Anda di halaman 1dari 32

i

LAPORAN PRAKTIK LAPANG


ANALISIS HARGA

(Studi Lapang di Kelurahan Bonto-Bonto, Kacamatan Ma’rang, Kabupaten


Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan)

DISUSUN OLEH:

KELAS C1

FATIMAH HAMBALI (08320190072)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktik Lapang Analisis Harga

(Studi Lapang di Kelurahan Bonto-Bonto, Kacamatan

Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan)

Nama/stambuk : Fatimah Hambali (08320190072)

Kelas : C1

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Laporan praktik lapang ini disusun sebagai salah satu persyaratan atas kelulusan

mata kuliah Analisis Harga

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muslim Indonesia

Makassar

2022

Disetujui Oleh:

Koordinator Mata Kuliah Asisten Praktik Lapang

Dr. Ir. H. Mais Ilsan, M.P Muh. Erwin, S.P.


iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas berkat,

rahmat dan ridho-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Praktek

Kerja Lapang mata kuliah Analisis Harga ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut

terlibat membantu saya dalam menyusun laporan ini, utamanya kepada teman-

teman saya, asisten pembimbing dan dosen terkait. Saya menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan dan

penggunaan bahasa serta pemilihan kata yang baik. Oleh sebab itu, kritik dan

saran yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca. Semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Makassar, Desember 2022

Penulis
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................... v

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Tujuan ............................................................................................... 5

1.3. Kegunaan .......................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

2.1. Konsep Harga .................................................................................... 7

2.2. Pasar Modern dan Pasar Tradisional .................................................. 8

III. METODE PELAKSANAAN ............................................................... 14

3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 14

3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................ 14

3.3. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 14

3.4. Metode Analisis Data ....................................................................... 15

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH ......................................................... 16

4.1. Keadaan Geografis Wilayah Praktik Lapang ................................... 16

4.2. Keadaan Penduduk Wilayah Praktik Lapang ................................... 17

4.3. Keadaan Sarana dan Prasarana Wilayah Praktik Lapang .................. 19

4.4. Keadaan Pertanian Wilayah Praktik Lapang .................................... 21


v

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 23

5.1. Identitas Responden .......................................................................... 23

5.2. Analisis Harga ................................................................................... 23

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 25

6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 25

6.2. Saran ................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan

kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga

bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,

permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar

internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli masyarakat,

kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis informasi harga pangan,

akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi

berbagai masalah yang terkait dengan harga dan ketahanan pangan

(Ratna Kusnadi, 2021).

Itulah yang menjadi persoalan paling dasar bagi setiap orang atau individu

adalah bagaimana memenuhi kebutuhan fisiologisnya untuk mempertahankan

hidup secara fisik. Salah satu kebutuhan mempertahankan hidup diantara berbagai

kebutuhan dasar manusia adalah pangan. Sebagai makluk hidup, tanpa pangan

manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidup dan kehidupanya untuk

berkembang biak dan bermasyarakat. Pangan sebagai kebutuhan fisiologis

menempati hierarki pertama dalam kebutuhan dasar manusia. Pangan dikatakan

sebagai kebutuhan dasar bagi setiap manusia karena berkaitan dengan

kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan manusia, sehingga pangan

merupakan komponen penting pada konsumsi rumah tangga (Nasution Aswin &

Hafnidar, 2018)
2

Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan kerja, dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak. Menurut Vermila (2015) yang menyatakan bahan pangan sendiri

terdiri dari bahan pokok yang biasa disebut sebagai sembako atau sembilan bahan

pokok. Bahan pokok terdiri dari berbagai bahan-bahan makanan dam minuman

yang secara umum sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Tanpa bahan pokok,

kehidupan rakyat Indonesia bisa terganggu karena bahan pokok merupakan

kebutuhan pokok uama sehari-hari yang wajib ada dijual bebas dipasar. Olehnya

itu, untuk dapat mengakses sumber bahan pokok maka masyarakat khususnya di

wilayah perkotaan memerlukan pasar sebagai pusat penyedia bahan pokok

(Annisa Nurainun, (2017).

Pasar merupakan kumpulan seluruh pembeli dan potensial atas tawaran

pasar tertentu. Ukuran pasar tergantung pada jumlah pembeli yang mungkin ada

atas tawaran pasar tertentu. Sesuai dengan perkembanganya dikenal dengan pasar

tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional biasanya menampung banyak

penjual, dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan

mereka lebih memiliki golongan pedagang menengah ke bawah dan tersebar, baik

di kampung, kota- kecil, dan kota besar dengan masa operasi rata-rata dari subuh,

siang, sampai sore hari. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang menggunakan

fasilitas modern, konsumennya dan pedagang dari golongan menengah ke atas,

harga yang ditawarkan tetap dan sistem pelayanannya sendiri (Mustafa Nadya,

2017).
3

Pasar dibagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar

tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa Toko, Kios,

Los dan Tenda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya

masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan

proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar sedangkan pasar

modern atau toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri,

menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket,

supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk

perkulakan (Cantika Flores & Treggana Arlin, 2019).

Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan pasar tradisional mulai

tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern. Bisnis eceran

atau biasa disebut dengan pedagang eceran semakin terasa keberadaanya dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari. Berbagai macam pusat perbelanjaan eceran

bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran (Mustafa Nadya, 2017).

Selain faktor ketersediaan, factor penting lain pada pangan adalah harga.

Harga pangan merupakan salah satu aspek penting yang selalu dimonitor oleh

pemerintah secara berkala karena jika terjadi kenaikan harga yang tajam akan

berpotensi menimbulkan gejolak sosial. Menurut Ivanic dan Martin (2008) harga

bahan makanan pokok dunia sejak tahun 2005 telah mengalami kenaikan yang

luar biasa, antara tahun 2005 – 2007 harga jagung meningkat 80%, susu bubuk

90%, gandum 70%, dan beras 25%. Harga ini meningkat jauh lebih tinggi pada
4

awal hingga pertengahan 2008. Kenaikan harga ini tentunya mengakibatkan

permasalahan yang serius bagi masyarakat miskin berpenghasilan rendah

(Nasution Aswin & Hafnidar, 2018).

Permasalahan kenaikan harga pangan berdampak serius di negara-negara

miskin, dimana penduduk miskin harus menggunakan 75 % penghasilannya untuk

bahan pangan pokok, di Indonesia sendiri penduduk miskin pedesaan dan

perkotaan menggunakan 64% penghasilannya untuk pangan. Kelompok

masyarakat yang akan terkena dampak paling buruk dari kenaikan atau tingginya

harga pangan adalah rumah tangga miskin yang memiliki keterbatasan asset

(Nasution Aswin & Hafnidar, 2018).

Stabilitas harga pangan produk pertanian merupakan bagian terpenting

dari kebijakan pertanian di negara-negara berkembang. Hal ini mengingat

stabilitas harga harga pangan merupakan indicator dari dinamika pasokan pangan

dan akses pangan masyarakat. Berbagai kebijakan stabilitas harga pangan telah

dilakukan oleh negara-negara berkembang antara lain penetapan buffer stock,

penetapan harga batas atas atau bawah, buffer fund, pajak ekspor/impor dan

subsidi. Indonesia kebijakan stabilitas harga pangan yang telah digunakan adalah

penetapan kebijakan harga melalui penetapan harga batas atas atau bawah

(Nurhayati Yanti, 2022).

Pangan merupakan salah satu penyumbang inflasi, naik turunnya harga

pangan pokok akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya inflasi, pada

gilirannya berdampak pada daya beli masyarakat terutama bagi yang memiliki

penghasilan rendah sehingga dalam jangka pendek kenaikan harga pangan pokok
5

akan meningkatkan kemiskinan secara substansial (Nasution Aswin & Hafnidar,

2018).

Keseimbangan harga akan terjadi jika jumlah penawaran sama dengan

jumlah permintaan produk, harga akan stabil selama tidak ada determinan

penawaran maupun permintaan yang berubah, harga juga sangat terkait dengan

perilaku pasar yang terjadi. Pergerakan penawaran-permintaan produk ditentukan

oleh faktor produksi, pengaruh pajak dan subsidi, kontrol harga terhadap

penawaran-permintaan, dan hargap roduk itu sendiri. Selain itu kenaikan harga

barang kebutuhan pokok juga dapat diakibatkan kenaikan barang lainnya jika

pengaruh ini berlangsung secara terus menerus maka dapat dikatakan sebagai

inflasi (Nasution Aswin & Hafnidar, 2018).

Harga yang terjadi sangat dipengaruhi jumlah barang yang ditransaksikan,

untuk komoditas pangan atau pertanian pembentukan harga lebih dipengaruhi

oleh sisi penawaran karena sisi permintaan cenderung stabil mengikuti

perkembangan trendnya. Pada dasarnya ada dua faktor yang sangat berpengaruh

terhadap pembentukan harga komoditas pangan atau pertanian, yakni faktor

produksi atau panen, perilaku penyimpanan dan distribusi (Nasution Aswin &

Hafnidar, 2018).

1.2. Tujuan Praktek Lapang

Adapun tujuan dari praktek lapang di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan

Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:

1. Menganalisis perbandingan harga antara pasar modern dan pasar tradisional


6

1.3. Kegunaan Praktek Lapang

Adapun kegunaan dalam praktik lapang di Kelurahan Bonto-Bonto,

Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:

1. Dapat memberikan informasi kepada seluruh mahasiswa khususnya

mahasiswa pertanian mengenai perbandingan harga antara pasar modern dan

pasar tradisional di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten

Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Masyarakat di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten

Pangkep, Sulawesi Selatan, dapat memberikan informasi kepada peserta

praktik mengenai perbandingan harga antara pasar modern dan pasar

tradisional.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Harga

Dalam menafsirkan konsep tentang harga tentu mempunyai banyak

penafsiran, menurut Kotler (2010) pada dasarnya harga adalah salah satu elemen

bauran pemasaran atau marketing mix yang dapat menghasilkan pendapatan,

dimana elemen yang lain mendapatkan biaya. Diungkapkan oleh Kotler, bahwa

harga merupakan bagian dari elemen bauran pemasaran yaitu harga, produk,

saluran dan promosi, yaitu apa yang dikenal dengan istilah empat P (Price,

Product, Place dan Promotion). Harga bagi suatu usaha/badan usaha

menghasilkan pendapatan (income), adapun adapun unsur-unsur bauran

pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place (tempat/saluran) dan Promotion

(promosi) menimbulkan biaya atau beban yang harus ditanggung oleh suatu

usaha/badan usaha.

Pengertian Harga adalah nilai uang yang harus dibayarkan oleh

konsumen kepada penjual atas barang atau jasa yang dibelinya. Kata lain, harga

adalah nilai suatu barang yang ditentukan oleh penjual. Ada juga yang

mengatakan definisi harga yaitu nilai uang yang dibebankan kepada pembeli

untuk memiliki manfaat dari suatu produk (barang atau jasa) yang dibeli dari

penjual atau produsen. Penggunaan istilah “harga” umumnya dipakai dalam

kegiatan jual-beli suatu produk, baik itu barang maupun jasa. Harga jual

ditentukan oleh penjual dan mengambil keuntungan dari harga tersebut,

sedangkan konsumen mendapatkan kebutuhannya dengan membayar produk


8

tersebut dengan harga yang ditentukan. Pengertian harga menurut para ahli (Aam

Amanah, 2021):

1. Untoro (2010), definisi harga adalah kemampuan yang dimiliki suatu barang

atau jasa, yang dinyatakan dalam bentuk uang.

2. Ramli (2013), pengertian harga adalah nilai relatif yang dimiliki oleh suatu

produk. Nilai tersebut bukanlah indikator pasti yang menunjukkan besarnya

sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.

3. Arifin (2007), pengertian harga adalah kompensasi yang harus dibayar

konsumen demi memperoleh produk barang atau jasa.

Harga menjadi sesuatu yang sangat penting, artinya bila harga suatu

barang terlalu mahal dapat mengakibatkan barang menjadi kurang laku, dan

sebaliknya bila menjual terlalu murah, keuntungan yang didapat menjadi

berkurang. Penetapan harga yang dilakukan penjual atau pedagang akan

mempengaruhi pendpatan atau penjualan yang akan diperoleh atau bahkan

kerugian yang akan diperoleh jika keputusan dalam menetapkan harga jual tidak

dipertimbangkan dengan tepat sasaran (Ernawati Eny, 2017).

2.2. Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Secara umum pengertian pasar merupakan suatu tempat di mana para

penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan jual beli barang. Penjual

menawarkan barang dagangannya dengan harapan barang tersebut laku terjual dan

dapat memperoleh uang sebagai gantinya. Di sana penjual dan pembeli akan

melakukan tawar-menawar harga hingga terjadi kesepakatan harga. Setelah

kesepakatan harga disetujui oleh penjual dan pembeli, maka barang akan
9

berpindah dari tangan penjual ke tangan pembeli. Pembeli akan menerima barang

dan penjual akan menerima uang. Hal ini merupakan pengertian pasar secara

konkrit, artinya pengertian pasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tempat orang-

orang bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang (Anih Rahmanilah,

2015). Adapun definisi pasar modern dan pasar tradisional yaitu:

1. Pasar Modern

Pasar Modren merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dan

ditandai dengan adanya transaksi jual beli secara tidak langsung. Pembeli

melayani kebutuhannya sendiri dengan mengambil di rak-rak yang sudah ditata

sebelumnya. Harga barang sudah tercantum pada tabel- tabel yang pada rak-rak

tempat barang tersebut diletakkan dan merupakan harga pasti yang tidak bisa

ditawar (Mustafa Nadya, 2017).

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota

masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket,

departement store, shopping centre, waralaba, toko mini, swalayan, pasar serba

ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi

jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga

menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif

lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga

barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara

kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang


10

terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum

harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Adanya penyedia barang dan jasa

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen menyebabkan banyak

orang mulai beralih ke pasar modern untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari

(Mustafa Nadya, 2017).

Macam-macam pasar modern diantaranya (Mustafa Nadya, 2017):

a. Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung

kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang

minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2.

b. Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual,

tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, dan luas ruangan, dan lokasi

Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m2 hingga 450

m2 dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang lebih mahal dari

harga minimarket.

c. Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga

konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu harga yang

bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.

d. Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang

menjual produk perusahaan tersebut.

e. Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan

aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri.

f. Supermarket: pasar modern yang mempunyai luas 300-1.100 m2 untuk yang

kecil, sedangkan yang besar berukuran 1.100-2.300 m2.


11

g. Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada

pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakaian

bisnis.

h. Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih lengkap

dan luas serta lebih besar dari supermarket.

i. Hipermarket: pasar modern yang mempunyai luas ruangan di atas 5000 m2.

2. Pasar Tradisional

Pasar Tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan

bentuk fisik Tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara

langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat

baik di Desa, kecamatan dan lainnya. Harga di Pasar Tradisional ini mempunyai

sifat yang tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat

dari tingkat kenyamanan, Pasar Tradisional selama ini cenderung kumuh dengan

lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di Pasar Tradisional (biasanya kaum Ibu)

mempunyai prilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi / berdialog

dalam penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang

diinginkannya, dan perkembangan harga-harga lainnya (Ketut Sri Candrawati,

2014).

Barang yang dijual di Pasar Tradisional umumnya barang-barang lokal

dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di Pasar

Tradisional dapat terjadi tanpa melalui penyortiran yang ketat. Dari segi kuantitas,

jumlah barang yang disediakan di Pasar Tradisional, tidak terlalu banyak sehingga

apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka bisa
12

ditemukan di kios lain. Adapun rantai dari Pasar Tradisional terdiri dari produsen,

distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dialami pada Pasar

Tradisional antara lain sistem pembayaran ke distributor atau sub distributor

dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan

discount komuditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga yang kurang diminati

konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan kesulitan dalam memenuhi

kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga

melemahkan daya saing. Sebagian konsumen Pasar Tradisional adalah masyarakat

kelas menengah kebawah yang memiliki karakteristik sangat sensitif terhadap

harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan Pasar

Tradisional mampu diruntuhkan oleh Pasar Modern, secara relatif tidak ada alasan

konsumen dari kalangan kebawah untuk tidak turut berbelanja ke Pasar Modern

dan meninggalkan Pasar Tradisional (Ketut Sri Candrawati, 2014).

Pasar tradisional pada umumnya dapat menampung banyak penjual dan

dikelola dengan manajemen tanpa sarana dan prasarana modern. Selain itu, pasar

tradisional cenderung lebih mewakili golongan pedagang menengah ke bawah dan

tersebar di berbagai wilayah baik di daerah pelosok hingga kota-kota besar

dengan masa operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari (Annisa

Nurainun, 2017).

Pasar tradisional selalu diidentikan dengan kotor, becek, bau dan ketidak

nyamanan dalam berbelanja. Tetapi mempunyai keistimewaan bagi sipembelinya

yaitu akan memperoleh harga murah dibandingkan dengan harga di pasar

swalayan atau pasar modern. Ruang bersaing dari pasar tradisional sendiri
13

memiliki keterbatasan. Selain itu, pasar tradisional memiliki beberapa kelebihan

yang tidak dimiliki oleh pasar modern. Pada pasar tradisional, masih ada kontak

sosial pada saat proses tawar-menawar antara pedagang dan pembeli. Sedangkan

pada pasar modern, harga sudah dipatok dan terkadang diberikan diskon atau

potongan harga agar konsumen tertarik. Pasar tradisional menggambarkan denyut

nadi perekonomian rakyat pada umumnya dan pada pasar tradisional juga

disediakan barang-barang konsumsi masyarakat seperti sayuran, buah-buahan,

beras, daging ayam, berbagai jenis ikan dan lain-lain (Annisa Nurainun, 2017).

Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut:

a. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah.

b. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar

ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat

menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.

c. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama. Meskipun

semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual menjual

barang dagangan yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pengelompokan

dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan,

sayur, buah, dan daging.

d. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal. Barang

dagangan yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang dihasilkan

oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari

hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun

tidak sampai mengimport hingga keluar pulau atau negara.


14

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Lokasi Praktik Lapang Analisis Harga dilaksanakan di Kelurahan Bonto-

Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan pada

Hari Minggu tanggal 06 November 2022 dimulai pada pukul 07.00 WITA-

Selesai.

3.2. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.

a. Metode kuesioner dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan yang

berkaitan dengan permasalahan Praktik Lapang kepada responden yang berada

di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi

Sulawesi Selatan.

b. Metode wawancara dlilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara

lisan dengan penjual dan konsumen tentang harga pokok pangan makanan,

yang berada di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten,

Provinsi Sulawesi Selatan.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Praktek lapang ini menggunakan 2 jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari

tangan pertama). Sumber data penellitian yang diperoleh secara langsung dari
15

sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau

kelompok, maupun hasil observasi dari suatu objek penelitian yang

membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan atau

penelitian benda (Rian Tineges, 2021). Data yang penulis dapatkan diperoleh

dari hasil wawancara dengan salah satu masyarakat yang ada di Kelurahan

Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui

media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti

yanng telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak

dipublikasikan secara umum. Penelitian membutuhkan pengumpulan data

dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip, atau

membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitian (Rian Tineges,

2021). Seperti mendapatkan latar belakang atau profil Kelurahan Bonto-Bonto,

Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.

3.4. Metode Analisis Data

Data wawancara yang diperoleh langsung dari masyarakat yang dianalisis

secara deskriktif untuk menggambarkan kondisi dan perbandingan harga antara

pasar modern dan pasar tradisional. Analisis deskriptif adalah bagian dari statistik

yang digunakan untuk manggambarkan atau mendeskripsikan data tanpa

bermaksud mengenaralisir atau membuat kesimpulan tapi hanya menjelaskan

kelompok data itu saja.


16

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

4.1. Keadaan Geografis Wilayah Praktik Lapang

Secara geografis wilayah Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang,

Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak kurang lebih 16 km dari

pusat kota Kabupaten Pangkep, sekitar 64 km dari pusat ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan roda dua

maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam dari ibukota

Provinsi Sulawesi Selatan. secara geografis berada di ketinggian antara 46 - 200

dpl (diatas permukaan laut).

Tabel 1. Letak Batas Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten


Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
Letak Batas Desa/Kecamatan
Sebelah Utara Kelurahan Ma’rang
Sebelah Selatan Kelurahan Talaka
Sebelah Barat Kelurahan Pitue
Sebelah Timur Kelurahan Attangsalo
Sumber: Data Sekunder, 2022.

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan letak batas Kelurahan Bonto-Bonto

yang dibatasi oleh beberapa Kelurahan yaitu disebelah utara berbatasan dengann

Kelurahan Ma’rang, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Talaka,

sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pitue dan disebelah timur berbatasan

dengan Kelurahan Attangsalo.

Kabupaten Pangkep terletak di antara 040.40’ – 080.00’ Lintang Selatan dan

11.00’ Bujur Timur. Kabupaten Pangkep luas wilayah 12.362,973 Km2 (setelah

diadakan analisis Bakosurtanal) untuk wilayah laut seluas 11.464,44 Km, dengan
17

daratan seluas 898,29 Km, dan panjang garis pantai di Kabupaten pangkep yaitu

250 Km, yang membentang dari barat ke timur. Dimana Kabupaten Pangkep

terdiri dari 13 Kecamatan, dimana 9 kecamatan terletak pada wilayah daratan dan

4 kecamatan terletak di wilayah kepuluan.

4.2.Keadaan Penduduk Wilayah Praktik Lapang

Penduduk Kelurahan Bonto-Bonto berjumlah kurang lebih 3.726 jiwa

dengan jumlah kepala rumah tangga kurang lebih 1.158 kepala keluarga. Struktur

penduduk umur di Kelurahan Bonto-Bonto sebagian besar tergolong dalam

kelompok usia produktif (15–64 tahun) dan penduduk yang tergolong yang tidak

produktif (0–15 tahun). Rumah tangga di Kelurahan Bonto-Bonto menggunakan

sumber air minum dari air sumur.

Rumah penduduk kebanyakan rumah panggung dan berlantai satu.

Berdasarkan agama, penduduk Kelurahan Bonto-Bonto 100% menganut agama

islam. Kerapatan rumah penduduk dengan penduduk lain sangat renggang dengan

penduduk lain. Struktur penduduk berdasarkan mata pencarian sangat bervariasi

terdiri atas petani tambak, perkebunan, ternak, pedagang dan terdapat pasar umum

yang berada di kelurahan Bonto-Bonto. Adapun Sumberdaya manusia yang

dimiliki di Kelurahan Bonto-Bonto yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Bonto-Bonto,


Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
1. Laki-laki 1.801
2. Perempuan 1.925
Total 3.726
Sumber: Data Sekunder, 2022.
18

Berdasarkan Tabel 2, menujukkan bahwa bahwa di Kelurahan Bonto-

Bonto penduduknya lebih banyak perempuan.

Adapun penduduk menurut strata Pendidikan di Kelurahan Bonto-Bonto,

Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, provinsi Sulawesi Selatan yaitu

sebagai berikut:

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Strata Pendidikan di Kelurahan Bonto-Bonto,


Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Strata Pendidikan Jumlah (Orang)
1. Sarjana (S1, S2, S3) 97
2. SLTA/ Sederajat 239
3. SMP/ Sederajat 157
4. SD/ Sederajat 694
5. TK (Taman kanak-kanak) 246
6. Madrasah Aliyah 20
7. Tidak Sekolah 674
8. Diploma (D1, D2, D3) 142
Total 2.269
Sumber: Data Sekunder, 2022.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa pendidikan yang paling dominan

di Kelurahan Bonto-Bonto yaitu SD/sederajat dan paling banyak yang tidak

sekolah. Rata-rata penduduk hanya berpendidikan sampai SD.

Jumlah penduduk menurut usia meliputi usia dan jumlah (orang) yang ada

di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi

Sulawesi Selatan.
19

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kelurahan Bonto-Bonto,


Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Usia (Tahun) Jumlah (Orang)
1. 0 – 15 758
2. 16 – 45 684
3. > 45 827
Total 2.269
Sumber: Data Sekunder, 2022.

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa penduduk yang paling dominan

di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu berumur > 45 tahun.

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Wilayah Praktik Lapang

Adapun sarana dan prasarana di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan

Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebagai berikut:

a). Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan meliputi prasarana dan jumlah prasarana yang ada di

Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi

Sulawesi Selatan.

Tabel 5. Prasarana Pendidikan di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang,


Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1. Gedung TK 1
2. Gedung SD 3
3. Lapangan Sepak Bola 1
4. Gedung SMP/SMA 2
5. Gedung Posyandu 1
6. Panti Asuhan 0
7. Taman Bacaan 0
20

8. Kantor Desa 1
9. Baruga 0
10. Pertamina 0
Sumber: Data sekunder, 2022.

Berdasarkan Tabel 5, menunujukkan bahwa di Kelurahan Bonto-Bonto

terdapat beberapa prasaranan pendidikan. Di Kelurahan tersebut juga terdapat

pos kesehatan keluraha untuk melayani warga dalam konsultasi kesehatan tetapi

tidak terdapat gedung perguruan tinggi.

Prasarana transportasi meliputi prasarana dan jumlah prasarana

transportasi yang ada di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang,

Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun prasarana transportasi di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan

Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel

6.

Tabel 6. Prasarana Transportasi di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan


Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Transportasi Status Jalan
1. Jalan Kecamatan Aspal
2. Jalan Desa Aspal
3. Jalan Dusun Aspal
4. Jalan Usahatani Pengerasan
Sumber: Data Sekunder, 2022

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa prasarana transportasi di

Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi

Sulawesi Selatan memilki jalan yang sebagian besar sudah melalui pengaspalan

dan pengerasan untuk usahatani.

b). Sarana Ibadah


21

Sarana Ibadah meliputi jenis sarana dan jumlah sarana yang ada di

Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi

Sulawesi Selatan.

Adapun sarana ibadah yang ada di Kelurahan Bonto-bonto, Kecamatan

Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada

tabel 7.

Tabel 7. Sarana Ibadah di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang,


Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Sarana Ibadah Jumlah (Unit)
1. Masjid 1
2. Mushollah 3
Sumber: Data Sekunder, 2022.
Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa sarana ibadah yang terdapat di

Kelurahan tersebut terdapat masjid dan mushollah yang digunakan warga untuk

kegiatan ibadah. Sarana ibadah dapat dijangkau oleh semua warga sekitar.

4.4 Keadaan Pertanian Wilayah Praktik Lapang

Sebagian besar lahan yang ada, di pergunakan untuk lahan perkebunan

dan pertanian (sawah dan lahan tanaman sayuran). Hasil dari sumberdaya alam

subsektor pertanian meliputi padi, kacang-kacangan, ubi kayu, ubi jalar, cabai,

tomat dan tanaman hortikultura lainnya.

Terdapat sekitar 544 orang/jiwa yang bekerja sebagai petani ataupun

perkebunan. Tanaman pokok yang diusahakan di Kelurahan Bonto Bonto yaitu

tanaman padi. Sedangkan sistem pengelolaannya meliputi pemilik tanah

pertanian, penyewa, penggarap dan buruh tani.


22

Adapun prasarana pertanian yang ada di Kelurahan Bonto-Bonto,

Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Prasarana Pertanian di Kelurahan Pangkep, Kecamatan Ma’rang,


Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Prasarana Pertanian Jumlah (Unit)
1. Penggilingan padi 0
2. Pemipil jagung 0
3. Pompanisasi 2
4. Penyaluran Pupuk 0
Sumber: Data sekunder, 2022.

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa prasarana pertanian yang

terdapat di Kelurahan Bonto-Bonto masih sedikit seperti Penggilingan padi,

pemipil jagung, penyaluran pupuk. Pompanisasi merupakan yang paling banyak

terdapat di Kelurahan Bonto-Bonto.


23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identitas Responden

Identitas responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Adapun

identitas responden yang diperoleh saat praktik lapang yaitu:

Tabel 8. Identitas Responden di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan


Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
Keterangan
Nama Responden Umur Pendidikan Pekerjaan
Responden
Pasar
Sabariah 56 SMP Wirausaha
Tradisional
Pasar
Riska 28 SMA Kasir
Modern
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022.

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa dari identitas responden diatas

yaitu responden dari pasar tradisional berjumlah 1 orang dimana pekerjaannya

wirausaha dan responden dari pasar modern berjumlah 1 orang dimana

pekerjaannya sebagai kasir di pasar modern (indomaret).

4.2. Analisis Harga

Harga jual ditentukan oleh penjual dan mengambil keuntungan dari harga

tersebut, sedangkan konsumen mendapatkan kebutuhannya dengan membayar

produk tersebut dengan harga yang ditentukan. Analisis harga meliputi

perbandingan harga 9 jenis bahan pokok antara pasar tradisional dan pasar

modern. Adapun analisis harga yang diperoleh dari praktek lapang dapat dilihat

pada Tabel 9:
24

Tabel 9. Perbandingan Harga Bahan Pokok Antara Pasar Tradisional dan Pasar
Modern di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Jenis Bahan Pokok Harga di Pasar (Rp)
Tradisional Modern
1. Beras 75.000 64.000
Total 75.000 64.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022.

Berdasarkan Tabel 9, dengan memilih beras sebagai bahan pokok

yang menunjukkan adanya perbandingan harga antara pasar tradisional dan pasar

modern yaitu sebesar Rp. 11.000 dimana harga pada pasar tradisional lebih mahal

dari harga pasar modern.

Adapun beras yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern yaitu

memiliki merek yang berbeda sehingga memiliki perbandingan harga yang

berbeda. Untuk beras di pasar tradisional mereknya yaitu Mawar Merah yang

sumbernya berasal dari Sidrap. Sehingga membuat penjual di pasar tradisional

menjual beras dengan harga agak tinggi karena jarak transportasi dari Sidrap ke

Pangkep jauh dan membuat biaya pengantarannya agak mahal. Sedangkan beras

yang dijual di pasar modern yaitu memiliki merek bernama Sania Premium yang

sumbernya berasal dari pemasok indomaret itu sendiri.


25

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

4.3. Kesimpulan

Perbandingan harga salah satu bahan pokok pangan antara pasar modern

dan pasar tradisional di Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten

Pangkep, Sulawesi Selatan yaitu sebesar Rp. 13.000 dimana harga pada pasar

modern lebih murah dari harga pasar tradisional.

4.4. Saran

Sebaiknya sebelum melakukan praktik lapang dosen memberikan

beberapa penyampaian penting dan kuesioner agar pada saat kegiatan praktek

lapang dilakukan mahasiswa bisa terarah dan melancarkan dalam melakukan

wawancara.
26

DAFTAR PUSTAKA

Aam Amanah. 2021. “Erilaku Konsumen Dalam Memilih Produk-Produk Bear


Brand”. Manajemen: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia:
Jakarta.
Annisa Nurainun. 2017. “Keputusan Tempat Pembelian Konsumen Terhadap
Bahan Pokok di Kota Makassar (Studi Kasus Kelurahan Daya,
Kecamatan Biringkanaya)”. Skripsi. Agribisnis: Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Cantika Flores & Treggana Arlin. 2019. “Analisis Perbandingan Karakteristik
Pasar Tradisional Dan Pasar Modern Ditinjaudari Strategi Bauran
Pemasaran Di Kota Bandung (Studi Kasus Pada Pasar Palasari
Dangriya Buah Batu)”. Dalam JurnalIlmiah MEA (Manajemen
Ekonomi & Akuntansi) Vol 3 No. 3 (Halaman 86-100).
Candrawati, Ketut Sri. 2014. Pasar Modern dan Pasar Tradisional dalam Gaya
Hidup Masyarakat di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Jurnal :
STIA-Denpasar, Bali.
Ernawati Eni. 2017. “Analisis Mekanisme Penetapan Harga Jual Produk Dalam
Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Rumah Tangga Menurut
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Siger Roemah Batik Kec.
Kemiling-Bandar Lampung)”. Skripsi. Hukum Ekonomi Syariah:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung: Lampung.
Kotler, Philip. 2010. Manajemen Pemasaran. Edisi tiga belas Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga.
Kusnadi, Ratna. 2021. Pedoman Teknis Pemantuan dan Analisis Harga Pangan.
Azdoc : Jakarta.
Nusation Aswin. 2018. “Analisis Harga Pangan Pokok Dan Saling Korelasinya Di
Kabupaten Aceh Barat.” Dalam Jurnal Bisnis Tani Vol 4, No.1
(Halaman 22-41).
Nurhayati Yanti. (2022). Kondisi Harga Pangan Terhadap Kebijakan Harga.
https://www.researchgate.net/publication/361921278_KONDISI_H
ARGA_PANGAN_TERHADAP_KEBIJAKAN_HARGA. Diakses
tanggal 5 Desember 2022.
Rahmanilah, Anih. 2015 “Pengertian Pasar secara umum”. (http://pengertianplus.
blogspot.co.id/2015/09/pengertian-pasar.html. Diakses tanggal 5
Desember 2022).
Tineges, Rian. 2021. Perbedaan Data Sekunder dan Data Primer. DOLab : Jakarta.
27

LAMPIRAN

Gambar 1. Responden penjual pasar Gambar 2. Responden kasir pasar


tradisional modern

Anda mungkin juga menyukai