Keberadaan Minimarket terhadap Pendapatan Pedagang
Kelontong di Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta: UNJ
2010
7
Wilda Nuraftia dan Irawati. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Omset Pedagang
Tradisional di Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi (Studi Kebijakan
Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2007 tentang Minimarket). Jurnal Madani Edisi II (2011: 52-
61).
5

banyak fitur serta promo yang ditawarkan. Menurut peneliti


diduga bahwa hal tersebut semakin membuat menurunnya
omset pedagang di pasar tradisional, dan juga aspek-aspek
lainnya seperti tingkat kesejahteraan kehidupan, kesehatan,
pekerjaan lain, pendidikan, dan juga interaksi sosial.
Dari kenyataan di atas, penelitian mengenai pengaruh
munculnya minimarket modern terhadap usaha kelontong telah
beberapa kali dilakukan oleh peneliti lainnya di wilayah lain
maupun kota lain di Indonesia. Maka dari itu Berdasarkan
permasalahan atau latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ANALISIS DAMPAK
KEBERADAAN MINIMARKET TERHADAP
KELANGSUNGAN USAHA TOKO KELONTONG (Studi
Kasus di wilayah kelurahan srengseng, kecamatan
kembangan, Jakarta Barat)”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mencoba
mengidentifikasi permasalahan untuk memfokuskan masalah
yang diteliti dan dianalisis, sebagai berikut:
1. Perkembangan minimarket berdampak pada eksistensi
usaha toko kelontong dan usaha sejenisnya. Keberadaan
toko kelontong sangat terancam dengan hadirnya
minimarket modern.
2. Pembangunan minimarket terus meningkat, sedangkan
usaha toko mulai menghilang.
3. Implementasi peraturan dan kebijakan pemerintah dalam
Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendagri No. 53
Tahun 2008 tidak berjalan semestinya. Banyak peraturan-
peraturan yang dilanggar dalam pendirian minimarket.
6

4. Keberadaan minimarket menimbulkan persepsi yang


berbeda-beda bagi masyarakat. Persepsi tersebut, dapat
berupa persepsi positif dan persepsi negatif
5. Keberadaan minimarket mengubah pola konsumsi
masyarakat di sekitarnya. Sebagian masyarakat berpindah
dari berbelanja di toko kelontong ke minimarket modern.
6. Keberadaan minimarket memiliki dampak terhadap usaha
toko kelontong. Dampak tersebut dapat berupa perubahan
omset, keuntungan, jumlah konsumen, dan bahkan
berdampak pada eksistensi usaha mereka yang cenderung
menurun

C. Batasan masalah
Masalah penelitian dibatasi pada pembahasan
mengenai:
1. Implementasi kebijakan pemerintah dalam Perpres No. 112
Tahun 2007 dan Permendag No.53 Tahun 2008 tentang
minimarket di wilayah Srengseng Jakarta Barat.
2. Persepsi pelaku usaha toko kelontong terhadap keberadaan
minimarket ?
3. Dampak keberadaan minimarket terhadap usaha toko
kelontong dilihat dari segi omset, pendapatan dan jumlah
konsumen?
4. Upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha toko kelontong
untuk menjaga eksistensi usahanya?

D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba
merumuskan permasalahan untuk memfokuskan masalah yang
diteliti dan dianalisis dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
7

1. Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah dalam


Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendagri No. 53
Tahun 2008 tentang minimarket di wilayah Srengseng,
Kembangan, Jakarta Barat?
2. Bagaimana persepsi pelaku usaha toko kelontong terhadap
keberadaan minimarket?
3. Bagaimana dampak keberadaan minimarket terhadap usaha
toko kelontong dilihat dari segi omset, pendapatan dan
jumlah konsumen?
4. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha toko
kelontong untuk menjaga eksistensi usahanya?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. implementasi kebijakan pemerintah dalam Perpres No. 112
Tahun 2007 dan Permendagri No. 53 Tahun 2008 tentang
minimarket di wilayah Srengseng, Kembangan, Jakarta
Barat.
2. Persepsi pelaku usaha toko kelontong terhadap keberadaan
minimarket.
3. Dampak keberadaan minimarket terhadap usaha toko
kelontong dilihat dari segi omset, keuntungan, dan jumlah
konsumen.
4. Upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha toko kelontong
untuk menjaga eksistensi usahanya.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan ilmu pengetahuan baru dalam bidang
8

ekonomi. Terutama bagi penelitian lainya, pembuatan


kebijakan, dan Masyarakat daerah.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan dan manfaat terutama bagi :
a. Bagi Masyarakat
Semoga menjadi bahan motivasi dan informasi
dalam membuka usaha
b. Pemerintah Daerah
Agar pemerintah daerah khususnya dapat
mengambil kebijakan dengan tepat dalam menangani
masalah pasar modern di wilayahnya agar
kesejahteraan, pembangunan ekonomi berjalan dengan
baik.
c. Bagi Universitas
Sebagai bahan referensi baru bagi mahasiswa-
mahasiswi yang meneliti tentang dampak keberadaan
minimarket.
BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Teoretik
1. Dampak
a. Pengertian Dampak
Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “adalah
benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun
negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang.”1 Pengaruh sendiri adalah suatu keadaan dimana ada hubungan
timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi
dengan apa yang dipengaruhi.
Dari penjabaran diatas maka dapat dibagi dampak ke dalam dua
pengertian yaitu ;
1) Pengertian Dampak Positif
Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,
mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar
mereka mengikuti atau mendukung keinginannya. Sedangkan positif
adalah pasti atau tegas dan nyata dari suatu pikiran terutama
memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah suasana jiwa yang
mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,
kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimism.
Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui
usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak
membelokkan fokus mental seseorang pada yang negatif. Bagi orang yang
berpikiran positif mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir buruk maka ia
akan segera memulihkan dirinya.
Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak positif adalah keinginan
untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada

1
https://kbbi.web.id/dampak. Diakses pada tanggal 11 maret 2018

9
10

orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung


keinginannya yang baik.
2) Pengertian Dampak Negatif
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif. Berdasarkan beberapa
penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang
lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya.
Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak negatif adalah keinginan
untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada
orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung
keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat tertentu.

2. Konsep Pasar
a. Pengertian Pasar
Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar memiliki arti yang lebih
luas daripada hanya sekedar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli
untuk mengadakan transaksi jual beli barang dan jasa. Pengertian pasar
tidak harus dikaitkan dengan suatu tempat yang dinamakan pasar dalam
pengertian sehari-hari. Rita Hanafie mengatakan bahwa “Pasar mencakup
keseluruhan permintaan dan penawaran, serta seluruh kontak antara
penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa”2
Menurut Waluyo Hadi & Dini Hastuti Dalam kamus Ekonomi &
Bisnis “Pasar merupakan tempat terjadinya penawaran dan permintaan
antara penjual yang ingin menukarkan barang-barangnya dengan uang dan
pembeli yang ini menukarkan uangnya dengan barang atau jasa”3
Sementara itu, Budiono menyatakan bahwa “Pasar adalah
pertemuan antara kurva permintaan dan penawaran. Suatu pasar yaitu di
mana saja terjadi traksaksi antara penjual dan pembeli. Jenis barang atau

2
Rita Hanafi. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset, 2010. hal.176
3
Waluyo Hadi, Dini Hastuti. Kamus Terbaru Ekonomi dan Bisnis. Surabaya: Reality
Publisher, 2011. hal.364-365
11

jasa yang ditransaksikan dapat berupa barang atau jasa apapun, mulai dari
beras, sayur-mayur, jasa angkutan, uang, maupun tenaga kerja” 4
Pasar adalah “tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli
untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang
mana menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar
tradisional dan pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat
digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar grosir”.5
Dari beberapa pengertian pasar diatas, penulis menyimpulkan
bahwa pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran
barang dan jasa, tidak harus berwujud tempat seperti dalam pengertian
sehari-hari. Pasar dapat memiliki bentuk yang konkrit/terpusat atau
abstrak/ tidak terpusat. Karakteristik yang paling penting agar sesuatu
dapat disebut sebagai pasar adalah adanya pembeli dan penjual serta
barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Pasar juga sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual
dengan pembeli. Dalam hal ini, penjual dan pembeli tidak perlu bertemu
muka, dapat melalui surat atau telepon, melalui media online, melalui
iklan atau dengan bantuan perantara, selama kedua belah pihak dapat
saling mengerti keinginan masing-masing.
Dapat dipahami dari pernyataan diatas bahwa pasar
diklasifikasikan menjadi pasar tradisional yang identik dengan tempat
yang kotor dan bau, pasar modern yang identik dengan tempatnya yang
bersih, pasar eceran yang identik dengan barang satuan/penjualan dalam
kualitas sedikit, dan pasar grosir yang identik dengan penjualan dalam
kualitas besar.

4
Budiono. Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro.Yogyakarta: BPPE, 2002.
hal.43
5
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998
tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan
12

b. Jenis-jenis Pasar
1) Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah “pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, Swasta, Koperasi, atau Swadaya Masyarakat dengan
tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda, yang dimiliki atau
dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan
usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui
tawar menawar”.6
Dibangun berupa toko, kios, los dan tenda, yang terlepas dari
kata mewah, nyaman, teratur, bersih, sejuk, dan wangi, serta adanya
tawar menawar dalam transaksi. meggambarkan bahwa pasar
tradisional lebih terarah kepada masyarakat menengah dan kebawah.
Pasar tradisional “biasanya yang terdiri atas kios-kios atau gerai
yang dibuka oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti, bahan-bahan makanan, berupa ikan, nuah, sayuran dan lain-
lain”.7
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan pasar
tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan
biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunanya biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka. Biasanya kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari. Seperti berupa makanan, sayuran,
buah-buahan, pakaian, jasa, dan barang-barang lainya. Pasar seperti ini
masih banyak ditemukan di Indonesia. Biasanya pasar seperti ini
terdapat di kawasan perumahan.
Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang
sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia.
Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar
6
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997
tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan
7
Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini!, Jakarta, 2011,
Hal.10
13

tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar


tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya
pengangguran di Indonesia. Pasar tradisional biasanya
terhubung dengan toko-toko kecil di dusun-dusun sebagai
tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga terhubung
dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi
sentral kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di
sekitarnya. Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi
masyarakat.8

Pasar tradisional juga dapat dikatakan sebagai sumber, sumber


dimana berbagai komoditas yang mayoritas adalah barang sehari-hari
dapat diperoleh dalam skala besar untuk selanjutnya didistribusikan
lewat toko-toko kecil sebelum pada akhirnya sampai ke tangan
masyarakat selaku konsumen.
2) Pasar Modern
Pasar modern adalah “tempat penjualan barang-barang
kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana
penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan
(konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan
membayar ke kasir)”9
Disini kosumen mengambil sendiri barang-barang belanjaan
yang ingin dibeli, dengan fasilitas penataan barang yang teratur dan
terkelompok berdasarkan jenisnya (sayuran, daging dan ikan,
makanan kemasan, minuman, dll), barang-barang terpilih dengan
kualitas yang baik, harga jelas yang tertera di barcode setiap barang,
serta datang sendiri ke bagian kasir untuk melakukan pembayaran,
tidak akan membuat konsumen keberatan untuk melayani dirinya
sendiri dalam proses belanja karena sudah didukung dengan
manajemen yang membuat semuanya menjadi mudah dan
menyenangkan.

8
Eis Al Masitoh, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi Pasar
Piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol. X. No.2, 2013, hal. 4
9
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, Jakarta : Media Data, 2009. hal. 91-92
14

Dalam Keputusan Perindustrian dan Perdagangan Pasar modern


adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau
Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket,
departement store, dan shopping center di mana pengelolaannya
dilaksanakan secara modern mengutamakan pelayanan dan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu
tangan, bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”.10

Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas


secara modern. Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar
modern dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan dan
kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa mewah, dan juga
dengan sistem harga tetap/tidak ada proses tawar-menawar.
Dalam Permendag No.53 tahun 2008, “toko modern adalah toko
dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang
secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department
store, hypermarket, ataupun grosir yang berbentuk perkulakan”.11
Herman Malano mengungkapkan “pasar modern adalah pasar
yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat
diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan
pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya
anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern
antara lain mall, supermarket, departement store, shopping
center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko
serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).12

Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang


tersusun secara modern baik dari sisi dalam maupun sisi luar, hal
tersebut dapat dibuktikan dengan pengelolaannya yang dilakukan
dengan menggunakan manajemen modern. Hal tersebutlah yang
mendukung pasar-pasar modern memiliki kualitas pelayanan dan
mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional.

10
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997
tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan
11
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern.
12
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2011), hal.77
15

Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang


beragam, selain barang lokal, barang impor pun tersedia. Barang yang
di jual memiliki kualitas yang relatif terjamin karena melalui
penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi
persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar
modern memiliki persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi
harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern
juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin
udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang
perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, adanya keranjang
belanja serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja
secara profesional. Sedangkan dari segi rantai distribusi pada pasar
modern adalah produsen, distributor, pengecer/konsumen. Adapun
yang membedakan pasar modern dengan pasar tradisional adalah
dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut :
(1) Tidak bisa tawar menawar harga. (2) Harga sudah tertera di
barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. (3) Barang
yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang
baik. (4) Berada dalam bangunan atau ruangan dan
pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan). (5) Layanan yang
baik dan biasanya memuaskan. (6) Tempatnya bersih dan
nyaman, ruangan ber-AC. (7) Tata tempat yang rapih agar
konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan
barang yang akan dibelinya. (8) Pembayarannya dilakukan
dengan membawa barang ke kasir dan tentunya tidak ada tawar-
menawar lagi.13

Nuansa modern sungguh sangat melekat pada pasar modern jika


dilihat dari ciri-cirinya tersebut, berbanding terbalik jika kita
bandingkan dengan pasar tradisional. Dengan didukung bangunan
yang bagus, AC, pelayanan dan kualitas barang yang baik serta ciri
lainnya secara tidak langsung sudah memberikan gambaran jelas
kepada semua bahwa itu adalah pasar modern. Setelah diperkenalkan

13
http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html
diakses pada tanggal 12 maret 2018
16

pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini terdapat tiga jenis
pasar modern yaitu minimarket, supermarket, hypermarket. Perbedaan
utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis
barang yang diperdagangkan. Berikut ini karakteristik dari ketiga
pasar modern tersebut :
Tabel 2.1
Gerai Minimarket diKelurahan Srengseng Jakarta Barat

Nama Minimarket Jumlah Unit


Alfamart 6 Unit
Indomart 5 Unit
Alfamidi 1 Unit
Jumlah 12 Unit

Bentuk-bentuk pasar modern, antara lain:


a) Department store, merupakan jenis ritel yang menjual
berbagai jenis produk dengan menggunakan beberapa staf.
Produk-produk yang dijual biasanya berupa pakaian,
perlengkapan rumah, dan barang kebutuhan rumah tangga. Tiap
lini beroperasi sebagai department tersendiri.
b) Supermarket (pasar swalayan), merupaka pasar modern tempat
penjualan barang-barang eceran yang berskala besar dengan
pelayanan yang bersifat self service. Swalayan ini dirancang
untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti makanan,
pakaian, dan perlengkapan rumah tangga.
c) Hypermarket, merupakan supermarket yang memiliki luas lebih
dari 18.000 meter persegi dengan kombinasi produk makanan 69-
70% dan produk-produk umum 30-40%.
d) Minimarket, merupakan usaha ritel dengan luas lantai < 350
meter persegi. Minimarket atau swalayan mini menjual barang
dengan variasi terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-
17

hari. Produk-produk yang dijual biasanya ditetapkan dengan


harga yang lebih tinggi daripada supermarket.
Dari uraian di atas, maka pasar modern yang terdapat di
Kelurahan Srengseng adalah jenis minimarket yang berupa Alfamart,
Indomart ,dan Alfamidi.

3. Ritel
a. Pengertian Ritel
Menurut Christian Whidya Utami “Usaha eceran atau ritel dapat
dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat di dalam penjualan barang
atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan
pribadi dan bukan penggunaan bisnis”14
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Philip Kotler dalam buku
manajemen pemasaran. “Ritel atau pengecer adalah semua kegiatan yang
melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen
akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis”15. Ritailer atau ritail
store adalah perusahaan yang fungsi utamanya menjual produk kepada
konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha ritel
merupakan usaha yang menjual barang atau jasa secara langsung kepada
konsumen akhir. Bisnis ritel merupakan bagian dari saluran distribusi yang
memegang peranan penting dalam rangkaian kegiatan pemasaran dan
merupakan perantara serta penghubung antara kepentingan produsen dan
konsumen. konsumen dapat menikmati barang/jasa sesuai ukuran uang
yang dimilikinya dan mendapatkan barang yang beragam.
Untuk memenuhi target penjualannya maka ritel menyediakan
persediaan barang (holding inventory) agar pada saat konsumen
membutuhkan suatu barang maka barang tersebut telah tersedia di toko.

14
Christian Whidya Utami. Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel modern).
Jakarta: Salemba Empat, 2006
15
Philip Kotler dan Kelvin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga belas. Jilid
Pertama. Penerjemah Bob Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.114
18

Persediaan barang ini akan mempengaruhi biaya operasional. Untuk


mengkompensasi biaya operasional akibat adanya persediaan barang,
maka ritel akan menambah sedikit margin keuntungan atau menambah
sedikit harga jualnya.
b. Jenis-jenis Usaha Ritel
Menurut Chirstina W. Utami usaha ritel dapat dibedakan menjadi
dua yaitu16:
1) Ritel Tradisional

Ritel tradisional merupakan usaha ritel yang menekankan


pada pengelolaan usaha dengan pendekatan konvensional dan
tradisional.
Ciri-ciri pengelolaan ritel tradisional adalah sebagai berikut:
a. Kurang memilih lokasi karena sering terkendala permodalan.
Pengelola ritel tradisional lebih sering memutuskan untuk
memilih lokasi yang saat itu telah dimiliki.
b. Tidak memperhitungkan potensi pembeli. Potensi pembeli
sering diabaikan dalam pengelolaan ritel tradisional.
c. Jenis barang dagangan yang tidak terarah. Jenis barang
dagangan sering terabaikan karena terkendala kurangnya
kemampuan dan kemampuan tawar menawar peritel dalam
membangun relasi bisnis dengan suplier.
d. Tidak ada seleksi merek. Para peritel tradisional terkendala
dalam penyediaan barang dagangan dengan merek-merek
favorit pelanggan.
e. Kurang memperhatikan pemasok. Para pelaku ritel tradisional
biasanya hanya memperhatikan lunaknya mekanisme
pembayaran barang dagangan daripada kualitas dan
kesinambungan pengiriman barang dagangan di tokonya.

16
Christian Whidya Utami. Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel modern).
Jakarta: Salemba Empat, 2006. Hal.24
19

f. Melakukan pencatatan penjualan secara sederhana bahkan


banyak peritel tradisional yang tidak melakukan pencatatan
penjualan sama sekali.
g. Tidak melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk.
Cash flow tidak terencana. Banyak peritel tradisional yang
menjual barang dagangannya tidak secara tunai, sehingga
sering terkendala pada aliran dana tunai. Selain itu, peritel
tradisional tidak memisahkan pembukuan toko dengan keluarga
sehingga modal toko sering tersedot untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi.
h. Pengembangan bisnis tidak terencana. Peritel tradisional sering
tidak mampu melakukan perencanaan pengembangan usaha
karena terkendala rendahnya kontrol dan mekanisme untuk
melakukan evaluasi usaha.
2) Ritel Modern
Ritel modern merupakan usaha ritel yang menekankan
pengelolaannya secara modern.
Ciri-ciri ritel modern yaitu :
a. Lokasi strategis merupakan faktor penting dalam bisnis ritel
modern. Peritel modern akan memilih lokasi yang strategis
dengan memperhatikan kemudahan akses pelanggan,
keamanan, dan fasilitas yang lebih terjamin.
b. Prediksi cermat terhadap potensi pembeli. Dalam memutuskan
pemilihan lokasi, peritel juga mempertimbangkan potensi
pembeli di lokasi tersebut.
c. Pengelolaan jenis barang dagangan terarah. Pengelolaan barang
dagangan disesuaikan dengan segmen pasar yang dilayani oleh
peritel modern.
d. Seleksi merek sangat ketat. Ritel modern sering mematok
untuk menyiapkan merek-merek produk barang dagangan yang
mempunyai pangsa pasar yang cukup besar. Hal tersebut
20

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal


penyediaan merek-merek favorit pelanggan.
e. Seleksi ketat terhadap pemasok. Peritel modern selalu
memperhatikan kualitas barang dagangan, kesinambungan
pengiriman barang dagangan, dan mekanisme pembayarannya
dalam memilih pemasok.
f. Melakukan pencatatan penjualan dengan cermat. Peritel
modern melakukan pencatatan dengan sangat cermat bahkan
dengan bantuan software yang memungkinkan melakukan
pencatatan ribuan transaksi penjualan setiap harinya.
g. Melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk. Melalui
evaluasi produk, peritel dapat mengklasifikasikan produk yang
tergolong cepat terjual dan produk yang agak lambat
terjualnya.
h. Cash flow terencana. Peritel modern menjual barang
dagangannya secara tunai sehingga aliran dana tunai dapat
terencana dengan baik.
i. Pengembangan bisnis terencana. Arah pengembangan bisnis
ritel modern direncanakan dengan baik dan berkesinambungan
dalam jangka panjang.
Sementara itu, menurut Jendral Perdagangan Dalam Negeri,
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Jenis-jenis perdagangan
eceran terdiri dari:
1) Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat transaksi barang atau jasa
antara penjual dan pembeli. Ciri-ciri pasar tradisional yaitu:
a) Memperjuabelikan barang/jasa kebutuhan sehari-hari
secara eceran.
b) Melibatkan banyak pedagang eceran berskala kecil.
c) Bangunan dan fasilitas pasarnya relatif sederhana.
21

d) Pemilikan dan pengelolaan umumnya dilakukan oleh


pemerintah daerah.
2) Supermarket (swalayan/ rumah belanja)
Supermarket adalah pasar modern tempat penjualan barang-
barang eceran yang berskala besar dengan pelayanan yang
bersifat swalayan (self service). Komoditi inti yang dijual adalah
barang-barang rumah tangga, makanan, minuman, dan lain-lain.
3) Department Store (Toko Serba Ada)
Department Store adalah pasar modern tempat penjualan
barang-barang eceran yang berskala besar. Komoditi inti yang
dijual merupakan jenis-jenis fashion, seperti pakaian, sepatu, tas,
kosmetik, perhiasan, dan lain-lain. Pelayanan dibantu oleh
pramuniaga dan ada pula yang self service.
4) Pasar grosir, merupakan tempat transaksi barang atau jasa antara
penjual dan pembeli secara partai besar, untuk kemudian
diperdagangkan.
5) Pasar grosir tradisional, adalah pasar grosir dengan jumlah
pedagang grosir relatif banyak.
6) Pasar grosir modern, adalah pasar grosir dengan pelayanan yang
bersifat self service.
7) Pusat perbelanjaan/pusat perdagangan (mall, plaza, shopping
center), merupakan suatu arena penjualan berbagai jenis
komoditi yang terletak dalam satu gedung perbelanjaan. Dalam
pusat perbelanjaan terdapat departement store, supermarket, dan
toko-toko lain dengan berbagai macam produk.
8) Toko bebas pajak (duty free shop), merupakan tempat
melakukan kegiatan usaha perdagangan barang yang
memperjualbelikan barang-barang tanpa dikenakan pajak.
Barang yang diperjualbelikan dapat dibeli dengan harga yang
murah namun tidak semua orang dapat berbelanja di tempat
tersebut. Biasanya pembeli harus menjadi anggota terlebih
22

dahulu dan diprioritaskan untuk orang asing. Toko ini berbentuk


badan hukum.
9) Pasar percontohan
Pasar percontohan merupakan pasar fisik (berbentuk), berada di
daerah yang perekonomiannya relatif terbelakang dan
diharapkan dapat berkembang mandiri serta mampu mendorong
berkembangnya potensi ekonomi daerah sekitarnya. Jenis
barang yang diperjualbelikan adalah jenis barang kebutuhan
sehari-hari serta barang-barang hasil produksi pertanian dan
kerajinan masyarakat setempat.
10) Pertokoan
Pertokoan adalah bangunan toko-toko yang berada di sepanjang
jalan raya dan ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai
pertokoan.
11) Pasar induk
Pasar induk merupakan tempat transaksi barang atau jasa antara
penjual dengan pembeli dalam partai besar untuk
diperdagangkan kembali ke pasar-pasar lainnya.17

17
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern
23

4. Minimarket
a. Pengertian Minimarket
Di kehidupan modern masyarakat saat ini kebutuhan primer atau
pangan semakin dibutuhkan walaupun apa yang ingin dicari tersebut
hanyalah berupa makanan ringan. Pada era sebelumnya untuk
mendapatkan kebutuhan makanan ringan tersebut atau bahkan keperluan
sehari-hari masyarakat perlu bepergian ke pasar tradisional atau bahkan ke
supermarket yang persebarannya tidak banyak di kota.
Dalam definisi minimarket menurut Hendri ma’ruf adalah: “Toko
yang mengisi kebutuhan masyarakat akan warung yang berformat modern
yang dekat dengan permukiman penduduk sehingga dapat mengungguli
toko atau warung”18. Sebagai minimarket yang menyediakan barang
kebutuhan seharihari suasana dan keseluruhan minimarket sangat
memerlukan suatu penanganan yang profesional dan khusus agar dapat
menciptakan daya tarik pada minimarket.
Minimarket sebagai perana kebutuhan masyarakat sehari-hari
menjadi tempat belanja favorit masyarakat yang ingin belanja ringan tetapi
tidak perlu pergi jauh seperti ke supermarket. Pada era modern kini sudah
mulai banyak tumbuh minimarket-minimarket yang sudah menyediakan
fasilitas yang memadai guna memanjakan konsumennya.
Sementara itu, menurut Kotler dan Keller “Minimarket dapat
dikatakan merupakan bagian dari pengecer. Definisi dari pengecer tersebut
adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara
langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk
bisnis”.19 Sebagai minimarket yang menyediakan barang kebutuhan sehari-
hari, suasana dan keseluruhan minimarket sangat memerlukan suatu
penanganan yang profesional dan khusus agar dapat menciptakan daya
tarik pada minimarket. Tata letak minimarket dapat mempengaruhi
sirkulasi kembali untuk berbelanja. Kadang-kadang suasana yang nyaman
18
Hendri Ma’ruf. Pemasaran Ritel. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) hal.84
19
Philip Kotler dan Kelvin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga belas. Jilid
Pertama. Penerjemah Bob Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal.114
24

bersih dan segar lebih diutamakan dari pada hanya sekedar harga rendah
yang belum tentu dapat menjamin kelangsungan hidup dari minimarket
tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pengusaha minimarket ini
untuk menarik konsumen agar melakukan pembelian yaitu melalui
promosi.
Pengertian minimarket bisa juga toko swalayan yang hanya
memiliki satu atau dua mesin register sementara supermarket adalah
swalayan besar yang juga menjual barang-barang segar seperti sayur dan
daging dengan jumlah mesin register. Dalam skala kecil, dengan pasar
sasaran masyarakat kelas menengah-kecil di pemukiman, lalu dinamai
“Minimarket”. Misinya memberikan pelayanan belanja pada masyarakat
dengan kantong biaya relatif murah tapi dengan kenyamanan yang sama
dengan supermarket. Minimarket biasanya luas ruangannya adalah antar
50 m2 sampai 200 m2 serta berada pada lokasi yang mudah dijangkau
konsumen. Minimarket mengisi kebutuhan masyarakat akan warung yang
berformat modern dengan minimarket, belaja sedikit di tempat yang dekat
dan nyaman terpenuhi, perilaku konsumen yang menyukai tempat belanja
bersih, sejuk dan tertata rapi membuat minimarket menjadi unggul dari
warung dan toko lainya.
a) Kelemahan dan Kelebihan Minimarket20
Kelebihan minimarket
a. Menemukan gaya warung dengan bentuk yang menarik
b. Memiliki kenyamanan dalam ruangan dan kebersihan
c. Pelayanan yang baik terhadap pembeli
d. Kualitas barang lebih terjamin di banding warung kelontong
e. Bisa beli eceran
f. Selalu memunculkan promo produk baru dapat berbelanja berbagai
keperluan dalam satu tempat saja, sehingga menghemat waktu dan
tenaga.
20
Riska, Analisis Motivasi Belanja Konsumen Minimarket dan Warung Kelontong dalam
Perspektif Islam Studi Kasus di Kelurahan Bulurokeng Kota Makasar, Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alauddin Makasar, hal.34
25

Kelemahan Minimarket
a. Harga pas dan tidak bisa tawar-menawar
b. SPG kadang sangat tidak ramah atau tidak sopan
c. SPG berbuat curang21
b. Karakteristik Minimarket22
a. Minimarket mempunyai beberapa komponen dalam penjualan yaitu
kasir, pegawai, produk/barang, uang, toko, struck, dan brosur.
b. Minimarket memiliki pelayanan yang baik
c. Minimarket memiliki environment berupa, manager, supervisor,
pegawai, dan keuangan
d. Minimarket memikiki interface (penghubung) yaitu, pembeli,
pegawai, dan kasir.
Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran
pemasaran (marketing mix) yang memiliki peran penting dalam
mempengaruhi konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Minimarketpun menggunakan bauran
pemasaran yang dikenal dengan 4P, merupakan kepanjangan dari Product,
Price, Promotion, dan Place sebagai berikut :23
a. Product (Produk) merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang
ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuas
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
b. Price (Harga) adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan
untuk mendapatkan produk yang ditawarkan dengan menghitung
harga eceran yang disarankan oleh suatu produsen.
c. Place (Tempat) merupakan keputusan distribusi menyangkut
kemudahan akses terhadap jasa atau produk bagi para pelanggan
potensial.

21
Ibid. hal.35
22
http://mohammadbahrudin.blogspot.com/2013/11/karakteristik-sistem-penjualan-
barang.html. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018
23
Philip Kotller and Gary Amstrong, Principles of Marketing 14th Edition (USA:
Pearson, 2012) hal. 51-52
26

d. Promotion (Promosi) berarti kegiatan yang mengkomunikasikan


keunggulan produk dan membujuk target pelanggan untuk membeli
produk tersebut.
Selain dari konsep 4P diatas, para pengusaha yang kreatif akan
selalu menciptakan kombinasi yang terbaik dari 7P yang menjadi
komponen marketing mix. Eleman 7P ini terdiri dari 4P dan 3P
sebagai tambahan untuk pemasaran jasa. Dibawah ini akan dijelaskan
3P tambahannya yaitu People, Physical Evidence dan Process.24
e. People merupakan unsur orang/manusia yang melayani terutama
dalam perusahaan yang menjual jasa. Termasuk kedalamnya yaitu
pimpinan sebagai pengambil keputusan dan unsur karyawan yang
melayani konsumen. Karyawan ini perlu diberi pengarahan dan
pelatihan agar dapat melayani dengan baik.
f. Physical evidence (Bukti Fisik)
Artinya bukti fisik yang dimiliki oleh perusahaan jasa. Pelanggan
potensial tidak bisa menilai suatu jasa atau produk sebelum
mengkonsumsinya. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk,
misalnya brosur.
g. Process (Proses) yaitu bagaimana proses dilakukan sampai jasa yang
diminta oleh konsumen diterima secara memuaskan. Apakah cukup
puas menerima jasa, cepat layanannya, bersih, rapih, akurat, tepat
waktu dan sebagainya.

24
Nurochim dan Iwan Purwanto, Manajemen Bisnis, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. hal.161
27

c. Profil Minimarket Indomaret dan Alfamart


1. Minimarket Indomaret25
Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan
kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan
kurang dari 200 m2. Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, gerai
pertama dibuka pada November 1968 di kalimantan. Tahun 1997
perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di
Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada
Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan “perusahaan waralaba 2003”
dari presiden Megawati Soekarnoputri. Kini Indomaret mencapai lebih
dari 1400 gerai, dari total itu 52% adalah milik sendiri dan sisanya
milik masyarakat yang tersebar dikota-kota Jabodetabek, Jawa Barat,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali, dan lampung. Indomaret
mudah ditemukan di daerah pemukiman, gedung perkantoran dan
fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai di dasarkan pada motto
“mudah dan hemat”, lebih dari 3.500 jenis makanan dan nonmakanan
tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan
konsumen sehari-hari, didukung oleh pusat distribusi, yang
menggunakan teknologi mutahir, Indomaret merupakan salah satu
asset bisnis yang sangat menjanjikan, keberadaan Indomaret diperkuat
oleh anak perusahaan dibawah bendera grup INTRACO yaitu
Indogrosir, Finco, BSD Plaza dan Charmart.
Sasaran pemasaran Indomaret adalah konsumen semua
kalangan masyarakat, lokasi gerai yang strategis dimaksudkan untuk
memudahkan Indomaret melayani sasaran demografinya yaitu
keluarga. Sistem distribusi dirancang seefisien mungkin dengan
jaringan pemasok yang handal dalam menyediakan produk terkenal
dan berkualitas serta sumber daya manusia yang kompeten,
menjadikan Indomaret memberikan pelayanan terbaik kepada

25
www.Indomaret.co.id. Diakses pada tanggal 20 Januari 2020.
28

konsumen. Saat ini Indomaret memiliki 8 pusat distribusi di Ancol


Jakarta, Cimanggis Depok, Tangerang, Bekasi, Parung, Bandung,
Semarang dan Surabaya. Dengan menjalin lebih dari 500 pemasok,
Indomaret memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan
dijualnya. Laju pertumbuhan gerai Indomaret yang pesat dengan
jumlah transaksi 14,99 juta transaksi per bulan didukung oleh sistem
teknologi yang handal. Sistem teknologi informasi Indomaret pada
setiap point of sales di setiap gerai mencakup sistem penjualan,
persediaan dan penerimaan barang. Sistem ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan saat ini dengan memperhatikan perkembangan
jumlah gerai dan jumlah transaksi di masa mendatang.
Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan
belanja konsumen dengan menerapkan sistem check out yang
menggunakan scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas
pembayaran Debit BCA. Pada setiap pusat distribusi diterapkan digital
picking system (DPS). Sistem teknologi informasi ini memungkinkan
pelayanan permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi ke toko-
toko dengan tingkat kecepatan yang tinggi dan efisiensi yang optimal.
Visi Indomaret sendiri adalah menjadi aset nasional dalam
bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global.
Sedangkan mottonya adalah “mudah & hemat”. Budaya yang
diterapkan dalam tubuh perusahaan Indomaret adalah Dalam bekerja
kami menjunjung tinggi nilai-nilai:
a) Kejujuran, kebenaran dan keadilan
b) Kerja sama tim
c) Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis
d) Kepuasan pelanggan
29

2. Minimarket Alfamart
PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) atau Alfamart merupakan
perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum
dan jasa eceran yang menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari.
Alfamart dapat dimiliki masyarakat luas dengan cara kemitraan.
Perusahaan ini didirikan pada 27 Juni 1999. Pada saat berdiri,
perusahaan bernama PT. Alfamart Mitra Utama (AMU). Pemegang
saham perusahaan ini adalah PT. Alfamart Retailindo Tbk. dengan
saham sebesar 51% dan PT. Lancar Distrindo sebesar 49%. Toko
pertama dibuka dengan nama Alfa Minimart pada tanggal 18 Oktober
1999 berlokasi di Jl. Beringin Raya, Karawaci, Tangerang. Pada
tanggal 1 Agustus 2002, Kepemilikan beralih ke PT Sumber Alfaria
Trijaya dengan komposisi pemegang saham: PT HM Sampoerna, Tbk
sebesar 70% dan PT Sigmantara Alfindo sebesar 30%. Pada tanggal 1
Januari 2003 nama Alfa Minimart diganti menjadi Alfamart. Hingga
saat ini, perusahaan telah memiliki toko lebih dari 2.266 buah toko.
Toko pertama dibuka 18 oktober 1999 dengan nama ”Alfa
Minimart” di Jl. Beringin Raya, Karawaci, Tangerang. Pada tanggal 1
Januari 2003 berubah nama menjadi Alfamart. Visi dari Alfamart
adalah Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh
masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil,
pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing
secara global, sedangkan misinya adalah:
a. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan
berfokus pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.
b. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan
selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.
c. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan menumbuh
kembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.
30

d. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus


bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan , pemasok, karyawan,
pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.
Budaya yang dijunjung dalam bekerja adalah:
a. Integritas yang tinggi.
b. Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik.
c. Kualitas & Produktivitas yang tertinggi.
d. Kerjasama Team.
Yang menjadi target dari pemasaran Alfamart adalah area
perumahan, fasilitas publik, dan gedung perkantoran, sedangkan motto
yang digunakan Alfamart adalah “belanja puas harga pas”.

5. Warung Kelontong
a. Pengertian Warung Kelontong
Kata warung kelontong terdiri dari dua suku yaitu warung dan
kelontong. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “warung adalah tempat
berjualan makanan dan minuman. sedangkan kelontong adalah barang-
barang untuk keperluan seharihari”.26 Menurut Kotler, “Toko kelontong
yaitu toko kecil di daerah perumahan, sering buka 24 jam 7 hari, lini
terbatas produk kelontong dengan perputaran tinggi”.27
Warung kelontong yaitu warung yang menyediakan kebutuhan
rumah tangga seperti sembilan bahan pokok (sembako), makanan dan
barang rumah tangga. Warung ini ditemukan berdampingan dengan
pemilik rumah yang tidak jauh dengan masyarakat seperti perkampungan,
dan perumahan. Warung kelontong merupakan pertama kali yang
melayani kebutuhan masyarakat sebelum minimarket.
Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun 2008 “usaha mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

26
https://kbbi.web.id/warung kelontong. Diakses pada tanggal 12 maret 2018
27
Philip Kotler `dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga belas. Jilid
Kedua. Penerjemah Bob Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal.141
31

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan


cabang perusahaan yang dimiliki.Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan. Atau secara kriteria menurut
undang-undang tersebut usaha kecil dan menengah mempunyai
minimal kekayaan bersih Rp 50.000.000,- 28.

Usaha kecil dan menengah yang banyak dijalani oleh masyarakat


adalah diantaranya usaha ritel. Usaha ritel disini salah satunya adalah Toko
Kelontong atau usaha penjualan kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Dalam penelitian Raharjo “Toko kelontong atau yang biasa disebut
dengan warung penyedia barang kebutuhan sehari-hari merupakan usaha
mikro yang kepemilikannya dimiliki oleh pribadi dan melakukan penjualan
barang yang bersifat melayani pelanggan atau konsumen datang untuk
membeli barang tidak dengan mandiri yaitu dengan dilayani langsung oleh
pelayan toko kelontong tersebut, dan pada umumnya pada toko kelontong
yang skala kecil pelayan toko kelontong adalah sebagai kasir juga.”29
Warung Kelontong merupakan warung atau toko yang menjual
kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari secara eceran. Konsumen
yang berbelanja di kelontong, pada umumnya berbelanja dalam partai
kecil. Akan tetapi, ada beberapa yang membeli barang dagangan untuk
dijual kembali dalam toko yang lebih kecil (toko kelontong). Usaha ritel
kelontong merupakan bentuk usaha yang menjual barang dagangannya
secara eceran dan masih dikelola dengan sistem tradisional atau
konvensional. Pengelolaan usaha ritel kelontong belum jelas, baik dari segi
pengelolaan keuangan, persediaan barang dagangan, maupun strategi
penjualannya.

28
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah, hal.2
29
Reza Haditya Raharjo, Analisis Pengaruh Keberadaan Minimarket Modern Terhadap
Kelangsungan Usaha Toko Kelontong Di Sekitarnya Studi Kasus Kawasan Semarang Barat,
Banyumanik, Perundungan Kota Semarang, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponorogo Semarang, 2015) hal. 17
32

Menurut Dinas Industri Dan Perdagangan Kota DKI Jakarta.


melalui wawancara kepada bagian perdagangan pada pendirian
usahanya toko kelontong tetap didasari oleh peraturan dan seharusnya
mendaftarkan melalui “SIUP KECIL” yang dimana sesuai dengan
peraturan daerah Kota Semarang nomor 6 tahun 2009 yang dikatakan
“SIUP KECIL” wajib dimilik oleh perusahaan atau pengusaha dengan
kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00
dan tidak lebih dari Rp 500.000.000,00. Namun pada kenyataannya
masih banyak toko kelontong yang tidak mendaftarkan usahanya
karena hanya berskala kecil. Pedagang toko kelontong dapat terbagi
atas pedagang grosir, dan pedagang eceran. Pedagang eceran
merupakan pedagang toko kelontong yang menjual barang langsung
kepada konsumen yang akan langsung menggunakan barang tersebut
atau tidak dijual kembali pada umumnya pedagang kelontong skala
eceran ini memiliki modal usaha yang relative tidak besar. Pedagang
grosir merupakan pedagang toko kelontong yang menjual barang
bersifat partai besar atau banyak. Konsumen yang datang biasanya
adalah konsumen yang ingin menjual kembali barang yang dibeli di
toko kelontong skala grosir tersebut. Modal usaha cenderung lebih
besar disbanding dengan pedagang kelontong skala eceran.30

Pelaku usaha ritel ini seringkali tidak mempertimbangkan lokasi


usahanya yang strategis, mereka lebih memanfaatkan tempat yang sudah
dimilikinya. Pada umumnya mereka mendirikan usaha di toko yang
mereka bangun di dekat tempat tinggalnya, misalnya di depan rumah.
Warung kelontong merupakan salah satu bentuk industri kecil/usaha
keluarga karena jumlah pekerjanya sedikit, yaitu sekitar 1-5 orang yang
biasanya merupakan anggota keluarga sendiri. Dengan modal yang relatif
kecil, dari segi harga, warung hanya mempunyai sedikit kekuatan untuk
mempengaruhi harga.
b. Keunggulan dan kelemahan warung kelontong
Terdapat keunggulan dan kelemahan dari warung kelontong
sebagai berikut
a) Keunggulan warung kelontong
1. Bersahabat terhadap pembeli
2. Harga barang bisa ditawar
3. Bisa beli eceran

30
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-DAG/PER/3/2006,
tentang ketentuan dan tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran waralaba.
33

4. Dapat memenuhi pesan untuk pelanggan


5. Bisa berutang atau dibayar kemudian
b) Kelemahan warung kelontong
1. Bentuk warung tidak menarik
2. Tata letak barang di dalam warung tidak diatur dengan
nyaman dan efisien
3. Tidak selalu memperhatikan dengan kenyamana dan
kebersihan
4. Kurangnya penerangan lampu
5. Kekurangan modal.31

B. Penelitian Relevan
Penelitian mengenai pengaruh munculnya minimarket terhadap usaha
kelontong telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti lainnya di wilayah lain
maupun kota lain di Indonesia. Penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi
atau dasar dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, berikut merupakan
penelitian yang relevan :
Tabel 2.2
Penelitian Relevan
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil
1. Perdiana Analisis Pengaruh Persamaan :
Wijayanti Perubahan Hasil analisis Wijayanti samasama
32
(2009) Keuntungan mengenai Penurunan keuntungan
Usaha Toko yang signifikan karna disebabkan
Tradisional oleh minimarket yang jaraknya
dengan kurang dari satu kilometer.
Munculnya

31
Riska, Analisis Motivasi Belanja Konsumen Minimarket dan Warung Kelontong dalam
Perspektif Islam Studi Kasus di Kelurahan Bulurokeng Kota Makasar, Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alauddin Makasar, hal.32
32
Wijayanti, Pardiana dan Wiratno. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha
Warung tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus Di Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang).Undip, 2011
34

Minimarket (Studi Perbedaan :


Kasus di Pembahasan Wijayanti mengenai
Kecamatan Pengaruh Perubahan Keuntungan
Pedurungan Kota Usaha Toko Tradisional dengan
Semarang MunculnyaMinimarket. Sedangkan
penulis dampak pengaruh dari
minimarket terhadap kelangsungan
usaha toko kelontong. Dan
berdasarkan metode penelitiannya
juga berbeda. Wijayanti memakai
metode kuantitatif sedangkan
penulis kualitatif
2 Wilda Nuraftia Dampak Persamaan:
Nully dan Pendirian Pembahasan Wilda dn Irawati,
Irawati Minimarket sama-sama membahasa peraturan
(2011)33 terhadap Omset pemerintah yang tidak berjalan
Pedagang semestinya banyak pasal yang
Tradisional di dilanggar dalam peraturan tersebut.
Desa Karang Dan sama-sama membahas
Asih Kecamatan mengenai dampak dari minimarket
Cikarang Utara yang pedagangnya mengalami
Kabupaten penurunan omset.
Bekasi (Studi
Kebijakan Perbedaan :
Peraturan Bupati Pembahasan Wilda dan Irawati
Nomor 16 Tahun lebih kepada penurunan omset
2007 Tentang pedagang Tradisional sedangkan
Minimarket). penulis dampak dari
keseluruhannya. Dan penulis lebih
kepada Peraturan Presiden No.112

33
Wilda Nuraftia dan Irawati. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Omset Pedagang
Tradisional di Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi (Studi Kebijakan
Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2007 tentang Minimarket). Jurnal Madani Edisi II, 2011
35

tahun 2007 dan Permendag No.53


tahun 2008. Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern
3. Ni Komang Dampak Persamaan :
Ayu Triadi Minimarket Pembahasan Dewi dan penulis
34
Dewi (2012) Terhadap sama-sama membahas tentang
Eksistensi Toko dampak minimarket yang
Tradisional di menjadikan penurunan pada omset
Kota Singaraja penjualan, jumlah pembeli dan
pendapatan.

Perbedaan :
Banyak perbedaan dari hasil
penelitian peneliti dengan
penelitian dewi, peneliti meneliti
pedagang toko kelontong,
sedangkan dewi toko tradisional
dan penelitian dewi menggunakan
metode penelitian Kuantitatif
sedangkan penelitian peneliti
menggunakan metode penelitian
kualitatif.
4. Eka Yuliasih Studi Eksplorasi Persamaan :
(2013)35 Dampak Hasil penelitian Eka Yuliasi
Keberadaan Pasar dengan hasil Penelitian peneliti
Modern sama-sama menunjukkan bahwa
Terhadap Usaha (1) Implementasi peraturan
Ritel Waserda pemerintah tentang pasar modern
dan Pedagang tidak berjalan semestinya. (2)
Pasar Tradisional Persepsi negatif para pemilik toko
di kelontong terhadap keberadaan
34
Dewi, dkk. Dampak Minimarket terhadap Eksistensi Warung Tradisional Di Kota
Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha, 2012
35
Eka Yuliasih, Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha
Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen
Universitas Negeri Yogykarta, 2013.
36

Kecamatan pasar modern termasuk dalam


Klirong kategori tinggi. (3) Keberadaan
Minimarket berdampak negatif
Kabupaten pada omset, dan pendapatan
Kebumen. (4) Upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan eksistensi
usahanya sangat minim, misalnya
hanya dengan menurunkan harga
jual beberapa jenis barang.

Perbedaan :
Pada penelitian Eka Yuliasih
menggunakan metode penelitian
kuantitatif sedangkan peneliti
menggunakan metode kualitatif.
Penelitian Eka Yuliasih
menyangkup usaha Waserba dan
Pasar Tradisional sedangkan
peneliti hanya toko kelontong saja.

C. Kerangka Berfikir
Perkembangan pasar modern yang terus meningkat dari waktu ke
waktu dapat mengancam keberadaan usaha toko kelontongan dan ritel
lainnya. Masyarakat mulai enggan berbelanja di toko kelontong dengan
berbagai alasan. Hal ini dapat berakibat buruk bagi eksistensi usaha toko
kelontong.
Pemerintah maupun pelaku usaha toko kelontong harus memiliki
upaya untuk memepertahankan eksistensi usaha mereka. Pemerintah dapat
melakukan perlindungan terhadap usaha toko kelontong. Dalam penelitian
ini, kerangka berpikir dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
37

Kebijakan
Pemerintah

Minimarket Modern Usaha Toko Kelontong

Perkembangan usaha toko


kelontong
Perkembangan minimarket
modern terus meningkat,
lokasi berdirinya minimarket
berdekatan dengan usaha toko DAMPAK ?
kelontong

Upaya yang dilakukan oleh


pelaku usaha toko kelontong
untuk mempertahankan
eksistensi usahanya

Gambar 1: Kerangka Berfikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilaksanakan di Toko Kelontong sekitar
wilayah Srengseng, Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 11630. Peneliti melakukan penelitian dengan mendatangi
secara langsung ke tempat usaha masing-masing informan (pedagang toko
Kelontong) untuk memperoleh informasi mendalam mengenai bagaimana
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan Minimarket terhadap usaha
kelontong. Karena disana terdapat juga beberapa minimarket seperti
Alfamart dan Indomart.
Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 11
(Sebelas) bulan yang dimulai dari bulan Juli 2018 sampai dengan bulan
Mei 2019
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan
Tahapan Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan- Apr Mei
Penelitian Mar
Studi Pustaka
Penyusunan
Laporan
Pengumpulan
Data
Pengelolaan
dan Analasis
Data
Penyelesaain
Laporan

38
39

B. Latar Penelitian (Setting)


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Srengseng
Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Peneliti melakukan penelitian
dengan mendatangi secara langsung ke tempat usaha masing-masing
informan (pedagang toko kelontong) untuk memperoleh informasi
mendalam mengenai bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh
keberadaan Minimarket terhadap usaha toko kelontong.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sample Sumber data dengan pertimbangan
tertentu.1Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang ingin peneliti tanyakan kepada partisipan.
Partisipan peneliti yang menjadi narasumber penelitian ini adalah orang-
orang yang mengerti tentang masalah adanya keberadaan minimarket yang
mempengaruhi keuntungan, omzet dan jarak yang berdekatan antara toko
kelontong dengan minimarket. Maka yang akan di wawancara adalah para
pengusaha atau pemilik toko kelontong. Alasan peneliti mengambil
partisipan tersebut adalah mereka lebih mengetahui dan merasakan
langsung permasalahan tersebut, sehingga bisa didapatkan informasi yang
lebih naturalistik dan mendalam. Hal ini dilihat dari keadaan ekonomi dan
pemahaman mereka dalam membuka usaha toko kelontong.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus karna metode penelitian studi kasus bertujuan untuk
mempelajari secara mendalam dan sistematis dalam kurun waktu cukup
lama tentang suatu kasus sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.
Maka dalam penelitian ini,peneliti menggunakan metode studi kasus untuk
mengungkapkan bagaimana dampak minimarket terhadap kelangsungan
toko kelontong di wilayah kelurahan Srengseng, Kembangan, Jakarta

1
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Bandung: ALFABETA, 2015. hal.124
40

Barat. Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan mengenai


dampak yang disebabkan minimarket terhadap warung kelontong sesuai
dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian tersebut. 2:

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


Dalam mencari data-data, dan informasi yang berupa fakta harus
memperhatikan teknik pengumpulan data yang dinilai paling tepat.
Sehinggainformasi yang didapat benar-benar valid dan reliabel. Seperti
halnya data terdiri atas data primer dan data sekunder, maka teknik
pengumpulannya pun terdiri dari dua yaitu pengumpulan data primer
dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui penelitian
lapangan (field research), yaitu pengumpulan data secara langsung di
lapangan oleh peneliti sendiri dan pengumpulan data sekunder melalui
kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data tidak secara
langsung di lapangan, data diperoleh dari pihak lain yang sudah
mengumpulkannya terlebih dahulu.
1. Metode Field Research (penelitian lapangan)
Untuk memperoleh data primer dan informasi lapangan, penulis
menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Sutrisno Hadi dalam buku Sugiyono mengemukakan
bahwa,“observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis.
Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.”3 Pengamatan langsung (observasi), dilakukan dengan
jalan melakukan pengamatan operasional pada sampel yang dipilih
untuk memonitor kerja yang sebenarnya.

2
https://pakarkomunikasi.com/jenis-metode-penelitian-kualitatif diakses pada tanggal
22 juli 2018.
3
Ibid., hal. 203
41

Lembar observasi yang peneliti gunakan untuk memperoleh


informasi dan data baik mengenai fisik dan nonfisik segala
aktivitas dan tingkah laku para informan warung kelontong.
Berikut adalah pedoman observasi di lapangan yang tertera pada
tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Pedoman Observasi

No Aspek yang Diamati Dampaknya


1. Lokasi Informan Dalam Membuka Jumlah Pendapatan
Usaha Toko kelontong
2. Kelengkapan Toko Minat Beli Terhadap
Toko Kelontong

b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi.4Disini merupakan teknik atau pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab langsung yang terdiri dari dua orang
yang berhadap-hadapan, tetapi dalam kedudukan yang berbeda
yaitu antara penulis dengan subyek peneliti yang ditentukan.
Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas
terpimpin, yaitu penulis memberikan keabsahan kepada responden
untuk berbicara dan memberi keterangan yang diperlukan penulis
melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Wawancara ini
akan dilakukan kepada pemilik toko kelontong disekitar kelurahan
Srengseng Jakarta Barat.

4
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES, 2011), hal.192
42

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Dampak Keberadaan Minimarket
Sumber Data Indikator Pertanyaan No. Item
1) Latar 1. Berapa lama usaha toko 1, 2, dan
Belakang kelontong? 3
Pelaku Usaha Pelaku Usaha 2. Pekerjaan/usaha apa
Toko Toko sebelum usaha toko
Kelontong Kelontong kelontog?
3. Adakah usaha lain selain
usaha toko kelontong?
2) Dampak 4. Berapa rata-rata 4 dan 5
keberadaan pendapatan Anda sebelum
Minimarket adanya minimarket?
terhadap 5. Berapa rata-rata
pendapatan pendapatan Anda sesudah
usaha toko adanya minimarket?
kelontong

3) Dampak 6. Apakah keberadaan 6 dan 7


keberadaan Minimarket berpengaruh
Minimarket terhadap eksistensi usaha
terhadap Anda?
eksistensi 7. Apakah keberadaan
usaha toko minimarket mengancam
kelontong eksistensi usaha Anda?

4) Dampak 8. Adakah dampak lain yang 8 dan 9


keberadaan disebabkan oleh
Minimarket keberadaan Minimarket
terhadap terhadap usaha Anda?
aspek lainnya 9. Apa saja dampak lain
yang terjadi pada usaha
Anda setelah berdirinya
Minimarket?
43

Tabel 3.4
Kisi-Kisi Wawancara Upaya yang Dilakukan Untuk Mempertahankan
Eksistensi Usaha Toko Kelontong
Sumber Data Indikator Pertanyaan No.
Item
Pelaku Usaha 1) Upaya yang 1. Adakah upaya yang 1
Toko dilakukan pelaku Anda lakukan untuk
Kelontong mempertahankan mempertahankan
eksistensi eksistensi usaha Anda?
(Philip Kotler usahannya.
: Strategi 2) Menerapkan 2. Apakah Anda 2, 3, dan
Pemasaran) strategi menerapkan strategi 4
pemasaran baru pemasaran baru dalam
usaha anda setelah
adanya Minimarket
modern?
3. Strategi pemasaran baru
apa yang Anda terapkan?
4. Mengapa Anda memilih
strategi pemasaran
tersebut?

3) Menjual barang 5. Apakah Anda menjual 5 dan 6


dagang dengan barang dagangan dengan
harga lebih harga lebih murah dari
murah Minimarket untuk
menarik pelanggan?
6. Barang apa saja yang
dijual dengan harga lebih
murah dari Minimarket?
44

4) Menggunakan 7. Apakah Anda 7 dan 8


sistem diskon menerapkan sistem
atau potongan diskon atau potongan
harga harga dalam usaha
Anda?
8. Apa saja kriteria pembeli
yang dapat memperoleh
diskon atau potongan
harga?

5) Kualitas barang 9. Apakah anda melakukan 9 dan 10


dan pelayanan pengecekan secara rutin
batas akhir pemakaian
pada setiap produk
10. Apakah ada upaya untuk
menambah karyawan
yang memiliki
preashgraduate untuk
menarik minat pembeli?

c. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen-dokumen peraturan dan kebijakan pemerintah yang
mengatur tentang penyelenggaraan pasar modern dan pasar
tradisional. Dokumen-dokumen tersebut yaitu Perpres No. 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-
DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dokumen
lain berupa data demografi masyarakat keluruahan Srengseng dan
foto-foto keadaan lapangan tempat peneliti melakukan penelitian.
45

2. Metode Library (penelitian kepustakaan)


Metode kepustakaan merupakan cara yang penulis pilih untuk
menelusuri serta mengumpulkan sumber data, baik berkaitan dengan
teori, sumber literatur, dan para pendapat ahli yang mempunyai
relevansi dengan permasalahan yang penulis teliti.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data


Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada
uji validitas dan reabilitas.5 pada penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti. Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini meliputi
triangulasi dan meningkatkan ketekunan. Hal tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
1. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik dan sumber
data. Triangulasi teknikberarti, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah
triangulasi sumber. Hal ini bertujuan untuk membandingkan dan
mengecek informasi yang diperoleh dengan wawancara dan observasi.
Pada proses wawancara, peneliti memberikan pertanyaan yang serupa
kepada para subjek penelitian. Hal tersebut memberikan gambaran
suatu proses yang dipahami masing-masing subjek. Peneliti juga
melakukan observasi, observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

5
Ibid., hal.117
46

mencari partisipan yang akan diwawancarai oleh peneliti. Pernyataan


yang diperoleh dari partisipan dicocokan dengan kondisi lapangan.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis. Pengujian keabsahan data dengan meningkatkan
ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan
hasil penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan
kekurangannya. Dengan demikian peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3. Member Check
Pengujian keabsahan data dengan member check, dilakukan
dengan cara mendiskusikan kembali hasil penelitian kepada sumber-
sumber data yang telah memberikan data, yaitu data yang telah
diferivikasikan oleh peneliti dapat di koreksi oleh pemberi data dari
segi pandangan situasi mereka sendiri. Apabila data yang
diorganisasikan oleh peneliti dapat disepakati, maka kepercayaan dapat
di terima, jikapenafsiran data yang diberikan pada peneliti tidak
disepakati, maka peneliti perlu mengadakan diskusi kembali dengan
pemberi data, sehingga sepakatan tara peneliti dan pemberi data.
Dengan demikian, maka terwujud kepercayaan data penelitian.
47

F. Analisis Data
Setelah melakukan penelitian, data yang diperoleh atau
dikumpulkan dari lapangan harus dianalisis. Analisis data merupakan
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.6Proses analisis data
dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Reduksi Data, kegiatan peneliti menyeleksi memilah-milah data serta
memberi kode, menentukan fokus pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian
data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
2. Menyajikan Data, setelah data direduksi, peneliti menyajikan data.
dalam penlitian kualitatif, display data ini dapat dilakukan dalam
grafik dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Pembahasan, dalam analisis data kualitatif setelah menyajikan data,
maka proses selanjutnya yaitu mendeskripsikan Setting, orang-orang,
kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Deskripsi ini melibatkan
usaha penyampaian informasi secara detail mengenai orang-orang,
lokasi, peristiwa dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-
kode untuk mendeskripsikan semua informasi ini, lalu
menganalisisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian
naratif.7

6
Ibid., hal. 335
7
http://kompasiana.com. diakses pada tanggal 22 Januari 2020
48

4. Menyimpulkan Data dan Verifikasi, dalam analisis data kualitatif


menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verfikasi. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang
telah Ada. Kesimpulan ini dibuktikan dengan cara menafsirkan
berdasarkan kategori yang ada sehingga dapat diketahui hubungan
kecerdasan emosional dengan perilaku altruisme pada mahasiswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Kelurahan Srengseng Jakarta Barat
Kelurahan Srengseng merupakan daerah yang sudah padat dengan
penduduk. Kelurahan srengseng kurang lebih berjarak 4 Km dari
Kecamatan Kembangan, Kelurahan Srengseng memiliki luas wilayah
491,60 ha, yang memiliki jumlah penduduk :
1) Laki-laki : 20,542 Jiwa
2) Perempuan : 19,652 Jiwa
3) Kepala Keluarga : 5.613 KK
Jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 40,194 Jiwa, yang terdiri
dari 12 Rukun Warga dan 98 Rukun Tetangga, kantor Kelurahan
Srengseng di pimpin oleh seorang bapak lurah yang bernama Drs. Joko
Mulyono. dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Meruya Utara
Sebelah Timur :Kelurahan Kelapa Dua dan Kelurahan
Sukabumi Selatan
Sebelah Selatan : Kelurahan Joglo dan Kelurahan Ulujami
Sebelah Barat : Kelurahan Joglo dan Meruya Selatan
Kelurahan Srengseng terletak di Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat, yang meliliki 6 Kelurahan yakn :
a. Kelurahan Kembangan Selatan
b. Kelurahan Kembangan Utara
c. Kelurahan Meruya Utara
d. Kelurahan Srengseng
e. Kelurahan Joglo
f. Kelurahan Meruya Selatan

49
50

2. Penduduk dan Tenaga Kerja


a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelaminnya, penduduk Kelurahan
Srengseng dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu laki-
laki dan perempuan. Distribusi penduduk Kelurahan Srengseng
berdasarkan jenis kelaminnya disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan
Srengseng Tahun 2017
Jumlah Penduduk % % %
Laki- Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Total
Laki
20,542 19,652 40,194 51 % 49% 100%
Sumber : Data Sekuder yang diolah Kelurahan Srengseng
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, data penduduk laki-laki lebih
banyak dibanding dengan jumlah penduduk perempuan walaupun
perbedaan jumlahnya tidak terlalu signifikan. Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 20,542 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 19,652 jiwa.
b. Karakteristik Penduduk Menurut Umur Produktif dan
NonProduktif
Berdasarkan usia produktifnya, penduduk Kelurahan
Srengseng dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu penduduk usia 0-
14 tahun, 15-64 tahun, dan penduduk usia 65 tahun atau lebih.
Distribusi penduduk berdasarkan usianya, dapat ditabulasikan
sebagai berikut.
51

Tabel 4.2
Banyaknya Penduduk Menurut Umur Produktif dan Non
Produktif di Kelurahan Srengseng Tahun 2017
Kelompok umur Jumlah Persentase
0-14 Tahun 11,480 29,30%
15-39Tahun 11,873 30,30 %
40-54 Tahun 11,078 28,20 %
55-69 Tahun 4,797 12,20 %
Jumlah 39,225 100 %
Sumber : Data Sekunder yang diolah Kelurahan Srengseng
Tabel di atas menunjukan bahwa penduduk Usia 0-14 tahun cukup
banyak yaitu sebanyak 11,480 Jiwa atau sebesr 11,480 % sedangkan
penduduk usia produktif mencapai 11,873 jiwa (30,30 %). Jumlah
penduduk usia lanjut (65 tahun atau lebih) di Kelurahan Srengseng
mencapai 4,797 jiwa atau 12,20 %. Dari jumlah tersebut bahwa
penduduk usia produktif di Kelurahan Srengseng lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk usia tidak Produktif.

3. Gambaran Umum Pemilik Warung kelontong


Warung Kelontong adalah warung yang menyediakan kebutuhan
rumah tangga seperti sembilan bahan pokok (sembako), makanan dan
barang rumah tangga. Warung ini ditemukan berdampingan dengan
pemilik rumah yang tidak jauh dengan masyarakat seperti
perkampungan, dan perumahan. Warung kelontong merupakan
pertama kali yang melayani kebutuhan masyarakat sebelum
minimarket .
Pada dasarnya toko kelontong memiliki beberapa level, ada yang
levelnya yang sudah besar yang omsetnya mencapai ratusan juta dalam
sebulan, ada yang level menengah dengan omset puluhan juta, dan ada
juga yang levelnya kecil seperti warung kelontong yang omsetnya
hanya ratusan ribu hingga beberapa juta sebulan.
52

Di zaman yang modern ini, warung kelontong tetap memainkan


perannya yang sangat penting bagi masyarakat (konsumen) yakni
dengan menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Meski sudah
banyak berdiri minimarket maupun supermarket, warung kelontong
masih tetap memiliki pelanggan walaupun sudah menurun. Hal ini
dikarenakan letaknya yang dekat dengan pemukiman serta timbulnya
rasa kekeluargaan di antara pembeli dan penjual. Selain itu, pada
warung kelontong terdapat sosialisasi antar kelas sosial, etnis, dan juga
agama yang tidak akan kita jumpai di minimarket maupun toko
modern lainnya.
Dalam Penelitian ini penulis mengkaji beberapa informan untuk
dapat menelaah lebih dalam mengenai dampak keberadaan minimarket
terhadap kelangsungan usaha toko kelontong di wilayah Srengseng,
Kembangan, Jakarta Barat. Melalui indikator dalam penentuan
informan yang dirumuskan dalam beberapa kriteria yakni lama usaha,
kota asal, pendidikan terakhir, pengalaman dalam usaha dan toko
kelontong menjadi mata pencaharian utama. Dalam penelitian ini
pemilik warung yang dijadikan informan yaitu yang membuka warung
kelontong di kawasan Srengseng, Jakarta Barat.
1) Usia dan Lama Usaha
Menurut data wawancara usia para informan beragam,
namun rata-rata para informan berusia 35 tahun. Artinya para
informan telah masuk kedalam usia angkatan kerja. Angkatan kerja
adalah penduduk usia produktif yang beusia 15-64 tahun yang
sudah mempunyai pekerjaan maupun sedang tidak aktif bekerja.
Usia para informan juga tidak melebihi usia produktif atau diatas
64 tahun. Dimana usia tertinggi informan yaitu 50 tahun dan usia
terendah 35 tahun. Data tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.1 yang
menggambarkan lama usaha pemilik warung kelontong.
53

Tabel 4.3
Lama Usaha Pemilik Warung Kelontong
No. Nama Usia Lama Usaha
1. Nur Jannah 35 15 Tahun
2. Muslimah 50 30 Tahun
3. Wahyono 46 10 Tahun
4. Sucipto 43 2 tahun
5. Hendrawan 33 6 Bulan

Sementara lama usaha para informan menjadi pemilik toko


kelontong juga beragam. Banyak masyarakat yang membuka usaha
warung kelontong. Berdasarkan hasil wawancara kepada para
pemilik warung kelontong ada beberapa yang baru membuka usaha
kelontong ada juga yang sudah lama menggeluti usaha warung
kelontongnya. Dari data yang diperoleh, lama usaha warung
kelontong dibawah 2 tahun terdapat 2 orang. Dan lama usaha
diatas 2 tahun terdapat 3 orang. Dimana 1 diantaranya telah
membuka usaha kelontong lebih dulu dari ke 2 warung yang lain.
Hal ini membuktikan bahwa masih banyak warung kelontong yang
masih buka di wilayah srengseng.
2) Kota Asal
Usaha warung keontong mampu menarik masyarakat luar
kota untuk bekerja dan mengadu nasib di Kota Jakarta. Seperti
halnya mayoritas pemilik warung kelontong berasal dari luar
daerah. Diantaranya berasal dari Madura, Kuningan, dan lainya.
Berikut adalah tabel kota asal yang diperoleh dari hasil wawancara
pemilik warung kelontong sebanyak 5 orang. Seperti yang terlihat
dalam tabel 4.2
54

Tabel 4.4
Kota Asal Pemilik Warung Kelontong

No Nama Kota Asal


1. Nur jannah Padang
2. Muslimah Medan
3. Wahyono Madura
4. Sucipto Kuningan
5. Hendrawan Madura

Para informan yang berasal dari luar kota saat ini menetap
dan tinggal di Kota Jakarta. Mereka menyatakan bahwa sejak lama
telah mengadu nasib sehingga memutuskan tinggal dan menetap di
Kota Jakarta. Hal ini membuktikan bahwa para masyarakat urban
yang telah mendominasi menjadi pemilik warung kelontong
sebagai mata pencariaan di Jakarta. Daya tarik Kota Jakarta dari
berbagai sektor juga mempengaruhi masyarakat untuk tinggal dan
mencari nafkah di kota ini.
3) Pendidikan Terakhir
Dari hasil data yang diperoleh, diketahui bahwa tingkat
pendidikan formal yang ditempuh oleh para pemilik warung
berbeda-beda satu sama lainya. Berdasarkan keterangan para
informan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh para pemilik
warung keolntong yaitu SD, SMP, dan SMA. Berbagai latar
belakang pendidikan yang dimiliki para pemilik warung kelontong
tidak mempengaruhi status mereka dalam berdagang. Seperti yang
terlihat dalam tabel 4.3
55

Tabel 4.5
Pendidikan Terakhir Pemilik Warung Kelontong

No Nama Pendidikan Terakhir


1. Nur Jannah SMA
2. Muslimah SD
3. Wahyono SMP
4. Sucipto SMA
5. Hendrawan D3

Tanpa memandang latar belakang pendidikan para


informan bisa membuka usaha warung kelontong. Artinya warung
kelontong tidak membatasi tingkat pendidikan yang harus dimiliki.
Bahkan para pekerja yang membantu warung kelontongpun tidak
banyak yang memiliki pendidikan yang tinggi. Hal ini memberikan
kesempatan bagi para masyarakat yang tidak memiliki pendidikan
tinggi untuk bisa berdagang. Hanya saja disini pemilik warung
kelontong harus memiliki modal.
4) Pengalaman Menjadi Pemilik Warung Kelontong.
Umumnya dalam memasuki dunia perdagangan, seseorang
harus memiliki keahlian dan pengalaman dalam suatu bidang.
Keahlian atau pengalaman sangat penting dalam membuka usaha
untuk mengukur sejauh mana kemampuan yang dimiliki. Semakin
banyak pengalaman yang dimiliki maka semakin mudah mereka
memasuki dunia perdagangan.
Dari hasil wawancara dengan 5 informan, ada beberapa
informan menyatakan bahwa sebelumnya usaha mereka ini adalah
usaha turun menurun dari keluarga. Dari keluarga mereka banyak
warung kelontong yang mereka buka hanya saja lokasi yang
56

mereka jadikan warung kelontong berbeda. Dan ada juga informan


yang merintis sendiri warung kelontongnya dengan mengandalkan
modal dan kemapuan atau keahlian yang seadanya.
5) Pekerjaan Utama
Pemilik Warung Kelontong adalah salah satu jenis
pekerjaan yang membutuhkan modal yang banyak dan mental yang
cukup. Banyak masyarakat yang menjadikan warung kelontong ini
menjadi sumber mata pencaharian utama. Namun tidak jarang
warung kelontong menjadi usaha sampingan bagi mereka yang
ingin menambah penghasilan. Dari data hasil wawancara, dengan 5
informan 4 pemilik warung mengaku bahwa sumber
penghasilannya hanya dari warung kelontong. Sementara 1
informan lainya mengaku bahwa warung kelontong hanya usaha
sampingan untuk mengisi waktu luang istrinya dan menambah
pengahasilan. Informan ini adalah wahyono yang mebuka usaha
bukan hanya warung kelontong tetapi juga sebagai pengusaha jual
beli besi bekas. Seperti yang terlihat pada tabel 4.4
Tabel 4.6
Warung Kelontong Usaha Utama
No Nama Warung Kelontong Jenis Usaha
Usaha Utama Utama
1. Nur Jannah Iya Warung
Kelontong
2. Muslimah Iya Warung
Kelontong
3. Wahyono Iya Warung
Kelontong
4. Sucipto Tidak Jual- Beli Besi
Tua
5. Hendrawan Iya Warung
57

Kelontong

Para informan yang menjadikan warungnya sebagai


penghasilan utamanya adalah mereka yang tidak memiliki
pekerjaan lain sehingga mereka menggantungkan penghasilannya
pada usaha warung kelontongnya. Sementara 1 pemilik warung
menjadikan usaha warung kelontongnya sebagai usaha sampingan
adalah mereka yang telah memiliki pekerjaan selain membuka
usaha warung kelontong. Mereka mengaku membuka usaha
warung kelontong ini untuk istri saat mengisi waktu senggang.
Sehingga usaha kelontong ini menjadi usaha selingan diluar
pekerjaan utama. Hal ini tidak terlepas dari sistem usaha yang di
terapkan di warung kelontong. Dimana pemilik warung bisa
menentukan jam buka dan tutup warung sesuai kehendak sendiri.
Selain itu juga tidak ada ikatan kontrak kerja yang membatasi
mereka dalam bekerja. Tentu hal ini dimanfaatkan para informan
yang memiliki urasan diluar usaha mereka.
Data wawancara ini juga menunjukan bahwa umumnya
usaha warung kelontong adalah usaha pertamanya bagi para
informan. Sebagian besar informan menyatakan bahwa warung
kelontong adalah usaha satu-satunya sebagai mata pencaharian
ekonomi di Jakarta. Mereka umumnya menggantungkan hidup
sepenuhnya pada usaha warung kelontong mereka.
Data yang telah dipaparkan di atas merupakan data diri
informan yang dijadikan oleh peneliti sebagai data primer dalam
menyusun laporan mengenai dampak keberadaan minimarket
modern terhadap kelangsungan usaha toko kelontong.

Pembahasan di bawah ini berisi data tentang hasil penelitian


terhadap variabel-variabel penelitian.
58

B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Peraturan Pemerintah tentang Pendirian
Minimarket di Kelurahan Srengseng Jakarta Barat
Peraturan Peraturan Presiden (Perpres No. 112 Tahun 2007) dan
PERMENDAGNo. 53 Tahun 2008 telah dibuat sebagai upaya untuk
melindungi wirausahawan khususnya pedagang tradisional. Akan tetapi, di
Kelurahan Srengseng belum ada peraturan khusus yang mengatur tentang
penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko
modern.
Implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan
keputusan kebijakan )biasanya dalam bentuk Undang-undang, Peraturan
pemerintah baik pusat maupun daerah). Pelaksanaan kebijakan adalah
sesuatu yang penting, bahkan mungkin lebih penting daripada pembuatan
kebijakannya. Kebijakan hanya akan menjadi sebuah impian atau rencana
apabila tidak dapat terimplementasikan dengan baik. Begitu juga dengan
Perpres No. 112 Tahun 2007 Begitu juga dengan Perpres No. 112 Tahun
2007 dan Permendag No. 53 Tahun 2008, memuat pasal-pasal yang
menguntungkan dan memihak pada rakyat khususnya pedagang tradisional
seperti pada pasal:
“Pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib memperhatikan
jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada
sebelumnya (Pasal 4 ayat 1 poin b, Perpres No. 112 Tahun 2007).
Dalam kenyataannya, pendirian Minimarket di Kelurahan
Srengseng tidak mengacu pada pasal tersebut. Terdapat 1 Minimarket di
Kelurahan Srengseng yang letaknya persis di depan warung Kelontong,
yang berarti bahwa tidak ada jarak antara minimarket dengan warung
kelontong yang telah ada sebelumnya.
Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi
beberapa peraturan perundang-undangan yang dianggap sudah
kadaluwarsa, diantaranya adalah Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
59

Modern sebagai pengganti Perpres No. 118 tahun 2000 yang berisi non
pembatasan ritail kepemilikan asing (skala besar) dan Permen
Perdagangan No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 dan
Permendag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tersebut yaitu :
a. Batas luas lantai penjualan Toko Modern :
1) Minimarket < 40 m2,
2) Supermarket 400 m2 s/d 5.000 m2,
3) Hypermarket > 5.000 m2
4) Departement store > 400 m2,
5) Perkulakan > 5.000 m2
b. Pengaturan lokasi :
1) Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan
jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.
2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi
pada akses sitem jaringan jalan ateri atau kolektor, dan tidak
boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan
(perumahan) di dalam kota/perkotaan.
3) Supermarket dan Departement Store, tidak boleh berlokasi
pada
sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada
kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota.
4) Pasar Tradisional, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan
jalan.
c. Perizinan :
a. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk pasar
tradisional,
b. Izin Usaha Tempat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall,
plaza, dan pusat perdagangan,
60

c. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket,


supermarket, departement store, hypermarket dan perkulakan,
d. Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dan IUTM : Studi
kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan
Usaha Kecil (UK),
e. IUP2T, IUPP, dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan
Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman tata cara
perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.
d. Pembinaan dan Pengawasan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama-sama sesuai sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan
Pasar Tradisional dan Toko Modern.
e. Pemberdayaan
1) Pasar Tradisional
Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk
pemberdayaan, meningkatkan potensi pedagang dan pengelola,
memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi
pedagang tradisional yang telah ada sebelum dilakukan
renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.
2) Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam
membina Pasar Tradisional, serta mengawasi pelaksanaan
kemitraan.
Pada fakta dalam Putusan dan data ekonomi dari Saran yang
dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
menunjukkan bahwa dalam industri retail terdapat (1) kondisi
perilaku persaingan usaha tidak sehat, (2) ketidakseimbangan
retail-pemasok dan, (3) terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan
(tradisional).
61

Hukum positif memang telah mengatur permasalahan ini yaitu


Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional (Perpres) dan Peraturan Menteri
Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional , Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern (Permendag) namun dalam analisis KPPU sebagaimana
juga dalam terdapat Putusan akuisisi No. 09/KPPU-L/2009, kedua
hukum positif ini sulit efektif karena :
a. Tidak memiliki sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku
usaha yang melanggar kedua peraturan itu;
b. Tidak merumuskan siapa penegak hukum bagi pelanggar dua
peraturan itu;
c. Memberi ruang penetapan jenis dan besaran trading terms yang
bersifat sepihak pada retail modern.
Oleh karena itulah perlu adanya peraturan setingkat UU
yang memiliki kekuatan berlaku lebih kuat dan sanksi lebih tegas,
dan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada tanggal
31 Maret 2010 melalui Saran Kebijakan No. 43/K/III/2010
memberikan saran dan kebijakan kepada pemerintah untuk segera
membentuk Undang-Undang yang mengatur industri retail
sehingga landasan hukum dalam peraturan industri ini menjadi
sangat kuat dan meciptakan kesejahteraan rakyat secara optimal.
62

2. Persepsi Pelaku Usaha Toko Kelontong Terhadap keberadaan


Minimarket
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu atau
sebuah proses saat individu mengatur dan menginterepretasikan kesan-
kesan sensorik mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Persepsi lahir dari proses yang didahului oleh penginderaan yang
merupakan stimulus yang diperoleh seseorang individu melalui alat
penerimaan indra, kemudian stimulus itu diteruskan oleh syaraf ke otak
kemudian akan memicu munculnya persepsi. Adapun persepsi terhadap
minimarket seperti yang di ungkapkan oleh informan Sucipto
“ya, bagi saya banyak orang yang berbelanja diminimarket karna
pandangan mereka minimarket lebih lengkap barangnya dibandingkan
dengan warung kelontong”
“biasanya orang yang berbelanja di minimarket, belanja untuk
kebutuhan dalam waktu seminggu sampai sebulan. Karna minimarket
sering mengeluarkan promosi dan diskon. Saya juga sering berbelanja
di minimarket untuk kebutuhan rumah tangga saya, yang tidak ada
diwarung saya”
Persepsi terhadap mini market dapat dilihat dari 2 aspek yaitu
positif dan negatif. Aspek positif yaitu minimarket yang ada di Srengseng
telah menandakan ekonomi masyarakat telah berkembang pesat,
minimarket membawa perubahan besar pada masyarakat. Minimarket
telah menunjukkan masyarakat telah maju. Masyarakat Kelurahan yang
awalnya terkenal Sederhana sekarang telah bergeser seiring dengan
kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, konsumsi, modernisasi dan
globalisasi, masyarakat mulai terbuka dan menerima hal baru.
Keterbukaan masyarakat terhadap minimarket ditandai dengan mereka
berbondong untuk masuk dan berbelanja di minimarket.
Tempat yang bagus dilengkapi fasililitas-fasilitas merupakan
pendorong utama masyarakat untuk berbondong-bondong untuk
berbelanja di minimarket dibandingkan toko Kelontong yang fasilitasnya
63

masih minim. Sehingga melahirkan persepsi masyarakat bahwa


minimarket merupakan pasar modern dengan fasilitas yang kompleks.
Bu Nurjannah mengatakan bahwa “kehadiran minimarket sangat
mengurangi pendapatannya biasanya penghasilan bisa Rp. 3.000.000,00/ Hari
akan tetapi sekarang dibawah itu, akibat dari omset yang berkurang usahanya
dapat gulung tikar” bagi bu nurjannah Berjualan merupakan satu-satunya
penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aspek negatif dari minimarket yaitu, persepsi masyarakat pedagang
menganggap kehadiran minimarket membuat kelesuan pada pedagang
kecil yang semakin terpuruk akibat adanya minimarket mereka sulit
bersaing. Beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang sempat
mengeluh akan kehadiran minimarket karena mengurangi omset.

3. Dampak Keberadaan Minimarket terhadap Warung Kelontong


1) Omset Warung Kelontong
Untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu bagaimana
dampak keberadaan minimarket modern terhadap usaha toko
kelontong dilihat dari segi omset dan pendapatan. Agar lebih jelas
dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan informan
sebagai berikut :
Dari beberapa informan menyatakan kurang setuju atau
menolak dan mengeluh adanya minimarket di Kelurahan
Srengseng Jakarta Barat, seperti halnya yang dikatakan oleh
seorang informan saat peneliti melakukan wawancara.
“Aku sih.. menolak kehadiran minimarket tapi yah mau
bagaimana, namanya sama-sama jualan” 1
Hal yang sama disampaikan oleh informan lain, seperti
yang dikatakan bapak Wahyono (46 tahun)

1
. Nurjannah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
64

“Sebenernya yah.. kurang setuju, karena minimarket inikan


lebih memadai fasilitasnya ketimbang kami ini, kalau
masalah harga memang masih sama sih, paling beda-beda
sedikit.”2
Kemudian informan lain juga menyampaikan hal yang
sama seperti yang dikatakan oleh Bapak Sucipto (43 tahun)
“Kalau bapak sih, kurang setuju soalnya makin banyak
saingan jualan.”3
Akan tetapi dari 5 informan yang telah peneliti wawancarai
tidak semua informan menolak adanya minimarket di Kelurahan
Srengseng. Beberapa informan menyampaikan seperti Ibu
Muslimah (50 tahun)
“Ibu sih tidak ada penolakan, mau ditolak juga ga bisakan!
Ya disyukuri saja, namanya juga jualan pasti ada
persaingan.”4
Serupa halnya dengan yang disampaikan oleh informan lain
yaitu bapak Hendrawan (33 tahun)
“Menurut saya sih sah sah saja, karna itu kan sudah
termasuk dari perkembangan zaman.” 5
Hasil dari wawancara yang peneliti lakukan dengan
pedagang toko kelontong, beberapa pedagang setuju dan
beranggapan bahwa sejak kehadiran minimarket di Kelurahan
Srengseng ini merupakan bagian dari kemajuan zaman yang tidak
dapat dipungkiri keberadaannya dan sejauh ini menjadi
perbincangan yang cukup hangat disebabkan tuntutan gaya hidup

2
Wahyono, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
3
Sucipto, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
4
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
5
Hendrawan, Pemilik Warung Kelontong, wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
65

yang berkembang di masyarakat kita, kemudian para pedagang


menyakini bahwa rezeki akan datang pada masing-masing usaha
yang dilakukan.
Banyak jenis barang dagangan yang mengalami perubahan
omset diantaranya minyak goreng, gula pasir, mie instan, detergen,
sabun mandi, susu dan jajan ringan. Dari 5 informan yaang peneliti
wawancara juga mengeluhkan penurunan pada omset penjulan
mereka.
Menurut salah satu informan yaitu ibu Muslimah (50 tahun)
“Menurun ya sudah pasti, karna minimarket ini suka
membuat promo dan diskon. Seperti gula, minyak goreng,
dan sabun-sabun, pasti pembeli memilih belanja di
minimarket. Palingan rokok yang pada beli di saya, karena
diwarung kan masih bisa beli perbatang. Kalau di
minimarket mesti sebungkus.”6
peneliti juga menanyakan tentang promosi melalui
potongan harga yang dilakukan terhadap setiap pembeli yang
berbelanja di minimarket Kelurahan Srengseng, apakah
berpengaruh dengan omset mereka, adapun salah satu pedgang
yaitu Hendrawan (33 tahun) mengatakan :
“menurut saya berpengaruh, sebab pembeli itu lebih
mencari yang lebih murah. Karna minimarket mengambil
barang dari agen langsung banyak jadi bisa lebih murah.”7
Berbeda sekali dengan yang dikatakan oleh ibu Nurjannah
(35 tahun)

6
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
7
Hendrawan, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
66

“Kalau aku sih, promosi, dan potongan harga seperti itu


tidak terlalu berpengaruh karna saya juga grosir bisa
menyamakan harganya atau bisa lebih murah juga”.8
Dalam kegiatan bisnis, pedagang harus bisa menghadapi
persaingan usaha yang lazim terjadi dalam dunia bisnis. Ketika
pedagang bersikap kompetitif maka pedagang memiliki sikap siap
serta berani bersaing dengan orang lain. Namun bukan berarti
dapat menghalalkan segala cara, akan tetapi bersaing dengan cara
yang baik. Hal yang demikian telah tampak pada beberapa
pedagang kelontong di Kelurahan Srengseng, siap tidak siap
mereka harus tetap bersaing dengan minimarket seperti pemaparan
masing-masing informan.
Begitu beragam respon yang diberikan para pedagang atas
hadirnya minimarket di Kelurahan Srengseng, diantaranya ada
yang beranggapan berdampak positif dan negatif terhadap
pendapatan mereka, sebab pedagang kelontong yang merasakan
dampak secara langsung atas adanya minimarket dan hal ini sudah
pasti berimbas pada pendapatan mereka yang berkurang dari tahun-
ketahun. Berikut keluhan para pedagang yang merasakan langsung
dampaknya terhadap pendapatan mereka, seperti yang disampaikan
oleh ibu Muslimah (50 tahun)
“Menurut ibu sih ada positif dan negatifnya, kalau
positifnya itu merupakan suatu bentuk kemajuan zaman
dan pasti sudah pasti membuka lapangan kerja, tapi
negatifnya ya seperti ibu begini otomatis ibu mengalami
penurunan omset. 9

8
Nurjannah, , Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
9
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
67

Dan hal yang sama disampaikan oleh bapak Sucipto (43


tahun), beliau mengatakan bahwa
“saya merasakan lebih ke negatif sih karna kelihatan
adanya penurunan omset barang yang saya jual”10
kemudian begitu juga dengan bapak Wahyono (46 tahun)
“bisa dibilang negatif karena secara tidak langsung
minimarket mematikan pedagang-pedagang seperti kami
ini”11
Hampir semua informan mengatakan hal yang sama
bahwasanya minimarket yang ada di Kelurahan Srengseng ini
memberikan dampak negatif, sebab para pedagang sudah
merasakan langsung adanya penurunan penjualan untuk beberapa
tahun terakhir ini. Hal ini juga dibarengi dengan adanya penurunan
pendapatan tiap-tiap pedagang. Akan tetapi dari 5 informan yang
peneliti wwancarai tidak semua beranggapan berdampak negatif, 1
diantaranya mengatakan berdampak positif karna bentuk dari
kemajuan zaman dan sudah semestinya.
Penetiti juga menanyakan tentang beberapa persen jumlah
pendapatan yang dihasilkan perharinya oleh pedagang jika
meningkat ataupun menurun baik sebelum adanya minimarket
maupun sesudah hadirnya minimarket di Kelurahan Srengseng.
Kebanyakan informan pemilik warung kelontong mengalami
penurunan dari pendapatan mereka, maka dapat dilihat pada tabel
berikut ini yang menunjukan perubahan omset para pemilik
warung.

10
Sucipto, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
11
Wahyono, , Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
68

Tabel 4.7
Perubahan Jumlah Pendapatan Pemilik Warung Kelontong
No. Nama Pemilik Sebelum Sesudah
Warung adanya adanya
Minimarket Minimarket
1. Ibu Nurjannah 4-5 Juta/hari 3 Juta/hari
2. Ibu Muslimah 3 Juta/hari 2 Juta/hari
3. Bapak Wahyono 2 Juta/hari 1 Juta/hari
4. Bapak Sucipto 3 Juta/hari 2,5 Juta/hari
5. Bapak Hendrawan 2 Juta/hari 1,5 Juta/hari

Berdasarkan tabel di atas menunjukan dengan sangat jelas


bahwa telah terjadinya perubahan jumlah pendapatan perharinya
untuk tiap-tiap pedagang. Hal ini membuat pendapatan para
pedagang menurun, diantaranya sebelum adanya minimarket
jumlah pendapatan sebesar 2-5 juta perharinya. Namun setelah
hadirnya minimarket, jumlah pendapatan para pedagang kian
mengalami penurunan omset penjualan. Diantarannya pendapatan
perharinya 1-3 juta. terutama warung bapak wahyono mengalami
pendapatan yang sedikit dan penurunan pendapatan karna adanya
minimarket serta letak warung bapak wahyono berdekatan dengan
warung ibu nurjannah dan minimarket.
2) Jumlah Pelanggan
Hasil dari wawancara yang peneliti lakukan beberapa
pemilik warung kelontong mengeluhkan terkait adanya pelanggan
mereka yang beralih berbelanja ke minimarket sejak hadirnya
minimarket di Kelurahan Srengseng Jakarta Barat, seperti yang
dikatakan oleh salah satu informan yang peneliti wawancarai.
69

“Pasti ada karena hak pembeli mau beli dimana terlebih


kalau diminimarketkan fasilitasnya yang rapi juga
membuat pembeli nyaman.”12
Hal yang sama juga dirasakan oleh informan lain yaitu Nurjannah
“ada jugalah, tapi yah kadang kalo belanja banyak pada
kesini karena kan saya jual grosir”13
Informan lain juga menyatakan hal yang sama
“saya sih tidak memperhatikan, atau nandai orangnya
yang mana ya tapi ya sudah pasti adalah.”14
Kualitas pelayanan, kelengkapan barang dan kenyamanan
dari Alfamart, Indomaret tentu sudah membuat toko kelontong
kalah bersaing. Konsumen lebih memilih beralih berbelanja ke
Alfamart dan Indomart dari pada berbelanja di Toko Kelontong.
Hal Ini sangat berpengaruh terhadap permintaan barang di toko
kelontong. Selera masyarakat yang sudah mulai terpengaruh akan
sebuah kemewahan, membuat konsumen mulai enggan belanja di
toko-toko tradisional atau toko kecil dan lebih memilih belanja di
toko modern yang lebih mengutamakan kualaitas, kenyaman dan
pelayanan.
Kebanyakan para pedagang sudah merasakan langsung
akan dampak yang diberikan minimarket, sehingga yang dirasakan
pedagang kian cukup mengalami penurunan pelanggan mereka.
Tidak hanya adanya minimarket melainkan semakin banyaknya
penduduk masyarakat di Kelurahan Srengseng membuka usaha
kecil seperti kedai, hal tersebut juga kian menambah kerisauan para
pedagang kelontong.

12
Lampiran, Transkip wawancara dengan Muslimah
13
Nurjannah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
14
Sucipto, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal 11
Februari 2019
70

Cukup begitu terasa dampak yang diberikan minimarket


terhadap usaha-usaha mereka, keuntungan merupakan faktor yang
penting bagi setiap usaha mereka, khususnya disini toko kelontong
demi terjaganya keberlangsungan usaha mereka. Hasil dari usaha
yang diperoleh nantinya dapat dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya dan biaya usaha mereka untuk
kedepan. Ditambah lagi beberapa dari mereka melakukan
pembiayaan ke bank untuk tambahan modal awal usaha mereka
dan bukan dengan jumlah yang sedikit. Jika jumlah pelanggan toko
kelontong serta keuntungan yang didapat menurun maka akan
muncul dampak dari kelangsungan usaha toko kelontong tersebut
atau bahkan akan ada yang sampai menutup usahanya (bangkrut).
Semakin banyak konsumen yang tertarik pada minimarket
ini, maka hal itu akan mempengaruhi jumlah konsumen yang
sebelumnya berbelanja di warung kelontong, hal ini juga akan
mempengaruhi kondisi ekonomi para pedagang pemilik warung
kelontong tersebut. Imbas dari fenomena inilah yang akhirnya
memunculkan suatu tanggapan dari para pedagang warung
kelontong sebagai wujud pemahaman dan penilaian mereka
terhadap adanya usaha minimarket tersebut. Sikap perwujudan
mereka diaplikasikan dalam bentuk pengaruh atau penolakan, suka
atau tidak suka, pasrah dengan keadaan yang terjadi bahkan sampai
pada penemuan inovasi baru.
Pedagang warung kelontong melihat situasi seperti ini
haruslah cermat dan aktif serta mempunyai strategi khusus dalam
bersaing dengan ritel modern tersebut jika ingin mempertahankan
usahanya agar tidak tergerus oleh ritel modern yang sedang
berkembang.
71

4. Upaya yang Dilakukan Pelaku Usaha Warung Kelontong dalam


Mempertahankan Eksistensi Usahanya
Upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha warung kelontong untuk
mempertahankan eksistensi usahanya masih belum terlihat. Mereka
hanya berjualan seperti biasanya, dan mengikuti arus pasar yang ada.
Para pelaku usaha warung kelontong mengaku tidak ada strategi
pemasaran baru dalam kegiatan usahanya. Mereka hanya menjual
dengan cara yang selama ini telah mereka lakukan.
“ya paling saya jual kaya biasa penjual dan pembeli neng, ga
pake karyawan paling anggota keluarga saya yang bantu buat
ngelayanin.”15
“Saya sudah pakai etalase dan membuat rak-rak untuk
menaruh barang dagangan. Biar pembeli melihat barang
dagangan yang saya jual dan terlihat warung saya penuh dan
rapi.”16
Mereka juga tidak terpikirkan untuk mengubah strategi pemasaran
pada usahanya. Dari segi strategi pemasaran, mereka menjual
dagangannya secara tradisional yaitu melayani pembeli satu persatu,
tidak ada harga yang tertera di masing-masing barang dagangan, dan
penataan barang dagangan yang kurang menarik. Mereka tidak
menerapkan strategi pemasaran baru dalam perkembangan bisnisnya.
“pengen sih ngerubah strategi penjualannya, tapi kan butuh
modal, dan warung saya juga sempit.”17
“saya bingung harus memakai strategi apa. Yang penting masih
ada yang beli ke warung saya juga sudah bersyukur.”

15
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
16
Hendrawan, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
17
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
72

Dari segi harga barang, mereka tidak menjual barang dagangan


dengan harga lebih murah dari minimarket. Akan tetapi, ada beberapa
barang yang lebih murah seperti beras, tepung terigu, dan telur.
Sedangkan untuk produk makanan dan kebutuhan sehari-hari, mereka
menjual dengan harga sama dan kadang lebih mahal dari pasar
modern.
“Promosi bonus gitu ya, saya sih ga pake promo-promo gitu,
paling saya ngasih bonus atau hadiah pas mau lebaran aja.
Kalau minimarket ini kan sengaja buat promo biar barangnya
laku.”18
“Kalau aku sih, promosi potongan harga seperti itu tidak terlalu
berpengaruh karena saya juga menjual grosir paling bisa
menyamakan harganya.”19
Pelaku usaha toko kelontong juga tidak memberikan diskon kepada
para pelanggannya. Potongan harga kadang diberikan kepada
pelanggan/ konsumen yang berbelanja dalam jumlah besar. Akan
tetapi, pada umumnya tidak ada potongan harga atau diskon yang
diberikan.
“ya saya juga mau warung saya komplit, tapi kadang kalo barang
banyak yang habis paling saya belinya yang banyak diminati
dulu.”20
“diwarung saya ini saya menstok barang dagang terutama
sembako dan rokok mau nambah modal juga ribet. Bingung
gantinya kalo pinjam di bank.”21

18
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
19
Nurjannah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
20
Wahyono, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
21
Muslimah, Pemilik Warung Kelontong, Wawancara di Kelurahan Srengseng, tanggal
11 Februari 2019
73

Pelaku usaha toko kelontong tidak menambah modal usahanya.


Akan tetapi, terkadang uang usaha terpakai untuk keperluan pribadi
dan diganti dengan jumlah yang tidak pasti pada waktu tertentu.
Keuangan usaha dan pribadi pelaku warung kelontong tidak terpisah
dengan jelas dan tidak dibukukan sehingga modal usaha mereka tidak
dapat diketahui secara pasti.
Pelaku usaha toko kelontong harus mempunyai strategi yang
merupakan salah satu aspek perencanaan dalam suatu usaha yang
harus ditentukan secara matang dalam menghadapi sesama pelaku
pasar. Strategi berdagang yang diambil oleh para pedagang warung
kelontong yaitu meliputi aspek produk, harga serta lokasi dan tak lupa
pula doa kepada Tuhan sebagai upaya yang terakhir dalam usahanya.
Upaya yang dilakukan para pedagang kecil pemilik warung
kelontong dalam mempertahankan usahanya antara lain yaitu dengan
cara melengkapi barang dagangan yang ada di toko mereka, menata
barang dagangan sedemikian rupa agar lebih kelihatan menarik,
memberikan penawaran harga yang lebih murah, memberikan
potongan harga khusus pada konsumen yang berbelanja dalam jumlah
yang besar, melayani pembelian secara cash dan kredit, serta
melakukan perluasan pada usaha mereka.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Pemilik warung kelontong di Kelurahan Srengseng umumnya
hanya bersaing dengan pedagang Kelontong lainnya saat sebelum adanya
minimarket dan hal ini tidak begitu terlalu berpengaruh terhadap
pendapatan mereka. Pendapatan pedagang merupakan pendapatan per hari
yang dihasilkan oleh pedagang yang terbilang cukup stabil bahkan
mengalami peningkatan, kebutuhan sehari-haripun tercukupi karena
terbilang lumayan, bahkan tidak sedikit dari pemilik toko eceran dan
grosir bisa memberikan pendidikan pada anaknya sampai ke jenjang
74

perguruan tinggi dan dapat menopang perekonomian dalam keluarga untuk


memenuhi segala bentuk kebutuhan hidup.
Terlebih peneliti akui banyaknya jumlah toko Kelontong di
Kelurahan Srengseng akan tetapi hal ini tidak menyurutkan usaha para
pedagang kelontong walaupun banyaknya saingan, kalaupun berpengaruh
tidak terlalu berdampak bagi para pedagang. Usaha ini juga terbilang tidak
terlalu sulit sebab hanya memerlukan modal dan tempat untuk usaha tidak
perlu menyewa atau membeli cukup mendirikan usaha di rumah sendiri,
oleh karena itu semakin banyak orang membuka usaha yang sama. Namun
sekarang ini, para pedagang cukup merasakan dampak secara langsung
dari minimarket, dan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh toko
kelontong tidak memungkinkan untuk bisa bersaing secara baik, yang ada
pedagang kelontong akan tersingkir.
Hasil wawancara dan observasi terhadap pemilik toko yang telah
peneliti lakukan, dari beberapa informan mengatakan sebelum adanya
seperti indomaret dan alfamart, pendapatan mereka dapat dikatakan
lumayan. Akan tetapi sekarang tidak lagi demikian. Awalnya toko
kelontong yang ada pun dahulu mengalami perkembangan dengan baik,
memiliki pelanggan tetap, namun adanya perubahan gaya hidup seperti
pandangan konsumen terhadap minimarket adalah sebagai tempat yang
nyaman, harga terjangkau sudah terlihat dengan jelas. Dan tidak perlu
bertanya berulang kali mengenai harga, dan fasilitas yang memadai untuk
berbelanja, dari pada di toko eceran. Seperti halnya yang kita ketahui
bahwa masyarakat merasa lebih puas jika berbelanja ke minimarket, dan
mungkin lebih mudah dijangkau.
Seperti yang di ungkapkan Herman Malano, pasar modern yang
dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan,
sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik
kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas
75

menengah keatas22 begitu pula sama seperti yang diungkapkan oleh Eis
dalam jurnalnya yang menyatakan “tempat penjualan barang-barang
kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana
penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan (konsumen
mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir)”23.
Tampak jelas bahwa saat adanya bangunan-bangunan minimarket,
sangat memberikan pengaruh terhadap kelangsungan usaha toko kelontong
di kelurahan Srengseng. Dari hasil wawancara terhadap para pedagang,
mereka mengakui untuk beberapa tahun terakhir ini minimarket
memberikan dampak yang cukup terasa. Pendapatan merekapun kian
menurun seperti yang dirasakan oleh salah satu informan yaitu sebesar 40-
50% per harinya, persentase tersebut adalah yang paling tinggi tingkat
penurunannya.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai perubahan omset
penjualan, perubahan keuntungan dan jumlah konsumen, dimana turunnya
omset penjualan secara dahsyat dan signifikan jika toko kelontong berada
pada jarak dibawah 1 kilometer dengan minimarket. Hal tersebut
didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mudrajad Kuncoro,
anggota Tim Ekonomi Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia
dalam Bisnis Indonesia (2008) mengemukakan bahwa turunnya omset
penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan, jika jarak
kios atau tokonya dengan toko modern dibawah satu kilometer. Sama
halnya menurut Wijayanti, bahwa kehadiran pasar modern memberikan
pengaruh yang negatif salah satunya terhadap UMKM sektor perdagangan
salah satunya toko tradisional yang jaraknya kurang dari satu kilometer
dari minimarket mengalami penurunan keuntungan secara signifikan24.

22
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2011, hal.77
23
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta : Media Data, 2009), hal. 91-92
24
Wijayanti, Pardiana dan Wiratno. “Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha
Warung tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus Di Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang)”.Undip, 2011
76

Berdasarkan hasil observasi jarak toko kelontong dengan minimarket


menunjukan, toko kelontong yang jaraknya dari mulai 0-1000 meter
dengan minimarket berjumlah 4, sedangkan toko kelontong yang jaraknya
dari mulai 1001 sampai 2000 meter dengan minimarket berjumlah 1 toko.
Uraian diatas menunjukan bahwa hasil penelitian menunjukan
penurunan omset dan keuntungan toko kelontong dipengaruhi oleh
berdirinya minimarket yang berdiri dalam rentang jarak satu hingga dua
kilometer. Setiawan25 menyatakan dampak dari adanya minimarket
terhadap Toko tradisional akan berpengaruh terhadap modal, pola kegiatan
usaha, omset penjualan, konsumen, dan pendapatan. Menurut Nully dan
Irawati26. Dampak dari kebijakan diperbolehkan berdirinya minimarket
adalah menurunnya omset pedagang tradisional karna Banyak pasal yang
dilanggar dalam peraturan tersebut, antara lain yang mengatur tentang
persetujuan pedagang kecil sejenis, penggunaan tenaga kerja, harga jual
barang, kemitraan dengan usaha kecil dan koperasi, waktu pelayanan
penyelenggaraan minimarket, penyediaan ruang usaha untuk pedagang
lain, dan penempatan/ penataan usaha informal.
Penentukan lokasi minimarket tergantung dari kebijakan
perencanaan yaitu memastikan di suatu kawasan boleh mendirikan
minimarket terlebih dahulu harus berkonsultasi dengan perencana lokal
serta melihat tata guna lahan pada kawasan tersebut. Ini dilakukan untuk
memastikan bahwa lokasi yang akan didirikan minimarket diproyeksikan
bagi area perdagangan. Menurut Christina Widya Utami27, “ lokasi adalah
faktor utama dalam pemilihan toko konsumen.” Jika otoritas perencana
lokal membatasi dan melarang dibangunnya minimarket pada lokasi
tersebut karena struktur perdagangan di area tersebut sudah tidak terbuka

25
Jeri Setiawan. Pengaruh Keberadaan Minimarket terhadap Pendapatan Pedagang
Kelontong di Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta: UNJ
2010. hal.3
26
Wilda Nuraftia dan Irawati. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Omset Pedagang
Tradisional di Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi (Studi Kebijakan
Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2007 tentang Minimarket). Jurnal Madani Edisi II. 2011
27
Christian Whidya Utami. Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel Modern).
Jakarta: Salemba Empat. 2006. hal 113
77

untuk dibangun perdagangan besar atau minimarket lagi, maka pada lokasi
tersebut tidak bisa dibangun minimarket sehingga pendirian minimarket
terbatas pada lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan perolehan ijin dari
pemerintah.
Strategi dalam menjual penting dimiliki oleh para pedagang
umumnya. Pengertian strategi disini, masih sebatas strategi (cara) menjual
barang dalam menghadapi persaingan. Para pedagang yang mempunyai
pengetahuan lebih tentang para konsumen dan pesaingnya akan dapat
mengembangkan strategi memasarkan (menjual) barang yang tepat untuk
mempertahankan konsumennya dan menghadapi pesaingnya. Pengetahuan
yang mereka miliki tersebut merupakan suatu keunggulan dibanding
pedagang lain, termasuk para pesaing. Seperti yang di ungkapkan oleh
Christina Whidya Utami dalam bukunya Manajemen Ritel “Strategi
pemasaran ritel yaitu harus memperhatikan: (1) target pasar ritel
(konsumen) (2) format yang direncanakan oleh ritel untuk digunakan,
dalam memenuhi kebutuhan target pasar, dan (3) dasar perencanaan ritel
untuk memproleh keuntungan bersaing yang dapat dipertahankan”28 sama
halnya dengan yang di ungkapkan Philip Kotller dan Gary Amstrong
“Strategi pemasaran meliputi Produk, harga, tempat, dan promosi.” Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa begitu penting strategi
pemasaran sebelum memulai usaha toko kelontong.
Untuk menghadapi persaingan dengan minimarket, maka para
pedagang perlu memiliki strategi khusus karena kenyataannya yang
dihadapi saat ini minimarket lebih eksistensi dari pada pedagang toko
kelontong. Maka dari itu perlu adanya strategi dari pedagang
mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya membangun
rencana mengubah citra dan khas yang mampu memenuhi kebutuhan dan
tuntutan konsumen sebagaimana yang dilakukan oleh minimarket.
Para pedagang perlu mencoba untuk melakukan penjualan dengan
harga diskon pada periode tertentu guna meningkatkan penjualan, seperti

28
Ibid. hal 102
78

yang biasa dilakukan para pedagang di minimarket. Akan tetapi hal yang
cukup sulit dikarenakan latar belakang dari semua informan paling tinggi
jenjang pendidikannya adalah SMA bahkan ada pula yang hanya tamat SD
saja, ini merupakan gambaran bahwa pengetahuan pedagang hanya sebatas
untuk berjualan dan dapat penghasilan yang cukup agar bisa memenuhi
kebutuhan hidup.
Salahsatu alasan sulitnya pedagang memaksimalkan
keuntungannya adalah tidak dapat menyaingi minimarket yang buka 24
jam penuh itu karena banyak pegawai dari minimarket yang memakai
sisitem pembagian jam kerja. Konsumen tentu menyukai tempat
berbelanja yang 24 jam karena setiap saat bisa belanja kebutuhan sehari
hari tanpa takut tidak ada lagi warung/toko yang buka. Melihat persaingan
yang terjadi antara toko eceran dan minimarket terdapat persaingan
menurut golongannya. Untuk golongan minimarket secara langsung
berdampak pada toko eceran. Persaingan menurut golongan tersebut
dikarenakan karakter jenis jualan yang sama serta batasan luas
bangunannya. Golongan minimarket dan toko kelontong menjual
kebutuhan yang lebih sederhana seperti minuman dan makanan ringan,
rokok, sabun, dan lainnya.
Dampak keberadaan minimarket terhadap toko kelontong yang
dialami oleh pedagang toko akan maraknya minimarket sangat beralasan.
Dengan modal yang sangat besar, minimarket dapat menerapkan strategi
dan manajemen dagang yang tidak bisa dilakukan oleh pedagang toko
kelontong. Mulai dari promosi, fasilitas yang memberikan kenyamanan
kepada konsumen, distribution center sendiri, sampai pemberian diskon
besar besaran terhadap suatu barang. Bahkan, masyarakat banyak menilai
pergi ke minimarket bukan hanya bertujuan untuk melakukan transaksi
jual beli melainkan sebagai ajang rekreasi keluarga. Sehingga hal ini
memunculkan pola yang baru kepada masyarakat dalam hal berbelanja.
Dalam pekembangannya, minimarket semakin luas berdiri di
wilayah Srengseng Jakarta Barat. Hal tersebut memanfaatkan celah dari
79

aturan yang tidak tegas dari pemerintah. Regulasi Perpres No,112 tahun
2007 dan Perda Nomor : 21 tahun 2008 tidak mampu meredam
penerobosan yang dilakukan secara kuat dari minimarket. Setelah
munculnya perda di masing-masing wilayah tidak memberikan dampak
signifikan terhadap pengendalian minimarket. Konsep perlindungan hanya
menjadi aturan formal belaka tanpa bisa di tegakkan. Aturan mengenai
pendirian minimarket harus menyertakan dampak sosial-ekonomi dari
pasar tradisional dan usaha kecil yang telah terlebih dahulu berada
disekitarnya dijalankan dengan tidak serius. Indikasi kearah permainan
antara kelompok pengusaha minimarket bersama pemerintah semakin
menguak kepermukaan.
Segala faktor tersebut menyisahkan kesedihan tersendiri pada
keberadaan pedagang di dalamnya. Kehadiran minimarket dengan market
power yang sangat besar, berbasiskan kapital, mampu menggerus setiap
lawan termasuk toko tradisional. Berbagai strategi bisnis yang
dikembangkannya untuk menopang brand image sebagai ritel penyedia
barang dengan harga termurah, selalu menjadi trend dalam
pengelolaannya.
Dalam berbagai hal harus diakui bahwa minimarket telah
berkembang menjadi trend setter bisnis ritel Indonesia. Hal yang juga
dianggap luar biasa dari minimarket adalah brand image tersebut ternyata
mampu mendorongnya menjadi sebuah pencipta traffic (lalu lintas) orang
berbelanja, di pusat-pusat perbelanjaan (mall). Dalam konsep ekonomi,
jelas bahwa toko tradisional disatu sisi memiliki modal kecil akan kalah
jika disaingkan dengan minimarket dengan kapital dan market power yang
besar.
Persaingan tidak seimbang yang terjadi antara pedagang kelontong
dengan minimarket kerap membawa implikasi sosial, karena tersisihnya
para pedagang dan membawa konsekuensi terhadap hilangnya mata
pencaharian sebagian penduduk. Selain tidak seimbangnya kemampuan
dalam hal modal dan kapital, harus diperhatikan pula model pengelolaan
80

dalam toko kelontong, dimana sampai saat ini masih terjebak dalam model
pengelolaan yang masih jauh dari upaya menawarkan model yang bisa
lebih menarik konsumen. Kesan stok barang yang lama, tidak aman dan
tidak nyaman dan sejumlah atribut tidak baik lainnya masih melekat dalam
diri pedagang kelontong di mata konsumen.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, jumlah
konsumen toko kelontong cenderung menurun akibat munculnya
minimarket. Keadaan ini terlihat dari semakin sepinya konsumen yang
berbelanja di toko kelontong. Sebelum munculnya minimarket konsumen
rutin untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari pada toko kelontong. Namun
setelah munculnya minimarket, terjadi perubahan kebiasaan konsumen
untuk membeli kebutuhan sehari-hari, perubahan kebiasaan tersebut
terlihat dari banyaknya aktivitas belanja kebutuhan sehari-hari pada
minimarket yang terjadi setiap awal bulan, dimana sebagian besar
konsumen lebih memilih untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di
minimarket dalam jumlah yang banyak dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari selama satu bulan penuh, dan jika pun kebutuhan
sehari-harinya tidak mencukupi untuk satu bulan penuh, sebagian besar
mereka tetap memenuhinya dengan berbelanja di minimarket. Hal tersebut
menunjukan bahwa jumlah konsumen toko kelontong menurun akibat
munculnya minimarket.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dan wawancara yang
dilakukan peneliti kepada para pedagang yang menjadi informan
penelitian, yang menunjukkan bahwa para pemilik toko kelontong tidak
jarang yang memiliki banyak anak atau tanggungan keluarga lainnya
sedangkan sumber penghasilannya hanya diperoleh dari hasil berdagang
yang pada akhirnya membuat kondisi sosial ekonomi keluarga mereka
menjadi rendah atau hanya sekedar cukup.
Para pedagang juga tidak sedikit yang hanya memikirkan
pendidikan untuk sebatas formalitas sampai bisa membaca, menulis dan
menghitung saja, rata-rata tingkat pendidikan akhir mereka adalah SMA,
81

jarang sekali yang menempuh pendidikan sampai tingkat universitas, para


orang tua lebih memilih mengalihkan biaya pendidikan untuk keperluan
lain dan para anak lebih memilih untuk bebas dari pendidikan untuk ikut
membantu atau menggantikan orang tua nya berdagang.
Sedangakan dari sisi pola pikir dan cara bersosialisasi, para
pedagang beranggapan bahwa kehidupan mereka memanglah berjualan
atau berdagang, orang tua yang berdagang mengarahkan anaknya untuk
berdagang juga, pendidikan yang seadanya membuat ruang gerak mereka
terbatas untuk bergerak lebih banyak lagi dan masih kurangnya kesadaran
bahwa dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kualitas kondisi
kehidupannya, lingkungan berdagang yang sudah melekat pada seorang
pedagang seperti menutup lingkungan lainnya dari kehidupan mereka.
Ditemui juga informasi dari para pedagang yang dijadikan
informan penelitian bahwa ternyata mereka pun tidak hanya serta merta
merasa tersaingi atau terancam terhadap munculnya minimarket-
minimarket disekitar, tetapi mereka juga menikmati keberadaan
minimarket-minimarket tersebut, mereka tidak jarang membeli keperluan
sehari-hari untuk keperluan pribadi atau rumah tangga di minimarket
terlebih lagi ketika didapatkan ada diskon (potongan harga) di minimarket.
Dengan kata lain, di dalam suatu persaingan tetap ada keuntungan
dan kerugian baik dari pihak yang tersaingin maupun pihak yang
menyaingi seperti pedagang eceran dan grosir dengan minimarket.
Penelitian yang dilakukan di wilayah Srengseng Jakarta Barat
mengenai Dampak Keberadaan Minimarket terhadap Kelangsungan Usaha
Toko Kelontong. Mempunyai hasil yang sama dari beberapa hasil
penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu. Yaitu sejak hadirnya
minimarket membawa dampak yang cukup serius berupa dampak negatif
terhadap kelangsungan usaha para pedagang.
Jumlah pelanggan sangat mempengaruhi keuntungan seorang
pedagang. Setelah adanya minimarket, pedagang merasa dirugikan karena
pelanggan mereka banyak yang beralih ke minimarket. Hal ini di
82

tunjukkan oleh berkurangnya daya beli konsumen dan penurunan


pendapatan tiap tahunnya, serta ada beberapa pedagang yang tidak
berdampak negatif tapi tetap saja mengalami penurunan omset pada usaha
mereka.

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan
dan keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:
1. Masih terdapat jawaban yang tidak konsisten, karena pengambilan data
dilakukan pada saat jam operasional sibuk. Hal ini dapat diantisipasi
peneliti dengan cara memilih informan yang sedang tidak sibuk
melayani konsumen atau sedang beristirahat.
2. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 5 informan.
3. Sedikitnya jumlah sampel yang diambil karena keterbatasan waktu dan
tenaga peneliti
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti pada bab IV, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi peraturan pemerintah dalam Perpres No. 112 Tahun
2007 dan Permendag No. 53 Tahun 2008 tidak berjalan
semestinya. Banyak pasal-pasal dalam peraturan tersebut yang
tidak terlaksana dengan baik. Implementasi peraturan yang tidak
sempurna dapat merugikan banyak pihak, termasuk pelaku usaha
sejenis di sekitar usahanya.
2. Pelaku toko kelontong memiliki persepsi negatif yang tinggi
terhadap keberadaan Minimarket. Mereka menganggap bahwa
keberadaan Minimarket berdampak negatif terhadap usaha mereka.
3. Keberadaan minimarket memiliki dampak negatif terhadap omset,
pendapatan, dan jumlah pelanggan pada usaha toko kelontong.
Penurunan omset pada toko kelontong masing-masing sebesar
25%-50%. Pendapatan pada toko kelontong sebelum hadirnya
Minimarket di wilayah Srengseng Jakarta Barat cukup stabil,
terlihat dengan persaingan antar pedagang toko kelontong saja, dan
tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Bahkan
sebelum adanya minimarket pendapatan para pedagang lumayan
meningkat sebesar 2-5 juta per hari yang dihasilkan oleh 5
pedagang toko kelontong. Kemudian hal inilah menjadi tolak ukur
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari usaha tersebut, terlebih
mata pencaharian utama masyarakat di Wilayah Srengseng adalah
membuka usaha kecil seperti pedagang warung kelontong.Selain
penurunan omset dan pendapatan, usaha toko kelontong juga
mengalami penurunan jumlah pelanggan.

83
84

4. Upaya yang dilakukan oleh pemilik usaha toko kelontong masih


sangat minim, bahkan tidak ada upaya yang berarti dalam usaha
mempertahankan eksistensi usahanya.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada para pemilik usaha kelontong dan pemerintah mengenai peran
pemilik usaha kelontong dalam mengatasi dampak yang terjadi dari
minimarket di daerah srengseng. Sehingga pemerintah dapat lebih
memperhatikan setiap pemberian izin usaha minimarket dan letak
lokasi yang berjarak dengan para pedagang agar terciptanya situasi
persaingan yang tidak merugikan antara minimarket dengan warung
kelontong. Dengan diketahuinya dampak minimarket terhadap
kelangsungan usaha kelontong maka baik pemilik warung kelontong
maupun pemerintah kota Jakarta diharapkan dapat mengadakan kerja
sama dalam meningkatkan kesejahteraan warung kelontong sebagai
salah satu pilihan mata pencaharian masyarakat yang tidak memiliki
akses dalam sektor formal dalam mengurangi pengangguran di kota
Jakarta.
C. Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pelaku Usaha Kelontong
sebaiknya melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan
eksistensi usahanya, misalnya dengan memperbaiki manajemen
usaha, menambah modal usaha dan meningkatkan kualitas pelayan
usahanya agar mampu bersaing dengan Minimarket.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah seharusnya membuat peraturan daerah tentang
minimarket agar pendirian minimarket tidak merugikan pihak-
pihak lain, seperti usaha mikro, usaha ritel, dan pedagang pasar
tradisional. Selain itu, dari peraturan yang telah ada seharusnya
85

dapat diimplementasikan dengan sebaik mungkin agar


perekonomian dapat berjalan seimbang. Pemerintah seharusnya
berpihak pada pedagang kecil dan berupaya turut melestarikan
usaha mereka.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Asep ST Sujana. Manajemen Minimarket, Jakarta: Raih Asa Sukses. 2013

Budiono. Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro.Yogyakarta: BPPE. 2002

Christina, W. Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel Modern).

Jakarta: Salemba Empat. 2006.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan

Pengendalian. Jakarta: BPFE UI. 1997.

Malano, Herman. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2011.

Ma’ruf, Hendri. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2005

Mankiw, N. Gregory.. Principles of Economics, Edition (Pengantar Ekonomi

Mikro, edisi 3); Penerjemah, Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba

Empat. 2006.

Nurochim dan Iwan Purwanto. Manajemen Bisnis, Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Permadi, Gilang. Pedagang Kaki Lima : Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini! Jakarta.

2011.

Philip Kotler dan Kelvin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Edisi 13 Jilid

Pertama. Penerjemah Bob Sabran. Jakarta: Erlangga. 2009.

Rita Hanafi. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES. 2011.


Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta. 2011.

Waluyo Hadi, Dini Hastuti. Kamus Terbaru Ekonomi dan Bisnis. Surabaya:

Reality Publisher, 2011.


SKRIPSI DAN JURNAL

Agus Susilo & Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha
Ritel Kopersi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010.

Al-Masitoh, Eis. Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi


Pasar Piyungan Bantul. Jurnal PMI Vol. X. No.2. 2013.

Adityo Setyawarman, Pola Sebaran Dan Faktor-Faktor Mempengaruhi


Pemilihan Lokasi Retail Modern (Studi Kasus Kota Surakarta). Skripsi
Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota.
Universitas Diponogoro Semarang, 2009.

Dewi, dkk. Dampak Minimarket terhadap Eksistensi Warung Tradisional Di Kota


Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha, 2012.

Eka Yuliasih, Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap


Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan
Klirong Kabupaten Kebumen Universitas Negeri Yogykarta, Skripsi
Universitas Negeri Yogykarta, 2013.

Jeri Setiawan. Pengaruh Keberadaan Minimarket terhadap Pendapatan


Pedagang Kelontong di Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit
Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta: UNJ 2010.

Mankiw, N. Gregory. Principles of Ekonomics, 3 Edition (Pengantar Ekonomi


Mikro, edisi 3); Penerjemah, Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba
Empat. 2006.

Reza Haditya Raharjo. Analisis Pengaruh Keberadaan Minimarket Modern


Terhadap Kelangsungan Usaha Toko Kelontong Di Sekitarnya Studi
Kasus Kawasan Semarang Barat, Banyumanik, Perundungan Kota
Semarang, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponorogo Semarang, 2015.
Riska, Analisis Motivasi Belanja Konsumen Minimarket dan Warung Kelontong
dalam Perspektif Islam Studi Kasus di Kelurahan Bulurokeng Kota
Makasar, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alauddin
Makasar.

Rusno. Dampak Pesatnya Minimarket Waralaba Terhadap Usaha Kecil (Jenis


Ritel). Jurnal Ekonomi Modernisasi, Volume 4, nomor 1, oktober 2010

Wijayanti, Pardiana dan Wiratno. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan


Usaha Warung tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus
Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang).Undip, 2011

Wilda Nuraftia dan Irawati. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Omset


Pedagang Tradisional di Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Utara
Kabupaten Bekasi (Studi Kebijakan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun
2007 tentang Minimarket). Jurnal Madani Edisi II, 2011
WEBSITE

https://kbbi.web.id/dampak. diakses pada tanggal 11 maret 2018

https://kbbi.web.id/warung kelontong diakses pada tanggal 12 maret 2018

http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-
cirinya.html. diakses pada tanggal 12 maret 2018

http://mohammadbahrudin.blogspot.com/2013/11/karakteristik-sistem-penjualan-
barang.html. diakses pada tanggal 12 maret 2018

http://hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf, diaksespada tanggal 09 juli


2017

http://www.indomaret.com. diakses pada tanggal 20 januari 2020.

https://pakarkomunikasi.com/jenis-metode-penelitian-kualitatif diakses pada


tanggal 22 juli 2018

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997


tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998


tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M


DAG/PER/3/2006, tentang ketentuan dan tata cara penerbitan surat tanda
pendaftaran waralaba

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-


DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro


Kecil dan Menengah.
LEMBAR OBSERVASI

Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2018


Nama : Nur Jannah
Alamat : Jl. Srengseng Raya Gg Bambu II
Kota Asal : Padang
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah

No. Aspek yang Diamati Hasil

1. Lokasi Lokasi warung ibu nurjanah berdekatan dengan


minimarket bahkan jaraknya dibawah 1 km.
Yang berbelanja di warung ibu Nur Jannah
hanya konsumen terdekat saja.

2. Kelengkapan Toko Warung ibu Nur Jannah terlihat penuh dengan


barang dagangan. Namun hanya saja penataan
yang kurang menarik. Bu Nur Jannah juga
menjual barang dagangannya dengan grosir
maupun ecer. dilihat dari segi harga, barang-
barang yang dijual di warung ibu Nurjannah
memiliki selisih harga lebih murah di
bandingkan dengan yang dijual di minimarket.
Barang yang dijual pun tidak kalah kualitasnya
dengan yang dimiliki oleh minimarket.
LEMBAR OBSERVASI

Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2018


Nama : Muslimah
Alamat : Jl. Srengseng Raya Gg Bambu II
Kota Asal : Medan
Pendidikan : SMP
Status Pernikahan : Menikah

No. Aspek yang Diamati Hasil

1. Lokasi Lokasi warung ibu muslimah berdekatan sekali


dengan indomart jaraknya dibawah 1km

2. Kelengkapan Toko Di warung ibu muslimah hampir semua


kebutuhan pokok dijual. Ibu muslimah juga
masih menual minyak tanah. Warung ibu
muslimah terbilang paling lama diwilayah
srengseng. Tapi penataan barang diwarung ibu
muslimah masih seperti warung biasanya,
kurang menarik. Bahkan sekarang warung ibu
muslimah lebih kecil dari sebelumnya.
LEMBAR OBSERVASI

Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2018


Nama : Wahyono
Alamat : Jl. Srengseng Raya Gg Bambu II
Kota Asal : Madura
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah

No. Aspek yang Diamati Hasil

1. Lokasi Lokasi warung bapak wahyono berdekatan


dengan warung kelontong ibu nurjannah dan
juga berdekatan dengan minimarket modern.
Jaraknya pun kurang dari 1km.

2. Kelengkapan Toko Bapak mulyono menjual sembako, makanan,


dan minuman. Bahkan diwarung bapak
mulyono ini menjual bensin eceran. Warung
bapak wahyono terbilang kurang kumplit.
Banyak barang dagangan yang dicari konsumen
tidak ada di warung bapak wahyono.
LEMBAR OBSERVASI

Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2018


Nama : Sucipto
Alamat : Jl. Srengseng Raya Gg Bambu II
Kota Asal : Kuningan
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah

No. Aspek yang Diamati Hasil

1. Lokasi Lokasi warung bapak sucipto berdekatan


dengan minimarket. Jaraknya juga kurang lebih
dibwah 1km

2. Kelengkapan Toko Warung bapak sucipto terbilang kumplit. Tidak


hanya menjual sembako, bapak sucipto juga
menjual gas 3kg, air galon, dan bensin eceran.
Namun barang dagangan bapak sucipto tidak
banyak, hanya khusus untuk pembeli yang
membeli eceran (satuan).
LEMBAR OBSERVASI

Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2018


Nama : Hendrawan
Alamat : Jl. Srengseng Raya Gg Bambu II
Kota Asal : Madura
Pendidikan : D3
Status Pernikahan : Menikah

No. Aspek yang Diamati Hasil

1. Lokasi Warung bapak hendrawan tepat di seberang


lokasi minimarket. Namun warung bapak
hendrawan tidak terlalu terlihat jelan karna
tertutup dengan usaha lain.

2. Kelengkapan Toko Diwarung bapak hendrawan terbilang kumplit


karna warung apak hendrawan baru berdiri
kurang dari 1 tahun. Penataan barang
dagangannya pun cukup tertata dengan baik.
Barang-barang tersebut diletakkan di dalam
etalase kaca dan dikelompokkan menurut jenis
dan kebutuhannya. Barang dagangan yang
dijual pun terjamin kualitasnya
PEDOMAN WAWANCARA

A. Tujuan :
Untuk mengetahui Dampak Keberadaan Minimarket Terhadap Kelangsungan
Toko Kelontong dan Upaya yang Dilakukan Untuk Mempertahankan
Eksistensi Usaha Toko Kelontong di daerah srengseng Jakarta Barat. .
B. Pertanyaan panduan :
a. Identitas diri
1) Nama :
2) Umur :
3) Kota Asal :
4) Pendidikan terakhir :
5) Status pernikahan :
b. Pertanyaan penelitian
1. Sudah Berapa lama anda usaha toko kelontong?
2. Pekerjaan/usaha apa sebelum usaha toko kelontog?
3. Adakah usaha lain selain usaha toko kelontong?
4. Berapa rata-rata pendapatan Anda sebelum adanya minimarket?
5. Berapa rata-rata pendapatan Anda sesudah adanya minimarket?
6. Apakah keberadaan Minimarket berpengaruh terhadap eksistensi usaha
Anda?
7. Apakah keberadaan minimarket mengancam eksistensi usaha Anda?
8. Adakah dampak lain yang disebabkan oleh keberadaan Minimarket
terhadap usaha Anda?
9. Apa saja dampak lain yang terjadi pada usaha Anda setelah berdirinya
Minimarket?
10. Adakah upaya yang Anda lakukan untuk mempertahankan eksistensi
usaha Anda?
11. Apakah Anda menerapkan strategi pemasaran baru dalam usaha anda
setelah adanya Minimarket modern?
12. Strategi pemasaran baru apa yang Anda terapkan?
13. Mengapa Anda memilih strategi pemasaran tersebut?
14. Apakah Anda menjual barang dagangan dengan harga lebih murah dari
Minimarket untuk menarik pelanggan?
15. Barang apa saja yang dijual dengan harga lebih murah dari
minimarket?
16. Apakah Anda menerapkan sistem diskon atau potongan harga dalam
usaha Anda?
17. Apa saja kriteria pembeli yang dapat memperoleh diskon atau
potongan harga?
18. Apakah anda melakukan pengecekan secara rutin batas akhir
pemakaian pada setiap produk
19. Apakah ada upaya untuk menambah karyawan yang memiliki
preshgraduate untuk menarik minat pembeli?
TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : 06 Oktober 2018


Tempat/Waktu : Warung/ 10.00 wib

I. Identitas diri
1) Nama : Ibu Nurjannah
2) Umur : 35 Tahun
3) Kota Asal : Padang
4) Pendidikan terakhir : SMA
5) Status pernikahan : Nikah
II. Pertanyaan penelitian
1. Sudah Berapa lama anda usaha toko kelontong?
Jawab : 15 tahun
2. Pekerjaan/usaha apa sebelum usaha toko kelontog?
Jawab : dari saya ke jakarta saya langsung usaha kelontong
3. Adakah usaha lain selain usaha toko kelontong?
Jawab : ada, dulu saya usaha pakaian dan jilbab di Jakarta. Tapi karna
sepi jadi saya tutup dan saya buka di Padang. Dan belanjanya di Tanah
Abang.
4. Berapa rata-rata pendapatan Anda sebelum adanya minimarket?
Jawab : sehari saya bisa dapat lima jutaan bahkan bisa lebih
5. Berapa rata-rata pendapatan Anda sesudah adanya minimarket?
Jawab : alhamdulillah sih masih dapet laba, kurang lebih 3 jutaan dah
ka.
6. Apakah keberadaan Minimarket berpengaruh terhadap eksistensi usaha
Anda?
Jawab : berpengaruh sih, kalo yang belanja disaya paling yang belinya
banyak (grosir) kalo buat kebutuhan bulanan yang saya rasakan
kebanyakan konsumen belanja di minimarket. Karna disana banyak
diskon.
7. Apakah keberadaan minimarket mengancam eksistensi usaha Anda?
Jawab : engga ka nisa, saya sih biasa saja.
8. Adakah dampak lain yang disebabkan oleh keberadaan Minimarket
terhadap usaha Anda?
Jawab : paling karna lokasi yang berdekatan dengan toko saya.
9. Apa saja dampak lain yang terjadi pada usaha Anda setelah berdirinya
Minimarket?
Jawab : kayanya konsumen jadi berkurang karna kan di minimarket
banyak diskon
10. Adakah upaya yang Anda lakukan untuk mempertahankan eksistensi
usaha Anda?
Jawab : ga ada. Saya mah ga pernah kasih diskon paling kasih
bingkisan kalo mau puasa atau sebelum lebaran.
11. Apakah Anda menerapkan strategi pemasaran baru dalam usaha anda
setelah adanya Minimarket modern?
Jawab : paling saya sudah pakai mesin kasir
12. Strategi pemasaran baru apa yang Anda terapkan?
Jawab : belum ada
13. Mengapa Anda memilih strategi pemasaran tersebut?
Jawab : -
14. Apakah Anda menjual barang dagangan dengan harga lebih murah dari
Minimarket untuk menarik pelanggan?
Jawab : kalo harga mah saya ngikutin pasaran aja ka.
15. Barang apa saja yang dijual dengan harga lebih murah dari
minimarket?
Jawab : paling sembako dan snack
16. Apakah Anda menerapkan sistem diskon atau potongan harga dalam
usaha Anda?
Jawab : engga ka.
17. Apa saja kriteria pembeli yang dapat memperoleh diskon atau
potongan harga?
Jawab : kalo yang saya kasih bingkisan sebelum puasa paling yang
sering belanja di toko saya
18. Apakah anda melakukan pengecekan secara rutin batas akhir
pemakaian pada setiap produk ?
Jawab : iya, karna saya pakai 2 karyawan
19. Apakah ada upaya untuk menambah karyawan yang memiliki
preshgraduate untuk menarik minat pembeli?
Jawab : susah ka kalo cari karyawan yang tampan atau cantik. Yang
penting mah jujur saya mah.
TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018


Tempat/Waktu : Warung/10.20 wib

I. Identitas diri
1) Nama : Ibu Muslimah
2) Umur : 50 tahun
3) Kota Asal : Medan
4) Pendidikan terakhir : SD
5) Status pernikahan : Menikah
II. Pertanyaan penelitian
1. Sudah Berapa lama anda usaha toko kelontong?
Jawab : 30 Tahun
2. Pekerjaan/usaha apa sebelum usaha toko kelontog?
Jawab : tidak ada, hanya mengandalkan warung saja
3. Adakah usaha lain selain usaha toko kelontong?
Jawab : tidak ada
4. Berapa rata-rata pendapatan Anda sebelum adanya minimarket?
Jawab : 3 jutaan
5. Berapa rata-rata pendapatan Anda sesudah adanya minimarket?
Jawab : sekarang lebih sepi neng, kurang lebih 2 jutaan
6. Apakah keberadaan Minimarket berpengaruh terhadap eksistensi usaha
Anda?
Jawab : iya neng, warung saya tadinya gede neng, tapi pas yang punya
kontrakan menyuruh geser jadi minimarket yang tadinya tempat toko
saya jadi dikontrakan tanahnya saya yg punya tanah. Ya jadinya saya
disini. Dengan tempat yang terbatas.
7. Apakah keberadaan minimarket mengancam eksistensi usaha Anda?
Jawab : iya neng
8. Adakah dampak lain yang disebabkan oleh keberadaan Minimarket
terhadap usaha Anda?
Jawab : dampak lainya sih bukan dari minimarket aja neng. Karna
sekarang juga banyak warung-warung di daerah srengseng
9. Apa saja dampak lain yang terjadi pada usaha Anda setelah berdirinya
Minimarket?
Jawab : warung saya jadi sepi neng. Paling yang beli Cuma sembako
aja sama roko
10. Adakah upaya yang Anda lakukan untuk mempertahankan eksistensi
usaha Anda?
Jawab : Belum ada neng, paling baru ngerapihin ruanganny aja
11. Apakah Anda menerapkan strategi pemasaran baru dalam usaha anda
setelah adanya Minimarket modern?
Jawab : belum neng.
12. Strategi pemasaran baru apa yang Anda terapkan?
Jawab : belum ada
13. Mengapa Anda memilih strategi pemasaran tersebut?
Jawab : -
14. Apakah Anda menjual barang dagangan dengan harga lebih murah dari
Minimarket untuk menarik pelanggan?
Jawab ; engga neng. Saya samain kaya warung-warung yang lain aja.
Paling saya murahin di sembako
15. Barang apa saja yang dijual dengan harga lebih murah dari
minimarket?
Jawab : sembako neng
16. Apakah Anda menerapkan sistem diskon atau potongan harga dalam
usaha Anda?
Jawab : engga neng, paling bonus kalo mau lebaran
17. Apa saja kriteria pembeli yang dapat memperoleh diskon atau
potongan harga?
Jawab : Yaa,, yang langganan diwarung saya neng
18. Apakah anda melakukan pengecekan secara rutin batas akhir
pemakaian pada setiap produk ?
Jawab : iya neng. Kalo ada anak saya dia rajin ngecekin neng
19. Apakah ada upaya untuk menambah karyawan yang memiliki
preshgraduate untuk menarik minat pembeli?
Jawab : engga neng. Takut ga bisa bayar. Ini aja buat bayar kontrakan
masih di bantu sama anak.
TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/Taggal : Sabtu, 06 Oktober 2018


Tempat/Waktu : Warung/ 10.40 wib

I. Identitas diri
1) Nama : Bapak Wahyono
2) Umur : 46 tahun
3) Kota Asal : Madura
4) Pendidikan terakhir : SMP
5) Status pernikahan : Nikah
II. Pertanyaan penelitian
1. Sudah Berapa lama anda usaha toko kelontong?
Jawab : 10 tahun
2. Pekerjaan/usaha apa sebelum usaha toko kelontog?
Jawab : tadinya saya bekerja jadi karyawan swasta
3. Adakah usaha lain selain usaha toko kelontong?
Jawab : tidak ada
4. Berapa rata-rata pendapatan Anda sebelum adanya minimarket?
Jawab : kurang lebih sekitar 2 jutaan
5. Berapa rata-rata pendapatan Anda sesudah adanya minimarket?
Jawab : ya, paling ga beda jauh sih. Karna saya kan juga letaknya
dekat dengan warung kelontong juga
6. Apakah keberadaan Minimarket berpengaruh terhadap eksistensi usaha
Anda? Tidak juga sih, karna rezeki kan sudah diatur
7. Apakah keberadaan minimarket mengancam eksistensi usaha Anda?
Jawab : tidak
8. Adakah dampak lain yang disebabkan oleh keberadaan Minimarket
terhadap usaha Anda?
Jawab : paling dampaknya karna letak toko saya yg kurang srategis
9. Apa saja dampak lain yang terjadi pada usaha Anda setelah berdirinya
Minimarket?
Jawab : lokasi saya yang berdekatan dengan warung yang lain dan
minimarket
10. Adakah upaya yang Anda lakukan untuk mempertahankan eksistensi
usaha Anda?
Jawab : belum ada
11. Apakah Anda menerapkan strategi pemasaran baru dalam usaha anda
setelah adanya Minimarket modern?
12. Strategi pemasaran baru apa yang Anda terapkan?
Jawab : saya menjual, yang tidak di jual sama minimarket. Seperti
yang bisa dibeli eceran.
13. Mengapa Anda memilih strategi pemasaran tersebut?
Jawab : karna buat menarik pembeli
14. Apakah Anda menjual barang dagangan dengan harga lebih murah dari
Minimarket untuk menarik pelanggan?
Jawab : ya tergantung barangnya mba
15. Barang apa saja yang dijual dengan harga lebih murah dari
minimarket?
Jawab : semacam kebutuhan dapur. (garam) dan sembako. tapi
tergantung pasaran juga sih mba.
16. Apakah Anda menerapkan sistem diskon atau potongan harga dalam
usaha Anda?
17. Apa saja kriteria pembeli yang dapat memperoleh diskon atau
potongan harga?
Jawab : ya, yang pasti yang sudah menjadi langganan mba
18. Apakah anda melakukan pengecekan secara rutin batas akhir
pemakaian pada setiap produk?
Jawab : tidak mba. Karna ribet
19. Apakah ada upaya untuk menambah karyawan yang memiliki
preshgraduate untuk menarik minat pembeli?
Jawab : tidak mba, karna ga ada uang buat gajinya.
TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018


Tempat/Waktu : Warung/ 11.00 wib

I. Identitas diri
1) Nama : Sucipto
2) Umur : 43 Tahun
3) Kota Asal : Kuningan
4) Pendidikan terakhir : SMA
5) Status pernikahan : Nikah
II. Pertanyaan penelitian
1) Sudah Berapa lama anda usaha toko kelontong?
Jawab : 2 tahunan
2) Pekerjaan/usaha apa sebelum usaha toko kelontog?
Jawab : jual beli besi bekas mba
3) Adakah usaha lain selain usaha toko kelontong?
Jawab : jual beli besi bekas
4) Berapa rata-rata pendapatan Anda sebelum adanya minimarket?
Jawab : saya membuka warung karna memang sudah ada minimarket
5) Berapa rata-rata pendapatan Anda sesudah adanya minimarket?
Jawab : kurang lebih 2.500.000 mba
6) Apakah keberadaan Minimarket berpengaruh terhadap eksistensi usaha
Anda?
Jawab : berpengaruh sih engga, karna warung hanya untuk sampingan
saja mba. Untuk mengisi waktu kosong istri saya saja
7) Apakah keberadaan minimarket mengancam eksistensi usaha Anda?
Jawab : ya kalo minimarket semakin banyak di daerah srengseng maka
warung saya ya jadi sepi mba
8) Adakah dampak lain yang disebabkan oleh keberadaan Minimarket
terhadap usaha Anda?
Jawab : lokasi saya mba. Tidak jauh juga dari minimarket dan warung
9) Apa saja dampak lain yang terjadi pada usaha Anda setelah berdirinya
Minimarket?
Jawab ; paling beberapa pelanggan lebih memilih belanja
diminimarket pada saat awal bulan.
10) Adakah upaya yang Anda lakukan untuk mempertahankan eksistensi
usaha Anda?
Jawab : belum ada
11) Apakah Anda menerapkan strategi pemasaran baru dalam usaha anda
setelah adanya Minimarket modern?
Jawab : -
12) Strategi pemasaran baru apa yang Anda terapkan?
Jawab : penataan barang mba
13) Mengapa Anda memilih strategi pemasaran tersebut?
Jawab : biar gampang diliat oleh pembeli dan juga saya
14) Apakah Anda menjual barang dagangan dengan harga lebih murah dari
Minimarket untuk menarik pelanggan?
Jawab : tidak juga mba. Paling beda 500-1000 mba
15) Barang apa saja yang dijual dengan harga lebih murah dari
minimarket?
Jawab : biasanya sembako
16) Apakah Anda menerapkan sistem diskon atau potongan harga dalam
usaha Anda?
Jawab : tidak mba
17) Apa saja kriteria pembeli yang dapat memperoleh diskon atau
potongan harga?
Jawab : paling saya boleh kasih ngutang mba. Ya yang saya udah
kenal aja.
18) Apakah anda melakukan pengecekan secara rutin batas akhir
pemakaian pada setiap produk?
Jawab : jarang mba.
19) Apakah ada upaya untuk menambah karyawan yang memiliki
preshgraduate untuk menarik minat pembeli?
Jawab : tidak mba.
TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018


Tempat/Waktu : Warung / 11.30 wib

I. Identitas diri
1) Nama : Hendrawan
2) Umur : 33
3) Kota Asal : Madura
4) Pendidikan terakhir : D3
5) Status pernikahan : Nikah
II. Pertanyaan penelitian
1. Sudah Berapa lama anda usaha toko kelontong?
Jawab : belum ada setahun. 6 bulan kurang
2. Pekerjaan/usaha apa sebelum usaha toko kelontog?
Jawab : karyawan swasta
3. Adakah usaha lain selain usaha toko kelontong?
Jawab : tidak ada
4. Berapa rata-rata pendapatan Anda sebelum adanya minimarket?
Jawab : -
5. Berapa rata-rata pendapatan Anda sesudah adanya minimarket?
Jawab : 2 juta kurang mba
6. Apakah keberadaan Minimarket berpengaruh terhadap eksistensi usaha
Anda?
Jawab : iya, karna saya kan depan minimarket banget
7. Apakah keberadaan minimarket mengancam eksistensi usaha Anda?
Jawab : ga juga sih mba. Paling kalo ibu2 yang udah separu baya males
belanja diminimarket ya belanja di saya.
8. Adakah dampak lain yang disebabkan oleh keberadaan Minimarket
terhadap usaha Anda?
Jawab : paling kalo minimarket lagi ngadain diskon gede-gedean
9. Apa saja dampak lain yang terjadi pada usaha Anda setelah berdirinya
Minimarket?
Jawab : ya kurang pelanggan mba
10. Adakah upaya yang Anda lakukan untuk mempertahankan eksistensi
usaha Anda?
Jawab : upayanya paling dari pelayanannya mba
11. Apakah Anda menerapkan strategi pemasaran baru dalam usaha anda
setelah adanya Minimarket modern?
Jawab : belum ada mba
12. Strategi pemasaran baru apa yang Anda terapkan?
Jawab : paling dari penataan mba
13. Mengapa Anda memilih strategi pemasaran tersebut?
Jawab : karna, untuk memudahkan pelanggan melihat barang yang
dicari.
14. Apakah Anda menjual barang dagangan dengan harga lebih murah dari
Minimarket untuk menarik pelanggan?
Jawab : karna saya baru buka, jadi saya murahin dulu mba
15. Barang apa saja yang dijual dengan harga lebih murah dari
minimarket?
Jawab : sembako
16. Apakah Anda menerapkan sistem diskon atau potongan harga dalam
usaha Anda?
Jawab : tidak
17. Apa saja kriteria pembeli yang dapat memperoleh diskon atau
potongan harga?
Jawab : yang sudah menjadi langganan dan yang tinggalnya dekat
dengan warung saya mba
18. Apakah anda melakukan pengecekan secara rutin batas akhir
pemakaian pada setiap produk?
Jawab : iya mba, biar pelanggan ga kecewa
19. Apakah ada upaya untuk menambah karyawan yang memiliki
preshgraduate untuk menarik minat pembeli?
Jawab : belum mba.
Suami Ibu Nurjannah Istri bapak Wahyono

Bapak Hendrawan Anak Ibu Muslimah

Istri Bapak Sucipto


DATA PRIBADI

Nama : Rina Arnisyah


Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 04 April 1996
Alamat : Jl. Bambu II No. 154 RT 008/RW 06 Kelurahan
Srengseng, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi/ Ibu Rumah Tangga

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Periode Sekolah / Institusi / Jurusan


Universitas
2001 - 2007 MI Al-Islamiyah Srengseng -
2007 - 2010 MTs Negeri 12 Jakarta -
2010 - 2013 SMA Negeri 16 Jakarta Ekonomi
2013 - 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pendidikan IPS
(Ekonomi)
IPK 3,53

Anda mungkin juga menyukai