Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

MATAKULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

“Analisis Manajemen Komoditi Bawang Merah”

KELOMPOK VIII

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
LAPORAN PRAKTIK LAPANG
MATAKULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

“Analisis Manajemen Komoditi Bawang Merah”

KELOMPOK VIII

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Analisis Manajemen Komoditi Bawang Merah di Desa


Maku

Nama dan Stambuk : Ahmad Zainudin Nur E 321 17 303


Andri Krisdiantoro E 321 17 312
Rifaldi E 321 17 315
I Made Handika Setiawan E 321 17 318
Harmadi Sujarno E 321 17 329

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan


Mata Kuliah Manajemen Agribisnis
Pada
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
UNTAD
Palu, Mei 2019

Menyetujui,

Dosen penanggung jawab Asisten Praktek

Sisfahyuni,SP M.Si Binsar Bayu Dirwansyah Siregar


NIP : 197706272003122001 E 321 16 230

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Lengkap
Praktikum Manajemen Agribisnis. Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan matakuliah Manajemen Agribisnis di Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako.
Pada kesempatan kali ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
Laporan Lengkap ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Sisfahyuni,SP M.Si selaku Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Matakuliah Manajemen Agribisnis
2. Binsar Bayu Dirwansyah Siregar selaku Asisten Penanggung Jawab
Praktikum Manajemen Agribisnis
Penyusun telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan Laporan
Lengkap ini, namun sebagai manusia tak luput dari kesalahan dan kehilafan.
Olehnya itu, dengan penuh rasa rendah hati penyusun menerima kritikan dan
saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
kepada pembacanya. Amiiin

Palu, Mei 2019

Kelompok VIII

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum ............................................................................ 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Subsistem Agribisnis ....................................................................... 3
2.2 Subsistem Sarana Produksi ............................................................. 5
2.3 Subsistem Budidaya ......................................................................... 6
2.4 Subsistem Pascapanen dan Pengelolahan Hasil ............................... 7
2.5 Subsistem Pemasaran ....................................................................... 7

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu .......................................................................... 10
3.2 Jenis dan Metode Praktek ............................................................... 10

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 11

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 15
5.2 Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan
keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Di negara agraris seperti Indonesia,
pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun
terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, apalagi dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga
semakin meningkat. Selain itu, ada peran tambahan dari sektor pertanian yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang berada di
bawah garis kemiskinan. terletak di daerah tropis yang memiliki berbagai tipe
iklim, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan berbagai jenis
hortikultura.
Bawang merah merupakan tanaman semusim dan salah satu komoditas
sayuran bernilai ekonomi tinggi yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari serta tidak sedikit memberikan sumbangan dalam peningkatan kesejahteraan
petani. Kebutuhan akan komoditas ini semakin meningkat karena hampir semua
masakan membutuhkan komoditas ini. Selain dipakai 2 sebagai bahan bumbu
masakan, bawang merah juga digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit
tertentu. Karena kegunaannya sebagai bahan bumbu dapur dan bahan obat-obatan,
maka bawang merah juga dikenal sebagai tanaman rempah dan obat
(Wibowo,2008).

1
2

Desa maku, kecamatan dolo, kabupaten sigi dulunya adalah kebanyakan petani
bawang setelah terjadinya gempa yang mengguncang pada tanggal 28 september
2018 kebanyakan dari petani bawang pindah haluan karena tidak tersedianya air
atau minim air setelah bencana tersebut, petani di desa maku kecamatan dolo
sekarang menggunakan tenaga alkon atau mesin penyedot air untuk memperoleh
air dan digunakan untuk menyiram tanaman bawang mereka, walaupun minim air
tetapi masih banyak penanam bawang yang masih bertahan karena harga jual
bawang yang relatif masih tinggi, untuk saat ini dalam ¾ ha dapat menghasilkan 5
ton bawang merah dan harga jual mencapai Rp 30.000,00 /kg. Tetapi biaya
produksi pun ikut naik karena menggunakan alat penyedot air.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa modal tetap masing masing responden?


2. Berapa penjualaan hasil panen ?
3. Berapa biaya pengeluaran dari proses hulu sampai hilir?

1.3 Tujuan Praktik

Dalam praktek lapangan yang dilakukan di kabupaten sigi desa maku yaitu
Untuk melihat berapa modal tetap, penjualan, dan juga biaya pengeluaran dari ke
tiga responden yang telah diwawancarai.
I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti cara pandang
yang dahulu dilaksanpkan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau
dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan
demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta
keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa
(Finansial dan perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan Iain-Iain).
Sistem Agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian
hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis, yakni industri-
industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri
agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif (alat
dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri
pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang
disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertaniaan
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan.
Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream
agribusness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian
menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa
penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan
dari petugas ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung
petani. dan lain sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu
dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan

3
4

demikian pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri d pertanian


serta jasa sekaligus. Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan
pembangunan pertanian hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara
terpadu, koordinatif dan selaras.
Dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang
digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan
kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu
dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia dalam mengembangkan
usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka
usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan
sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya.
Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain
sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah
dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan usaha tanaman bawang merah merupakan peluang dan
prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan
pendapatan petani terutama didaerah dataran rendah. Menurut Ishaq,. (2007)
dalam pengembangan agribisnis bawang merah tehnologi pertanian sangat
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan
kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam
sistem agribisnis. Manajemen agribisnis bawang merah dalam pengembangan
usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem
dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi
seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnisa
bawang merah adalah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui
renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan
maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi
diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan
revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis
dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm, investasi,
mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan lahan.
5

Menurut (Said ef a/,2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua


aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran
produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait
satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem
pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem
agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub
sistem pemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat
berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Faktor pendukung keberhasilan agribisnis adalah berkembangnya
kelembagaan-kelembagaan tani, keuangan, penelitian dan pendidikan.Menurut
Rahardi (2006) dalam cerdas beragribisnis usaha agribisnis dapat meningkatkan
pendapatan petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dalam
mengakses teknologi, informasi, pasar dan permodalan. Produktivitas padi
meningkat karena pengelolaan usaha tani yang baik.

2.2 Subsistem Sarana Produksi

Dalam pengembangan agribisnis bawang merah sarana produksi merupakan


salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut (Said et
al.2007) Untuk mencapai efisiensi input- input sarana produksi harus ada
pengorganisasian dalam penerapan sub sistem ini yaitu penerapan jumlah, waktu,
tempat dan tepat biaya serta mutu sehingga ada optimasi dari penggunaan input-
input produksi. Meningkatnya produksi dan pendapatan petani bila didukung
adanya industri-industri agribisnis hulu yakni indutri-industri yang menghasilkan
sarana produksi (input) pertaniaan seperti industri agrokimia ( industri pupuk,
industri pestisida, obat-abatan hewan) industri alat pertaniaan dan industri
pembibitan/ pembenihan. Untuk daerah-daerah dekat lokasi petani ada kios-kios
saprodi (Saragih,2007).
Agribisnis modern yang orientasi pasar, haruslah mampu menghasilkan produk-
produk benih yang unggul dan sesuai agroklimat di suatu kawasan dan
produktivitas komoditas, karena dalam mata rantai produk-produk agribisnis
merupakan mata rantai yang sangat penting, berarti pembangunan industri-industri
6

merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Produk
impor benih yang marak beredar di Indonesia terutama benih sayuran yang belum
tentu cocok di Indonesia. Sebagai contoh atribut mangga arumanis yakni aroma,
cita rasa, warna, kandungan vitamin, serat, dan ukuran ditentukan oleh bibit
(Saragih,2007).

2.3 Subsistem Budidaya

Pengembangan agribisnis bawang merah merupakan komoditas yang


potensial dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, produktivitas dan kualitas
hasil sangat ditentukan oleh saat tanam, agroklimat, jenis tanah, penggunaan
sarana produksi, teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, dan
pengemasan.serta pemasaran.
Dalam pengembangan usaha agribisnis bawang merah sangat ditentukan oleh
kemampuan sumber daya manusia dalam perencanaan sistem agribisnis dari
proses penentuan lokasi dan jenis sayuran yang akan dikembangkan, sarana
produksi, teknologi budidaya, pengelolaan pasca panen, peningkatan nilai tambah
dan pemasaran. Menurut (Rahardi,2005) Agroklimat merupakan pertimbangan
yang sangat penting dan merupakan faktor sukses dan tidaknya kegiatan agribisnis
dibandingkan dengan faktor lahan. Faktor agroklimat sulit untuk direkayasa
dengan faktor penentu seperti sinar matahari, hujan, angin, kelembaban dan suhu
udara. Sementara itu tanah yang tidak subur dapat dirubah menjadi subur. Selain
daripada itu faktor tenaga kerja juga sangat menentukan berhasil dan tidaknya
usaha agribisnis sayuran, demikian juga manajemen pengelolaan agribisnis. Kiat
memulai agribisnis agar sukses pertama yang harus diidentifikasi adalah apa yang
kita miliki lahan, atau ketrampilan serta modal, apabila yang dimiliki modal harus
dicari informasi pasar, lahan, dan keahlian. Namun apabila yang dimiliki hanya
lahan harus diupayakan informasi pasar, alternatif modal dan pemilikan keahlian
dan bila yang dimiliki modal maka diperlukan data pasar dan lokasi kegiatan serta
komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
7

2.4 Subsistem Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Kerusakan dan kehilangan hasil produk sayuran akan terjadi dan dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada tahap setelah panen sampai
dengan tahap produk Siap dikonsumsi, rata-rata kehilangan/kerusakan hasil
produk sayuran kira-kira berkisar 25-40 persen Kehilangan dapat diartikan
sebagai akibat dari perubahan dalam hal ketersediaan, jumlah yang dapat dimakan
yang akhirnya dapat berakibat sayuran tersebut tidak layak untuk dikonsumsi
(P2HP Deptan, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan tanaman
bawang merah saat setelah panen akibat dari faktor biologi, faktor lingkungan
(suhu, kelembaban dan komposisi atmosfir). Oleh karena itu agar proses pasca
panen tidak menurunkan kualitas perlu ada penganan pasca panen yang baik
seperti saat pemanenan yang baik dan tepat yaitu dengan panen hati-hati agar
tidak terjadi kerusakan fisik, panen saat masak yang tepat, dengan analisa kimia
mengukur kandungan zat pada dan zat asam atau zat pati. Selain itu Proses
pemanenan dari panen, pengumpulan, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan,
penyimpanan dan transpotasi dengan metode dan teknik yang benar. Mutu
sayuran tidak dapat ditingkatkan tapi dipertahankan (Muctadi et al, 1995). bawang
merah siap panen umur 60-75 hari setelah tanam (ATM-ROC, 2004).

2.5 Subsistem Pemasaran

Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis bawang merah salah satunya


adalah bagaimana mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi
adanya kendala dan masalah pemasaran komoditas bawang merah. Kelancaran
distribusi komoditas bawang merah ini sangat perlu mengingat hal ini akan
berpengaruh terhadap tersedianya pasokan dan terciptanya harga yang wajar.
Disamping itu keamanan distribusi di era globalisasi menuntut terciptanya suatu
sistem distribusi yang lebih efektif dan efisien serta harus mengutamakan selera
kepuasan pasar atau konsumen domestik maupun global dengan demikian
tanaman bawang merah tersebut mempunyai nilai daya saing yang tinggi.
Menurut Antara (2004) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris, tetapi
8

daya saing Hortikultura/sayuran di Indonesia masih rendah. Daya saing rendah


karena pembinaan pada petani hanya difokuskan pada bercocok tanam, masalah
mutu yang diharapkan pasar baik pasar domestik maupun ekspor terabaikan,
sehingga daya saing rendah apalagi pada era globalisasi ini. Untuk itu peningkatan
SDM dan fasilitasi pemerintah dalam teknologi budidaya, pasca panen, dan
peningkatan nilai tambah serta pengembangan pasar, sangat diperlukan
terutamanya kegiatan pendampingan. Pengembangan hortikultura khususnya
sayuran haruslah secara profesional, artinya adanya pembangunan yang seimbang
antara aspek pertanian, bisnis dan jasa penunjang. Penanganan produksi tanpa
didukung dengan pemasaran yang baik tidak akan memberi manfaat dan
keuntungan bagi petani. Sistem agribisnis sebagai rangkaian kegiatan subsistem-
subsistem yang saling mempengaruhi satu sama lain, untuk subsistem non
usahatani yang memegang peranan yang sangat besar dalam sistem agribisnis di
Indonesia maupun negara berkembang lainnya adalah layanan dalam bidang
pengolahan dan pemasaran (Krisnamurti,2004). Pendapatan per kapita dari
kegiatan non usahatani tumbuh sekitar 14 persen per tahun sedangkan dari
kegiatan usahatani hanya sekitar 3 persen per tahun yaitu dengan mengembangkan
kegiatan fungsi-fungsi perdagangan (penyimpanan, pengangkutan, pengolahan,
sortasi, grading dan sebagainya).
Menurut Prawirokusumo (1990) ada beberapa pembagian pendapatan yaitu
1. Pendapatan kotor (Gross income) adalah pendapatan usahatani yang Belum
dikurangi biaya-biaya, 2. Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan
setelah dikurangi biaya, 3. Pendapatan pengelola (management income) adalah
pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input.
Input-input produksi atau biaya-biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi serta menjadi barang tertentu atau menjadi produk akhir,
dan termasuk didalamnya dan termasuk didalamnya adalah barang yang dibeli dan
jasa yang dibayar. Ada beberapa konsep biaya dalm ekonomi yaitu 1) Biaya tetap
(FC), 2) Biaya total tetap (TFC), 3) Biaya Variabel (VC) dan 4) Biaya total
variabel (TVC) serta Biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tetap (FC) yaitu biaya
yang masa penggunaannya tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah
9

(selalu sama) atau tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi karena tetap dan
tidak tergantung kepada besar kecilnya usaha maka bila diukur per unit produksi
biaya tetap makin lama makin kecil (turun), yang termasuk biaya tetap dalam
usahatani sayuran antara lain tanah, bunga modal, pajak, dan peralatan.
Biaya Variabel (VC) yaitu biaya yang selalu berubah tergantung besar
kecilnya produksi. Yang termasuk biaya ini adalah : biaya sarana produksi, biaya
pemeliharaan, biaya panen, biaya pasca panen, biaya pengolahan dan biaya
pemasaran serta biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Biaya tunai meliputi
biaya yang diberikan berupa uang tunai seperti biaya pembelian pupuk,
benih/bibit, obat obatan, dan biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak
diberikan sebagai uang tunai tetapi tidak diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja
keluarga (Prawirokusumo, 2004). Pendapatan kotor adalah sejumlah uang yang
diperoleh setelah dikurangi semua biaya tetap dan biaya variabel dan pendapatan
bersih dihitung dari pendatan kotor dikurangi pajak penghasilan.
Pendapatan usaha tani adalah besarnya manfaat atau hasil yang diterima
oleh petani yang dihitung berdasarkan dari nilai produksi dikurangi semua jenis
pengeluaran yang digunakan untuk produksi. Untuk itu pendapatan usaha tani
sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan,
biaya pasca panen, pengolahan dan distribusi serta nilai produksi.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktek

Praktek lapangan mata kuliah manajemen agribisnis dilaksanakan di Desa


Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi pada hari minggu 19 mei 2019 pukul
11.00 WITA – Selesai.

3.2 Jenis dan Metote Praktek

Penelitian mengunakan metode wawancara, dengan mengumpulkan data dari


petani bawang langsung dengan waktu yang bersamaan, dalam proses wawancarai
ini kita mendapatkan 3 orang responden yang bersedia untuk di wawancarai,
dalam proses wawancara kita menggunakan kusioner yang dibagikan dan sistem
dari rumah ke rumah responden.

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Ibu suyanti berumur 48 tahun sebagai petani bawang, Dalam hasil wawancara
ibu suyanti memberikan penjelasan bahwa jumlah saprodi sangat berpengaruh
untuk tanaman bawang, kemudian jumlah produksi beliau berkisar 500 – 1000kg,
untuk pendapatan sangat berpengaruh permintaan produk, untuk di wilayahnya
ibu suyanti sedikit untuk permintaan produksi. Kemudian beliau menjelaskan
tentang produksi dimana kenaikan harga produksi yang di keluarkan sangat
berpengaruh terhadap komoditi kenudian untuk sarana dan prasarana serta
peralatan sudah memadai. Dalam aspek pemasaran dan distribusi beliau
mengakatan bawasannaya sarana trasportasi untuk pemasaran sudah efesien,
mempromosikan produk melewati media seperti tv,radio,koran sangat efektif ,
dalam pendistribusian hasil pertanian konsumen hampir tidak pernah mengalami
gangguan. Kemudian aspek sumber daya manusia dalam meningkatkan
keterampilan selalu diikut sertakan dalam program pelatiahan, untuk pengetahuan
ibu suyanti sendiri sanagat baik tentang bawang merah karena seringnya penyuluh
datang setiap minggu, kemampuan bertani dan pengetahuan agribisnis masyarakat
sangat berpengaruh positif bagi daerah setempat. Untuk keuangan tingkat
permodalan masyarakat untuk mengembangkan usaha tani kurang, dalam
mendapatkan dana untuk pengembangan untuk usaha tani sulit didapat, kelayakan
usaha tani masih kurang, jumlah keuntungan usaha tani yang di peroleh cukup
besar itulah jawabaan singkat petani bawang merah ibu suyanti tentang kuisoner
yang diberikan.

11
12

Kemudian untuk analisis finansial ibu suyanti, Menjelaskan bahwa lahannya


yang berukuran ¾ ha ini adalah lahannya sendiri, beliau menanam bawang dengan
menggunakan bibit yang di per oleh sendiri tanpa membeli, dalam luas lahan ¾ ha
bibit yang dibutuhkan berkisaran 800kg, untuk obat beliau sampaikan bahwa
sekali semprot mencapai Rp 700.000,00 untuk sarana beliau menggunakan
penyedot air (alkon )karena susahnya air, sekali menyiram tanaman beliau
menghabiskan Rp 50.000.00 untuk membeli bahan bakar, kemudian beliau
menggunakan tenaga kerja buruh pembajak ( traktor ) proses pembajakan hingga
siap tanam membutuhkan modal Rp 900.000,00 kemudian beliau mempekerjakan
1 orang untuk membantu memelihara tanaman,buruh tersebut di gaji Rp
80.000,00 /hari jadi total pengeluran hampir mencapai 7 juta ujar ibu suyanti
karena bibit beliau produksi sendiri, dalam ¾ ha pendapatan ibu suyanti mencapai
5000 kg dan harga jual untuk saat ini mencapai RP 30.000,00 /kg keuntungan ibu
suyanti bisa mencapi 7 – 8 juta permusim panen bawang merah.
Ibu juriah berumur 70 tahun sebagai petani bawang, Dalam hasil wawancara
ibu juriah memberikan penjelasan bahwa jumlah sprodi sangat berpengaruh untuk
tanaman bawang, kemudian jumlah produksi beliau berkisar 500kg, untuk
pendapatan sangat berpengaruh permintaan produk, untuk di wilayahnya ibu
juriah sedikit untuk permintaan produksi. Kemudian beliau menjelaskan tentang
produksi dimana kenaikan harga produksi yang di keluarkan sangat berpengaruh
terhadap komoditi kemudian untuk sarana dan prasarana serta peralatan sudah
memadai. Dalam aspek pemasaran dan distribusi beliau mengakatan bawasannaya
sarana trasportasi untuk pemasaran sudah efesien, mempromosikan produk
melewati media seperti tv,radio,koran sangat efektif , dalam pendistribusian hasil
pertanian konsumen hampir tidak pernah mengalami gangguan. Kemudian aspek
sumber daya manusia dalam meningkatkan keterampilan selalu diikut sertakan
dalam program pelatiahan, untuk pengetahuan ibu juriah sendiri sangat baik
tentang bawang merah karena seringnya penyuluh datang setiap minggu,
kemampuan bertani dan pengetahuan agribisnis masyarakat sangat berpengaruh
positif bagi daerah setempat. Untuk keuangan tingkat permodalan masyarakat
untuk mengembangkan usaha tani kurang, dalam mendapatkan dana untuk
13

pengembangan untuk usaha tani sulit didapat, kelayakan usaha tani masih kurang,
jumlah keuntungan usaha tani yang di peroleh cukup besar itulah jawabaan
singkat petani bawang merah ibu juriah tentang kuisoner yang diberikan.
Kemudian untuk anlisis finansial ibu juriah, Menjelaskan bahwa lahannya
yang berukuran ½ ha adalah lahan sepupunya dimana sewa lahan mencapai 2 juta
permusim, untuk bibit beliau memproduksi sediri dimana hasil panennya beliau
musim lalu di jadikan bibit, untuk bibit yang dibutuhkan berkisaran 500 kg untuk
memenuhi lahan seluas ½ ha , untuk pembelian obat berkisaran Rp 300.000,00 –
Rp 400.000,00 dalam sekali penyemprotan, untuk proses penyiraman atau
pembasahan lahan sama seperti petani sebelumnya beliau menggunakan alkon
atau alat penyedot air yang membutuhkan bahan bakar berkisar Rp 50.000,00
sekali jalan kemudian ongkos pembajakan lahan menggunakan traktor mencapai
Rp 600.000,00 sampai siaap tanam, beliau tidak menggunakan buruh kerja beliau
bersama anak dan suami bekerja sama untuk merawat tanaman bawang, jumlah
pendapatan sekali panen ibu juriah mencapai 2- 3 ton dengan harga jual Rp
30.000,00 / kg, total keuntungan yang didapat ibu juriah mencapai berkisaran 3- 5
jutaa untuk sekali panen dg modal pengeluaran berkisar 5 juta.
Bapak anto berumur 39 tahun sebagai petani bawang, Dalam hasil
wawancara bapak anto memberikan penjelasan bahwa jumlah sprodi sangat
berpengaruh untuk tanaman bawang, kemudian jumlah produksi beliau berkisar
1000kg, untuk pendapatan sangat berpengaruh permintaan produk, untuk di
wilayahnya bapak anto sedikit untuk permintaan produksi. Kemudian beliau
menjelaskan tentang produksi dimana kenaikan harga produksi yang di keluarkan
sangat berpengaruh terhadap komoditi kenudian untuk sarana dan prasarana serta
peralatan sudah memadai. Dalam aspek pemasaran dan distribusi beliau
mengatakan bawasannaya sarana trasportasi untuk pemasaran sudah efesien,
mempromosikan produk melewati media seperti tv,radio,koran sangat efektif ,
dalam pendistribusian hasil pertanian konsumen hampir tidak pernah mengalami
gangguan. Kemudian aspek sumber daya manusia dalam meningkatkan
keterampilan selalu diikut sertakan dalam program pelatiahan, untuk pengetahuan
bapak anto sendiri sanagat baik tentang bawang merah karena seringnya penyuluh
14

datang setiap minggu, kemampuan bertani dan pengetahuan agribisnis masyarakat


sangat berpengaruh positif bagi daerah setempat. Untuk keuangan tingkat
permodalan masyarakat untuk mengembangkan usaha tani kurang, dalam
mendapatkan dana untuk pengembangan untuk usaha tani sulit didapat, kelayakan
usaha tani masih kurang, jumlah keuntungan usaha tani yang di peroleh cukup
besar itulah jawabaan singkat petani bawang merah bapak anto tentang kuisoner
yang diberikan.
Bapak ini memiliki lahan seluas ¾ ha, bibit yang di butuhkan 800kg bapak
anto memproduksi bibit sendiri katanya agar tidak banyak membuang modal, pak
anto membutuhkan paling tidak Rp 900 ribu dari obat dan pemupukan , untuk
pembajakan lahan pak anto melakukannya sendiri proses pembajakn hingga
penanaman pak anto hanya membeli bahan bakar kurang lebih Rp 300.000,00
itupun sudah terhitung dengan ongkos penyedotan air,biaya pengularan pa anto
cukup minim berkisar 3- 5 juta karena hampir semua pekerjaan di lakukannya
sendiri dan bersma istri dan anak. pendapatan pak anto bisa mencapai 5- 7 ton
sekali panen, dan keuntungan yang di dapat pa anto berkisar 7- 12 juta.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian di desa maku kec dolo dari ketiga responden yg telah di
wawancarai maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
- Setiap responden dari ketiganya tersebut memiliki pendapatan atau
penghasilan yang berbeda, itu dikarenakan luas lahan yang mereka punya
juga tidak sama.
- Jika dilihat dari harga jual hasil panennya relatif sama yaitu Rp30.000 per
kg, karena itu harga pasar yang sudah ditetapkan.
- Alat yang digunakan yaitu traktor dan alkon. Biaya yg di keluarkan
berkisar Rp 950.000
- Upah tenaga kerja relatif sama yaitu Rp80.000 per hari

5.2 Saran

Saran penulis dalam penyusunan laporan ini yaitu sekiranya para petani tidak
hanya semata-mata menjual hasil panennya, tetapi juga dimanfaatkan seperti
halnya diolah menjadi bawang goreng khas desa maku sehingga dapat
meningkatkan penghasilan dan nilai tambah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Buana, L., Siahaan, D dan Adiputra, S. 2008.

Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Damanik, MMBD., Hasibuan, BE., Fauzi., Sarifuddin., dan Hamidah H. 2011.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan. UsuPress. Medan.

Erlan. 2005. Pengaruh Berbagai Media terhadap Pertumbuhan Bibit Mahkota


Dewa (Phaleria macrocarpha (Scheff.) Boerl.) di Polibag. Jurnal Akta
Agrosia Vol. 7 No.2 hlm 72-75. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Sriwigama.

Fahrudin, F., 2009. Budidaya Caisim (Brassica Juncea L.) Menggunakan Ekstrak
Teh dan Pupuk Kascing. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Krishnawati, Desiree. 2001 Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap


Pertumbuhan dan Perkembangan Kentang. Jurusan F-MIPA, ITS,
Surabaya

Mulat, T., 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik


Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Musa, L., Mukhlis dan Rauf, A. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sirwin, R.M, Mulyati, dan E. S. Lolita. 2007. Peranan Kascing dan Inokulasi
Jamur Mikoriza Terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung. Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Unram.

Sumarni, N, dan Hidayat, A., 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Sutanto, R. 2005. Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta.


DOKUMENTASI
1. Dokumentasi dengan ibu suyanti petani bawang merah desa maku

2. Dokumentasi dengan ibu juriah petanii bawang merah desa maku


3. Dokumentasi dengan istri bapak anto petani bawang merah desa maku
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai