Anda di halaman 1dari 53

i

KOMPUTASI BIAYA, PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA


BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) PADA ASOSIASI ASPAKUSA
MAKMUR BOYOLALI

ACC 8/6/20
Ttd

BMS

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh :

SISKA ARDIANA

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL : KOMPUTASI BIAYA, PENERIMAAN, DAN

PENDAPATAN USAHA BAYAM MERAH

(Amaranthus tricolor L.) PADA ASOSIASI

ASPAKUSA MAKMUR BOYOLALI

Nama Mahasiswa : SISKA ARDIANA

NIM : 23020317130040

Program Studi/Jurusan : S1 AGRIBISNIS/PERTANIAN

Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Diujikan Tanggal : 2020

Mengetahui

Koordinator Laboratorium Dosen Pembimbing


Manajemen Agribisnis Praktek Kerja Lapangan

Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M. Si. Dr. Ir. Bambang Mulyatno S., M. Si.
NIP. 19590130 198601 2 002 NIP. 19560317 198303 1 002

ii
iii

RINGKASAN

SISKA ARDIANA. 23020317130040. 2017. Komputasi Biaya, Penerimaan dan


Pendapatan Usaha Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Pada Asosiasi
Aspakusa Makmur Boyolali. (Pembimbing : Bambang Mulyatno S.).

Praktek Kerja Lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2020


sampai 10 Februari 2020 di Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali. Tujuan dari
Praktek Kerja Lapangan adalah meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
menentukan biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usaha bayam merah
diAsosiasi Aspakusa Makmur Boyolali, untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa dalam menghitung biaya, penerimaan, pendapatan dan R/C ratio dari
usaha bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur, untuk mengetahui kegiatan
operasional yang ada di Asosiasi Aspakusa Makmur. Manfaat dari Praktek Kerja
Lapangan yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui kriteria kelayakan suatu usaha
dilihat dari biaya, penerimaan, dan pendapatan suatu usaha, agar menjadi masukan
bagi petani dan pelaku usaha dalam operasional usaha agar usaha tersebut
menguntungkan dan sebagai informasi kepada khalayak umum tentang aspek-
aspek yang berhubungan dengan kelayakan usaha. Metode yang digunakan yaitu
metode partisipasi kegiatan dan pengamatan secara langsung. Data primer
diperoleh dari wawancara dengan responden yang mengetahui gambaran umum
Asosiasi Aspakusa Makmur dan data sekunder diperoleh dari catatan atau
pembukuan keuangan di Asosiasi Aspakusa Makmur.
Biaya investasi yang dikeluarkan Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar
Rp 16.658.500,- yang meliputi pembelian peralatan dan mesin. Total biaya
produksi bayam merah selama satu tahun yaitu sebesar Rp 30.010.326,- yang
terdiri dari biaya tetap meliputi penyusutan dan sewa lahan serta biaya variabel
meliputi benih, pupuk, pestisida, selotip, tenaga kerja, listrik, gas ozon, dan
transportasi. Penerimaan bayam merah selama satu tahun yang diperoleh sebesar
Rp 69.048.000,- dengan jumlah terjual 548 kg per musim, dalam satu tahun dapat
melakukan 9 kali tanam bayam merah. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani
bayam merah dalam satu tahun sebesar Rp 39.037.674,-. R/C ratio penerimaan
terhadap total biaya produksi yaitu 2,3 yang artinya setiap pengeluaran Rp 1 biaya
produksi akan menghasilkan penerimaan Rp 2,3 sehingga usaha Bayam Merah di
Asosiasi Aspakusa Makmur menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Asosiasi
Aspakusa Makmur beralamat di Jalan Raya Solo-Semarang Km 14 Desa Teras,
Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dengan komoditas utama adalah tanaman
hortikultura. Budidaya Bayam Merah dilakukan dengan pengolahan lahan,
pembuatan bedengan, penyebaran benih, pemupukan, penyemprotan pestisida,
irigasi, penyiangan, pemanenan, pengemasan, dan pengawetan. Kegiatan
operasional diawali dengan proses budidaya selanjutnya pemanenan, penanganan
pasca panen, sortasi, pengemasan, pengawetan, penyimpanan di cooling room dan
pengiriman bayam merah sesuai dengan pesanan ke supermarket yang telah
ditentukan.

iii
iv

KATA PENGANTAR

Bayam merah merupakan komoditas pertanian yang mudah dibudidayakan


dan memiliki nilai jual yang tinggi. Kinerja keuangan berupa penilaian terhadap
efektifitas dari penggunaan biaya produksi untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal. R/C ratio usahatani bayam merah merupakan rasio yang membandingkan
antara penerimaan dengan biaya produksi untuk mengetahui seberapa efisien
penggunaan biaya produksi.
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW semoga penyusun mendapat syafaatnya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan
semaksimal mungkin dan tepat waktu. Laporan Praktek Kerja Lapangan
merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh mahasiswa jurusan S1 Agribisnis,
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini berjudul Komputasi Kinerja Keuangan Usaha Bayam Merah
(Amaranthus tricolor L.) pada Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali untuk
mengetahui kinerja keuangan dan cara menghitung R/C ratio.
Penyusun selanjutnya mengucapkan banyak terima kasih khususnya
kepada bapak Dr. Ir. Bambang Mulyatno S., M.Si. selaku dosen pembimbing
Praktek Kerja Lapangan yang telah membimbing dan mengajari penyusunan
materi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca untuk kesempurnaan dan kemajuan bagi ilmu pengetahuan.
Penyusun berharap semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Semarang, Mei 2020

Penyusun

iv
v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii

RINGKASAN........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR........................................................................... iv

DAFTAR ISI.......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................. vii

DAFTAR ILUSTRASI ......................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) .................................. 3


2.2. Biaya Produksi ......................................................................... 4
2.3. Penerimaan ............................................................................... 4
2.4. Pendapatan ............................................................................... 5
2.5. Efisiensi .................................................................................... 5

BAB III. METODOLOGI...................................................................... 7

3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................. 7


3.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan................................................. 8
3.3. Metode Praktek Kerja Lapangan............................................... 8
3.4. Pengumpulan Data.................................................................... 8
3.5. Pengolahan Data....................................................................... 9
3.6. Batasan Istilah dan Konsep Pemikiran ..................................... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................. 12

4.1. Keadaan Umum Perusahaan.................................................. 12


4.2. Budidaya Bayam Merah......................................................... 15
4.3. Investasi................................................................................. 18
4.4. Biaya Produksi....................................................................... 19

v
vi

4.5. Penerimaan............................................................................. 21
4.6. Pendapatan............................................................................. 22
4.7. Efisiensi.................................................................................. 23

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN..................................................... 24

5.1. Simpulan................................................................................ 24
5.2. Saran....................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 25

LAMPIRAN ........................................................................................... 28

vi
vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Investasi............................................................................................... 18
2. Biaya Produksi..................................................................................... 20
3. Penerimaan.......................................................................................... 21

vii
viii

DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 7


2. Struktur Organisasi ............................................................................. 14

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner............................................................................................. 28
2. Peta Lokasi PKL.................................................................................. 31
3. Denah Lokasi Perusahaan Tempat PKL.............................................. 32
4. Penilaian PKL....................................................................................... 33
5. Surat Keterangan Selesai Magang ....................................................... 34
6. Investasi ............................................................................................... 35
7. Penyusutan .......................................................................................... 35
8. Perhitungan Tenaga Kerja ................................................................... 38
9. Perhitungan Biaya Produksi ................................................................ 39
10. Perhitungan Pendapatan ...................................................................... 40
11. Perhitungan Efisiensi .......................................................................... 42
12. Dokumentasi ....................................................................................... 43

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman hortikultura merupakan salah satu komoditas yang penting di


bidang pertanian karena ikut andil dalam menyokong kebutuhan pangan di
Indonesia. Tanaman hortikultura mampu menyumbang sebesar 1,47% PDB
Indonesia (BPS, 2019). Dewasa ini pemerintah mengandalkan harapannya di
sektor pertanian umumnya dan khususnya pada tanaman hortikultura sayuran
karena selain sebagai penyokong nutrisi, sayuran juga lebih mudah dalam
mengelola serta cepat pertumbuhannya sehingga memiliki peluang untuk usaha
yang tinggi sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat petani.
Komoditas hortikultura sayuran salah satunya yaitu bayam merah. Bayam
merupakan tanaman hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia
karena kandungan gizinya yang tinggi. Masyarakat lebih banyak mengenal dan
mengkonsumsi bayam hijau daripada Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
padahal bayam merah juga tidak kalah akan kandungan nutrisinya yang tinggi.
Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) mengandung protein, lemak, karbohidrat,
serat, kalsium, vitamin, karoten, niasin, folat, amarantin, rutin, purin, tannin, dan
asam oksalat. Kandungan tersebut mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan
yakni baik bagi penderita kanker usus besar, kencing manis, kolesterol, untuk
menurunkan berat badan dan juga Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) dapat
meningkatkan kerja ginjal, mengatasi tekanan darah rendah dan kurang darah.
Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) dapat tumbuh sepanjang tahun
baik di dataran rendah hingga dataran tinggi sehingga peluang untuk memperoleh
keuntungan sangat tinggi. Kebutuhan akan produk Bayam Merah (Amaranthus
tricolor L.) juga semakin meningkat seiring dengan pengetahuan masyarakat
tentang manfaat dari Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.). Hal tersebut erat
kaitannya dengan usaha budidaya bayam merah dimana suatu usaha itu layak
2

dijalankan atau tidak sehingga perlu untuk mengetahui seberapa besar keuntungan
yang diperoleh dari usaha Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) dilihat dari
biaya, penerimaan, dan pendapatannya.
Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa dalam menentukan biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usaha
bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali, untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam menghitung biaya, penerimaan, pendapatan dan
R/C ratio dari usaha bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur, untuk
mengetahui kegiatan operasional yang ada di Asosiasi Aspakusa Makmur.
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui kriteria kelayakan suatu usaha dilihat dari biaya, penerimaan, dan
pendapatan suatu usaha, agar menjadi masukan bagi petani dan pelaku usaha
dalam operasional usaha agar usaha tersebut menguntungkan dan sebagai
informasi kepada khalayak umum tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan
kelayakan usaha.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)

Bayam Merah yaitu sayuran berdaun merah karena adanya zat antosianin
yang megandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan. Bayam Merah mulai
dikenal oleh masyarakat di Indonesia karena pada umumnya berwarna merah
(Qurniani, 2017). Tanaman Bayam Merah menurut klasifikasi tata nama
tumbuhan termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Familia : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013).
Bayam Merah merupakan tanaman hortikultura yang dapat tumbuh
sepanjang tahun dan biasanya ditemukan pada ketinggian 5-2000 mdpl. Bayam
Merah hidup di dataran tinggi dan rendah tetapi lebih subur di dataran rendah pada
lahan terbuka dan suhu yang agak panas (Rumimper et al., 2014). Bayam Merah
merupakan tanaman yang memiliki umur panen relatif singkat yaitu 4 MST. Panen
Bayam Merah dapat dilakukan ketika umur bayam tersebut mencapai 4 minggu
(Polii-Mandang, 2017).
Bayam Merah mengandung berbagai macam zat gizi antara lain zat besi,
vitamin A, vitamin C, dan kalsium serta zat aktif karotenoid dan flavonoid. Bayam
terdiri dari dua macam yaitu bayam hijau dan bayam merah dimana keduanya
4

mengandung vitamin C dan vitamin A akan tetapi kandungan zat besi pada Bayam
Merah lebih banyak (Suwita et al., 2012). Bayam Merah yang berkualitas dan
higienis memiliki peluang pasar yang tinggi mengingat banyaknya konsumen yang
berorientasi pada gaya hidup sehat. Konsumen mulai mempraktikkan gaya hidup
yang sehat sehingga ketersediaan Bayam Merah yang berkualitas dan higienis
akan meningkatkan pemasarannya (Wiksana et al., 2018).

2.2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah suatu biaya yang dilekuarkan untuk dapat


menghasilkan suatu produk. Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan
dalam menghasilkan suatu barang maupun jasa (Pratiwi, 2013). Biaya produksi
terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang disebut dengan total biaya
produksi. Biaya produksi digolongkan menjadi 2 jenis yaitu biaya tetap dan biaya
tidak tetap (Notarianto, 2011).
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang tetap
tanpa dipengaruhi oleh volume produksi seperti biaya sewa lahan, pajak, dan
penyusutan alat. Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi pada
perubahan volume produksi (Supartama et al., 2013). Biaya variabel adalah biaya
yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besarnya volume produksi, yang meliputi
tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida. Biaya variabel merupakan suatu biaya yang
berhubungan langsung dengan volume produksi (Haloho dan Santoso, 2013).

2.3. Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil perhitungan dari banyaknya jumlah produksi


yang dikalikan dengan harga produk. Output (penerimaan) merupakan hasil
perkalian antara jumlah produksi dengan harga produksi (Thamrin et al., 2015).
Penerimaan pada suatu usaha ditentukan oleh beberapa faktor yaitu luas lahan
yang digunakan untuk menanam komoditas dan harga dari komoditas tersebut.
5

Faktor – faktor seperti luas lahan dan harga produk sangat menentukan penerimaan
dari suatu usaha (Sundari, 2011).

2.4. Pendapatan

Pendapatan pada suatu usaha pertanian didapatkan dari hasil pengurangan


antara penerimaan dengan total biaya produksi. Pendapatan usahatani dihitung dari
selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani dalam satu kali musim
tanam (Sundari, 2011). Pendapatan petani dapat ditingkatkan ketika harga produk
tidak mengalami perubahan dengan meningkatkan jumlah produksi. Harga produk
yang relatif stabil dapat meningkatkan pendapatan petani seiring dengan produksi
yang meningkat, harga rendah menggambarkan produksi melimpah, harga tinggi
menggambarkan sedikitnya produksi (Heriani et al., 2013).

2.5. Efisiensi

Kelayakan suatu usaha terutama usaha di bidang pertanian tergantung dari


besarnya keuntungan yang diperoleh. Usaha dapat dikatakan layak untuk
diusahakan jika petani memperoleh keuntungan yang maksimal dari usahatani
yang dikelolanya (Thamrin et al., 2015). Ukuran ekonomi yang umum digunakan
untuk menggambarkan kinerja sektor dan komoditas agribisnis adalah R/C ratio
(revenue and cost ratio) yang menunjukkan perbandingan antara penerimaan dan
biaya usahatani. R/C ratio dapat dihitung dari besarnya penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan petani yang menunjukkan efisiensi suatu usaha (Sundari, 2011).
Usaha dikatakan layak apabila R/C ratio lebih dari 1, berada pada titik
impas apabila R/C ratio sama dengan 1 dan tidak layak apabila R/C ratio kurang
dari 1. Kriteria dalam perhitungan R/C ratio yaitu > 1, usahatani menguntungkan
dan layak diusahakan, R/C ratio = 1, berada pada titik impas (Break Event Point),
R/C ratio < 1, usahatani tidak menguntungkan atau tidak layak diusahakan
(Heriani, et al., 2013). Faktor yang mempengaruhi kelayakan suatu usaha
tergantung penggunaan input dan output yang dihasilkan. Analisis R/C ratio dalam
6

usahatani dipengaruhi oleh nilai output dan input yang bertujuan untuk mengetahui
kelayakan usahatani yang dilaksanakan (Mahabirama et al., 2013).
7

BAB III

METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

R/C ratio merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur

kelayakan dan keuntungan suatu usaha. Berdasarkan latar belakang dari

permasalahan maka diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut :

Asosiasi Aspakusa
Makmur Boyolali

Produktivitas Bayam Biaya Produksi Bayam


Merah Merah

Penerimaan Usaha
Bayam Merah

Pendapatan Usaha
Bayam Merah

Efisiensi Usaha Bayam


Merah (R/C ratio)

Layak dan Impas (Break Tidak layak dan


menguntungkan Event Point) tidak
menguntungkan
Ilustrasi 1. Kerangka Pemikiran
8

Petani dalam menjalankan suatu usaha butuh pengalaman dan pengetahuan

yang mumpuni. Pendapatan yang tinggi merupakan tujuan utama petani dalam

berproduksi. Pendapatan dipengaruhi oleh besarnya penggunaan input produksi

dan banyaknya output yang terjual. Pendapatan yang diperoleh petani sangat

menentukan suatu usaha yang dijalankan petani tersebut menguntungkan dan layak

atau tidak. Maka dari itu perlu untuk mengetahui R/C ratio suatu usaha layak atau

tidak sehingga dapat dijadikan pedoman petani dalam memperbaiki usahanya.

3.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 06

Januari 2020 sampai dengan 10 Februari 2020 di Asosiasi Aspakusa Makmur

Boyolali.

3.3. Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

adalah metode partisipasi kegiatan kerja yang ada di Asosiasi Aspakusa Makmur

Boyolali dan pengamatan secara langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh

dicatat dan digunakan sebagai sumber data primer serta dilakukan pengambilan

gambar sebagai dokumentasi.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan

dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan responden

yang mengetahui gambaran umum Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali. Data

sekunder diperoleh dari catatan atau pembukuan keuangan di Asosiasi Aspakusa


9

Makmur Boyolali. Data yang diperoleh menjadi dasar pembahasan yang

digunakan untuk menyusun laporan, mengolah data, dan dianalisis secara

deskriptif dengan membandingkan hasil perolehan dengan sumber pustaka dalam

penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

3.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengolah sumber data dari hasil

pelaksanaan kegiatan Praktek kerja Lapangan yang meliputi biaya produksi,

penerimaan, pendapatan, dan efisiensi usaha.

3.5.1. Biaya Produksi

Biaya produksi dihitung untuk mengetahui total biaya yang digunakan

untuk menghasilkan suatu produk.

Biaya produksi (TC) = TVC + TFC .....................................................................(1)

(Putri et al., 2015)

Keterangan :

TC = Total Cost

TVC = Total Variable Cost

TFC = Total Fix Cost

3.5.2. Peneriman

Penerimaan digunakan untuk menghitung jumlah uang kotor yang diterima

oleh suatu usaha.

Penerimaan (TR) = P x Q .................................................................................(2)

(Rustam, 2014)

Keterangan :
10

TR = Total Revenue

P = Harga Bayam Merah

Q = Jumlah Bayam Merah

3.5.3. Pendapatan

Perhitungan pendapatan digunakan untuk mengetahui jumlah keuntungan

bersih yang diterima oleh suatu usaha

Pendapatan (π) = TR – TC ............................................................................(3)

(Antara, 2010)

Keterangan :

Π = pendapatan

TR = Total revenue

TC = Total cost

Kriteria :

1. TR > TC, usaha menguntungkan

2. TR = TC, usaha impas

3. TR < TC, usaha rugi

3.5.4. Efisiensi usaha

Efisiensi suatu usaha digunakan untuk menghitung apakah usaha tersebut

layak dan menguntungkan atau tidak apabila dijalankan.

TR
R/C ratio = .....................................................................................................(4)
TC

(Mahabirama et al., 2013)


11

Keterangan :

R/C ratio = efisiensi usaha

TR = Total revenue

TC = Total cost

Kriteria :

a. R/C > 1, usaha menguntungkan dan layak untuk diusahakan

b. R/C = 1, usaha berada pada titik impas (Break Event Point)

c. R/C < 1, usaha tidak menguntungkan atau tidak layak diusahakan

3.6. Batasan Istilah dan Konsep Pengukuran

1. Bayam Merah merupakan suatu sayuran yang memiliki warna merah dengan
kandungan gizi yang tinggi (Kilogram)
2. Penerimaan merupakan jumlah total laba kotor yang diterima oleh usahatani
bayam merah (Rupiah)
3. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bayam
merah dan terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap (Rupiah)
4. R/C ratio merupakan suatu perhitungan yang digunakan untuk mengetahui
kelayakan usahatani bayam merah dan mengetahui usahatani bayam merah
menguntungkan dijalankan atau tidak.
12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan

Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110º22’- 110º50’


bujur timur dan anatara 7º7’- 7º36’ lintang selatan. Posisi geografis wilayah
kabupaten Boyolali tersebut sangat menudahkan untuk sarana prasarana termasuk
transportasi karena kabupaten Boyolali berada pada segitiga wilayah Yogyakarta-
Solo- Semarang (Joglosemar) ang merupakan riga kota utama di wilayah Jawa
Tengah – Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Boyolali memiliki topografi
tinggi mulai daroi kecamatan Selo, Cepogo, Kelurahan Winong yang merupakan
lereng gunung Merbabu kemudian secara berangsur semakin memiliki topografi
rendah ke arah timur kecamatan Teras dan ke arah timur laut kecamatan Simo.
Aspakusa Makmur Boyolali terletak di Jalan Raya Solo- Semarang Km 14,
Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Batas wilayah kabupaten
Boyolali sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Sambi
Sebelah Selatan : Kecamatan Tulung
Sebelah Barat : Kecamatan Mojosongo
Sebelah Timur : Kecamatan Banyudono
Keadaan alam di sekitar Aspakusa Makmur Boyolali yang memiliki luas
3000m 2 ini memiliki jenis tanah regosol coklat keabuan dengan struktur tanah
geluh berpasir dan pH berkisar 6- 6,5 serta topografi datar. Keadaan iklim daerah
tersebut memiliki suhu udara 20- 35º C dengan curah hujan 200 mm/ tahun – 1600
mm/ tahun dan kecepatan angin 1,3 – 5,92 knots. Ketinggian tempat mencapai 250
mdpl (meter diatas permukaan laut) dengan kelembapan tanah 50%- 80%.
Komoditas utama di Aspakusa Makmur Boyolali adalah tanaman
hortikultura. Komoditas yang dibudidayakan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur
antara lain caisim, kalilan, pakcoy, bayam merah, bayam hijau, kangkung, kacang
13

panjang, mentimun, okra, zukini dan lain sebagainya. Adapun area agroklimat
usahanya meliputi Kecamatan Teras, Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo.
Kecamatan Teras mewakili dataran rendah - dataran sedang dengan ketinggian 75-
400 mdpl, sedangkan Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo mewakili dataran
sedang - dataran tinggi dengan ketinggian 1000- 1500 mdpl.
Aspakusa Makmur Boyolali merupakan perusahaan yang berbentuk
asosiasi yaitu kumpulan kelompok sosial yang memiliki tujuan tertentu didalam
ikatan tersebut, dimana dalam asosiasi tersebut beranggotakan petani yang
bekerjasama dan memiliki tujuan sama. Menurut Tantriyati et al (2015) bentuk
kerjasama kemitraan merupakan suatu alternatif bisnis yang dilakukan dua pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan membesarkan. Hingga saat ini terdapat 35 petani yang
merupakan anggota Asosiasi Aspakusa Makmur. Program kemitraan petani oleh
Asosiasi Aspakusa Makmur berupa pemberdayaan, pendampingan dan penyuluhan
petani mulai dari proses budidaya hingga pemasaran. Kontrak petani atas dasar
saling percaya antara pihak Asosiasi Aspakusa Makmur dengan petani sehingga
tidak ada kontrak tertulis yang mengikat.
Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah kelompok agribisnis yang
terbentuk bulan November tahun 2005 yang dibina oleh ICDF (International
Development Fund) terbentuk dari kerjasama TTM (Taiwan Technical Mission),
Mr. Lee Ching Sui. Kelompok ini merupakan kelompok binaan Taiwan Technical
Mission dalam budidaya, penanganan pasca panen sampai dengan pemasarannya
sehingga dapat berkembang dengan baik sampai sekarang. Keberadaan Asosiasi
Aspakusa Makmur Boyolali berawal dari Misi Teknik Pertanian Taiwan Indonesia
atau yang disebut dengan Agricultural Technic Mission Republic of China (ATM-
ROC). ATM- ROC adalah misi yang dikirimkan pemerintah Taiwan dalam upaya
pengembangan pertanian di Indonesia berdasarkan perjanjian kerjasama antara
kedua pemerintahan. Kerjasama ini dijembatani oleh Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Indonesia dengan KADIN Taiwan dan akhirnya dicapai suatu
kesepakatan untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara meningkatkan
pendapatan petani pedesaan.
14

Bulan November 1976, pemerintah Taiwan resmi mengirim misi untuk


lokasi pertamanya dimulai dari wilayah Jawa Timur yang beralamat di Jalan Raya
Ahmad Yani no. 152 Surabaya. Hubungan kerjasama ini telah diperluas ke lokasi
lain yaitu di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1980 yang terletak
di BP2APH Ngipiksari di Jalan Raya Kaliurang Km 23,5 dan di Provinsi Jawa
Tengah yang terletak di Jalan Raya Solo - Semarang Km 14 Banjarsari Desa Teras
Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali pada tahun 1995, namun kegiatan
operasionalnya baru berjalan pada awal tahun Januari 1996.
Visi Asosiasi Aspakusa Makmur yaitu meningkatkan kesejahteraan petani.
Misi Asosiasi Aspakusa Makmur yaitu untuk meningkatkan pengetahuan etani,
meningkatkan kualitas produk sayuran hortikultura, dan memperluas pasar.
Struktur organisasi asosiasi Aspakusa Makmur yaitu :
BKP. Prof.? JATENG
DISTANBUNHUT BOYOLALI
KKP Boyolali

ASPAKUSA MAKMUR

PENGURUS

KEUANGAN

MANAJER PEMASARAN MANAJER LAHAN

TENAGA GRADING + TENAGA LAHAN


SUPIR

JAGA MALAM

ANGGOTA

Ilustrasi 2. Struktur apa?


15

Pengurus bertanggung jawab mengawasi dan mengurus semua kegiatan


yang dilakukan oleh anggota kelompok tani binaan mulai dari teknik budidaya
sampai dengan pemasaran. Keuangan bertugas untuk mencatat semua transaksi
yang dilakukan baik itu dengan petani maupun dengan konsumen. Manajemen
pemasaran bertugas untuk mengawasi kelancaran prosesing, penjualan, dan
laporan, pembelian dan laporan, dan mengontrol kualitas barang baik sebelum
maupun sesudah pengiriman. Manajer lahan betugas melakukan training umum,
manajemen lahan dan penanaman, kedinasan, laporan produksi dan kegiatan lahan.
Tenaga grading bertugas melakukan pasca panen sampai pendistribusian barang.
Tenaga lahan bertugas sesuai perintah manajer lahan dalam kegiatan budidaya.
Sopir bertugas untuk mendistribusikan barang ke tempat konsumen dan
mengambil sayuran di tempat petani binaan. Penjaga malam bertugas untuk
menjaga keamanan pada malam hari. Struktur organisasi sangat penting
keberadaannya agar kegiatan operasional perusahaan penjadi lebih efisien dan
terstruktur sesuai dengan tujuan Asosiasi Aspakusa Makmur. Menurut pendapat
Gammahendra (2014) pentingnya sebuah struktur organisasi akan membantu
manajer dari hasil keputusan dalam mendesain organisasi sebagai cara
mengidentifikasi dari pengelolaan sumber daya manusia dan segala fungsi-fungsi
yang ada untuk penyelesaian pekerjaan perusahaan dengan pedoman visi, misi
dan tujuan organisasi.

4.2. Budidaya Bayam Merah

Bayam Merah yang dibudidayakan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur


ditanam pada lahan seluas 300 m2 yang merupakan lahan sewa dari Balai Penyuluh
Boyolali di dataran rendah diatas bedengan dengan lebar 100 cm dan jarak antar
bedengan 50 cm membujur dari timur ke barat agar selalu mendapat cahaya
matahari. Menurut Marsusi (2010) pertumbuhan Bayam Merah paling baik pada
tanah subur dan banyak sinar matahari dan suhu yang diperlukan yaitu 25–
35°C. Budidaya diawali dengan pengolahan lahan berupa pembajakan tanah
menggunakan traktor yang bertujuan untuk menggemburkan tanah selanjutnya
16

dibuat menjadi bedengan dan dirapihkan menggunakan garu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Adelia et al. (2013), Bayam Merah tidak memilih jenis tanah
tertentu, akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah yang
subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan-bahan
organik.
Penanaman Bayam Merah dilakukan dengan menyebar benih yang telah
dicampur dengan pupuk basal dengan perbandingan 1 : 5 dan setiap bedengan
membutuhkan benih kurang lebih 30 gram. Benih yang dipakai yaitu benih cap
Mira.Setelah disebar, kemudian benih ditutup dengan paranet untuk menjaga
kelembabannya, setelah 5 hari paranet dilepas dan dilakukan pemupukan pertama
dengan pupuk Za yang dicampur dengan air dosis 25 gram dengan 4 liter air,
pemupukan pada bayam merah dilakukan 2 kali hingga masa panen tiba. Menurut
Silviyanti dan Sari (2018) untuk media tanam tanah, diberi pupuk seminggu
sekali sesuai takaran agar bayam tahan penyakit dan dapat tumbuh optimal.
Pemeliharaan Bayam Merah pada Asosiasi Aspakusa Makmur meliputi irigasi
yang ketika musim penghujan dilakukan seminggu sekali pada hari Kamis dengan
sumber air dari sungai, pemupukan menggunakan pupuk SP36 sebagai pupuk
dasar dan pupuk Za sebagai pemupukan pertama dan kedua, penyemprotan
pestisida untuk mengatasi hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida merk
dagang Dursband dosis 30 cc yang dilarutkan dengan 14 liter air selama 2 kali
hingga masa panen tiba yaitu pada saat 2 hari setelah paranet dibuka dan 1 minggu
setelah penyemprotan pertama, penyiangan dengan cara mencabut tanaman
pengganggu yang ada disekitar tanaman pokok yang dilakukan selama 2 kali
hingga masa panen yaitu saat 2 hari setelah paranet dibuka dan 1 minggu dari
penyiangan pertama. Menurut Masluki (2015) pemeliharan yang dilakukan berupa
penyiangan terhadap gulma yang terdapat disekitar tanaman, pengemburan pada
media tanam, serta penyiraman guna mencukupi kebutuhan air yang sangat
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman bayam merah.
Hama yang sering menyerang Bayam Merah yaitu ulat grayak yang sering
memakan daun bayam sehingga daun terdapat lubang dan belalang yang sering
menghisap cairan tanaman bayam. Menurut Edi dan Bobihoe (2010) jenis hama
17

yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya ulat daun, kutu daun,
penggerek daun dan belalang. Bayam merah dapat dipanen perdana setelah
berumur 21 hari dengan kriteria panjang tanaman sekitar 2 jengkal tangan atau
kurang lebih 20-30 cm, bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur dapat
dipanen 3 hingga 4 kali per musim tanam dan setiap panen mencapai 2-3 krat
besar. Bayam merah mulai diafkir dan disemprot herbisida setelah berumur 4
minggu. Menurut Mujahid et al. (2018) bayam cabut biasanya dipanen apabila
tinggi tanaman kira-kira 20 cm, yaitu pada umur 3 sampai 4 minggu setelah tanam,
tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya.
Bayam merah yang telah dipanen kemudian dibersihkan dari sisa tanah
yang menempel pada akar menggunakan air mengalir, setelah itu bayam merah
harus langsung memasuki proses sortasi yaitu membuang daun bayam yang
berlubang, tua, dan robek agar memperoleh bayam merah dengan kualitas yang
baik. Setelah itu bayam akan ditimbang seberat 200 gram tanpa akar. Pengemasan
dilakukan dengan cara mengikat bayam merah menggunakan selotip. Menurut
Mareta dan Shofia (2011) kegiatan sortasi dan pengemasan merupakan upaya
untuk mempertahankan usia produk pertanian agar masih dalam keadaan segar dan
layak ketika sampai ke tangan konsumen. Bayam merah yang telah memasuki
proses pengemasan kemudian dilakukan proses pengawetan yaitu menggunakan
mesin D’ozon. D’ozon merupakan bantuan dari Universitas Diponegoro yang
diberikan kepada Asosiasi Aspakusa Makmur, cara kerja D’ozon yaitu dengan
menyalakan mesin selama 30 menit untuk mengalirkan ozon kedalam bak yang
telah diisi oleh air agar tercampur dengan merata antara air dan ozon. Setelah itu
sayuran yang telah dicuci dimasukkan kedalam bak larutan ozon, direndam kurang
lebih selama 15 menit. Ozon akan mengawetkan sayuran dengan cara membunuh
bakteri-bakteri yang dapat mempercepat pembusukan. Setelah itu sayuran diangkat
dan disimpan kedalam cooling room untuk menjaga kesegaran dari bayam merah.
Sayuran yang diawtkan dengan D’ozon dapat bertahan 4-5 hari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hakiki et al (2016) yang mengatakan bahwa pengawetan bayam
ada 2 macam yaitu memasukkan kedalam cooling room dan heat shock,
pengawetan dilakukan dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia berbahaya.
18

4.3. Investasi

Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan diperoleh biaya


investasi yang tertera pada Tabel 1 :

Tabel 1. Investasi
Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan Umur Nilai Awal
-----Rupiah---- ----Tahun---- ----Rupiah----
Traktor 1 14.000.000 20 14.000.000
Cangkul 4 60.000 6 240.000
Garu 2 215.000 10 430.000
Keranjang besar 4 170.000 6 680.000
Keranjang kecil 1 65.000 4 65.000
Timbangan 1 85.000 5 85.000
Talenan 1 47.000 3 47.000
Sprayer 16 liter 1 549.000 10 549.000
Gembor 3 37.500 2 112.500
Angkong 1 450.000 10 450.000
Total       16.658.500

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa jumlah biaya investasi yang


dikeuarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar Rp 16.658.500,- (Lampiran
6) merupakan sesuatu yang telah direncanakan hingga masa yang akan datang
meliputi biaya yang dikorbankan untuk mendapatkan suatu keuntungan. Asosiasi
Aspakusa Makmur mendapatkan beberapa aset yang merupakan bantuan dari
beberapa isntansi antara lain mesin pengawetan D’ozon yang merupakan bantuan
dari Universitas Diponegoro, bantuan gedung dan alat transportasi dari Dinas
Pertanian Boyolali, serta beberapa peralatan pertanian seperti traktor roda satu
yang juga merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Boyolali. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nashar (2015) bahwa investasi merupakan kegiatan mengeluarkan dana
pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan dana di masa mendatang yang
jumlahnya lebih besar dari dana investasi awal. Biaya investasi yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Aspakusa Makmur meliputi biaya pembelian mesin seperti traktor
19

dan sprayer serta pembelian peralatan seperti cangkul, garu, keranjang, timbangan,
talenan, gembor, dan angkong yang memiliki umur ekonomis 2-20 tahun
tergantung dari bahan yang digunakan untuk membuat mesin dan peralatan
tersebut serta tergantung dengan seberapa lama jam operasional penggunaan
peralatan tersebut. Menurut Swastika (2014) biaya investasi untuk memperoleh
manfaat beberapa tahun kemudian dan memiliki umur ekonomis lebih dari satu
tahun seperti investasi tanah, bangunan, mesin dan peralatan.
Investasi yang dilakukan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan perusahaan. Peralatan dan mesin yang dibeli oleh
Asosiasi Aspausa Makmur menunjang dalam proses budidaya bayam merah dan
komoditas lain yang ditanam di Asosiasi Aspakusa Makmur seperti caisim, kalian,
pakcoy, zukini, kacang panjang, mentimun, okra merah, okra hijau dan kangkung.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mantau (2015) yang menyatakan bahwa biaya
investasi dikeluarkan dengan tujuan untuk memberi nilai tambah yang lebih besar
terhadap perusahaan sehingga dapat memperpanjang umur ekonomis perusahaan
dimana untuk mencapainya butuh perencanaan yang matang. Peralatan dan mesin
yang dibeli sebagai investasi juga memberikan dampak positif terhadap
perekonomian di daerah sekitar dengan adanya transaksi jual beli. Transaksi jual
beli yang dilakukan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur dengan toko peralatan dan
mesin akan menimbulkan hubungan saling menguntungkan dalam menggerakkan
roda perekonomian di daerah sekitar. Menurut Utama (2013) peningkatan investasi
melalui peningkatan barang modal dapat memberikan dampak positif terhadap
perekonomian, sebab peningkatan stok barang modal secara nasional akan
meningkatkan kegiatan perekonomian dan juga dapat memperluas kesempatan
kerja.
4.4. Biaya Produksi

Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan diperoleh data


biaya produksi yang tertera pada Tabel 2. :
20

Tabel 2. Biaya Produksi


Jumlah / Harga satuan / Total /
Macam Biaya
produksi produksi Produksi
----Rupiah/masa tanam----
A.         Biaya Tetap
1.      Penyusutan     99.126
2.      Sewa Lahan 300 m2 86.000 258.000
Total Biaya Tetap   357.126
B. Biaya Variabel
1. Varietas Mira      
Benih 4 pack 25.000 100.000
Pestisida Dursband 100 ml 16.000 16.000
Pupuk SP36 5 kg 2.000 10.000
Pupuk basal 1 kg 2.300 2.300
Pupuk Za 2 kg 2.000 4.000
Selotip 5 3.500 17.500
Tenaga Kerja 1.745.000
Listrik 600.000
Gas Ozon 400.000
Transportasi 400.000
Total Biaya Variabel 1 Musim Tanam   3.249.800
Total Biaya Variabel 9x Musim Tanam/Tahun   29.653.200
C. Total Biaya Produksi 1 Tahun    30.010.326

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa total biaya produksi per tahun
yang dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur yaitu sebesar Rp 30.010.326,-
(Lampiran 9) yang meliputi dari penjumlahan biaya variabel sebesar
Rp 3.249.800,- (Lampiran 9) dan biaya tetap sebesar Rp 357.126,- (Lampiran 9).
Menurut Notarianto (2011) biaya produksi diperoleh dari penjumlahan 2 jenis
golongan biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya produksi dikeluarkan
oleh Asosiasi Aspakusa Makmur untuk budidaya Bayam Merah hingga dapat
sampai ke tangan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2013) yang
menyatakan bahwa biaya produksi digunakan dan dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu barang maupun jasa.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur meliputi
biaya penyusutan dari peralatan dan mesin serta biaya sewa lahan seluas 300 m2
21

per tahun yang tidak mempengaruhi jumlah produksi Bayam Merah. Menurut
Supartama et al. (2013) biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi pada
perubahan volume produksi yang meliputi biaya biaya sewa lahan, pajak,
penyusutan, gaji tenaga kerja. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Asosiasi
Aspakusa Makmur meliputi biaya pembelian benih sebanyak 4 pack, pestisida
Dursband sebanyak 1 botol ukuran 100ml, pupuk SP36 5 kg, pupuk basal 1 kg,
pupuk Za 2 kg, dan selotip sebanyak 5 buah untuk pengemasan, upah tenaga kerja
yang meliputi pengolahan lahan 1 orang laki-laki, pemeliharaan tanaman 4 tenaga
kerja laki-laki, pemanenan 1 tenaga kerja laki-laki, pengemasan 2 tenaga kerja
perempuan, dan pemasaran 2 tenaga kerja laki-laki dengan upah tergantung dari
jam kerja dan tingkat kesukaran pekerjaan mulai dari Rp 50.000,- hingga yang
paling tinggi Rp 55.000,-, gas ozon untuk pengawetan, listrik, dan biaya
transportasi selama distribusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Halolo dan Santoso
(2013) yang menyatakan bahwa biaya variabel merupakan suatu biaya yang
berhubungan langsung dengan volume produksi seperti pembelian benih, pupuk,
dan pestisida.

4.5. Penerimaan

Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan diperoleh


perhitungan penerimaan pada Tabel 3 :

Tabel 3. Penerimaan
Harga
Jenis Produksi Jumlah dijual Penerimaan
Komoditas
---------kg--------- ----Rp/kg---- -----Rp-----
Bayam Merah 548 14.000 7.672.000
Total penjualan per tahun 69.048.000

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total penerimaan per tahun dari
budidaya Bayam Merah yang diperoleh Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar
Rp 69.048.000,- (Lampiran 10) yang diperoleh dari penjualan bayam merah
22

dengan harga per kilogram Rp 14.000,-. Budidaya bayam merah dilakukan


sebanyak 9 kali dalam satu tahun. Menurut Thamrin et al. (2015) output
(penerimaan) merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga
produksi. Besarnya penerimaan yang diperoleh Asosiasi Aspakusa Makmur
tergantung dari luas lahan yang digunakan untuk budidaya Bayam Merah yaitu
seluas 300 m2 dan harga dari Bayam Merah di pasaran yaitu Rp 14.000,- per
kilogram yang tergolong tinggi karena produk didistribusikan ke supermarket.
Wilayah pemasaran dari bayam merah yaitu Yogyakarta meliputi Ambarukmo
Plaza, Lippo Yogya, Yogya City Mall, dan HPM Yogya Saphire, wilayah Solo
meliputi Solo Baru, Pabelan, dan Solo Square, wilayah Semarang meliputi DP
Mall, dan Telogo Mall, serta wilayah Surabaya yaitu di Majapahit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sundari (2011) yang menyatakan bahwa faktor – faktor seperti
luas lahan dan harga produk sangat menentukan penerimaan dari suatu usaha.

4.6. Pendapatan

Berdasarka Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan diperoleh


perhitungan pendapatan Asosiasi Aspakusa Makmur untuk komoditas Bayam
Merah per tahun yaitu sebesar Rp 39.037.674,- (Lampiran 10) yang berasal dari
pengurangan antara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sundari (2011) yang menyatakan bahwa pendapatan
usahatani dihitung dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani
dalam satu kali musim tanam. Pendapatan yang diterima oleh Asosiasi Aspakusa
Makmur dapat ditingkatkan apabila kondisi harga stabil dengan cara meningkatkan
jumlah produksi Bayam Merah yaitu pertambahan pembukaan lahan untuk
komoditas bayam merah, akan tetapi peningkatan produksi bayam merah juga
harus dibarengi dengan perluasan distribusi pemasaran agar nantinya bayam merah
dapat terjual seluruhnya. Menurut Heriani et al. (2013) harga produk yang relatif
stabil dapat meningkatkan pendapatan petani seiring dengan produksi yang
meningkat.
23

4.7. Efisiensi

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai


R/C ratio usaha Bayam Merah pada Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar 2,3
(Lampiran 11) yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan Rp 1,- menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 2,3 sehingga usaha Bayam Merah tersebut
menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Thamrin et al. (2015) yang
menyatakan bahwa usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan jika petani
memperoleh keuntungan yang maksimal dari usahatani yang dikelolanya. R/C
ratio yang diperoleh Asosiasi Aspakusa Makmur didapat dari perbandingan antara
biaya produksi dengan penerimaan yang menunjukkan efisiensi penggunaan biaya
produksi pada suatu usaha. Menurut Sundari (2011) R/C ratio dapat dihitung dari
besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan petani.
R/C ratio dari usaha Bayam Merah sudah memiliki nilai lebih dari 1
sehingga usaha budidaya Bayam Merah pada Asosiasi Aspakusa Makmur sudah
layak untuk dijalankan. Menurut Heriani et al. (2013) usaha dikatakan layak
apabila R/C ratio > 1, pada titik impas R/C ratio = 1, dan tidak layak apabila R/C
ratio < 1. Penggunaan input usaha Bayam Merah pada Asosiasi Aspakusa
Makmur lebih kecil daripada output yang dihasilkan sehingga dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar karena untuk mengukur kelayakan suatu usaha dilihat
melalui nilai input dan outputnya. Menurut Mahabirama et al. (2013) analisis R/C
ratio dalam usahatani dipengaruhi oleh nilai output dan input yang bertujuan untuk
mengetahui kelayakan usahatani yang dilaksanakan
24

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa Asosialsi Aspakusa Makmur beralamat di Jalan Raya Solo-
Semarang Km 14 Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dengan
komoditas utama adalah tanaman hortikultura. Budidaya Bayam Merah dilakukan
dengan pengolahan lahan, pembuatan bedengan, penyebaran benih, pemupukan,
penyemprotan pestisida, irigasi, penyiangan, pemanenan, pengemasan, dan
pengawetan. Biaya investasi yang dikeluarkan Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar
Rp 16.658.500,- yang meliputi pembelian peralatan dan mesin. Total biaya
produksi selama satu tahun yaitu sebesar Rp 30.010.326,-. Penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 69.048.000,- per tahun dengan pendapatan sebesar
Rp 39.037.674,-. R/C ratio penerimaan terhadap biaya produksi yaitu 2,3 yang
artinya setiap pengeluaran Rp 1 biaya produksi akan menghasilkan penerimaan
Rp 2,3 sehingga usaha Bayam Merah di Asosiasi Aspakusa Makmur
menguntungkan dan layak untuk dijalankan.

5.2. Saran

Sebaiknya dalam melakukan usahatani Bayam Merah, dilakukan perluasan


lahan untuk budidaya agar produksi bayam merah juga meningkat dan memperluas
distribusi pemasaran agar produk bayam merah di Asosiasi Aspakusa Makmur
lebih dikenal di pasaran.
25

DAFTAR PUSTAKA

Adelia, P.F., K. Koesriharti, dan S. Sunaryo. 2013. Pengaruh penambahan unsur


hara mikro (fe dan cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi cair
terhadap pertumbuhan dan hasil bayam merah (amaranthus tricolor l.)
dengan sistem hidroponik rakit apung. J. Produksi Tanaman. 1 (3): 48-58.

Antara, M. 2010. Analisis produksi dan komparatif antara usahatani jagung hibrida
dengan nonhibrida di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.J. Agroland. 17
(1): 52-56.

Edi, S. and Bobihoe, J., 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian


Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Jambi

Gammahendra, F. 2014. Pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas


organisasi (Studi Pada Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Kediri). J. Administrasi Bisnis. 7 (2): 1-10.

Hakiki, D.N., E. Darmawati, Y.A. Purwanto, U. Hideto, dan Y. Toma. 2016.


Perubahan kualitas pasca panen bayam organik selama penyimpanan
setelah perlakuan head shock dan hydrocooling. J. Keteknikan Pertanian. 4
(01): 53-58.

Haloho, R.D., dan S.I. Santoso. 2013. Analisis profitabilitas pada usaha peternakan
sapi perah di Kabupaten Semarang. J. Ragam. 13 (1): 65-72.

Heriani, N., W.A., Zakaria, dan A. Soelaiman. 2013. Analisis keuntungan dan
risiko usahatani tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. J.
Ilmu-Ilmu Agribisnis. 1 (2): 169-173.

Mahabirama, A.K., H. Kuswanti, S. Daryanto, dan R. Winandi. 2013. Analisis


efisiensi dan pendapatan usahatani kedelai di Kabupaten Garut Provinsi
Jawa Barat. J. Aplikasi Manajemen. 11 (2): 197-206.

Mantau, Z. 2015. Analisis investasi usahatani kedelai varietas Tanggamus di


kabupaten Gorontalo. J. American Society of Echocardiography. 11 (1): 1-
10.

Mareta, D.T., dan N.A. Shofia. 2011. Pengemasan sayuran dengan bahan kemas
plastik pada penyimpanan suhu ruang dan suhu dingin. J. Media Agro. 7
(01): 26-40.

Marsusi, R. 2010. Budidaya Kangkung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.


Pontianak.
26

Masluki, M., 2015. Respon tanaman bayam merah (alternanthera amoena)


terhadap pemberian pupuk organik cair (POC) urin sapi. J. Pertanian
Berkelanjutan. 3 (1): 1-11.

Mujahid, A., S. Sudiarso, dan N. Aini. 2018. Uji aplikasi pupuk berteknologi nano
pada budidaya tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss.). J.
Produksi Tanaman. 5 (4): 538-545.

Nashar, N. 2015. Prospek jenis tanaman pisang untuk dilakukan oleh kelompok
usahatani. J. Ekonomi & Perbankan Syariah. 2 (1): 91-116.

Notarianto, D., dan A. Pujiyono. 2011. Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor


produksi pada usahatani padi organik dan padi anorganik (studi kasus:
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen) (Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro).

Pratiwi, J. 2013. Penerapan biaya standar dalam pengendalian biaya produksi pada
PT. Pertani (persero) cabang Sulawesi Utara. J. Ekonomi Manajemen
Bisnis dan Akuntansi. 1 (4): 1617 – 1626.

Polii-Mandang, J.S. 2017. Aplikasi pupuk cair terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.). J. Agri-sosioekonomi. 13
(3): 283-294.

Putri, E.A., A. Suwandari, dan J.A. Ridjal. 2015. Analisis pendapatan dan efisiensi
biaya usahatani tembakau maesan 2 di Kabupaten Bondowoso. J. Sosial
dan Ekonomi Pertanian. 8 (1): 64-69.

Qurniani, A. 2017. Pengaruh variasi dosis pupuk limbah cair nanas (LCN)
terhadap pertumbuhan dan kadar kalsium Bayam Merah (Amaranthus
tricolor L.). J. Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPMM UM Metro. 2
(1): 99-110.

Rumimper, E.A., J. Posangi, dan J. Wuisan. 2014. Uji efek perasan daun Bayam
Merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap kadar hemoglobin pada tikus
wistar (Rattus norvegicus). J. e-Biomedik. 2 (2): 10-16.

Rustam, W. 2014. Analisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah di


desa Randomayang Kecamatan Bambalamotu Kabupaten Mamuju Utara. J.
Agrotekbis. 2 (6): 634-638.

Saparinto, C. 2013. Grow Your Vegetable-Panduan Praktis Menanam 14 Sayuran


Konsumsi Populer di Pekarangan. Penebar Swadaya : Yogyakarta.
27

Silviyanti, N.A. dan S. Sari. 2018. Pengaruh metode penanaman hidroponik dan
konvensional terhadap pertumbuhan tanaman bayam merah. J. Agribios. 16
(2): 49-54.

Sundari, M.T. 2011. Analisis biaya dan pendapatan usaha tani wortel di Kabupaten
Karanganyar. J. Sosial dan Ekonomi Pertanian. 7 (2): 119-126.

Supartama, I.M., M. Antara, dan R.A. Rauf. 2013. Analisis pendapatan dan
kelayakan usahatani padi sawah di subak baturiti Desa Balinggi Kecamatan
Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. J. Agrotekbis. 1 (2): 166-172.

Suwita, I.K., M. Razak, dan R.A. Putri. 2012. Pemanfaatan Bayam Merah
(Amaranthus tricolor L.) untuk meningkatkan kadar zat besi dan serat pada
mie kering. J. Agromix. 3 (1): 18-34.

Swastika, D.K.S. 2014. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian
teknologi pertanian. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
7 (1): 90-103.

Tantriyati, T., S. Anantanyu, dan A. Wijianto. 2015. Evaluasi kemitraan Asosiasi


Aspakusa Makmur dengan petani Boyolali Jawa Tengah menggunakan
pendekatan metode CIPP (Context, Input, Process, Product). J. Agrista. 3
(03): 378-386.

Thamrin, M., A. Mardhiyah, dan S.E. Marpaung. 2015. Analisis usahatani ubi
kayu (Manihot utilissima). J. Agrium. Ilmu Pertanian. 18 (1): 57-64.

Utama, M.S. 2013. Potensi dan peningkatan investasi di sektor pertanian dalam
rangka peningkatan kontribusi terhadap perekonomian di provinsi Bali.
Buletin Studi Ekonomi. 18 (1): 51-57.

Wiksana, J.A., D. Anggorowati, dan A. Hariyanti. 2018. Pengaruh pupuk lengkap


terhadap pertumbuhan dan hasil Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
secara hidroponik. J. Sains Mahasiswa Pertanian. 7 (3): 1-6.
28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

I. Identitas Responden
1. Nama pemilik usaha :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Tempat, tanggal lahir :
5. Tempat tinggal :
6. Jabatan :
7. Pendidikan terakhir :
8. Pengalaman bekerja :
9. Pekerjaan utama :
10. Pekerjaan sampingan :
II. Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan :
2. Bentuk Perusahaan :
3. Tahun Berdiri :
4. Alamat Perusahaan :
5. Bidang Usaha :
6. Visi Perusahaan :
7. Misi Perusahaan :
III. Keadaan Umum Perusahaan
1. Apa yang melatarbelakangi pendirian perusahaan?
2. Bagaimana sejarah perusahaan?
3. Bagaimana struktur organisasi perusahaan dan tugas dari masing-
masing jabatan?
4. Berapa modal awal yang digunakan oleh perusahaan dan berasal dari
mana saja modal tersebut?
5. Berapa jam kerja untuk karyawan tidak tetap?
29

Lampiran 1. (Lanjutan)

6. Berapa jam kerja untuk karyawan tetap?


7. Bagaimana perkembangan perusahaan dari awal berdiri sampai
sekarang ?
IV. Investasi dan Penyusutan
1. Apa saja aset yang dimiliki perusahaan ?
2. Apa status lahan dan bangunan ?
3. Adakah pajak yang dikeluarkan untuk lahan dan bangunan?
4. Berapa PBB yang dikeluarkan setiap tahun?
5. Berapa luas lahan dan bangunan tersebut?
6. Sejak kapan lahan tersebut dibeli?
7. Sejak kapan bangunan tersebut berdiri?
8. Bangunan tersebut dapat digunakan hingga berapa tahun?
9. Berapa harga awal beli tanah untuk lahan?
10. Berapa harga awal beli tanah untuk bangunan?
11. Jika lahan dan bangunan tersebut dijual pada tahun ini, berapa nominal
rupiahnya?
12. Apa saja peralatan yang digunakan untuk proses produksi?
13. Berapa jumlah dari tiap – tiap peralatan untuk produksi?
14. Berapa harga awal dari masing-masing peralatan?
15. Apakah ada hutang yang ditanggung oleh perusahaan?
16. Berapa persen bunga hutang yang ditanggung ?
17. Apakah ada piutang yang ditanggung oleh perusahaan?
18. Berapa persen bunga dari piutang ?
V. Biaya Produksi
1. Berapa jumlah karyawan tetap dan karyawan tidak tetap?
2. Berapa gaji yang diterima oleh karyawan tetap?
3. Berapa gaji yang diterima oleh karyawan tidak tetap?
4. Kapan karyawan tetap dan tidak tetap mendapat gaji?
5. Jenis pekerjaan apa yang dilakukan oleh karyawan tetap?
30

Lampiran 1. (Lanjutan)

6. Jenis pekerjaan apa yang dilakukan oleh karyawan tidak tetap?


7. Apa saja bahan – bahan yang diperlukan untuk proses produksi dalam
satu periode produksi?
8. Berapa jumlah dari tiap – tiap bahan yang diperlukan untuk proses
produksi dalam satu periode produksi?
9. Berapa harga dari masing-masing bahan baku per satuannya?
10. Berapa daya listrik yang digunakan untuk tiap periode produksi?
11. Berapa biaya pajak listrik yang dikeluarkan untuk tiap periode produksi
selama 3 tahun terakhir?
12. Adakah biaya yang dikeuarkan untuk distribusi?
13. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk distribusi tiap periode produksi?
14. Dimana produk tersebut dipasarkan?
VI. Perhitungan Pendapatan
1. Berapakah harga pada produk yang ditawarkan?
2. Berapa jumlah produk yang diproduksi tiap periode produksi?
3. Bagaimana proses produksi dari usaha Bapak/Ibu?
4. Kapan proses produksi akan dilakukan?
5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi?
6. Berapakah target produksi usaha Bapak/Ibu per bulan?
7. Siapakah yang berwenang menentukan harga suatu produk maupun
produk pemasaran?
31

Lampiran 2. Peta Lokasi PKL

????
32

Lampiran 3. Denah Lokasi Perusahaan Tempat PKL

12

11
1
2 10
2
5
8
8
3 6
7 9
4

Keterangan :

1. Lumbung padi 7. Tempat Istirahat


2. Green House 8. Tempat Parkir
3. Kantor 9. Cool Room
4. Parkir 10. Tempat Pencucian
5. Gudang 11. Tempat Penyetoran
6. Kamar Mandi 12. Garasi dan Peralatan
33

Lampiran 4. Penilaian PKL


34

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Magang


35

Lampiran 6. Investasi

Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan Umur Nilai Awal


---Rupiah--- ---Tahun--- ---Rupiah---
Traktor 1 14.000.000 20 14.000.000
Cangkul 4 60.000 6 240.000
Garu 2 215.000 10 430.000
Keranjang besar 4 170.000 6 680.000
Keranjang kecil 1 65.000 4 65.000
Timbangan 1 85.000 5 85.000
Talenan 1 47.000 3 47.000
Sprayer 16lt 1 549.000 10 549.000
Gembor 3 37.500 2 112.500
Angkong 1 450.000 10 450.000
Total       16.658.500

Kesimpulan :
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur sebesar
Rp 16.658.500,-.

Lampiran 7. Penyusutan

Jumla Penyusutan
Jenis Investasi Nilai Awal Nilai Akhir Penyusutan
h Akhir
-----------------Rupiah----------------
Traktor 1 14.000.000 1.400.000 630.000 63.000
Cangkul 4 240.000 24.000 36.000 3.600
Garu 2 430.000 43.000 38.700 3.870
Keranjang besar 4 680.000 68.000 102.000 10.200
Keranjang kecil 1 65.000 6.500 14.625 1.462,5
Timbangan 1 85.000 8.500 15.300 1.530
Talenan 1 47.000 4.700 14.100 1.410
Sprayer 16lt 1 549.000 54.900 49.410 4.941
Gembor 3 112.500 11.250 50.625 5.062,5
Angkong 1 450.000 45.000 40.500 4.050
Total       991.260 99.126
36

Lampiran 7. (Lanjutan)

Komoditas Luas Lahan (m2) Persentase


Bayam merah 300 0,1
Kangkung 300 0,1
Caisim 500 0,17
Kailan 150 0,05
Pakcoy 150 0,05
Mentimun 300 0,1
Zukini 300 0,1
Kacang panjang 300 0,1
Okra merah 300 0,1
Okra hijau 300 0,1
Kucai 100 0,03
Jumlah 3000

Rumus Penyusutan

Nilai Awal − Nilai Akhir


Penyusutan =
N i lai Ekonomis

Perhitungan Penyusutan

14.000.000 – 1.400.000
Penyusutan Traktor =
20
= 630.000
240.000 – 24.000
Penyusutan Cangkul =
6
= 36.000
430.000 – 43.000
Penyusutan Garu =
10
= 38.700
680.000 – 68.000
Penyusutan Keranjang Besar =
6
= 102.000
37

Lampiran 7. (Lanjutan)

65.000 – 6.500
Penyusutan Keranjang Kecil =
4
= 14.625
85.000 – 8.500
Penyusutan Timbangan =
5
= 15.300
47.000 – 4.700
Penyusutan Talenan =
3
= 14.100
549 .000 – 54.900
Penyusutan Sprayer =
10
= 49.410
112.500 – 11.250
Penyusutan Gembor =
2
= 50.625
450.000 – 45.000
Penyusutan Angkong =
10
= 40.500
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa total penyusutan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi Aspakusa Makmur yaitu sebesar Rp 99.126,-.
38

Lampiran 8. Perhitungan Tenaga Kerja

Harga Jumla Total


No Jumlah
Unsur Satuan h Hari Total Akhir
. HOK
HOK Kerja
--Rp-- ----------Rp----------
1 Budidaya Bayam    
   
Merah
  - Pengelolaan Lahan 1 55.000 2 110.000 11.000
  - Penanaman 1 50.000 1 50.000 5.000
  -   Pemeliharaan 4 55.000 8 1.760.000 176.000
  -  Pemanenan 1 50.000 4 200.000 20.000
  - Packing 1.5 50.000 20 1.500.000 1.500.000
  - Pemasaran 2 55.000 3 330.000 33.000
  Jumlah 10.5     3.950.000 1.745.000
Total Selama 9x Musim Tanam/Tahun   35.550.000 15.705.000

Perhitungan Tenaga Kerja Berdasarkan Luas Lahan


Komoditas Luas Lahan (m2) Persentase
Bayam merah 300 0,1
Kangkung 300 0,1
Caisim 500 0,17
Kailan 150 0,05
Pakcoy 150 0,05
Mentimun 300 0,1
Zukini 300 0,1
Kacang panjang 300 0,1
Okra merah 300 0,1
Okra hijau 300 0,1
Kucai 100 0,03
Jumlah 3000
39

Lampiran 9. Perhitungan Biaya Produksi

Jumlah / Harga satuan / Total /


Macam Biaya
produksi produksi Produksi
----Rupiah/masa tanam----
A.         Biaya Tetap
1.      Penyusutan     99.126
2.      Sewa Lahan 300 m2 86.000 258.000
Total Biaya Tetap   357.126
B. Biaya Variabel
1. Varietas Mira      
Benih 4 pack 25.000 100.000
Pestisida Dursband 100 ml 16.000 16.000
Pupuk SP36 5 kg 2.000 10.000
Pupuk basal 1 kg 2.300 2.300
Pupuk za 2 kg 2.000 4.000
Isolasi 5 3.500 17.500
Tenaga Kerja 1.745.000
Gas Ozon 1 generator 4.000.000 400.000
Listrik 6.000.000 600.000
Transportasi 400.000 400.000
Total Biaya Variabel 1 Musim Tanam   3.294.800
Total Biaya Variabel 9x Musim Tanam/Tahun   29.653.200
C. Total Biaya Produksi 1 Tahun    30.010.326
40

Lampiran 10. Perhitungan Pendapatan

Tujuan Frekuensi Frekuensi Harga


Jumlah
Pemasaran pengiriman pengiriman Komodita Penerimaan
dijual
Bayam Merah per minggu per bulan s
----kg--- ---Rp/kg-- ---Rp---
DP Mall 10 2 8 14.000 1.120.000
Telogo Mall 10 2 8 14.000 1.120.000
Majapahit 10 1 4 14.000 560.000
Solo Baru 1 3 12 14.000 168.000
Pabelan 10 3 12 14.000 1.680.000
Ambarukmo 2 2 8 14.000 224.000
Lippo 2 2 8 14.000 224.000
Yogya City 8
6 2 14.000 672.000
Mall
HPM Yogya 8
2 2 14.000 224.000
Saphire
Solo Square 10 3 12 14.000 1.680.000
Total Penerimaan Per Bulan 7.672.000
Totak Penerimaan Per Tahun 69.048.000

Perhitungan Penjualan Per Bulan

Penjualan = jumlah dijual (kg) x frekuensi pengiriman per bulan


DP Mall = 10 x 8
= 80 kg/bulan
Telogo Mall = 10 x 8
= 80 kg/bulan
Majapahit = 10 x 4
= 40 kg/bulan
Solo Baru = 1 x 12
= 12 kg/bulan
Pabelan = 10 x 12
= 120 kg/bulan
Ambarukmo =2x8
= 16 kg/bulan
41

Lippo =2x8
= 16 kg/bulan
Yogya City Mall =6x8
= 48 kg/bulan
HPM Yogya Saphire = 2 x 8
= 16 kg/bulan
Solo Square = 10 x 12
= 120 kg/bulan
Total Penjualan Per Bulan = 548 kg/bulan
Total Penjualan Per Tahun = 548 x 9
= 4.932 kg/tahun

Perhitungan Penerimaan Per Bulan

Penerimaan = jumlah dijual x frekuensi pengiriman per bulan x harga


DP Mall = 10 x 8 x 14.000
= 1.120.000
Telogo Mall = 10 x 8 x 14.000
= 1.120.000
Majapahit = 10 x 4 x 14.000
= 560.000
Solo Baru = 1 x 12 x 14.000
= 168.000
Pabelan = 10 x 12 x 14.000
= 1.680.000
Ambarukmo = 2 x 8 x 14.000
= 224.000
Lippo = 2 x 8 x 14.000
= 224.000
Yogya City Mall = 6 x 8 x 14.000
= 672.000
42

HPM Yogya Saphire = 2 x 8 x 14.000


= 224.000
Solo Square = 10 x 12 x 14.000
= 1.680.000

Perhitungan Pendapatan

Pendapatan = penerimaan – biaya prooduksi


= 69.048.000 – 30.010.326
= 39.037.674
Lampiran 11. Perhitugan Efisiensi
TR
R/C ratio =
TC
69.048.000
=
30.010.326
= 2,3
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai R/C
ratio sebesar 2,3 yang artinya setiap Rp 1 biaya produksi yang dikeluarkan akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2,3
43

Lampiran 12. Dokumentasi

Peletakan Hasil Panen Bayam Merah Irigasi Bedengan Bayam Merah

Penimbangan Bayam Merah Pengawetan Bayam Merah D’Ozone

Pestisida Bayam Merah Pemberian Pupuk Basal Bayam Merah

Benih Bayam Merah Penutupan Bedengan Dengan Paranet


44

Pencampuran Pupuk Basal Dengan Air

Pemanenan Bayam Merah

Bayam Merah Setelah Paranet Dibuka

Anda mungkin juga menyukai