Anda di halaman 1dari 3

Kesehatan telah dianggap sebagai hak asasi manusia sejak penetapan

Konstitusi WHO (Worl Trade Organization) pada tahun 1946. Alinea ke-2 mukadimah
Konstitusi tersebut mengatakan bahwa, mendapatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya merupakan hak fundamental setiap orang, tanpa membedakan
ras, agama, gender, pandangan politik, dan kondisi ekonomi atau sosial. Kemudian
pada sidang PBB 10 desember 1948, mengesahkan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia yang juga mencantumkan kesehatan sebagai hak asasi manusia. Dalam
Pasal 25 dinyatakan: “Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin
kesehatan dan kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan…”. Peristiwa ini disebut sebagai
tonggak sejarah terpenting mengenai penegakan hak asasi manusia. 1
Adapun Elaborasi kesehatan sebagai hak asasi manusia dilakukan
oleh Committee on Economic, Social and Cultural Rights  (CESCR) yang merupakan
komite di bawah PBB dan WHO. Menurut CESCR terdapat 4 komponen utama
kesehatan sebagai hak asasi manusia yaitu: 2
a. Ketersediaan (Availability)
Tersedianya fasilitas, peralatan, obat, serta pelayanan kesehatan,
termasuk tenaga kesehatan.

b. Keterjangkauan (Accessibility)
Nondiskriminasi, Keterjangkauan fisik, Keterjangkauan ekonomi,
Keterjangkauan informasi.

c. Penerimaan (Acceptability)
Diperlukan adanya penyesuaian dalam hal etika kedokteran dan budaya
masyarakat, serta sikap menghargai pasien dan menjaga rahasia
kedokteran agar pelayanan kesehatan dapat diterima.
1
Mikho Ardinata, Tanggung Jawab Negara terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia (HAM), Jurnal HAM 11, no. 2 (2020): 319.
2
Paulus Januar, Perkembangan Dan Permasalahan Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia,
ALOMEDIKA, last modified 2021, diakses Februari 23, 2023,
https://www.alomedika.com/perkembangan-dan-permasalahan-kesehatan-sebagai-hak-asasi-
manusia.
d. Kualitas (Quality)
Setiap orang harus mendapatkan pelayanan kesehatan dengan kualitas
yang baik sesuai dengan kaidah ilmiah dan ilmu kedokteran.

Di Indonesia, jaminan hak atas kesehatan sebenarnya sudah ada sejak masa
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949. Dalam Pasal 40 Konstitusi
RIS terdapat ketentuan yang menyatakan, “Penguasa senantiasa berusaha dengan
sunguh-sungguh memajukan kebersihan umum dan kesehatan rakyat”. Kemudian
aturan tersebut diadopsi ke dalam Pasal 42 UUDS setelah kembalinya bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Seiring berkembangnya pemikiran mengenai hak atas kesehatan, terbitlah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam Pasal 4
dinyatakan bahwa: “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
derajat kesehatan yang optimal.” Akhirnya pada tahun 2000, melalui Perubahan
Kedua Undang-Undang Dasar 1945, kesehatan ditegaskan sebagai bagian dari hak
asasi manusia. Dalam Pasal 28H ayat (1) dinyatakan, bahwa: “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” 3

REFERENSI

Ardinata, Mikho. Tanggung Jawab Negara terhadap Jaminan Kesehatan dalam


Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Jurnal HAM 11, no. 2 (2020): 319.
3
Indra Perwira, Memahami Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia, Koleksi Pusat Dokumentasi
ELSAM (2014): hlm 3.
Januar, Paulus. Perkembangan Dan Permasalahan Kesehatan Sebagai Hak Asasi
Manusia. ALOMEDIKA. Last modified 2021. Diakses Februari 23, 2023.
https://www.alomedika.com/perkembangan-dan-permasalahan-kesehatan-
sebagai-hak-asasi-manusia.

Perwira, Indra. Memahami Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia . Koleksi Pusat
Dokumentasi ELSAM (2014): 1–19.

Anda mungkin juga menyukai