Anda di halaman 1dari 3

Pokok-Pokok Catatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Ketentuan Umum

1. Pajak Pertambahan Nilai (selanjutnya disebut PPN) adalah pajak atas tiap
pertambahan nilai dari barang/jasa dan penyerahan Barang Kena Pajak
(selanjutnya disebut BKP) dan Jasa Kena Pajak (selanjutnya disebut JKP) oleh
Pengusaha Kena Pajak (selanjutnya disebut PKP). Menurut Supramono, PPN
adalah pajak atas konsumsi dalam negeri/daerah pabean atas BKP atau JKP.
2. Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak yang memproduksi, mendistribusi,
mendagangkan, mengimpor, dan mengekspor BKP/JKP, kecuali pengusaha kecil
yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
3. Objek PPN adalah adanya tatbestand atau penyerahan barang/jasa yang
dikenakan PPN, yakni penyerahan BKP/JKP, impor BKP, ekspor BKP berwujud/tidak
berwujud, ekspor JKP seluruhnya oleh PKP. Termasuk pemanfaatan BKP tidak
berwujud dalam daerah pabean dan pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean.
4. Barang Bukan Objek PPN ialah barang hasil pertambangan/pengeboran langsung;
barang kebutuhan pokok rakyat; makanan dan minuman di hotel, restoran, dll;
uang dan emas batangan; dan surat berharga.
5. Jasa Bukan Objek PPN ialah pelayanan kesehatan; pelayanan sosial; pelayanan
keuangan dan asuransi; pelayanan pendidikan dan keagamaan; kesenian dan
hiburan; dsb.
6. Tarif PPN berdasar UU Harmonisasi Perpajakan ialah 11% sewaktu-waktu dapat
berubah dengan minimal 5% dan maksimal 15%. Tarif PPN ialah 0% untuk ekspor
BKP berwujud/tidak berwujud dan ekspor JKP.
7. Pemungut PPN ialah BUMN dan BUMD; Bank Pembangunan Daerah (BPD); Bank
Indonesia; Pertamina; Kontrak Karya; dsb.
8. PPN Keluaran adalah Mekanisme Pengenaan Pajak (selanjutnya disebut MPP) yang
mana PPN dipungut saat menjual BKP/JKP.
9. PPN Masukan adalah MPP yang mana PPN dipungut saat membeli BKP/JKP.
10. Apabila dalam hal PPN Keluaran > PPN Masukan maka selisih keduanya disetor
bagi kas negara.
11. Apabila dalam hal PPN Keluaran < PPN Masukan maka selisih keduanya dapat
diminta kembali;
12. Beberapa Instrumen Hukum terkait PPN yang diberlakukan Indonesia secara
berurutan UU Nomor 8/1983 tentang PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(selanjutnya disebut PPnBM); UU Nomor 11/1994 tentang Perubahan atas UU
Nomor 8/1983 tentang PPN dan PPnBM; UU Nomor 18/2000 tentang Perubahan
Kedua atas UU Nomor 8/1984 tentang PPN dan PPnBM; UU Nomor 42/2009
tentang PPN dan PPnBM; dan UU Nomor 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan
13. Perhitungan Besar Pajak Terutang secara addition method : Nilai Tambah = Biaya
Produksi + Laba maka PPN = 11% x Nilai Tambah
14. Perhitungan Besar Pajak Terutang secara substraction method : PPN Terutang =
11% x (harga jual-harga beli)
15. Perhitungan Besar Pajak Terutang secara credit method : Pajak Keluaran – Pajak
Masukan = PPN
16. Contoh : Lina membeli baju yang harganya Rp 500.000, 00 berlaku PPN 11%
sehingga dihitung 11% x Rp 500.000,00 ialah Rp 55.000,00 yang mana
ditambahkan dengan harga awal baju, yakni Rp 500.000,00 + Rp 55.000,00
sehingga uang yang Lina bayar adalah Rp 555.000,00. Contoh sederhana barang
kena PPN ialah seperti tas, sepatu, sabun, barang elektronik, dan selain yang
bukan Objek Pajak (lihat angka 4 dan 5).

Penjelasan

1. Cukup jelas.
2. Secara sederhana, Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak.
3. Secara sederhana, objek PPN adalah tatbestand (peristiwa, keadaan, kondisi) di
mana PKP menyerahkan BKP/JKP.
4. Cukup jelas.
5. Cukup jelas.
6. Secara sederhana, Tarif PPN terbaru ialah 11%.
7. Secara sederhana, Pemungut PPN ialah Kantor Perbendaharaan negara,
Bendaharawan Pemerintah Pusat dan daerah, dan Dirjen Bea dan Cukai. PPN ialah
jenis Pajak Tidak Langsung.
8. Cukup jelas.
9. Cukup jelas.
10. Cukup jelas.
11. Cukup jelas.
12. Secara sederhana, instrumen hukum untuk PPN yang berlaku sekarang ialah UU
Nomor 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
13. Cukup jelas.
14. Cukup jelas.
15. Cukup jelas.
16. Cukup jelas.

Pengaturan

1. Untuk Poin 8, 9, 10, dan 11 ialah seluruhnya sama Mekanisme Pengenaan Pajak.
2. Untuk Poin 13, 14, dan 15 ialah seluruhnya sama Rumus Perhitungan Pajak
Terutang.

Aturan Peralihan

1. Seluruh Pokok-Pokok ini disusun secara ringkas dalam hal ada ketidaksesuaian
materi maka pembaca berkewajiban menyesuaikan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai