Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KASUS HUKUM LINGKUNGAN DALAM ASPEK PERDATA DAN

ADMINISTRASI DENGAN METODE IRAC

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Hukum

Disusun oleh:
Rikiansyah 2108016179

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2023
ANALISIS KASUS HUKUM LINGKUNGAN DENGAN METODE IRAC

Kamis, 6 April 2023


Nama : Rikiansyah
NIM : 2108016179
Kelas : D-2021

Kasus 1: Perdata
• Kegiatan pertambangan oleh PT. Tambang Sejati di Laut Selatan Kabupaten Berau
menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat, khususnya nelayan akibat
kebocoran minyak yang terjadi pada tanggal 19 Agustus 2022. Peristiwa tersebut
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada di sekitar wilayah kegiatan pertambangan
karena terkena tumpahan minyak, sehubungan dengan hal tersebut mengakibatkan
timbulnya kerugian yang dirasakan oleh masyarakat pesisir. Dalam kasus ini
penyelesaian ditempuh melalui penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
pengadilan (Non Litigasi). Penyelesaian ini di pilih agar tidak terjadi kesewenang-
wenangan bagi semua pihak. (I)
• Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sudah dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat (14)
dan Ayat (16) UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 yaitu pencemaran lingkungan hidup
adalah masuknya mahluk hidup zat, energi dan komponen lain ke dalam lingkungan
hidup yang disebabkan oleh kegiatan manusia sehingga melebihi ketetapan yang telah
ditentukan oleh lingkungan hidup. (R)
• Akibat dari kegiatan pertambangan oleh perusahaan tersebut menimbulkan kerusakan
di dalam lingkungan hidup, sehingga hal ini membawa kerugian kepada masyarakat
setempat. Maka dari itu pihak PT. Tambang Sejati akan melakukan tanggung jawab
secara keperdataan dengan segala konsekuensinya untuk dikenakan sanksi hukum
terhadap pelanggaran norma-norma hukum yang mendasarinya. Tanggung jawab
secara keperdataan atas sengketa lingkungan hidup diperlukan, untuk pemberian ganti
kerugian kepada masyarakat pesisir oleh pihak pencemaran Kebocoran minyak yang
dilakukan pihak PT. Tambang Sejati termasuk ke dalam jenis perbuatan melawan
hukum, pada implikasinya beberapa kasus yang terjadi penderitaan kerugian sangatlah
sulit untuk mendapatkan haknya dan biasanya penyebabnya sulit terkait pembuktian
atas kerugian yang dialami. Perbuatan melawan hukum yang tertulis dalam pasal 1365
KUHPER menyatakan bahwa “setiap perbuatan melawan hukum yang membawa
kerugian kepada orang lain mewajibkan kepada orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu dan menggantikan kerugian tersebut” adapun unsur dari
perbuatan melawan hukum adalah:
a. adanya perbuatan melawan hukum;
b. kesalahan dari pelaku;
c. adanya suatu perbuatan;
d. adanya kerugian yang dialami korban; dan
e. adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dengan kerugian. (A)
• Dalam kasus ini penyelesaiannya melalui jalur Non Litigasi yaitu di luar pengadilan
melalui jalur negosiasi. Negosiasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan
masyarakat tersebut menghasilkan sebuah keputusan yaitu PT. Tambang Sejati akan
bertanggung jawab dan masyarakat juga ikut membantu dalam memulihkan lingkungan
dan negosiasi ini menyepakati bahwa pihak perusahaan akan mengganti rugi secara
materil yaitu dengan memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan. (C)

Kasus 2: Administrasi
• Pada bulan Maret 2021, pemerintah Kota Banten disibukkan dengan pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri terasi CV. Selalu Untung. Diduga
bahwa limbah industri yang dihasilkan oleh CV. Selalu Untung dibuang begitu saja di
berbagai tempat. Selain itu, kegiatan produksi terasi tersebut juga mendapat keluhan
dari masyarakat berupa bau yang menyengat. Pembuktian dalam penanganan kasus
ini yaitu melalui tes kebauan dengan sistem Odorisasi yaitu penciuman untuk
mengetahui sumber bau atau zat odoran. (I)
• Pembuangan limbah industri diatur dalam Pasal 20 Ayat (3) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
Ketentuan Administrasi, sanksinya dapat diberikan kepada pelaku pencemaran
lingkungan, yang tertuang dalam Pasal 76 Ayat (2) bahwa sanksi administratif terdiri
atas:
a. Teguran Tertulis;
b. Paksaan Pemerintah;
c. Pembekuan Izin Lingkungan; atau
d. Pencabutan Izin Lingkungan.
Sesuai ketentuan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 50
Tahun 1996, ”Tingkat kebauan yang dihasilkan dari odoran campuran dinyatakan
sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota
penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang”. (R)
• Pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh CV. Selalu Untung yaitu adanya bau
yang menyengat yang disebabkan oleh proses industri terasi miliknya. Karena CV.
Selalu Untung dirasa telah mengganggu aktivitas lingkungan sekitar dengan bau yang
dihasilkan oleh proses produksinya. Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang sudah
memberikan saran dan masukan kepada industri tersebut untuk memperbaiki proses
produksinya agar sesuai dengan baku mutu lingkungan. Misalnya dengan menanami
pohon bambu di sekitar area industri yang dimaksudkan untuk mengurangi bau dari
terasi, perbaikan cerobong asap serta pengeringan bahan baku terasi yang tidak lagi di
ruang terbuka melainkan di dalam ruangan dengan bantuan alat yang dinamakan
Electrycal Drying. Dalam hal ini sanksi administrasi yang telah diterapkan kepada CV.
Selalu Untung oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Banten sudah sampai pada paksaan
pemerintah. (A)
• Dalam menangani laporan pencemaran lingkungan oleh CV. Selalu Untung, pemerintah
Kota Banten sudah menindaklanjutinya dengan melakukan verifikasi lapangan serta
pemberian sanksi administrasi sampai dengan paksaan pemerintah. Sesuai peraturan
di daerah tersebut, terkait Pasal 76-83 UUPPLH maka pemerintah memberikan saran
pada industri tersebut untuk segera melakukan perbaikan IPAL (Instalasi Pengelolaan
Air Limbah), memperbaiki cerobong asap pabrik dan melakukan pengeringan terasi
dengan menggunakan electrical drying. Kemudian jika hal tersebut masih diindahkan
oleh pihak CV. Selalu Untung, pemerintah Kota Banten melalui BLH akan memberikan
sanksi administrasi berupa pembekuan izin lingkungan, ataupun pencabutan izin
lingkungan. (C)

Anda mungkin juga menyukai