LAPORAN PRAKTIKUM
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum
Analisi Kelayakan Agribisnis pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing
Diana Fauziyah, S.P., M.P
Ariq Dewi Maharani, S.P., M.P
Disusun Oleh
Golongan P / Kelompok 1
ii
ANALISIS KELAYAKAN AGRIBISNIS USAHATANI TEMBAKAU DI
KECAMATAN MAESAN KABUPATEN BONDOWOSO
LAPORAN PRAKTIKUM
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum
Analisis Kelayakan Agribisnis pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing
Diana Fauziyah, S.P., M.P
Ariq Dewi Maharani, S.P., M.P
Disusun Oleh
Golongan P / Kelompok 1
i
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR KELOMPOK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima oleh :
Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Sebagai :
Laporan Praktek Lapang
Dipertahankan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Kampus Bondowoso
Mengesahkan :
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR KELOMPOK........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.3.1 Tujuan......................................................................................................3
1.3.2 Manfaat...................................................................................................3
v
3.2 Metode Pengumpulan Data..........................................................................19
BAB 5. PENUTUP................................................................................................40
5.1 Kesimpulan..............................................................................................40
5.2 Saran........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampira Keterangan
n
1 Rincian Biaya Usahatani Tembakau Desa Maesan Kecamatan Maesan
Kabupaten Bondowoso
2 Kriteria Investasi Usahatani Tembakau Kecamatan Maesan Kabupaten
Bondowoso
3 Rincian Biaya Usahatani Tembakau Kenaikan Harga Bahan Baku 5%
4 Kriteria Investasi Usahatani Tembakau Kenaikan Harga Bahan Baku 5%
5 Rincian Biaya Usahatani Tembakau Penurunan Harga Bahan Baku 5%
6 Kriteria Investasi Usahatani Tembakau Penurunan Harga Bahan Baku 5%
ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1
menjadi alasan kuat untuk mendukung upaya pengembangan subsektor
perkebunan di Indonesia (Zuhri, 2016).
Tembakau merupakan tanaman perkebunan yang potensial di Indonesia.
Tembakau umumnya digunakan sebagai bahan baku pemuatan rokok. Kualitas
tembakau ditentukan oleh lokasi penanaman dan pengolahannya. Pengembangan
tembakau komersial di Indonesia dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, salah
satu daerah yang menjadi sentra produksi tembakau adalah Jawa Timur. Tanaman
tembakau telah dibudidayakan di Pulau Jawa sejak abad ke-17. Tembakau
merupakan tanaman bahan perdagangan terpenting setelah beras sejak abad ke-18
dimana permintaan tembakau di pasar Asia dan Eropa melaju pesat. Tanaman
tembakau memiliki klasifikasi botanis sebagai berikut (Suwarto et al, 2014).
Tabel 1.1 Luas Areal Tanam dan Produksi Tembakau Di Indonesia 2011 – 2015
Luas Areal
Produksi Produktivitas
No Tahun Tanam
(Ton) (Ton/Ha)
(Ha)
1. 2011 228.800 214.500 0,937500
2. 2012 270.290 260.820 0,964964
3. 2013 192.810 164.500 0,853172
4. 2014 209.400 198.300 0,946991
5. 2015 211.800 202.300 0,955146
Jumlah 884.300 838.120 0,947778
Sumber Badan Pusat Statistik (2017)
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa luas areal tanam dan produksi
tembakau di Indonesia 2011-2015 cenderung berfluktuasi. Luas areal tanam dan
produksi tembakau terbesar pada tahun 2012 yang mencapai 270.290 Ha dengan
produksi sebesar 260.820 Ton dan produktivitas sebesar 0,964964 Ton/Ha dan
pada tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 192.810 Ha dengan
produksi 164.500 Ton dan produktivitas sebesar 0,853172 Ton/Ha. Luas areal dan
produksi tembakau tersebut kemudian mengalami peningkatan pada tahun
berikutnya, hingga pada tahun 2015 luas areal tanam tembakau sebluas 211.800
Ha dengan produksi sebesar 202.300 Ton dan produktivitas sebesar 0,955146
Ton/Ha. Produksi tembakau di Indonesia dipengaruhi oleh besarnya luas areal
tanam tembakau yang ada.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, serta manajemen
organisasi usahatani tembakau di Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso?
2. Bagaimana aspek finansial usahatani di Kecamatan Maesan Kabupaten
Bondowoso?
1.3.2 Manfaat
1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya
menegnai aspek pasar, teknis dan teknologi, serta manajemen dan organasasi
dalam kegiatan usahatani tembakau
2. Bagi petani dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk melakukan
kegiatan pengembangan usahatani tembakau.
3. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan, dan
pemahaman mengenai usahatani tembakau
4. Bagi investor dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
investasi ke bagian usahatani tembakau
5. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan-
kebijakan yang terkait dengan komoditas perkebunan usahatani tembakau.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komoditas Tembakau
Tembakau merupakan tanaman perkebunan yang potensial di Indonesia.
Tembakau umumnya digunakan sebagai bahan baku pemuatan rokok. Kualitas
tembakau ditentukan oleh lokasi penanaman dan pengolahannya. Pengembangan
tembakau komersial di Indonesia dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, salah
satu daerah yang menjadi sentra produksi tembakau adalah Jawa Timur. Tanaman
tembakau telah dibudidayakan di Pulau Jawa sejak abad ke-17. Tembakau
merupakan tanaman bahan perdagangan terpenting setelah beras sejak abad ke-18
dimana permintaan tembakau di pasar Asia dan Eropa melaju pesat. Tanaman
tembakau memiliki klasifikasi botanis sebagai berikut (Suwarto et al, 2014).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotinea
Species : Nicotiana tobacum
Tanaman tembakau memiliki syarat tumbuh tertentu agar tumbuh dengan
baik dan optimal. Syarat tumbuh tanaman tembakau meliputi keseuaian iklim dan
tanah. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering
ataupun iklim yang sangat basah. Tanaman tembakau juga tidak menghendaki
adanya angin dengan kecepatan tinggi karena tembakau mudah roboh dan tanah
pertanaman tembakau akan mengering yang dapat menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen di dalam tanah. Tanaman tembakau dapat ditanam pada
dataran tinggi maupun rendah, untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah
hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi,
curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. Tanaman tembakau memerlukan
penyinaran matahari yang cukup, cahaya matahari yang kurang dapat
menyebabkan pertumbuhan kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Suhu
yang cocok untuk pertumbuhan tembakau berkisar antara 21°-32° C. Berdasarkan
5
syarat tumbuh tersebut maka lokasi untuk pertanaman tembakau sebaiknya dipilih
tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya (Indriana, 2016).
Menurut Cahyono (2010), bentuk dari tanaman tembakau ialah
mempunyai berwarna hijau berbulu halus, batang dan daun diliputi oleh zat
perekat. Zat perekat berguna untuk melindungi bagian permukaan daun tanaman
tembakau. Tanaman tembakau bebentuk silindris atau pyramidal, tergantung pada
jenis atau varietasnya. Tinggi tanaman tembakau rata-rata hanya mencapai kisaran
2,5 m, akan tetapi tinggi tanaman tembakau dapat mencapai 4 m. Tanaman
tembakau yang tidak bercabang dan umurnya kurang dari satu tahun. Ciri fisik
masing-masing dari tanaman tembakau memiliki fungsi khusus terhadap tanaman
tersebut.
Tembakau yang banyak dibudidayakan di Indonesia dibagi menjadi dua
jenis berdasarkan musim tanamnya yaitu tembakau Voor Oogst dan Na Oogst.
Tembakau Voor Oogst adalah tembakau yang ditanam pada musim penghujan dan
dipanen pada waktu musim kemarau. Tembakau Na Oogst adalah tembakau yang
ditanam pada musim kemarau dan dipanen pada musim penghujan. Tembakau
yang banyak dibudidayakan di Indonesia juga dapat dibedakan berdasarkan
macam pengolahannya yaitu tembakau Flue cured dan tembakau Sun cured.
Tembakau Flue cured adalah tembakau yang pengolahannya berasal dari daun
hijau menjadi krosok, dimana pengolahannya dilakukan di dalam bangunan
pengering dengan mengalirkan udara panas. Tembakau Sun cured adalah
tembakau yang pengolahannya dilakukan dengan sinar matahari dan lain
sebagainya, contoh pengolahannya adalah tembakau cerutu, sigaret, kemyak, isap
dan pipa (Siregar, 2016).
6
pertanian baik untuk dikonsumsi sekaligus sebagai bahan baku agroindustri.
Agroindustri adalah bagian dari Agribisnis yang memproses dan
mentransformasikan hasil pertanian menjadi barang setengah jadi yang langsung
di konsumsi dan bahan baku agroindustri yang digunakan dalam proses produksi.
Kebutuhan akan pangan ini berlangsung sepanjang waktu, sehingga dengan
adanya industri pengolahan produk pertanian dapat menyediakan kebutuhan bagi
konsumen.
Proses industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan peran
sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang ditunjukkan melalui
penurunan proporsi output sektor pertanian terhadap output nasional. Berdasarkan
data dari BPS (2013), pangsa sektor pertanian dalam pembentukan PDB nasional
telah turun dalam lima dasawarsa ini, berkebalikan dengan sektor industri
pengolahan (manufaktur) yang pangsanya terus meningkat. Di sisi lain,
sumbangan sektor pertanian terhadap lapangan kerja memang relatif menurun,
tetapi penurunannya tidak secepat kenaikan sumbangan sektor industri dalam
penyerapan tenaga kerja (Nandika dkk, 2015).
Tembakau merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Peran
tembakau dan industri hasil tembakau dalam kehidupan sosial ekonomi
masyarakat adalah penerimaan negara dalam bentuk cukai dan devisa, penyediaan
lapangan kerja, sebagai sumber pendapatan petani, buruh, dan pedagang, serta
pendapatan daerah. Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau adalah Rp 139,5
miliar pada tahun 2015 (Kementrian Keuangan, 2016). Pada kegiatan on farm
komoditas tembakau mampu menyerap tenaga kerja sebesar 21 juta jiwa,
sedangkan di kegiatan off farm sebesar 7,4 juta jiwa (Ditjen Perkebunan, 2015).
Menurut Ria Juliana (2015), industri pengolahan tembakau memberikan
dampak yang luas bagi perekonomian nasional. Selain penggunaan bahan baku
lokal yang besar. Industri rokok kretek juga menyumbang penerimaan dan devisa
bagi negara. Namun, utilisasi kapasitas olahan tembakau masih rendah, dukungan
litbang olahan tembakau belum ada, lemahnya kemampuan penetrasi pasar
ekspor, adanya kesenjangan jumlah dan harga bahan baku tembakau dan cengkeh
bagi industri skala kecil dan menengah. Di samping, peluang berkembangnya
7
teknologi olahan tembakau rendah tar dan nikotin, pengembangan pasar rokok
rendah tar dan nikotin cukup besar bagi domestik maupun ekspor dan belum
optimalnya penguasaan pasar terutama pasar negara-negara berkembang, industri
ini menghadapi beragam ancaman. Ancaman itu diantaranya adanya pengawasan
secara global terhadap tembakau dan olahannya melalui ketentuan FCTC,
maraknya peredaran rokok illegal dan tindakan proteksionisme di beberapa negara
tujuan ekspor, terutama di negara-negara maju. Untuk meningkatkan nilai tambah
industri pengolahan tembakau di Indonesia maka diperlukan adanya pembaharuan
dan peningkatan dalam setiap faktor-faktor produksi seperti biaya input dan
teknologi.
8
Menurut Sudaryono (2016),, pemasaran mrupakan proses manajemen
yang berupaya memakimalkan laba bagi pemegang saham dengan cara menjalin
akses atau relasi dengan konsumen utama dan menciptakan keunggulan
kompetitif. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses bisnis yag berusaha
menyeimbangkan antara seumberdaya manusia, finansial dan fisik organisasi
dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggan dalam konteks strategi
kompetitif sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu
kegiatan ekonomi yang diakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dengan produk yang telah ditawarkan oleh perusahaan. Pemasaran
produk tembakau dapat berupa berbagai produk, namun terdapat kendala terhadap
produk andalan tembakau yakni rokok. Minimnya akses pemasaran tembakau
yang masih mengandalkan jasa industry rokok sebagai distributor tunggal
mengakibatkan harga jual tembakau di pasar menjadi tidak stabil sehingga hal
tersebut juga akan mempengaruhi pendapatan petani dan pelaku usahatani (Yuska,
2014).
Sistem pemasaran adalah suatu pola hubungan dari pelaku aktifitas
pemasaran yang saling berpengaruh, dan membentuk serta mempangaruhi
hubungan perusaaan dan pasarnya yang memiliki suatu tujuan transaksional.
Sistem pemasaran yang sederhana memiliki dua unsur yang saling berinteraksi,
kedua unsur itu adalah organisasi yang dipasarkan dan pasar yang dituju. Kedua
unsur tersebut dihubungkan oleh dua pasang aliran, yakni yang pertama aliran
organisasi pemasaran (perusahaan yang mendistribusikan barang dan jasa kepada
konsumen, yang kemudia mendapatkan imbalan berupa uang pembayaran dari
konsumen sebagai kontra prestasinya. Kedua adalah aliran informasi, informasi
ini dimaksudkan untuk perusahaan yang akan mendistribusikan ataupun
memperkenalkan produk-produknya kepada konsumen dapat melalui promosi
ataupun mengadakan iklan untuk mengkomunikasikan dengan pasarnya,
kemudian perusahaan akan mendapatkan informasi dari pasar sebagai
feedbacknya ( Angipora, 2008).
Menurut Bazai dkk (2018), bahwa setiap pengusaha diharapkan dapat
memperluas pangsa pasar dan merebut pasar. Masing-masing pengusaha oleh
9
karena itu perlu mengetahui strategi bauran pemasaran yang tepat untuk
meningkatkan volume penjualan. Perusahaan perlu menyusun strategi perusahaan
yang efektif dan efisien. Peranan pemasaran lebih difokuskan pada tatanan strategi
pemasaran dalam suatu perusahaan yakni strategi bauan pemasaran. Saluran
pemasaran yang efektif adalah saluran pemasaran yang tidak terlalu panjang
namun dapat memberikan setiap nilai tambah pada setiap lembaganya (Manalu,
2018).
Menurut Kotler dan Keller (2009), bahwa bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan
pemasarannya. Bauran pemasaran merupakan bagian dari sistem pemasaran
perusahaan dan menjadi alat yang mempengaruhi permintaan akan produknya dan
pemuas pasar sasarannya.
10
lokasi bisnis yang salah dapat menimbulkan beban pada perusahaan. Penentuan
lokasi bisnis ditentukan oleh beberapa variabel yang dapat digolongkan menjadi
variabel primer (utama) dan variabel sekunder (pendukung). Variabel utama
diantaranya yaitu ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, ketersediaan
sumber energi, air dan sarana komunikasi, ketersediaan fasilitas transportasi.
Sedangkan variabel pendukung diantaranya yaitu hukum peraturan adat istiadat,
iklim, keadaan tanah, struktur topografis, sikap masyarakat terhadap ide bisnis
yang akan dijalankan, rencana pengembangan perusahaan masa yang akan datang.
Menurut Halil dkk. (2015), Luas produksi merupakan jumlah atau volume
hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Luas produksi harus direncanakan secara matang agar perusahaan dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal. Luas produksi dapat diukur dari
beberapa indikator yaitu bahan dasar yang digunakan, barang yang dihasilkan,
peralatan mesin yang digunakan, jumlah pegawai yang digunakan. Perusahaan
tidak selalu memaksimalkan luas produksi karena ada faktor-faktor yang yang
membatasi luas produksi perusahaan. Dalam menentukan luas perusahaan harus
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu permintaan pasar, kapasitas mesin,
jumlah dan kemampuan kerja, kemampuan finansial manajemen, ketersediaan
bahan dasar dan ketersediaan fator-faktor produksi lain.
Pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi merupakan hal yang penting.
Mesin adalah salah satu elemen yang juga memengaruhi mutu (Nisa, 2017). Hal
yang perlu di pertimbangkan pada pemilihan mesin dan peralatan diantaranya
yaitu sesuai dengan teknologi, harga perolehan, kemampuan mesin, tersedianya
pemasok, tersedianya suku cadang, kualitas, dan umur ekonomis.
Menurut Aldy (2017), Layout pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Penentuan
layout dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan terdapat tiga macam tipe
layout yaitu layout proses atau fungsional, layout produk atau garis, layout
kelompok. Pada layout proses mesin-mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi
yang sama dikelompokkan dan di tempatkan dalam satu tempat atau ruang
tertentu. Pada layout produk mesin-mesin dan peralatan disusun berdasarkan
11
urutan operaasi yang di perlukan untuk produk yang akan di buat. Pada layout
kelompok mesin-mesin dan peralatan yang memuat serangkaian komponen yang
sama dikelompokkan pada suatu tempat, layout ini merupakan kombinasi antara
layout produk dan layout proses.
12
Ulber (2011) menyatakan bahwa manajemen adalah seni menyelesaikan
sesuatu dengan dan melalui orang lain. Manajemen dalam suatu kegiatan usaha
penting adanya guna mengatur segala sesuatu di dalamnya agar lebih efektif dan
efisien. Efektif berarti mengerjakan pekerjaan yang benar, sedngkan efisien berarti
mengerjakan pekerjaan dengan benar (Eddy, 2016). Seseorang yang
memanajemen suatu kegiatan usaha biasa disebut manager. Manajemen dalam
suatu kegiatan usaha haruslah baik dan terstruktur agar dapat mencapai visi dan
misi yang menjadi tujuannya.
Sumsuni (2017) berpendapat bahwa organisasi adalah kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam rangka mencapai tujuan tertentu atau bisa juga disebut
sebagai sekumpulan orang dimana antara orang-orang tersebut terdapat
pembagian kerja atau sistem sosial antara orang-orang tersebut. Sehingga jika
dirincikan organisasi terdiri dari sekumpulan orang, kerja sama, dan tujuan
tertentu. Tujuan dari adanya organisasi akan menentukan struktur organisasi yang
menentukan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
Organisasi terdiri dari organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi
formal merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dengan
hubungan kerja yang rasional contohnya seperti perseroan terbatas, sekolah,
negara, dll. Sedangkan organisasi informal merupakan sekumpulan orang yang
memiliki tujuan bersama serta tidak didasari contohnya seperti arisan, belajar
bersama, camping, dll.
Triyaningsih (2014) berpendapat bahwa individu berpengaruh dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Dalam hal ini dapat
diketahui bahwa sumber daya manusia merupakan unsur penting yang berperan
dalam mencapai visi dan misi dalam sebuah organisasi.
13
ketidaksesuaian dari sisi keuangan. Analisis pada aspek finansial dapat dilakukan
setelah melalui pengumpulan dan pengolahan data dari aspek pasar dan aspek
teknis. Perhitungan pada aspek finansial meliputi kebutuhan dana investasi,
proyeksi pendapatan, biaya operasional, income state, cashflow dan balance sheet
untuk menila tingkat investasi seperti NPV, IRR, dan PBP dengan penetapan
periode proyeksi keuangan selama 5 tahun.
Analisis yang dilakukan pada aspek-aspek finansial dilakukan sebagai
bahan pertimbangan untuk mengetahui layak atau tidaknya pengembangan usaha.
Penentuan usaha tersebut layak atau tidak dilakukan dengan menggunakan
analisis biaya, penyusutan, penerimaan, keuntungan dan R/C Ratio. Dalam
analisis biaya dilakukan dengan menjumlahakan biaya tetap/total fixed cost (TFC)
dan biaya variabel/total variabel cost (TVC) sehingga didapatkan total cost atau
biaya keseluruhan. Adapun penerimaan dicari dengan cara mengkalikan jumlah
produksi dengan harga satuan produk. Keuntungan diperoleh dari total
penerimaan (TR) dikurangi total biaya (TC). Sedangkan untuk R/C ratio yang leih
dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya dilakukan dengan cara
membagi antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC). Kriteria
penentuan pada R/C Ratio aitu apabila nilai yang diperoleh lebih besar dari satu
(R/C ratio > 1) maka usaha dikatakan layak untuk dijalankan dan memberikan
keuntungan finansial kepada pelaku usaha. Sedangkan apabila nilai yang
diperoleh kurang dari satu (R/C ratio < 1) maka usaha tersebut tidak laak secara
finansial dan dapat menyebabkan kerugian (Hapsari, dkk. 2016).
Menurut Sembiring, dkk (2016). Data-data yang diperoleh untuk
mendapatkan aspek finansial dicari dengan menggunakan metode untuk mencari
nilai :
a. NPV (Net Present Value)
Keterangan :
Bt = Penerimaan pada tahun ke t
Ct = Pengeluaran pada tahun ke t
14
T = Tahun investasi usahatani
n = Umur investasi usahatani
dengan pengambilan keputusan :
NPV > 1 ; usaha tersebut layak
NPV = 0 ; usaha tersebut dapat layak
NPV < 1 ; usaha tersebut tidak layak
b. IRR (Internal Rate of Return)
Keterangan :
i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1 = Net Present Value bernilai positif
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif
dengan kriteria penilaian :
IRR > tingkat bunga relevan ; investasi menguntungkan
IRR < tingkat bunga relevan ; investasi merugikan
c. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C ratio = jumlah pendapat (B) : Total biaya produksi (TC)
dengan kriteria penilaian :
B/C ratio > 1 ; usaha menghasilkan keuntungan sehingga layak dijalankan
B/C ratio = 1 ; usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
B/C ratio < 1 ; usaha mengalami kerugian dan tidak layak dijalankan
d. Payback Period (PP)
dilakukan dengan cara mengakumulasikan saldo dengan keuntungan tang
diperoleh hingga bernilai positif, kemudian menentukan nilai PP dengan cara
membandingkan saldo ditahun pertama dengan keuntungan ang diperoleh di tahun
kedua dan seterusnya.
Tahapan awal dalam perencanaan finansial yaitu proses penganggaran,
perencanaan perhitungan biaya dan manfaat, analisis resiko dan kesuksesan
15
program. Secara umum, dalam perencanaan finansial dibutuhkan langkah penting
seperti analisis biaya, analisis kemampuan membayar (ability-to-pay), analisis
pendapatan (revenue analysis), analisis sensitivitas, dan analisis dampak sekunder.
Sedangkan aspek-aspek finansial sudah harus mencakup keseluruhan manajemen
namun dalam batas finansialnya saja, yaitu meliputi aspek pembiayaan,
penganggaran, pendapatan dan biaya, penilaian (Kodoatie dan Syarief, 2010).
16
tidak layak dari aspek ekonomi apabila bisnis tersebut menurunkan pereknomian
warga maupun pelaku bisnis.
Kelayakan suatu bisnis dalam aspek ekonomi, tidak hanya dilihat dari segi
pendapatan saja, namun juga dilihat dari seberapa besar peran bisnis dalam
menyerap tenaga kerja baik itu dari lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal perusahaan. Tenaga kerja merupakan sumber daya yang dibutuhkan
dalam proses operasional bisnis, maka dari itu dalam studi kelayakan diperlukan
adanya penilaian terhadap seberapa banyak pengaruh bisnis tersebut tersahap
penyerapan tenaga kerja. Penilaian aspek ekonomi berdasarkan ketenagakerjaan
dapat pula dijadikan sebagai sarana untuk membantu mengurangi pengangguran
yang ada di sekitar lingkungan bisnis (Hartini, 2018).
Menurut Hasan dan Hayati (2014), penilaian terhadap aspek ekonomi dalam
studi kelayakan bisnis harus lebih ditekankan kepada masyarakat. Penilaian
terhadap aspek ekonomi harus dipertimbangkankan sebaik-baiknya, hal tersebut
dikarenakan nantinya dampak yang ditimbulkan tidak hanya bermanfaat bagi
bisnis dan masyarakat saja, akan tetapi bermanfaat dalam ruang lingkup yang
lebih luas, salah satunya adalah pemerintah. Penilaian aspek ekonomi akan lebih
meningkat jika dapat menyerap sumber daya dari luar daeah bisnis. Studi
kelayakan bisnis juga perlu mengadakan penilaian akan dampak bisnis terhadap
perekonomian nasional. Penilaian ekonomi nasional dilakukan berdasarkan siis
rencana pembangunan nasional, sisi distribusi nilai tambah, tenaga kerja dan
keuntungan terhadap perekonomian nasional (Hamali,2016).
Menurut Basri (2002), bahwa kegiatan ekonomi merupakan salah satu
proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka
proses ini pada tahapannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap
faktor produksi yang dimiliki. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan
saat seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun
tertentu lebih bisar dibandingkan tahun sebelumnya, dengan kata lain
perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan saat pendapatan riil pada
tahun tertentu lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
17
2.3 Kerangka Pemikiran
Komoditas Tembakau
Usahatani Tembakau
Alat Analisis
1. Aspek teknis dan
teknologi. 1. NPV
2. Aspek pasar dan 2. Net B/C
pemasaran. 3. Gross B/C
3. Aspek manajemen 4. IRR
dan organisasi. 5. PR
6. PP
18
BAB 3. METODE PENELITIAN
19
diteliti. Adapun dalam analisis kelayakan dibutuhkan rumus-rumus sebagai
berikut :
1. Net Present Value
Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui nilai sekarang
suatu usaha pada tingkat bunga tertentu. Rumus yang digunakan dalam
perhitungan NPV sebagai berikut:
atau
NPV = ∑ (Net Benefit) (DF)
Keterangan:
NB = Net Benefit
i = Discount Faktor (DF)
n = tahun (waktu)
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika NPV > 0 (nol), maka usaha/proyek feasible untuk dilaksanakan.
b. Jika NPV < 0 (nol), maka usaha/proyek tidak layak feasible untuk
dilaksanakan.
c. Jika NPV = 0 (nol), maka usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana
TR = TC dalam bentuk present value.
2. Net Benefit B/C
Net Benefit B/C digunakan untuk menghitung nilai manfaat yang bisa
didapatkan dari suatu usaha setiap mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk
usaha tersebut. Rumus yang digunakan dalam perhitungan net benefit B/C, yaitu:
Dimana,
NPV positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif
NPV positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif
20
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika nilai Net B/C > 1, menunjukkan proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Jika nilai Net B/C < 1, menunjukkan proyek tersebut tidak layak untuk
dikerjakan.
c. Jika nilai Net B/C = 1, menunjukkan cash in flow dengan cash outinflow dalam
present value disebut dengan Break Event Point (BEP) yaitu TR=TC.
3. Gross B/C
Perhitungan Gross B/C digunakan untuk mengetahui besarnya manfaat
kotor yang didapat dari suatu usaha setiap mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah
untuk usaha tersebut. Rumus yang digunakan untuk perhitungan Gross B/C,
yaitu:
21
angka negatif, maka discount factor yang kedua berada dibawah SOCC atau
discount factor. Formula untuk IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika IRR > discount factor artinya usaha tersebut layak.
b. Jika IRR < discount factor artinya usaha tersebut tidak layak.
c. Jika IRR = discount factor artinya usaha tersebut berada dalam keadaan break
event point (BEP).
5. Payback Periode (PP)
Perhitungan PP digunakan untuk mengetahui berapa lama suatu usaha
yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat
pengembalian biaya investasi suatu usaha, maka semakin baik usaha tersebut
karena semakin lancar perputaran modalnya. Rumus yang digunakan untuk
perhitungan PP, yaitu:
Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih
6. Profibility Ratio (PR)
Profibility Ratio (PR) menunjukkan perbandingan antara penerimaan
(benefit) dengan biaya modal yang digunakan. Rasio ini dipakai sebagai
perhitungan rentabilitas dari suatu inevstasi. Nilainya akan mendekati hasil
perhitungan Net B/C Rasio. Adapun rumus Profibility Ratio (PR) adalah sebagai
berikut :
7. Analisis Senstivitas
Analisis sensitifitas digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan
kegiatan suatu usaha, jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar
22
perhitungan biaya dan manfaat. Kekeliruan atau ketidaktepatan perkiraan biaya
dan benefit yang telah disusun mungkin terjadi. Ketidaktepatan perkiraan itu
diantaranya:
a. Terjadi kenaikan biaya, terutama biaya operasional.
b. Dengan adanya usaha, produk meningkat yang memungkinkan untuk turunnya
harga produk, sehingga akan menurunkan benefit.
c. Mundurnya waktu berproduksi sehingga menurunkan benefit.
Mengatasi hal tersebut diperlukan adanya analisis kepekaan. Banyaknya
analisis kepekaan yang dibuat tergantung dari asumsi yang digunakan. Seandainya
asumsi dalam penelitian dibuat tiga, maka analisis kepekaan dibuat sebanyak tiga
analisis. Bila hasil analisis menunjukkan usaha tersebut layak untuk diusahakan,
berarti adanya analisis kepekaan akan menambah kepercayaam suatu atas usaha
yang dilaksanakan.
Metode analisis hasil value yang meliputi letak pasar, letak sumber bahan
baku, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan tenaga listrik, ketersediaan air dan
fasilitas pengangkutan digunakan untuk menganalisis perumusan masalah ketiga.
Analisis letak pasar digunakan untuk memperoleh konsumen yang lebih besar,
melayani konsumen dengan cepat, barang dapat segera sampai di pasar, dan untuk
memperoleh biaya pengiriman barang yang rendah. Analisis letak sumber bahan
baku digunakan untuk memperoleh sejumlah bahan mentah yang dibutuhkan
dengan mudah, murah, cepat dan dengan biaya pengangkutan yang rendah, serta
aman dalam perjalanan. Analisis ketersediaan tenaga kerja digunakan sebagai
pertimbangan dalam hal tenaga kerja mencakup tingkat kecakapan yang
diperlukan, kuantitas yang mencukupi, serta tinggi rendahnya upah. Analisis
ketersediaan tenaga listrik untuk memilih lokasi yang sumber listriknya besar.
Analisis ketersediaan air digunakan sebagai pertimbangan dalam ketersediaan air
dengan memperhatikan jumlah dan mutu air. Analisis fasilitas pengangkutan
digunakan untuk memilih kegiatan pengangkutan yang baik untuk bahan mentah
maupun produk jadi sehingga tidak memakan waktu dan biaya yang sangat besar.
23
3.4 Definisi Operasional
1. Agroindustri adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengolah barang
dengan tujuan menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai tambah.
2. Produk merupakan jenis barang yang dibeli oleh konsumen dengan beberapa
karakteristik yang ada pada produk tersebut.
3. Biaya produksi adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pengusaha
agroindustri tembakau selama proses produksi yang terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel.
4. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi yang dilakukan.
5. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi yang dilakukan.
6. Faktor-faktor produksi adalah bahan-bahan yang digunakan untuk
menghasilkan output atau produk yang akan dipasarkan nantinya.
7. Discount factor adalah bilangan yang dapat dipakai untuk mengalikan suatu
jumlah diwaktu yang akan datang supaya menjadi nilai sekarang yang
digunakan dengan pertimbangan agar perhitungan yang dipakai dalam suatu
usaha.
8. Analisis finansial adalah analisis yang melihat suatu hasil kegiatan proyek
dilihat dari segi individu atau perusahaan.
9. Analisis kelayakan adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur
suatu usaha dapat dikatakan layak dilakukan atau tidak.
10. Total Revenue adalah jumlah keseleruhan dari uang yang diterima oleh
perusahaan.
11. NPV adalah selisih dari nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang
arus biaya dalam satuan rupiah.
12. IRR adalah alat untuk mengukur kemampuan proyek dalam mengembalikan
bunga pinjaman dalam satuan persentase.
13. Net B/C adalah perbandingan dari jumlah nilai yang positif dengan jumlah
nilai yang negatif.
24
14. Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah dikenakan
discount factor dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount.
15. Payback Periode (PP) adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah
dikeluarkan pada suatu usaha.
25
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Aspek Pasar, Teknis dan Teknologi, Serta Manajemen dan Organisasi
Usahatani Tembakau Di Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso
4.1.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Didalam pemasaran adanya pembahasan dari berbagai pihak dalam
menentukan harga tembakau yakni pihak pembeli (pabrik rokok), penjual (Petani),
dan tengkulak dalam pembahasan tersebut akan menghasilkan suatu tingkat harga
atas barang yang akan diperjual belikan. Adapun saluran pemasaran usahatani
Komoditas Tembakau adalah sebagai berikut:
26
tersebut terdapat kesepakatan antara Gapoktan dengan pihak mitra maupun
pihak pabrik tentang kualitas tembakau yang dijual harus dengan kualitas baik.
2. Sedangkan keterlibatan secara tidak langsung adalah keterlibatan yang
dilakukan oleh petani dengan tengkulak. Dalam pola kemitraan ini terdapat
kelebihan yakni dalam transaksi jual beli tembakau terdapat kejelasan
mengenai hasil produk tanaman tembakau dari petani yang langsung di
tampung atau di beli oleh pihak tengkulak. Namun terdapat kelemahan dalam
kemitraan ini yakni relatif murahnya harga tembakau yang terdapat dalam
kemitraan ini sehingga menimbulkan ketidak seimbangan keuntungan antara
petani dengan tengkulak. Dalam kemitraan ini juga tidak adanya ketentetuan
mengenai kesepakatan harga yang dilakukan antara pihak petani dengan
tengkulak dan tidak adanya ketentuan mengenai kualitas produk tembakau
yang di jual oleh petani kepada tengkulak, sehingga harga tembakau juga dapat
berubah-ubah sesuai dengan kualitas produk tembakau yang dihasilkan petani.
Dalam pemasaran produk tembakau juga terdapat kendala-kendala lain yang
ada pada petani yakni pengangkutan barang menjadi penghambat petani dalam
menjual hasil pertanian tembakau langsung ke pabrik tanpa memiliki Kartu Tanda
Anggota (KTA) dari pabrik. Sedangkan petani yang bergabung pada kemitraan
pabrik akan mendapatkan KTA dari pabrik dan dapat menjual hasil pertanian
tembakau secara langsung. Hal ini akan mempermudah petani dalam menjual
hasil pertanian tembakau dan tidak akan bergantung lagi kepada tengkulak.
Tujuan pabrik membuat KTA adalah sebagai pembatasan penjual tembakau ke
pabrik agar lebih mudah dalam proses pencocokan contoh dan barang dan tujuan
lain sebagai alat pertanggungjawaban penjual tembakau kepada pabrik jika terjadi
kerusakan produk atau barang tidak cocok dengan contoh yang diberikan pabrik.
Dalam suatu usaha pemasaran produk, dikenal istilah 4P yang meliputi
product, place, price dan promotion. Product atau Produk merupakan sesuatu
yang di tawarkan untuk kemudian di pasarkan dan dikonsumsi. Tembakau yang
dipasarkan oleh petani merupakan dalam bentuk tembakau rajangan yang
kemudian dijual kepada belandang dan kemitraan pabrik rokok. Sedangkan dari
segi place atau tempat, yaitu sentra industri tembakau jenis Maesan 2 yang ada di
27
Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso. Untuk Price atau harga tembakau
yaitu berkisar antara Rp. 28.944 /kg. Adapun dari segi promotion atau promosi,
tidak ada promosi dalam usahatani dikarenakan telah memiliki mitra untuk
bekerja sama dalam penjualan hasil usahatani sehingga produk telah meiliki pasar
yang tetap.
Usahatani Tembakau
Persemaian
28
Aspek teknis dan teknologi dalam pengolahan tembakau terdapat beberapa
bagian. Pertama yakni pemetikan, pemetikan sendiri memiliki dua cara pemetikan
daun tembakau yaitu dengan cara pungut batang dan pungut daun (priming).
Kedua cara ini disesuaikan dengan jenis tembakau dan tujuan penanamannya.
Dalam hal usahatani tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 29 orang (8 orang
penyemprotan, 8 orang pemupukan, dan 13 orang pemanenan) tenaga kerja
tersebut didapat dari warga masyarakat di sekitar area usahatani tembakau
sehingga dapat menjadikan suatu lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Hasil yang
diperoleh dalam satu kali panen yakni 750 Kilogram, sedangkan panennya setiap
tiga bulan sekali. Penjualan produk dilakukan dalam bentuk tembakau yang telah
dikeringkan, dengan hasil penerimaan yang diperoleh petani tembakau sebesar
Rp. 69.000.000,- pada rata-rata setiap tahun dan rata-rata laba sebesar Rp.
57.227.025,-. Nilai Net Benefit selama sepuluh tahun sejak 2019 sampai 2029
yang diperoleh dari penerimaan dikurangi total biaya sebesar Rp. 629.497.270
Pemetikan pungut batang dilakukan untuk jenis tembakau yang pemasakan
daunnya serentak (seluruh bagian tanaman). Panen pungut caranya dilakukan
dengan memetik daun tembakau satu persatu secara bertahap. Cara ini biasa
diterapkan untuk jenis tembakau cerutu dan sigaret, sekitar dua minggu sebelum
pemetikan, sebaiknya dilakukan pembuangan daun-daun kepel dan kaki yang
kekuning-kuningan dan kotor .
Tingkat kematangan daun tembakau ditandai oleh warna daun yang berbeda-beda,
ada 3 macam tingkat kematangan daun tembakau :
- daun muda (immature leaves), warnanya masih hijau,
- daun masak (mature leaves), warnanya hijau kekuning-kuningan,
- daun tua (over mature leaves), warnanya kuning tua hampir cokelat.
Proses pemetikan dilakukan dengan mengikuti tingkat kemasakan daun dan
sasaran kualitas daun. Sebagai contoh, untuk daun dekblad, dipanen ketika hendak
masak dengan warna hijau semburat kuning. Setelah itu dilakukan panen
percobaan yang diletakkan di gudang selama 3 hari. Kemudian diamati perubahan
warnanya. Ketepatan dalam pemetikan akan mengefisienkan proses penanganan
selanjutnya. Untuk mendapatkan aroma yang kuat pada tembakau maka
29
pemetikan dilakukan secara tepat, karena keseimbangan antara karbohidrat,
protein klorofil serta karotin dan xantofil menguntungkan bagi kualitas mutu
tembakau. Karena dekblad menjadi parameter utama kesuksesan perusahaan,
maka penanganan ketika panen harus optimal. Daun dekblad dipanen tidak terlalu
pagi (Pukul 08.00-10.00) untuk mengurangi kadar air dan menambah kandungan
zat pati agar mengurangi terjadinya glassy dan busuk gagang.
Pengeringan tembakau cerutu berlangsung secara alami, biasa disebut
dengan pengeringan udara (air curing) dan membutuhkan waktu yang relatif lama
kurang lebih 3 minggu tergantung pada keadaan daun dan cuaca. Hal ini
dilakukan agar reaksi biokimiawi dalam daun tembakau berjalan lambat.
Beberapa proses biokimiawi yang terjadi antara lain :
- Perombakan klorofil
- Pembentukan warna cokelat
- Perubahan-perubahan biokimiawi senyawa N
- Perubahan kimiawi senyawa-senyawa dinamis
Lolos daun merupakan tahapan penurunan daun tembakau kering dari
plantangan. Sedangkan proses fermentasi merupakan tahapan proses yang
dilakukan untuk menyempurnakan sifat mutu tembakau. Fermentasi dilakukan
dengan menumpuk daun dalam gudang secara teratur dan rapi. Fermentasi adalah
pemecahan senyawa organik menjadi senyawa bermolekul kecil serta dihasilkan
O2(oksigen) dan zat-zat lainnya yang dibentuk oleh adanya aktivitas mikroba dan
enzim. Persyaratan yang harus terpenuhi agar fermentasi dapat berlangsung
dengan baik adalah sebagai berikut :
- Tersedianya bahan dasar (substrat) yang akan dirubah. Substrat ini terdiri dari
senyawa-senyawa yang mempunyai molekul yang besar, contohnya protein dan
polisakarida.
- Terdapatnya enzim yang masih aktif.
- Suhu yang cukup tinggi (+ 50-600C) agar reaksi enzimatis dapat berjalan
secara optimum.
- Kadar air di dalam tembakau yang cukup (+ 20-25%).
- Tersedianya oksigen dari udara dalam jumlah yang cukup.
30
- Waktu fermentasi yang cukup, mengingat bahwa reaksi enzimatis merupakan
proses biokimiawi yang relatif lambat.
Setelah selesai mengalami fermentasi, tembakau masih merupakan
campuran dari daun-daun yang beraneka ragam kualitas. Sortasi dilakukan terarah
pada kebutuhan pasar, sistematis, sederhana dan kontinyu dalam waktu tertentu,
akan memudahkan pembeli pada saat mengadakan penilaian. Beberapa faktor
yang dijadikan pertimbangan dalam sortasi tembakau cerutu antara lain adalah
letak daun pada batang, kegunaan, dan terdapatnya partai-partai yang kualitasnya
menyimpang ke arah negatif. Tembakau yang telah selesai mengalami proses
pengolahan, perlu dikemas dalam bentuk bal dengan berat dan ukuran tertentu.
Pelaksanaan pengebalan yaitu dengan menggunakan alat pengepres agar
bungkusan menjadi mampat. Tembakau yang dibungkus susunannya harus rapi,
lurus dan tidak miring. Untuk tembakau bahan pembalut atau pembungkus, kepala
untingannya dilapisi kertas untuk menghindari kerusakan. Penyimpanan dilakukan
di gudang dengan fumigasi untuk mencegah serangan serangga dengan
menggunakan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari
sekali atau dapat pula digunakan Aluminium Phospat. Dalam hasil usahatani
tembakau jumlah produksi yang di peroleh adalah sebesar 2.250 kilogram setiap 3
bulan sekali pemanenan. Hasil produksi tembakau dijual dalam bentuk tembakau
kering.
31
sebuah manajemen dalam perusahaan. Struktur organisasi disusun secara runtut
mulai dari manajer hingga anggota. Adapun struktur organisasi pada usahatani
komoditas tembakau adalah sebagai berikut :
Pada struktur organisasi usahatani tembakau di atas terdiri dari pemilik usaha tani
yang menempati jabatan tertinggi dengan membawahi beberapa divisi antatara lain yaitu
divisi produksi, divisi saprodi, divisi pemasaran, dan divisi keuangan. Adapun tugas dari
masing-masing divisi adalah sebagai berikut :
1. Pemilik Usahatani Tembakau
a. Memimpin jalannya kegiatan usahatani tembakau.
b. Sebagai pihak yang bertugas dalam pengambilan keputusan.
c. Menetapkan tanggung jawab kepada para pekerja serta menetapkan hubungan
antara atasan dengan staff.
d. Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap suatu kesalahan pada kinerja
karyawan.
2. Divisi Produksi pada Usahatani Tembakau
a. Sebagai pihak yang bertanggung jawab selama proses produksi.
b. Memperhatikan karakteristik dan kualitas produk pada saat tembakau belum
sampai pada proses pengangkutan.
3. Divisi Saprodi pada Usahatani Tembakau
a. Bertanggung jawab pada seluruh alat penunjang produksi, contohnya seperti
perawatan dan pemeliharaan sarana produksi.
4. Divisi Pemasaran pada Usahatani Tembakau
a. Memanajemen kegiatan pemasaran.
b. Bertanggung jawab atas kegiatan pemasaran.
32
5. Divisi Keuangan pada Usahatani Tembakau
a. Mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan keuangan seperti mengawasi
pemasukan dan pengeluaran pada usahatani.
b. Merencanakan penyusunan anggaran perusahaan.
Dalam aspek manajemen dan organisasi ada hal yang perlu diperhatikan
yaitu mengkonsep sebuah model diagram sistem penilaian kinerja sebagai dasar
dalam memahami permasalahan yang dimaksudkan. Diagram sistem
diilustrasikan menggunakan Stock Flow Diagram (SFD). Pada SFD digambarkan
struktur model yang mencakup informasi dan umpan balik sistem dengan
menggunakan simbol simbol sistem dinamis, yaitu stok (stock) dan aliran (flow).
Diagram sistem penilaian kinerja usahatani mencakup produksi tembakau
(sub produksi), finansial (sub finansial) dan pengembangan karyawan (sub
pembelajaran dan pertumbuhan). Sub sistem produksi bertujuan untuk
memprediksi volume tembakau yang dihasilkan. Sub sistem produksi diantaranya
yaitu laju pertambahan, laju pengurangan, penjualan tembakau, pasokan petani
mitra, produktivitas kebun, lahan dikelola, konversi daun, terima material,
produksi tembakau, rendemen dekom, dekom, fraksi kotoran, kapasitas produkdi
per hari, waktu produksi.
Adapun sub finansial bertujuan untuk memprediksi keuntungan dan biaya
produksi yang harus dikeluarkan. Sub finansial terdiri dari harga dekblad, total
pendaatan, harga filler, biaya lain, total pengeluaran, profit, biaya training dan
HPP. Sedangkan sub pembelajaran dan pertumbuhan bertujuan untuk
memprediksi peningkatan kemampuan karyawan yang diwujudkan oleh
peningkatan nilai rendemen dekblad omblad. Sub pembelajaran dan pertumbuhan
diantaranya terdiri dari jumlah karyawan yang diinginkan, kebutuhan karyawan,
reqruitment, pension ,jumlah karyawan aktual, jumlah jam training, kebutuhan
karyawannya.
33
4.2 Analisis Finansial Usahatani Tembakau di Kecamatan Maesan
Kabupaten Bondowoso
Usahatani tembakau harus mempertimbangkan segi finansialnya. Analisis
finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemunginan keuntungan
yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Analisis finansial berkaitan dengan
penentuan kebutuhan jumlah dana sekaligus alokasinya serta mencari sumber
dana yang berkaitan secara efisisen sehingga memberikan keuntungan maksimal.
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang diusahaan
layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam
tingkat efisiensi. Segi finansial meliputi perhitungan biaya awal, harga pokok
penjualan, angsuran dan penilaian investasi. Kriteria penilaian investasi yang
digunakan antaranya yakni NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of
Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), Gross B/C (Gross Benefit Cost Ratio),
Profitability Ratio (PR), dan Payback Periode (PP).
34
selama periode 10 tahun. Usahatani komoditas tembakau dapat dikatakan layak
diusahakan karena nilai NPV>0.
35
untuk dilaksanakan. Semakin besar nilai gross B/C, semakin besar pula
perbandingan antara benefit dengan biaya yang artinya proyek relatif semakin
layak. Pada analisis gross B/C yang telah didapatkan hasil yaitu 3.082820292
yang berarti usahatani yang dilakukan layak untuk dilanjutkan.
36
kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga
terlihat tingkat efisiensi perusahaan
Tabel 4.5 Rasio Profitabilitas Usahatani Tembakau
Kriteria Investasi Nilai Keputusan
Profitability Ratio 13.1699 Layak. Karena > 1
Sumber : Data diolah, 2019
Hasil analisis dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja perusahaan,
untuk menentukan keberhasilan atau untuk mencapai target produksi dalam
periode tertentu. Berdasarkan tabel tersebut, profit kotor usahatani tembakau dari
tahun 2019-2029 mengalami fluktuasi hal itu terbuka dengan terjadinya
peningkatan dan penurunan pendapatan.
37
dari umur usaha. PP dapat diukur dengan mencari Net Benefit Kumulatif dan Net
Benefit rata-rata setiap tahunnya. Semakin cepat pengembalian modal investasi
usaha, maka semakin baik pula usahatani untuk dijalankan. Berikut merupakan
Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso
Tabel 4.6 Payback Period Usahatani Tembakau
Kriteria Investasi Nilai Keputusan
PP (Payback Periode) 2 Tahun 2 Bulan Layak
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai PP kumulatif adalah 2
Tahun 2 Bulan. Nilai tersebut kurang dari setengah umur ekonomis dari kegiatan
usahatani 2 Tahun sehingga usahatani Tembakau di Desa Maesan Kecamatan
Maesan Kabupaten Maesan dapat dikatakan layak untuk diusahakan.
38
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa peningkatan dan
penurunan sebesar 5% berpengaruh terhadap NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR, PP,
dan PR. Pada peningkatan dan penurunan harga bahan baku sebesar 5%
didapatkan nilai NPV yaitu Rp. 225,689,356.944 dan Rp. 226,465,656.421.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa usaha ini dikatakan layak dijalankan
karena NPV>0. Nilai Net B/C diperoleh sebesar Rp. 420,825,840 dan Rp.
422,025,840 sehingga dapat dikatakan layak karena nilai Net B/C>1. Nilai Gross
B/C diperoleh sebesar Rp. 3.074216611 dan Rp. 3.091470875 sehingga dapat
dikatakan bahwa saha ini layak dijalankan karena nilai Gross B/C>1. Nilai IRR
diperoleh sebesar 97% dan 113% sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut
layak dijalankan karena nilai IRR>i yang berlaku yaitu sebesar 11.52%. Nilai PP
yang didapatkan yaitu 2 tahun 1 bulan 30 hari. Sedangkan nilai PR diperoleh Rp.
11.03967465 dan Rp. 13.21676283 sehingga menunjukkan bahwa usaha ini
layak untuk diusahakan karena nilai PR>1.
39
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Saluran pemasaran pada usahatani tembakau di Kecamatan Maesan
Kabupaten Bondowoso terdiri dari petani yang disalurkan kepada tengkulak
kemudian ke pabrik. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
usahatani tembakau sebanyak 29 orang (8 orang penyemprotan, 8 orang
pemupukan, dan 13 orang pemanenan). Pada struktur organisasi usahatani
tembakau di atas terdiri dari pemilik usaha tani yang menempati jabatan
tertinggi dengan membawahi beberapa divisi antatara lain yaitu divisi
produksi, divisi saprodi, divisi pemasaran, dan divisi keuangan.
2. Kriteria Investasi yang telah dilakukan pada usahatani tembakau di Kecamatan
Maesan Kabupaten Bondowoso di dapatkan hasil bahwa usaha tersebut layak
untuk dijalankan.
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah, sebagai bahan untuk membuat kebijakan terutama pada
program pengembangan usahatani tembakau. Pemerintah diharapkan dapat
memberikan subsidi sarana produksi usahatani yang memadai
2. Bagi petani, sebagai bahan referensi dalam budidaya tembakau agar dapat
memperoleh laba maksimal dan pengambilan keputusan dalam usahatani yang
diusahakan.
3. Bagi mahasiswa, mahasiswa dapat membantu petani dalam memberikan
wawasan tentang manajemen pengambilan keputusan dan kriteria kelayakan
usahatani petani tembakau.
40
DAFTAR PUSTAKA
Afiyah, A., Saifi, M., Dwiatmanto. 2015. analisis studi kelayakan usaha pendirian
home industry studi kasus pada home industry cokelat “Cozy”
Kademangan Blitar. Jurnal Administrasi Bisnis 23(01): 1-11.
Aldy, R., Riawan, P., Sugianto, L.O. 2017. Studi Kelayakan Bissnis. Ponorogo:
Unmuh Ponorogo Press.
Bazai, F.I, Sayekti, W.S, Lestari, D.A. 2018. Penerapan Strategi Pemasaran dan
Aksebilitas Rumah Tangga Terhadap Bihun Tapioka di Kota Metro.
Journal of Agribussines Science. 5(4): 399-405
Ehrenberg, R.G. dan R.S. Smith (2003)., Moden Labor Economics, Theory and
Public Policy. Eighth Edition, Addison Wesley Longman, Inc., United
States of America.
41
Hartini, Kustin. 2018. Identifikasi Kelayak Usaha BUMDES pada Aspek Sosial
dan Ekonomi. Ekonomi dan Perbankan Syariah. 3 (2) : 50 – 65.
Hasan, A., dan M. Hayati. 2014. Analisis Kelayakan Pendirian Pabrik Pengolahan
Rumput Lat di Sumatera Barat. Teknik Analisis. 21 (1) : 1 – 12.
Indriana, K.R. 2016. Produksi Bersih pada Efisiensi Dosis Pupuk N pan Umur
Panen Daun Tembakau Terhadap Kadar Nikotin dan Gula pada Tembakau
Virginia. Agrotek Indonesia, 1(2): 91-97.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media Group
Nandika Aisya., Harianto., Arief Daryanto. 2015. Peran Agroindustri Hulu dan
Hilir Dalam Perekonomian dan Distribusi Pendapatan di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Agribisnis, Vol 14 no 2.
Nisa, A.K., Wibowo, R., Rondhi, M. 2017. Strategi peningkatan mutu tembakau
besuki Na-Oogst di PTPN X kebun Kertosari Jember. Jurnal Manajamen
dan Agribisnis 14(02): 174-185.
Tobacco Control Support Center. 2012. Buku Fakta Tembakau. Tobacco Control
Support Center - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta.
Wati, Risma. 2017. Analisis Kelayakan Bisnis pada Showroom Mobil UD.
Mutiasa Jaya Motor di Kecamatan Sambutan Samarinda. Admisnistrsi
Bisnis. 5 (4) : 1043 – 1054.
Zuhri, M.H.H., J.B.T. Joga dan U. Farouk. 2016. Analisis Pengaruh Luas Kebun,
Produksi Dan Harga Ekspor Cengkeh Terhadap Volume Ekspor Cengkeh
Jawa Tengah. Business Studies, 2(2): 39-49
43
44