ACC 8/6/20
Ttd
BMS
Oleh :
SISKA ARDIANA
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 23020317130040
Mengetahui
Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M. Si. Dr. Ir. Bambang Mulyatno S., M. Si.
NIP. 19590130 198601 2 002 NIP. 19560317 198303 1 002
ii
iii
RINGKASAN
iii
iv
KATA PENGANTAR
Penyusun
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
RINGKASAN........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1
v
vi
4.5. Penerimaan............................................................................. 21
4.6. Pendapatan............................................................................. 22
4.7. Efisiensi.................................................................................. 23
5.1. Simpulan................................................................................ 24
5.2. Saran....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 25
LAMPIRAN ........................................................................................... 28
vi
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Investasi............................................................................................... 18
2. Biaya Produksi..................................................................................... 20
3. Penerimaan.......................................................................................... 21
vii
viii
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuesioner............................................................................................. 28
2. Peta Lokasi PKL.................................................................................. 31
3. Denah Lokasi Perusahaan Tempat PKL.............................................. 32
4. Penilaian PKL....................................................................................... 33
5. Surat Keterangan Selesai Magang ....................................................... 34
6. Investasi ............................................................................................... 35
7. Penyusutan .......................................................................................... 35
8. Perhitungan Tenaga Kerja ................................................................... 38
9. Perhitungan Biaya Produksi ................................................................ 39
10. Perhitungan Pendapatan ...................................................................... 40
11. Perhitungan Efisiensi .......................................................................... 42
12. Dokumentasi ....................................................................................... 43
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
dijalankan atau tidak sehingga perlu untuk mengetahui seberapa besar keuntungan
yang diperoleh dari usaha Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) dilihat dari
biaya, penerimaan, dan pendapatannya.
Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa dalam menentukan biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usaha
bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali, untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam menghitung biaya, penerimaan, pendapatan dan
R/C ratio dari usaha bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur, untuk
mengetahui kegiatan operasional yang ada di Asosiasi Aspakusa Makmur.
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui kriteria kelayakan suatu usaha dilihat dari biaya, penerimaan, dan
pendapatan suatu usaha, agar menjadi masukan bagi petani dan pelaku usaha
dalam operasional usaha agar usaha tersebut menguntungkan dan sebagai
informasi kepada khalayak umum tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan
kelayakan usaha.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bayam Merah yaitu sayuran berdaun merah karena adanya zat antosianin
yang megandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan. Bayam Merah mulai
dikenal oleh masyarakat di Indonesia karena pada umumnya berwarna merah
(Qurniani, 2017). Tanaman Bayam Merah menurut klasifikasi tata nama
tumbuhan termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Familia : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013).
Bayam Merah merupakan tanaman hortikultura yang dapat tumbuh
sepanjang tahun dan biasanya ditemukan pada ketinggian 5-2000 mdpl. Bayam
Merah hidup di dataran tinggi dan rendah tetapi lebih subur di dataran rendah pada
lahan terbuka dan suhu yang agak panas (Rumimper et al., 2014). Bayam Merah
merupakan tanaman yang memiliki umur panen relatif singkat yaitu 4 MST. Panen
Bayam Merah dapat dilakukan ketika umur bayam tersebut mencapai 4 minggu
(Polii-Mandang, 2017).
Bayam Merah mengandung berbagai macam zat gizi antara lain zat besi,
vitamin A, vitamin C, dan kalsium serta zat aktif karotenoid dan flavonoid. Bayam
terdiri dari dua macam yaitu bayam hijau dan bayam merah dimana keduanya
4
mengandung vitamin C dan vitamin A akan tetapi kandungan zat besi pada Bayam
Merah lebih banyak (Suwita et al., 2012). Bayam Merah yang berkualitas dan
higienis memiliki peluang pasar yang tinggi mengingat banyaknya konsumen yang
berorientasi pada gaya hidup sehat. Konsumen mulai mempraktikkan gaya hidup
yang sehat sehingga ketersediaan Bayam Merah yang berkualitas dan higienis
akan meningkatkan pemasarannya (Wiksana et al., 2018).
2.3. Penerimaan
Faktor – faktor seperti luas lahan dan harga produk sangat menentukan penerimaan
dari suatu usaha (Sundari, 2011).
2.4. Pendapatan
2.5. Efisiensi
usahatani dipengaruhi oleh nilai output dan input yang bertujuan untuk mengetahui
kelayakan usahatani yang dilaksanakan (Mahabirama et al., 2013).
7
BAB III
METODOLOGI
Asosiasi Aspakusa
Makmur Boyolali
Penerimaan Usaha
Bayam Merah
Pendapatan Usaha
Bayam Merah
yang mumpuni. Pendapatan yang tinggi merupakan tujuan utama petani dalam
dan banyaknya output yang terjual. Pendapatan yang diperoleh petani sangat
menentukan suatu usaha yang dijalankan petani tersebut menguntungkan dan layak
atau tidak. Maka dari itu perlu untuk mengetahui R/C ratio suatu usaha layak atau
Boyolali.
adalah metode partisipasi kegiatan kerja yang ada di Asosiasi Aspakusa Makmur
dicatat dan digunakan sebagai sumber data primer serta dilakukan pengambilan
dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer
Pengolahan data dilakukan dengan cara mengolah sumber data dari hasil
Keterangan :
TC = Total Cost
3.5.2. Peneriman
(Rustam, 2014)
Keterangan :
10
TR = Total Revenue
3.5.3. Pendapatan
(Antara, 2010)
Keterangan :
Π = pendapatan
TR = Total revenue
TC = Total cost
Kriteria :
TR
R/C ratio = .....................................................................................................(4)
TC
Keterangan :
TR = Total revenue
TC = Total cost
Kriteria :
1. Bayam Merah merupakan suatu sayuran yang memiliki warna merah dengan
kandungan gizi yang tinggi (Kilogram)
2. Penerimaan merupakan jumlah total laba kotor yang diterima oleh usahatani
bayam merah (Rupiah)
3. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bayam
merah dan terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap (Rupiah)
4. R/C ratio merupakan suatu perhitungan yang digunakan untuk mengetahui
kelayakan usahatani bayam merah dan mengetahui usahatani bayam merah
menguntungkan dijalankan atau tidak.
12
BAB IV
panjang, mentimun, okra, zukini dan lain sebagainya. Adapun area agroklimat
usahanya meliputi Kecamatan Teras, Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo.
Kecamatan Teras mewakili dataran rendah - dataran sedang dengan ketinggian 75-
400 mdpl, sedangkan Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo mewakili dataran
sedang - dataran tinggi dengan ketinggian 1000- 1500 mdpl.
Aspakusa Makmur Boyolali merupakan perusahaan yang berbentuk
asosiasi yaitu kumpulan kelompok sosial yang memiliki tujuan tertentu didalam
ikatan tersebut, dimana dalam asosiasi tersebut beranggotakan petani yang
bekerjasama dan memiliki tujuan sama. Menurut Tantriyati et al (2015) bentuk
kerjasama kemitraan merupakan suatu alternatif bisnis yang dilakukan dua pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan membesarkan. Hingga saat ini terdapat 35 petani yang
merupakan anggota Asosiasi Aspakusa Makmur. Program kemitraan petani oleh
Asosiasi Aspakusa Makmur berupa pemberdayaan, pendampingan dan penyuluhan
petani mulai dari proses budidaya hingga pemasaran. Kontrak petani atas dasar
saling percaya antara pihak Asosiasi Aspakusa Makmur dengan petani sehingga
tidak ada kontrak tertulis yang mengikat.
Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah kelompok agribisnis yang
terbentuk bulan November tahun 2005 yang dibina oleh ICDF (International
Development Fund) terbentuk dari kerjasama TTM (Taiwan Technical Mission),
Mr. Lee Ching Sui. Kelompok ini merupakan kelompok binaan Taiwan Technical
Mission dalam budidaya, penanganan pasca panen sampai dengan pemasarannya
sehingga dapat berkembang dengan baik sampai sekarang. Keberadaan Asosiasi
Aspakusa Makmur Boyolali berawal dari Misi Teknik Pertanian Taiwan Indonesia
atau yang disebut dengan Agricultural Technic Mission Republic of China (ATM-
ROC). ATM- ROC adalah misi yang dikirimkan pemerintah Taiwan dalam upaya
pengembangan pertanian di Indonesia berdasarkan perjanjian kerjasama antara
kedua pemerintahan. Kerjasama ini dijembatani oleh Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Indonesia dengan KADIN Taiwan dan akhirnya dicapai suatu
kesepakatan untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara meningkatkan
pendapatan petani pedesaan.
14
ASPAKUSA MAKMUR
PENGURUS
KEUANGAN
JAGA MALAM
ANGGOTA
dibuat menjadi bedengan dan dirapihkan menggunakan garu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Adelia et al. (2013), Bayam Merah tidak memilih jenis tanah
tertentu, akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah yang
subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan-bahan
organik.
Penanaman Bayam Merah dilakukan dengan menyebar benih yang telah
dicampur dengan pupuk basal dengan perbandingan 1 : 5 dan setiap bedengan
membutuhkan benih kurang lebih 30 gram. Benih yang dipakai yaitu benih cap
Mira.Setelah disebar, kemudian benih ditutup dengan paranet untuk menjaga
kelembabannya, setelah 5 hari paranet dilepas dan dilakukan pemupukan pertama
dengan pupuk Za yang dicampur dengan air dosis 25 gram dengan 4 liter air,
pemupukan pada bayam merah dilakukan 2 kali hingga masa panen tiba. Menurut
Silviyanti dan Sari (2018) untuk media tanam tanah, diberi pupuk seminggu
sekali sesuai takaran agar bayam tahan penyakit dan dapat tumbuh optimal.
Pemeliharaan Bayam Merah pada Asosiasi Aspakusa Makmur meliputi irigasi
yang ketika musim penghujan dilakukan seminggu sekali pada hari Kamis dengan
sumber air dari sungai, pemupukan menggunakan pupuk SP36 sebagai pupuk
dasar dan pupuk Za sebagai pemupukan pertama dan kedua, penyemprotan
pestisida untuk mengatasi hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida merk
dagang Dursband dosis 30 cc yang dilarutkan dengan 14 liter air selama 2 kali
hingga masa panen tiba yaitu pada saat 2 hari setelah paranet dibuka dan 1 minggu
setelah penyemprotan pertama, penyiangan dengan cara mencabut tanaman
pengganggu yang ada disekitar tanaman pokok yang dilakukan selama 2 kali
hingga masa panen yaitu saat 2 hari setelah paranet dibuka dan 1 minggu dari
penyiangan pertama. Menurut Masluki (2015) pemeliharan yang dilakukan berupa
penyiangan terhadap gulma yang terdapat disekitar tanaman, pengemburan pada
media tanam, serta penyiraman guna mencukupi kebutuhan air yang sangat
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman bayam merah.
Hama yang sering menyerang Bayam Merah yaitu ulat grayak yang sering
memakan daun bayam sehingga daun terdapat lubang dan belalang yang sering
menghisap cairan tanaman bayam. Menurut Edi dan Bobihoe (2010) jenis hama
17
yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya ulat daun, kutu daun,
penggerek daun dan belalang. Bayam merah dapat dipanen perdana setelah
berumur 21 hari dengan kriteria panjang tanaman sekitar 2 jengkal tangan atau
kurang lebih 20-30 cm, bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur dapat
dipanen 3 hingga 4 kali per musim tanam dan setiap panen mencapai 2-3 krat
besar. Bayam merah mulai diafkir dan disemprot herbisida setelah berumur 4
minggu. Menurut Mujahid et al. (2018) bayam cabut biasanya dipanen apabila
tinggi tanaman kira-kira 20 cm, yaitu pada umur 3 sampai 4 minggu setelah tanam,
tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya.
Bayam merah yang telah dipanen kemudian dibersihkan dari sisa tanah
yang menempel pada akar menggunakan air mengalir, setelah itu bayam merah
harus langsung memasuki proses sortasi yaitu membuang daun bayam yang
berlubang, tua, dan robek agar memperoleh bayam merah dengan kualitas yang
baik. Setelah itu bayam akan ditimbang seberat 200 gram tanpa akar. Pengemasan
dilakukan dengan cara mengikat bayam merah menggunakan selotip. Menurut
Mareta dan Shofia (2011) kegiatan sortasi dan pengemasan merupakan upaya
untuk mempertahankan usia produk pertanian agar masih dalam keadaan segar dan
layak ketika sampai ke tangan konsumen. Bayam merah yang telah memasuki
proses pengemasan kemudian dilakukan proses pengawetan yaitu menggunakan
mesin D’ozon. D’ozon merupakan bantuan dari Universitas Diponegoro yang
diberikan kepada Asosiasi Aspakusa Makmur, cara kerja D’ozon yaitu dengan
menyalakan mesin selama 30 menit untuk mengalirkan ozon kedalam bak yang
telah diisi oleh air agar tercampur dengan merata antara air dan ozon. Setelah itu
sayuran yang telah dicuci dimasukkan kedalam bak larutan ozon, direndam kurang
lebih selama 15 menit. Ozon akan mengawetkan sayuran dengan cara membunuh
bakteri-bakteri yang dapat mempercepat pembusukan. Setelah itu sayuran diangkat
dan disimpan kedalam cooling room untuk menjaga kesegaran dari bayam merah.
Sayuran yang diawtkan dengan D’ozon dapat bertahan 4-5 hari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hakiki et al (2016) yang mengatakan bahwa pengawetan bayam
ada 2 macam yaitu memasukkan kedalam cooling room dan heat shock,
pengawetan dilakukan dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia berbahaya.
18
4.3. Investasi
Tabel 1. Investasi
Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan Umur Nilai Awal
-----Rupiah---- ----Tahun---- ----Rupiah----
Traktor 1 14.000.000 20 14.000.000
Cangkul 4 60.000 6 240.000
Garu 2 215.000 10 430.000
Keranjang besar 4 170.000 6 680.000
Keranjang kecil 1 65.000 4 65.000
Timbangan 1 85.000 5 85.000
Talenan 1 47.000 3 47.000
Sprayer 16 liter 1 549.000 10 549.000
Gembor 3 37.500 2 112.500
Angkong 1 450.000 10 450.000
Total 16.658.500
dan sprayer serta pembelian peralatan seperti cangkul, garu, keranjang, timbangan,
talenan, gembor, dan angkong yang memiliki umur ekonomis 2-20 tahun
tergantung dari bahan yang digunakan untuk membuat mesin dan peralatan
tersebut serta tergantung dengan seberapa lama jam operasional penggunaan
peralatan tersebut. Menurut Swastika (2014) biaya investasi untuk memperoleh
manfaat beberapa tahun kemudian dan memiliki umur ekonomis lebih dari satu
tahun seperti investasi tanah, bangunan, mesin dan peralatan.
Investasi yang dilakukan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan perusahaan. Peralatan dan mesin yang dibeli oleh
Asosiasi Aspausa Makmur menunjang dalam proses budidaya bayam merah dan
komoditas lain yang ditanam di Asosiasi Aspakusa Makmur seperti caisim, kalian,
pakcoy, zukini, kacang panjang, mentimun, okra merah, okra hijau dan kangkung.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mantau (2015) yang menyatakan bahwa biaya
investasi dikeluarkan dengan tujuan untuk memberi nilai tambah yang lebih besar
terhadap perusahaan sehingga dapat memperpanjang umur ekonomis perusahaan
dimana untuk mencapainya butuh perencanaan yang matang. Peralatan dan mesin
yang dibeli sebagai investasi juga memberikan dampak positif terhadap
perekonomian di daerah sekitar dengan adanya transaksi jual beli. Transaksi jual
beli yang dilakukan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur dengan toko peralatan dan
mesin akan menimbulkan hubungan saling menguntungkan dalam menggerakkan
roda perekonomian di daerah sekitar. Menurut Utama (2013) peningkatan investasi
melalui peningkatan barang modal dapat memberikan dampak positif terhadap
perekonomian, sebab peningkatan stok barang modal secara nasional akan
meningkatkan kegiatan perekonomian dan juga dapat memperluas kesempatan
kerja.
4.4. Biaya Produksi
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa total biaya produksi per tahun
yang dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur yaitu sebesar Rp 30.010.326,-
(Lampiran 9) yang meliputi dari penjumlahan biaya variabel sebesar
Rp 3.249.800,- (Lampiran 9) dan biaya tetap sebesar Rp 357.126,- (Lampiran 9).
Menurut Notarianto (2011) biaya produksi diperoleh dari penjumlahan 2 jenis
golongan biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya produksi dikeluarkan
oleh Asosiasi Aspakusa Makmur untuk budidaya Bayam Merah hingga dapat
sampai ke tangan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2013) yang
menyatakan bahwa biaya produksi digunakan dan dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu barang maupun jasa.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur meliputi
biaya penyusutan dari peralatan dan mesin serta biaya sewa lahan seluas 300 m2
21
per tahun yang tidak mempengaruhi jumlah produksi Bayam Merah. Menurut
Supartama et al. (2013) biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi pada
perubahan volume produksi yang meliputi biaya biaya sewa lahan, pajak,
penyusutan, gaji tenaga kerja. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Asosiasi
Aspakusa Makmur meliputi biaya pembelian benih sebanyak 4 pack, pestisida
Dursband sebanyak 1 botol ukuran 100ml, pupuk SP36 5 kg, pupuk basal 1 kg,
pupuk Za 2 kg, dan selotip sebanyak 5 buah untuk pengemasan, upah tenaga kerja
yang meliputi pengolahan lahan 1 orang laki-laki, pemeliharaan tanaman 4 tenaga
kerja laki-laki, pemanenan 1 tenaga kerja laki-laki, pengemasan 2 tenaga kerja
perempuan, dan pemasaran 2 tenaga kerja laki-laki dengan upah tergantung dari
jam kerja dan tingkat kesukaran pekerjaan mulai dari Rp 50.000,- hingga yang
paling tinggi Rp 55.000,-, gas ozon untuk pengawetan, listrik, dan biaya
transportasi selama distribusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Halolo dan Santoso
(2013) yang menyatakan bahwa biaya variabel merupakan suatu biaya yang
berhubungan langsung dengan volume produksi seperti pembelian benih, pupuk,
dan pestisida.
4.5. Penerimaan
Tabel 3. Penerimaan
Harga
Jenis Produksi Jumlah dijual Penerimaan
Komoditas
---------kg--------- ----Rp/kg---- -----Rp-----
Bayam Merah 548 14.000 7.672.000
Total penjualan per tahun 69.048.000
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total penerimaan per tahun dari
budidaya Bayam Merah yang diperoleh Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar
Rp 69.048.000,- (Lampiran 10) yang diperoleh dari penjualan bayam merah
22
4.6. Pendapatan
4.7. Efisiensi
BAB V
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Antara, M. 2010. Analisis produksi dan komparatif antara usahatani jagung hibrida
dengan nonhibrida di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.J. Agroland. 17
(1): 52-56.
Haloho, R.D., dan S.I. Santoso. 2013. Analisis profitabilitas pada usaha peternakan
sapi perah di Kabupaten Semarang. J. Ragam. 13 (1): 65-72.
Heriani, N., W.A., Zakaria, dan A. Soelaiman. 2013. Analisis keuntungan dan
risiko usahatani tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. J.
Ilmu-Ilmu Agribisnis. 1 (2): 169-173.
Mareta, D.T., dan N.A. Shofia. 2011. Pengemasan sayuran dengan bahan kemas
plastik pada penyimpanan suhu ruang dan suhu dingin. J. Media Agro. 7
(01): 26-40.
Mujahid, A., S. Sudiarso, dan N. Aini. 2018. Uji aplikasi pupuk berteknologi nano
pada budidaya tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss.). J.
Produksi Tanaman. 5 (4): 538-545.
Nashar, N. 2015. Prospek jenis tanaman pisang untuk dilakukan oleh kelompok
usahatani. J. Ekonomi & Perbankan Syariah. 2 (1): 91-116.
Pratiwi, J. 2013. Penerapan biaya standar dalam pengendalian biaya produksi pada
PT. Pertani (persero) cabang Sulawesi Utara. J. Ekonomi Manajemen
Bisnis dan Akuntansi. 1 (4): 1617 – 1626.
Polii-Mandang, J.S. 2017. Aplikasi pupuk cair terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.). J. Agri-sosioekonomi. 13
(3): 283-294.
Putri, E.A., A. Suwandari, dan J.A. Ridjal. 2015. Analisis pendapatan dan efisiensi
biaya usahatani tembakau maesan 2 di Kabupaten Bondowoso. J. Sosial
dan Ekonomi Pertanian. 8 (1): 64-69.
Qurniani, A. 2017. Pengaruh variasi dosis pupuk limbah cair nanas (LCN)
terhadap pertumbuhan dan kadar kalsium Bayam Merah (Amaranthus
tricolor L.). J. Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPMM UM Metro. 2
(1): 99-110.
Rumimper, E.A., J. Posangi, dan J. Wuisan. 2014. Uji efek perasan daun Bayam
Merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap kadar hemoglobin pada tikus
wistar (Rattus norvegicus). J. e-Biomedik. 2 (2): 10-16.
Silviyanti, N.A. dan S. Sari. 2018. Pengaruh metode penanaman hidroponik dan
konvensional terhadap pertumbuhan tanaman bayam merah. J. Agribios. 16
(2): 49-54.
Sundari, M.T. 2011. Analisis biaya dan pendapatan usaha tani wortel di Kabupaten
Karanganyar. J. Sosial dan Ekonomi Pertanian. 7 (2): 119-126.
Supartama, I.M., M. Antara, dan R.A. Rauf. 2013. Analisis pendapatan dan
kelayakan usahatani padi sawah di subak baturiti Desa Balinggi Kecamatan
Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. J. Agrotekbis. 1 (2): 166-172.
Suwita, I.K., M. Razak, dan R.A. Putri. 2012. Pemanfaatan Bayam Merah
(Amaranthus tricolor L.) untuk meningkatkan kadar zat besi dan serat pada
mie kering. J. Agromix. 3 (1): 18-34.
Swastika, D.K.S. 2014. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian
teknologi pertanian. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
7 (1): 90-103.
Thamrin, M., A. Mardhiyah, dan S.E. Marpaung. 2015. Analisis usahatani ubi
kayu (Manihot utilissima). J. Agrium. Ilmu Pertanian. 18 (1): 57-64.
Utama, M.S. 2013. Potensi dan peningkatan investasi di sektor pertanian dalam
rangka peningkatan kontribusi terhadap perekonomian di provinsi Bali.
Buletin Studi Ekonomi. 18 (1): 51-57.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
I. Identitas Responden
1. Nama pemilik usaha :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Tempat, tanggal lahir :
5. Tempat tinggal :
6. Jabatan :
7. Pendidikan terakhir :
8. Pengalaman bekerja :
9. Pekerjaan utama :
10. Pekerjaan sampingan :
II. Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan :
2. Bentuk Perusahaan :
3. Tahun Berdiri :
4. Alamat Perusahaan :
5. Bidang Usaha :
6. Visi Perusahaan :
7. Misi Perusahaan :
III. Keadaan Umum Perusahaan
1. Apa yang melatarbelakangi pendirian perusahaan?
2. Bagaimana sejarah perusahaan?
3. Bagaimana struktur organisasi perusahaan dan tugas dari masing-
masing jabatan?
4. Berapa modal awal yang digunakan oleh perusahaan dan berasal dari
mana saja modal tersebut?
5. Berapa jam kerja untuk karyawan tidak tetap?
29
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
????
32
12
11
1
2 10
2
5
8
8
3 6
7 9
4
Keterangan :
Lampiran 6. Investasi
Kesimpulan :
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar
Rp 16.658.500,-.
Lampiran 7. Penyusutan
Jumla Penyusutan
Jenis Investasi Nilai Awal Nilai Akhir Penyusutan
h Akhir
-----------------Rupiah----------------
Traktor 1 14.000.000 1.400.000 630.000 63.000
Cangkul 4 240.000 24.000 36.000 3.600
Garu 2 430.000 43.000 38.700 3.870
Keranjang besar 4 680.000 68.000 102.000 10.200
Keranjang kecil 1 65.000 6.500 14.625 1.462,5
Timbangan 1 85.000 8.500 15.300 1.530
Talenan 1 47.000 4.700 14.100 1.410
Sprayer 16lt 1 549.000 54.900 49.410 4.941
Gembor 3 112.500 11.250 50.625 5.062,5
Angkong 1 450.000 45.000 40.500 4.050
Total 991.260 99.126
36
Lampiran 7. (Lanjutan)
Rumus Penyusutan
Perhitungan Penyusutan
14.000.000 – 1.400.000
Penyusutan Traktor =
20
= 630.000
240.000 – 24.000
Penyusutan Cangkul =
6
= 36.000
430.000 – 43.000
Penyusutan Garu =
10
= 38.700
680.000 – 68.000
Penyusutan Keranjang Besar =
6
= 102.000
37
Lampiran 7. (Lanjutan)
65.000 – 6.500
Penyusutan Keranjang Kecil =
4
= 14.625
85.000 – 8.500
Penyusutan Timbangan =
5
= 15.300
47.000 – 4.700
Penyusutan Talenan =
3
= 14.100
549 .000 – 54.900
Penyusutan Sprayer =
10
= 49.410
112.500 – 11.250
Penyusutan Gembor =
2
= 50.625
450.000 – 45.000
Penyusutan Angkong =
10
= 40.500
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa total penyusutan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur yaitu sebesar Rp 99.126,-.
38
Lippo =2x8
= 16 kg/bulan
Yogya City Mall =6x8
= 48 kg/bulan
HPM Yogya Saphire = 2 x 8
= 16 kg/bulan
Solo Square = 10 x 12
= 120 kg/bulan
Total Penjualan Per Bulan = 548 kg/bulan
Total Penjualan Per Tahun = 548 x 9
= 4.932 kg/tahun
Perhitungan Pendapatan