PENGANTAR USAHATANI
(Survei Sosial Ekonomi Rumah Tangga, Petani padi di Desa Tlogowaru
Kecamatan Kedungkandang)
Disusun Oleh :
Dzaskyah Hanasari 165040200111104
Gabriel Wisdom Siregar 165040200111107
Ferdin Imaduddin Azzanky 165040201111153
Burhan Akhmad 165040201111066
Jen Rico Simaremare 165040201111099
Firhan Ihza Yusriza 165040201111147
Brigita Ade Tacia 165040201111163
Kelas : B
Kelompok : 1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan akhir mata kuliah Pengantar Usahatani. Laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas akhir praktikum Pengantar Usahatani, yang mana
dilakukan survei dan wawancara langsung ke Petani padi di Desa Wagir
Kecamatan Kedungkandang.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapakan kepada dosen pengampu dan
asisten praktikum mata kuliah Pengantar Usahatani yang telah membimbing
penulis dalam pembelajaran, praktikum, serta penyusunan laporan Pengantar
Usahatani ini.
Harapan penulis semoga laporan akhir ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan teman-teman. Penulis menyadari
bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Sejarah Usahatani..........................................................................................4
2.2. Transek Desa.................................................................................................5
2.3. Profil Usahatani.............................................................................................6
2.4 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani........8
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani........................................................................9
2.6 Analisis Risiko Usahatani............................................................................12
2.7 Kelembagaan dan Kewirausahaan................................................................12
BAB 3 Hasil dan Pembahasan...............................................................................14
3.1 Sejarah Usahatani.........................................................................................14
3.2 Transek Desa................................................................................................14
3.3 Pofil Petani dan Usahatani...........................................................................15
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani.............................15
3.5 Analisis Kelayakan Usahatani......................................................................17
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian...........................................................................19
3.7 Kelembagaan Petani.....................................................................................19
3.8 Permasalahan dalam Usahatani....................................................................20
3.9 Permasalahan dalam Usahatani dan Solusi..................................................20
3.10 Pengaruh Jiwa Wirausaha Petani dalam Usahataninya..............................21
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................24
4.1 Kesimpulan...................................................................................................24
4.2 Saran.............................................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................27
iv
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya peninjauan terhadap
usahatani yang dilakukan oleh seorang petani pada suatu desa adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan sejarah usahatani padi di daerah penelitian
2. Mendeskripsikan transek di daerah penelitian
3. Mendeskripsikan profil usahatani tanaman padi di daerah penelitian
4. Menganalisis biaya, penerimaan dan keuntungan tanaman padi di daerah
penelitian
5. Menganalisis kelayakan usahatani tanaman padi di daerah penelitian
6. Mendeskripsikan pemasaran hasil pertanian di daerah penelitian
7. Mendeskripsikan kelembagaan petani di daerah penelitian
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengamatan ini antara lain mahasiswa
dapat mendeskripsi dan menganalisa biaya, penerimaan serta keuntungan dari
3
usaha tani, layak tidaknya usaha tani cabai, serta dapat memberikan solusi
terbaik agar usaha taninya dapat berkelanjutan
4
secara luas dengan program Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal
dengan program BIMAS. Tujuan utama dari program tersebut adalah
meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Pada tahun 1998 usahatani di
Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis multidimensi. Pada
waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam
pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi
sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Keterpurukan pertanian
Indonesia akibat krisis moneter membuat pemerintah dalam hal ini departemen
pertanian sebagai stakeholder pembangunan pertanian mengambil suatu keputusan
untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi”.
Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum efektif
dan efisien dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen
sehingga masih perlu diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang
optimum. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk mendongkrak kontribusi sektor
pertanian Indonesia terhadap perekonomian.
yang berusia tua yaitu diatas 54 tahun. Sedangkan persentase rumah tangga
dengan petani utama berumur kurang dari 35 tahun hanya 12,87% saja
( Direktorat Pangan Dan Pertanian, 2014).
2.3.2 Tinjauan Tentang Komoditas Padi
Padi merupakan tanaman pangan yang awalnya berasal dari pertanian
kuno dari benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
menunjukkan bahwa padi mulai ditanam di Zhenjiang (Cina) sejak 3.000 tahun
SM dan ditemukannya fosil butiran padi dan gabah di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100 dan 800 tahun SM (Purwono, dkk., 2009). Menurut
Tjitrosoepomo 2004, klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisi: Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.
Secara morfologi tanaman padi termasuk tanaman semusim. Batang padi
berbentuk bulat dengan daun panjang yang berdiri pada ruas- ruas batang dan
terdapat sebuah malai pada ujung batang. Bagian Vegetatif dari tanaman padi
adalah akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif berupa malai dari bulir-
bulir padi (Kuswanto, 2007). Akar tanaman padi adalah akar serabut. Padi
termasuk kedalam familia Graminae yang memiliki batang dengan susunan beruas
- ruas. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas. Antar ruas pada batang
padi dipisahkan oleh buku. Panjangnya tiap-tiap ruas tidak sama (Fitri, 2009).
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-
beda, baik bentuk, susunan, maupun bagian-bagiannya. Ciri khas daun padi adalah
terdapat sisik dan telinga daun. Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam
susunan yang berselang-seling. Bunga padi pada hakikatnya terdiri atas tangkai,
8
bakal buah, lemma, palea, putik, dan benang sari. Tiap unit bunga terletak pada
cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder.
TC = Total Biaya
FC = BiayaTetap
VC = Biaya Variabel
Menghitung penerimaan dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai
berikut.
TR = P x Q
Keterangan:
TR = Total Penerimaan
Q = Jumlah Produksi
P = Harga Produksi
Soekartawi (1993), menyatakan bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu
usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio(R/C-
ratio), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TR
R/C =
TC
Keterangan:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Dengan ketentuan apabila : R/C >1 : Usahatani tomat layak untuk diusahakan.
R/C.
atau tidak efisien suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh
dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh
hasil tersebut.Tingkat efisiensi suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung
per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya
produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan analisis R/C
ratio.
Menurut Soekartawi (1993), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat
dinyatakan sebagai berikut:
R / C = PQ. Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
2.5.2 Break Event Point (BEP)
Menurut Riyanto & Bambang (1997), analisis Break Event Point adalah
suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis BEP dalam perencanaan
keuntungan merupakan suatu pendekatan perencanaan keuntungan yang
mendasarkan pada hubungan antara cost (biaya) dengan revenue (penghasilan
penjualan). Analisis BEP adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Model yang paling banyak digunakan untuk menentukan nilai BEP adalah
dengan membuat kurva BEP. Selain, memberikan informasi mengenai keterkaitan
antara biaya dan pendapatan, kurva BEP juga menunjukklan laba atau kerugian
11
yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran. Melalui kurva BEP, akan
terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya
tetap dan biaya variabel serta garis penerimaan. Besarnya volume produksi atau
penjualan dalam unit akan nampak pada sumbu horisontal (sumbu X) dan
besarnya penerimaan serta biaya akan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Pada kurva BEP, dapat ditentukan pada titik mana perpotongan antara garis
penerimaan dengan garis biaya total, berikut adalah gambar dari kurva BEP
Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
V : Sales Volume
volume dan mutu produk, risiko keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian
karena faktor alam
1. Batas yuridiksi, yaitu lingkup subjek dan objek yang tercakup dalam
suatu kelembagaan.
2. Property right, yaitu hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum, adat
dan tradisi atau konsesus yang menjalin hubungan antar anggota masyarakat
dalam hal kepentingannya terhadap sumber daya.
3. Aturan representatif, yaitu subjek yang hendak berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan sumber daya.
15
motor maupun mobil. Penataan dari pemukiman dan pertanian sudah cukup baik
dengan pemukiman lebih dekat dengan jalan utama. Di Desa Tlogowaru sendiri
sudah memiliki masjid dan sekolah sehingga mempermudah kegiatan spiritual dan
pendidikan. Fasilitas pada pertanian juga sudah memadai dengan adanya irigasi
yang dapat memenuhi kebutuhan dalam melakukan kegiatan budidaya tanaman
padi.
membandingkan nilai output terhadap nilai. Analisis R/C rasio dilakukan untuk
mengetahui besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang
dikeluarkan pada suatu kegiatan usahatani. Jika rasio R/C bernilai lebih dari satu
(R/C > 1), maka usahatani layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika rasio R/C
bernilai kurang dari satu(R/C < 1), maka usahatani tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan.
3.5.2 BEP (Break Even Point)
A. BEP (Break Even Point) Produksi (Unit)
BEP Produksi (Unit) = 𝑇𝐹𝐶/𝑃−(𝑇𝑉𝐶/𝑄)
= 𝑅𝑝.7.230.000/𝑅𝑝.7000 −(𝑅𝑝.4.005.000/2500)
= 1339,38 Kg
Berdasarkan perhitungan diatas nilai BEP (Break Even Point) produksi
usahatani tanaman padi milik Bapak Teguh sebesar 1339,38 kg. Nilai BEP
produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam
usahatani agar tidak mengalami kerugian. Usahatani tersebut layak untuk
diusahakan karena menurut Nasution (2014) jika produksi yang dihasilkan
dibawah nilai BEP produksi maka usahatani tersebut mengalami kerugian dan
tidak layak untuk dikembangkan.
B. BEP (Break Even Point) Penerimaan (Rupiah)
BEP Penerimaan (Rp) = 𝑇𝐹𝐶/1−(𝑇𝑉𝐶/𝑇𝑅)
= 𝑅𝑝.7.230.000/1−(𝑅𝑝.4.005.000/𝑅𝑝.17.500.000)
= Rp. 9.269.230,76
Berdasarkan perhitungan diatas nilai BEP (Break Even Point) penerimaan
usahatani tanaman padi milik Bapak Teguh sebesar Rp. 9.269.230,76. Nilai BEP
penerimaan menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk
pada saat BEP. Usahatani tersebut layak untuk dikembangkan karena nilai BEP
penerimaan lebih kecil dari pada total penerimaan petani (BEP perneriaan < TR).
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (2014), yaitu penerimaan petani
harus diatas nilai BEP penimaan, jika berada di bawah nilai BEP penerimaan
maka petani akan mengalami kerugian dan usahatani tersebut tidak layak untuk
dikembangkan.
C. BEP (Break Even Point) Harga (Rupiah)
20
Kelompok tani yang ada di Desa Tlogowaru telah berfungsi cukup optimal.
Sebagaimana dijelaskan dalam literature, bahwa dalam usaha tani kelembagaan
mempunyai peranan dalam penunjang keberhasilan suatu usaha seperti halnya
koperasi dalam penyediaan sarana produksi baik itu benih, pinjaman modal,
pupuk dll. Kelembagaan usahatani memiliki potensi untuk meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usahatani
(Wahyuni, 2009).
petak yang lain. Kedatangan burung emprit ini untuk memakan padi yang telah
mulai berisi. Jika dibiarkan, burung emprit itu merubah padi menjadi gombong
(tidak berisi). Petani akan merugi karena padinya tidak berisi lagi . Pengendalian
yang dilakukan yaitu dengan membuat “weden sawah”. Yaitu, memasang
berbagai barang bekas terutama plastik dan kaleng bekas di sawah, mengusir
dengan teriakan-teriakan dan ketapel hingga memasang jaring diatas tanaman padi
agar burung emprit itu tidak dapat menjangkaunya dan bahkan dapat ditangkap.
Macam - macam Pengendalian Hama Burung, baik itu secara kimia maupun
mekanik, yaitu : burung emprit takut dengan warna merah, maka kita bisa
menakut-nakutinya dengan warna tersebut. Biasanya burung emprit yang akan
mendekati sawah kita akan terbang pergi ketika melihat warna-warna tersebut.
Pestisida nabati dari jengkol dan dari buah serut.
Pengendalian tikus yang bisa dilakukan oleh masyarakat seperti
gropyokan, racun, jebakan, dan pengasapan. Alat-alat dan bahan untuk
pengendalian tikus juga banyak ditemukan di pasar. Pengendalian tikus yang
dilakukan oleh masyarakat bermacam-macam cara, baik dengan cara yang
disarankan seperti di atas, dengan cara tradisional, atau pun dengan cara-cara yang
muncul dari masyarakat sendiri yang kadang-kadang merupakan suatu cara yang
aneh dan tidak masuk akal. Usaha pengendalian tikus akan berhasil jika dilakukan
secara serentak/massal, berkelanjutan, dan ada peran serta masyarakat. Cara lain
yaitu dengan sanitasi habitat tikus, Fumigasi, dan menggunakan musuh alami
(Sudarmaji & Herawati, 2009). Menurut hasil wawancara Pak Teguh dan para
petani sebenarnya ingin mengendalikan hama tikus dengan musuh alami yaitu
burung hantu dengan membuat penangkaran disekitar sawah namu hal ini belum
terealisasikan karena kurangnya modal.
menggunakan koneksi beliau yang luas, untuk mencari harga tertinggi. Selain itu
beliau juga dengan koneksinya mencari bantuan dari beberapa pihak Bank untuk
memberikan pinjaman modal bagi petani dan karena koneksi beliau pula banyak
bantuan yang diperoleh oleh petani didaerah tersebut. Jiwa kewirausahaan Pak
Teguh juga terlihat dari cara beliau memanfaatkan peluang-peluang yang ada
yaitu memanfaatkan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan tempat parkir
yang aman bagi alat transportasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Thomas (2007) kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian
untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang
yang dihadapi orang setiap hari.
Selain itu beliau selaku humas di kolompok tani desa yang anggotanya
memiliki luas lahan sawah lebih dari 100 ha, dengan luas lahan tersebut maka
keberadaan kelompok tani sangat diperlukan untuk saling berbagi informasi
tentang cara budidaya dan harga pasar yang baik untuk hasil panen petani.
Kelompok tani yang diikuti oleh pak Teguh adalah Makaryo 1 yang merupakan
kelompok tani terbesar dan memiliki organisasi yang terorganisir dengan baik hal
ini terlihat dari adanya badan hukum yang dimiliki kelompok tani ini,
meningkatnya taraf hidup petani, buruh tani dan banyaknya bantuan pemerintah
membuktikan bahwa fungsi kelompok tani ini berjalan dengan baik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Robbin & Coulter (2007) “Entrepreneurship is the process
whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means
to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need
through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently
controlled”. Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau
kelompok individu menggunakan upaya terorganisir dan sarana untuk mencari
peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan
kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat
ini dikendalikan.
Jiwa wirausaha Pak Teguh muncul dikarenakan ide inovatif yang berpikir
kreatif dengan memikirkan peluang-peluang yang ada dan meningkatkannya
sehingga dapat menjadi sumber usaha bagi beliau sehingga beliau dapat
dikategorikan sebagai Inovative Entrepreneur. Hal ini sesuai dengan pernyataan
24
Jamaluddin (2010) Jiwa wirausaha atau entrepreneur dapat muncul pada diri
seseorang dikarenakan oleh beberapa faktor :
4.1 Kesimpulan
Menurut analisis kelayakan tani yang sudah di hitung, maka dapat dikatakan
bahwa usaha tani yang dilakukan Teguh Junaidi sudah layak untuk dilakukan karena RC
ratio nya lebih besar dari 1. Selain itu Pak Teguh Junaidi juga masih mendapatkan
keuntungan dari usaha taninya tersebut. Menurut perhitungan BEP unit Pak Suryono akan
memperoleh titik impas jika berhasil menjual produknya sebanyak 1339,38 Kg,
mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 9.269.230,76 dan menjual produknya seharga Rp.
2.892. Jika Teguh Junaidi dapat menjual produknya dengan harga yang sama tiap
tahunnya maka Pak Suryono akan tetap mendapatkan keuntungan, dan tidak mengalami
kerugian. Adanya lemba-lembaga seperti KUD dan Kelompok tani juga sangat membantu
para petani untuk mendapatkan pinjaman dana dan alat- alat pertanian, selain itu dengan
adanya lembaga pertanian, para petani dapat salin bertukar pengalaman dalam bertani
seperti cara membudidayakan tanaman padi yang baik, pemeliharaan tanaman budidaya,
dan informasi seputar pertanian lainnya.
4.2 Saran
Praktikum selama ini sudah berjalan dengan baik, asisten praktikum sudah
menyampaikan materi dengan baik dan jelas. Fieldtrip juga sudah berjalan dengan baik
tanpa ada halangan. Format laporan juga sudah jelas sehingga pengerjaan laporan tidak
ada halangan.
26
Daftar Pustaka
Adiwlaga Anwas. 2012. Ilmu Usatanai. Bandung : Bumi Aksara.
Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Bebrapa Padi Ladang ( Oryza sativa L ). Skripsi
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Nasution, K. 2014. Analisis Break Even Point Usahatani Jagung. Jurnal Wahana
Inovasi. 3(2) : 478-482
Purwono dan Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Penebar Swadaya:Jakarta
LAMPIRAN