Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Penelitian

Perspektif dan Pengembangan


kelembagaan Pertanian
ekonomi petani .... (Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana danDOI: http://dx.doi.org/10.21082/jp3.v41n1.2022.p1-11
Saptana) 1
Vol. 41 No. 1 Juni 2022: 1-11

PERSPEKTIF KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI DALAM MENDUKUNG


PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PERDESAAN

Role of Farmers’ Economic Institution in Supporting Rural


Economics Development
1
Cut R. Adawiyah, 2S. Rusdiana dan 1Saptana
1
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Jalan Tentara Pelajar No. 3B Cimanggu Bogor 16111. Indonesia
Telp. 0251-8333964, Fax. 0251-8314496
2
Balai Penelitian Ternak
Jalan Banjarwaru, Kotak Pos 221. Ciawi-Bogor 16002, Indonesia
Telp. 0251-8240751, Fax. 0251-8240754
E-mail: cnoni89@gmail.com; pse@litbang.pertanian.go.id

Diterima: 29 April 2020; Revisi: 31 Oktober 2021; Disetujui: 21 Februari 2022

ABSTRAK of transforming farmer institutions towards reliable farmer


economic institutions, agricultural businesses can be managed
Kelembagaan ekonomi petani mempunyai peranan yang sangat efficiently with professional human resources and support for
conducive government policies, which are expected to produce
penting dalam pengembangan agribisnis, baik sebagai sistem
maupun usaha. Peningkatan daya saing produk pertanian di tengah agricultural and livestock products that are capable of producing
persaingan pasar global dapat diwujudkan melalui strategi high quality agricultural products. create added value and strong
competitiveness, both in domestic and global markets. Develop
tranformasi kelembagaan petani ke arah kelembagaan ekonomi
petani yang andal, usaha pertanian dapat dikelola secara efisien plans for the future so that the farmers’ economy can improve, as
dengan SDM profesional dan dukungan kebijakan pemerintah yang well as look for leverage points that can encourage or trigger
kondusif, diharapkan dapat menghasilkan produk pertanian dan farmers’ welfare. Increased absorption of labor in rural areas
encourages other businesses related to agribusiness and the
peternakan yang mampu menciptakan nilai tambah dan daya saing
yang kuat, baik di pasar domestik maupun global. Menyusun rencana provision of infrastructure to support economic progress in the
untuk ke depan agar perekonomian petani meningkat, sekaligus community. Institutional support for farmer groups that have been
developed is more oriented to agricultural businesses, to produce
mencari titik ungkit yang dapat mendorong atau memicu
kesejahteraan petani. Peningkatan serapan tenaga kerja di products and strengthen community economic networks based on
perdesaan mendorong usaha-usaha lain yang berkaitan dengan local resources. The agricultural sector during the Covid-19
pandemic can actually be used as a strategy for recovery and at
agribisnis dan penyediaan prasarana sebagai pendukung kemajuan
perekonomian di masyarakat. Dukungan kelembagaan kelompok the same time provides the basis for the development of the real
petani yang dikembangkan lebih berorientasi pada usaha pertanian, sector of economic progress. Strengthening the economy of farmers
can be pursued through support for strengthening farmer
untuk menghasilkan produk dan memperkuat jaringan ekonomi
kerakyatan berbasis sumber daya lokal. Sektor pertanian pada masa institutions, guidance, counseling, capital assistance, agricultural
pandemi Covid-19 sesungguhnya dapat dijadikan salah satu facilities and facilities, availability and access to input and output
markets, as well as policy support and facilitation of central and
strategi untuk pemulihan dan sekaligus memberikan landasaan
perkembangan sektor riil kemajuan perekonomian. Penguatan regional governments.
ekonomi petani dapat diupayakan melalui dukungan penguatan Keywords: Agricultural institutions, perspective, rural, farmer’s
kelembagaan petani, bimbingan, penyuluhan, bantuan permodalan, economy
sarana dan sarana pertanian, ketersediaan dan akses ke pasar input
dan output, serta dukungan kebijakan dan fasilitasi pemerintah
pusat dan daerah. PENDAHULUAN
Kata Kunci: Kelembagaan pertanian, perspektif, perdesaan,
ekonomi petani
P enguatan peran kelembagaan petani dalam
peningkatan kapabilitas petani untuk mengelola
inovasi berbasis teknologi informasi pada dasarnya
ABSTRACT diperlukan untuk menghadapi daya saing produk hasil
pertanian maupun peternakan. Salah satu upaya yang
Farmers’ economic institutions have a very important role in the dapat dilakukan untuk pengembangan jaringan kerja
development of agribusiness, both as a system and as a business. (network) bagi perkembangan perekonomian di tingkat
Increasing the competitiveness of agricultural products in the midst petani adalah melalui strategi pendekatan kelembagaan.
of global market competition can be realized through a strategy Penguatan ekonomi petani dapat diupayakan melalui
2 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 41 No. 1 Juni 2022: 1-11

dukungan penguatan kelembagaan petani, bimbingan dan dikelola secara efisien dengan SDM profesional pada
penyuluhan, bantuan permodalan, sarana dan sarana skala dan kapasitas usaha yang ekonomis. Penguasaan
pertanian, ketersediaan dan akses ke pasar input dan inovasi atau teknologi maju tercakup teknologi informasi,
output, serta dukungan kebijakan, dan fasilitasi kelembagaan ekonomi petani yang andal, SDM
pemerintah pusat dan daerah. Anantanyu (2011) profesional, dan dukungan kebijakan pemerintah yang
mengemukakan, pengembangan kapasitas kelembagaan kondusif diharapkan mampu menghasilkan produk
petani dan perdesaan merupakan proses perubahan sosial pertanian dan peternakan yang mampu menciptakan nilai
berencana, sebagai sarana pendorong proses tambah dan daya saing di pasar domestik maupun global.
transformasi pertanian dan inovasi baru untuk Proses transformasi pertanian memerlukan proses
mendukung kemandirian petani. Peran kelembagaan transformasi kelembagaan petani dari kelembagaan petani
ekonomi petani dapat berperan sebagai program yang yang bersifat tradisional ke arah kelembagaan ekonomi
merupakan perencanaan dan penetapan target sasaran modern (Saptana et al. 2004; Saptana et al. 2020).
yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Pengembangan kapasitas kelembagaan petani merupakan
Kelembagaan ekonomi petani berperan penting dalam suatu perspektif tentang perubahan sosial di masyarakat.
pengembangan agribisnis, baik sebagai sistem maupun Perubahan tersebut dapat direncanakan, menyangkut
usaha. Kelembagaan ekonomi petani adalah organisasi pada inovasi, dan perubahan kualitatif dalam norma-
petani yang mengelola usaha pertanian berdasarkan norma sosial. Untuk mempertahankan perubahan perlu
prinsip keunggalan komparatif dan kompetitif untuk adanya pola hubungan kelompok dan persepsi baru
mampu menghasilkan ragam produk pertanian dan mengenai tujuan dan cara yang dimengerti oleh
peternakan sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan masyarakat. Menurut Saptana et al. (2003), dukungan
prefrensi konsumen. Penguatan kelembagaan pertanian kelembagaan tampaknya belum optimal, dan secara umum
sebagai penunjang keberhasilan pengembangan kinerja ekonomi petani di perdesaan masih rendah. Salah
agribisnis diperlukan dengan alasan: (1) Proses pertanian satu penyebab rendahnya kinerja pertanian adalah
memerlukan sumber daya lahan, air, sarana pertanian, dan dukungan kelembagaan tidak mendukung kemajuan
SDM petani sebagai pengelola yang didukung oleh petani. Dukungan kelembagaan sangat diperlukan agar
infrastruktur, peralatan dan kredit, (2) Penguatan kesejahteraan petani meningkat. Kelembagaan
kelembagaan dan pemberdayaan petani lebih rumit diharapkan dapat memberi peluang bagi kelompok petani
daripada manajemen sumber daya alam karena dan petani yang telah merintis kegiatan usahanya.
memerlukan tenaga penyuluh dan pendamping bimbingan Kelembagaan ekonomi petani berbasis komoditas
teknis dan manajemen, kepemimpinan (leadership) dan pertanian dan peternakan unggulan diharapkan berjalan
ketokohan masyarakat (local champion), peningkatan dengan baik dan berpotensi mengembangkan ekonomi
keterampilan teknis, peningkatan kapabilitas manajerial, wilayah.
dan motivasi baik secara internal maupun eksternal, (3) Menurut (Hasan dan Syahdar 2014), dukungan
Kegiatan pertanian mencakup rangkaian kegiatan kelembagaan terhadap petani di setiap wilayah perdesaan
penyiapan input, mengubah input menjadi output dengan menjadi suatu keharusan, yang penguatannya difokuskan
tenaga kerja dan manajemen dan menempatkan output sebagai penggerak anggota. Saptana et al. (2003)
menjadi produk yang lebih berharga, (4) Kegiatan mengungkapkan transformasi dan penguatan
pertanian memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan kelembagaan dapat dilakukan pada struktur organisasi,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik berupa peran atau fungsi yang harus dijalankan, sistem
regulasi maupun fasilitasi, dan (5) Kompleksitas pertanian koordinasi internal maupun eksternal, serta peningkatan
sebagai unit usaha maupun kelembagaan sulit mencapai unit-unit atau kegiatan usaha yang dijalankan.
optimal. Kelembagaan petani ke depan harus dapat berperan
Sektor pertanian pada masa pandemi Covid-19 dapat sebagai modal sosial bagi komunitas atau masyarakat
dijadikan salah satu strategi untuk pemulihan dan pertanian di perdesaan. Hal ini sejalan dengan pendapat
sekaligus memberikan landasaan perkembangan sektor riil Syahyuti (2012), yang mengatakan pengembangan
kemajuan perekonomian. Menurut Syahyuti (2014), kelembagaan perlu dirancang sebagai upaya peningkatan
kelembagaan telah menjadi komponen pokok bagi kapasitas masyarakat agar mandiri. Kelembagaan sebagai
pembangunan pertanian dan diposisikan sebagai alat modal sosial komunitas atau masyarakat dapat membantu
untuk diimplementasikan kepada petani. Transformasi meningkatkan produksi dan nilai jual produk pertanian
kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani dan peternakan dengan meningkatkan skala ekonomi,
harus dilakukan secara komprehensif sehingga efisiensi usaha dan posisi tawar petani yang sesuai
perubahan ke arah peningkatan produktivitas, efisiensi dengan produk yang dihasilkan (Listyati et al. 2016). Hal
usaha, dan daya saing produk dapat terwujud (Saptana ini dapat dilakukan melalui peningkatan dukungan sarana
2020). Peningkatan daya saing produk pertanian di tengah dan prasarana pertanian, akses terhadap pasar, serta
persaingan pasar global dapat diwujudkan melalui strategi kebijakan jaminan pasar dan harga produk yang layak.
tranformasi kelembagaan petani ke arah kelembagaan Dukungan kebijakan diharapkan dapat meningkatkan
ekonomi petani yang andal, usaha pertanian dapat insentif ekonomi bagi petani untuk berproduksi dan
Perspektif kelembagaan ekonomi petani .... (Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana dan Saptana) 3

mengembangkan usaha. Berdasarakan permasalahan kapasitas kelembagaan petani diarahkan untuk


tersebut perlu adanya upaya kuat untuk mendukung meningkatkan kelembagaannya menjadi kelembagaan
kemajuan ekonomi petani dalam meningkatkan ekonomi dengan tujuan meningkatkan skala ekonomi dan
perekonomian perdesaan. Pengembangan kelembagaan efisiensi usaha, dan posisi tawar petani. Pengembangan
dapat dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas ini dilakukan dengan memberi peluang bagi
kapasitas masyarakat petani melalui konsolidasi kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani
managemen usaha tani dari upaya individu menjadi usaha (gapoktan) yang telah mulai melakukan kegiatan usaha
kelompok guna meningatkan daya saing petani dalam produktif sehingga kelembagaan petani tersebut dapat
menghasilkan produk secara berkelompok. berfungsi sebagai unit penyedia sarana produksi, unit
Naskah ini adalah review “perpektif kelembagaan usaha pengolahan, unit usaha pemasaran, dan unit usaha
ekonomi petani dalam mendukung perkembangan keuangan mikro (simpan pinjam).
perekonomian perdesaan” dari berbagai sumber, baik Transformasi poktan/gapoktan yang awalnya hanya
jurnal ilmiah, prosiding ilmiah, dan hasil-hasil penelitian merupakan kelembagaan petani menjadi kelembagaan
terkait. Narasi diawali dengan penjelasan konsep dan ekonomi petani dalam bentuk kelompok usaha bersama
peran kelembagaan, kemudian dilanjutkan dengan strategi (KUB). Kelembagaan petani poktan/gapoktan yang
kelembagaan ekonomi dalam mendukung perkembangan awalnya hanya mempunyai struktur organisasi
perekonomian perdesaan, yaitu: (1) mendeskripsikan sederhana, sebagai kelas belajar dan wadah kerja sama,
konsepsi dan peran kelembagaan ekonomi pertanian; (2) unit produksi, usaha tani subsisten, berskala rumah
membahas pembentukan dan penguatan kelembagaan tangga, teknologi tradisional, dan bersifat on farm (hulu)
ekonomi pertanian yang mendukung perekonomian diharapkan bertransformasi menjadi struktur organisasi
perdesaan; (3) merancang strategi pengembangan yang kompleks, memiliki jejaring usaha, mitra bisnis,
kelembagaan ekonomi petani dan mendukung peranan usaha tani agribisnis, skala ekonomi berbasis kawasan,
kelembagaan ekonomi dalam peningkatan perekonomian menggunakan teknologi mekanik (mesin) dan teknologi
petani. informasi, bersifat on farm dan off farm (hulu-hilir). Sektor
pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh kelompok
petani berguna untuk meningkatkan skala ekonomi yang
KONSEPSI DAN PERAN menguntungkan dan secara ekonomi efisien. Lembaga
KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI keungan mikro agribisnis (LKMA) adalah lembaga
keuangan mikro yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh
Pemahaman terhadap konsep lembaga atau kelembagaan petani atau masyarakat tani di perdesaan yang
(institusion) sejauh ini lebih terpaku pada organisasi, baik melaksanakan fungsi pelayanaan kredit atau pembiayaan
formal maupun nonformal. Kelembagaan merupakan dan simpanan di lingkungan petani dan pelaku usaha
keseluruhan pola-pola ideal, organisasi, dan aktivitas agribisnis.
yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar. Badan usaha milik petani (BUMP) adalah
Kelembagaan pertanian dan peternakan yang dibentuk kelembagaan usaha berbadan hukum yang menyinergikan
selalu bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan kegiatan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat tani
petani sehingga mempunyai fungsi. Kelembagaan yang dijalankan secara koprorasi berorientasi keuntungan
merupakan konsep yang berpadu dengan struktur, artinya untuk mendorong kemandirian petani (Bahua 2015).
tidak hanya melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi Kelembagaan ekonomi petani (KEP) sebagai lembaga
sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga yang melaksanakan kegiatan usaha tani yang dibentuk
pola organisasi untuk melaksanakannya. Menurut oleh, dari, dan untuk petani guna meningkatkan
Saptana et al. (2003), terdapat tiga tahap perubahan produktivitas dan efisiensi usaha tani, baik yang
kelembagaan, yang di dalamnya berbeda dari sisi bentuk berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum
kelembagaan, keterlibatan warga, dan pendekatan politik (Kementan 2017). Pemerintah Pusat dan Daerah, sesuai
atas desa terhadapnya. dengan kewenangannya, berkewajiban mendorong dan
Ketiga tahap tersebut beserta karakteristiknya adalah memfasilitasi terbentuknya kelembagaan petani dan
sebagai berikut: (1) Kelembagaan pada tahap masyarakat kelembagaan ekonomi petani. Membangun kemitraan
komunal; (2) Kelembagaan pada tahap penghancuran usaha dengan pengusaha atau kelembagaan ekonomi
masyarakat komunal; dan (3) Kelembagaan pada tahap lainnya membutuhkan dukungan legal formal untuk
komunalitas baru. Kelembagaan petani dalam memperkuat pengembangan usaha. Meningkatkan
melaksanakan perannya memerlukan pengorganisasian kapasitas dan kapabilitas kelembagaan, sumber daya,
dengan keterampilan khusus untuk memberikan dan jaringan iptek dalam bidang-bidang prioritas
dorongan dan bantuan secara sistematis. Secara ideal, spesifik usaha. Agar terjadi peningkatan relevansi
pengembangan kapasitas kelembagaan petani dilakukan dan produktivitas serta pendayagunaan iptek dalam
melalui pendekatan self-help (membantu diri sendiri). sektor produksi untuk menumbuhkan perekonomian
Pendekatan berorientasi proses membantu masyarakat nasional dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
dalam belajar mengatasi masalah sendiri. Pengembangan petani.
4 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 41 No. 1 Juni 2022: 1-11

Kelembagaan ekonomi petani harus bersifat mempunyai posisi tawar dan aksesibilitas yang rendah
universal, sehingga dapat diterima oleh semua terhadap sumber informasi, teknologi tercakup teknologi
kementerian dan lembaga sehingga pengembangan informasi, pembiayaan maupun pasar. Kelembagaan
Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) merupakan Ekonomi Petani (KEP) yang termasuk di dalamnya
kelembagaan bagi petani tanpa terikat pada salah satu Kelompok Usaha Bersama Koperasi dan Perseroan
kementerian atau lembaga, mampu bersinergi dengan Terbatas (PT) merupakan salah satu terobosan
seluruh institusi yang melaksanakan pembangunan pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang
pertanian, dan mendapatkan dukungan dari pemerintah. dikelola petani sendiri secara profesional di sektor
Dukungan dan pemberdayaan petani tentu harus pertanian. Model ini diharapkan dapat diperoleh alternatif
mengarah pada usaha yang dapat meningkatkan nilai pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang
tambah bagi petani itu sendiri. Dukungan Pemerintah dikelola petani secara profesional.
Pusat dan Daerah sangat dibutuhkan melalui pemberian Kemampuan yang harus dimiliki lembaga berkaitan
modal usaha, bibit, sarana dan prasarana, harga pasar dengan pemberdayaan petani di perdesaan antara lain: (1)
terjamin agar petani dapat meningkatan usahanya. Petani menciptakan iklim usaha kondusif agar para petani mampu
dapat mengembangkan kemampuan usahanya dan membentuk dan menumbuhkan kelompoknya secara
menerima teknologi tepat guna spesifik lokal, sehingga partisipatif (dari, oleh, dan untuk petani) (Jafri et al. 2015);
produksi yang dihasilkan, baik dari tanaman pangan padi, (2) menumbuhkan kreativitas dan prakarsa para petani tani
jagung, dan lainnya maupun dari peternakan berupa untuk memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi,
produk susu sapi perah, kerbau, sapi potong, kambing, akses permodalan, dan akses pasar yang tersedia; (3)
dan domba (Rusdiana et al. 2019; Rusdiana and Praharani membantu memperlancar proses mengidentifikasi
2020; Rusdiana et al. 2021). Dukungan dan bimbingan kebutuhan dan masalah yang dihadapi serta menyusun
penyuluh diarahkan agar petani dapat mempelajari dan rencana dan memecahkan masalah usaha tani; (4)
mencoba teknologi baru yang dikemas dalam teknologi meningkatkan kemampuan menganalisis potensi pasar
informasi, sesuai dengan kondisi lingkungan (Demitria et dan peluang usaha serta menganalisis potensi wilayah
al. 2006). dan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan
komoditas unggulan agar memberikan keuntungan yang
lebih besar; (5) meningkatkan keterampilan teknis maupun
PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN kapabilitas manejerial untuk dapat mengelola usaha tani
secara komersial, berdaya saing, dan berkelanjutan; (6)
EKONOMI PETANI
meningkatkan kemampuan menganalisis potensi usaha
Pembentukan kelembagaan ekonomi petani merupakan masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha
langkah awal pemberdayaan masyarakat, yang yang didasarkan atas dinamika permintaan pasar dan
diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi masyarakat preferensi konsumen sehingga dapat menjamin kuantitas,
pertanian di perdesaan. Kelembagaan Ekonomi Petani kualitas, dan kontinuitas; (7) mengembangkan
(KEP) umumnya tumbuh dan berasal dari bantuan kemampuan untuk menciptakan teknologi maju tercakup
program pemerintah seperti Program Pengembangan teknologi informasi yang bersifat spesifik lokal berbasis
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Lembaga iptek; (8) mendorong dan mengadvokasi agar para petani
Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) atau bentuk lainnya mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpan-pinjam
(Wibowo 2017). Kelembagaan Ekonomi Petani adalah guna memfasilitasi pengembangan modal usaha dan
lembaga yang melaksanakan kegiatan usaha tani yang pembiayaan petani anggotanya.
dibentuk oleh dari dan untuk petani guna meningkatkan Keswadayaan artinya mengembangkan kemampuan
produktivitas dan efisiensi usaha tani, baik yang sudah penggalian potensi diri sendiri, para anggota dalam
maupun yang belum berbadan hukum. Keberadaan KEP penyediaan dana dan sarana serta pendayagunaan
diarahkan untuk membentuk koperasi (Koperasi Tani, sumber daya guna terwujudnya kemandirian kelompok
Koperasi Agribisnis) atau badan usaha lainnya sesuai tani/KEP. Partisipasi petani dalam kelembagaan ekonomi
dengan kebutuhan, kultur petani, potensi wilayah, dan petani dimaknai sebagai pilihan anggota komunitas secara
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang- aktif. Upaya peningkatan partisipasi petani dalam
undangan yang berlaku. Undang-undang Nomor 19 kelembagaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan perkembangan kelembagaan ekonomi, meliputi: (1)
Petani, dinyatakan Pemerintah Pusat dan Daerah sesuai penumbuhan pemahaman terhadap masalah secara
dengan kewenangannya berkewajiban mendorong dan spesifik, penyediaan sarana sosial, menumbuhkan
memfasilitasi pembentukan kelembagaan petani dan KEP. kepemimpinan lokal, menumbuhkan kerja sama,
Menurut Wibowo (2017), pengembangan KEP saat ini membangun wawasan tentang kehidupan bersama,
masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara menciptakan komitmen kebersamaan, dan meningkatkan
lain manajemen organisasi dan usaha yang masih lemah, kemampuan berusahatani; (2) meningkatkan kemampuan
belum berorientasi usaha produktif, dan masih banyak manajemen sumber daya, kemampuan pengambilan
yang belum memiliki kekuatan hukum sehingga keputusan bersama, pengembangan kepemimpinan, dan
Perspektif kelembagaan ekonomi petani .... (Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana dan Saptana) 5

penyediaan sarana dan prasarana kelembagaan; (3) telah menunjukkan keberhasilan usaha dapat melengkapi
memantapkan visi kelembagaan, meningkatkan kegiatan melalui pengembangan pelayanan informasi
kemampuan kewirausahaan, dan membangun jaringan agribisnis. Hal ini dapat menguntungkan melalui
dan kerja sama antarkelembagaan (Kementan 2014 dan pengembangan jejaring dan kemitraan.
2019). Selain itu dapat pula dikembangkan program
pemagangan dan pelatihan bagi kelompok petani yang
akan membentuk kelembagaan ekonomi petani. Setiap
PENGUATAN KELEMBAGAAN PETANI kelembagaan petani, baik poktan maupun gapoktan,
memiliki peluang membentuk kelembagaan ekonomi,
Penguatan kelembagaan petani mencakup penguatan namun harus berdasarkan kebutuhan petani.
manajemen pengurus, permodalan, partisipasi anggota, Pengembangan usaha memerlukan dukungan aspek legal
dan jiwa kewirausahaan (Perwita dan Saptana 2019). formal agar memiliki posisi tawar yang sama dengan
Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk kelembagaan ekonomi lainnya. Berbagai upaya telah
pertanian dan peternakan melalui strategi penguatan dilakukan untuk pengembangan kelembagaan petani di
kelembagaan petani membutuhkan manajemen pengurus setiap wilayah di Indonesia, kususnya pada kelompok
yang profesional agar mampu mengonsolidasikan dan petani. Namun belum banyak meningkatkan ekonomi
mengoordinasikan anggotanya dengan baik. Penguatan petani karena sampai saat ini cara usaha hampir semua
permodalan diperlukan untuk pengembangan usaha. petani masih sendiri-sendiri. Menurut Syahyuti (2007),
Partisipasi anggota yang tinggi dapat menjaga sebagian besar petani tidak berorganisasi secara formal,
keberhasilan dan kesinambungan usaha. Sementara itu, atau hanya dengan organisasi yang belum kuat.
adanya pelaku rantai pasok yang memiliki jiwa Kelompok sosial petani umumnya dibentuk melalui
kepemimpinan, kewirausahaan tinggi, profesionalisme organsisasi yang dimulai dari hubungan usaha
dan integritas tinggi dapat membangun jaringan kerja antarpetani yang tinggal berdekatan dalam satu kawasan
serta mengakses pasar input dan output dengan baik. atau desa, kemudian mempunyai harapan bersama untuk
Kelembagaan merupakan penguat untuk peningkatan menjangkau wilayah usaha yang lebih luas.
likuiditas modal sehingga pengembangan kelembagaan Wilayah usaha pertanian atau peternakan kelompok
ekonomi petani dapat dibarengi dengan penguatan petani tidak hanya akan semakin terbuka dalam satu
permodalan melalui upaya peningkatan modal dari wilayah tertentu. Namun akan lebih terbuka jejaring
kelembagaan keuangan maupun dengan pemupukan usahanya secara nasional maupun internasional.
modal yang berasal dari internal. Usaha yang telah Menurut (Abdullah 2008), organisasi kelompok terjadi
dijalankan oleh kelompok petani perlu dievaluasi dengan kemajuan dan pertumbuhan apabila penguatan kelompok
melakukan analisis harga dan pendapatan konsumen. yang perlu disiapkan sebelum dimulai perubahan untuk
Menurut Pangerang (2016), pengembangan kelembagaan meningkatkan skala usaha. Untuk meningkatkan produksi
petani ada tiga hal, diantaranya: (a) meningkatkan dan jangkauan pemasaran maka kinerja kelompok petani
pengetahuan, keterampilan, dan sikap petugas teknis/ harus lebih kuat. Kemungkinan dengan cara ini
penyuluh dalam menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan yang terbentuk menjadi salah satu bentuk
kelembagaan ekonomi petani; (b) mempercepat tumbuh yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi petani.
dan berkembangnya kelembagaan ekonomi petani Kelembagaan telah dijadikan alat yang penting untuk
berbasis komoditas unggulan daerah, diutamakan poktan/ menjalankan program bagi kemajuan usaha petani.
gapoktan/kelembagaan ekonomi petani yang berpotensi Setidaknya telah tumbuh pemahaman di kalangan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi pemerintah bahwa kelembagaan merupakan komponen
tujuh komoditas prioritas; dan (c) mengembangkan penting di masyarakat petani. Badan Litbang Pertanian
metode pengawalan dan pendampingan penyuluh berperan penting dan strtegis dalam menghasilkan
pertanian dalam penumbuhan dan pengembangan KEP. inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dalam
Sebagai infomasi, korporasi petani merupakan upaya upaya mempercepat pembagunan di Indonesia (Haryono
untuk menyelesaikan permasalahan pertanian di 2012).
Indonesia, terutama usaha pertanian, contohnya usaha Pengembangan kelembagaan bertujuan untuk
tani padi. Petani rata-rata hanya memiliki lahan yang membangun dan menumbuhkan usaha pertaian maupun
sempit, sekitar 0,25 ha (Sulaiman 2018). Dari segi ekonomi, peternakan yang dikelola petani kecil di perdesaan.
hal tersebut tentu tidak visible diusahakan secara Perekonomian akan meningkat apabila SDM dan sumber
individual. Model kelembagaan melalui kerja sama usaha daya alam terkelola dengan baik, dengan sendirinya
dalam upaya peningkatan nilai ekonomi bagi petani ekonomi di masyarakat akan meningkat. Mencermati
maupun usaha lainnya. Melalui usaha yang berorienatsi pelaksanaan pembangunan pertanian hampir setiap
agribisnis diperlukan suatu hamparan lahan, guna program mengintroduksikan satu kelembagaan baru ke
meningkatkan usaha. Namun lahan untuk usaha pertanian perdesaan. Namun terdapat kecenderungan penggunaan
tentu dapat menjamin kepemilikan lahan, baik milik petani dan pengembangan kelembagaan banyak yang tidak tepat
maupun negara. Bagi kelembagaan ekonomi petani yang dan bahkan keliru.
6 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 41 No. 1 Juni 2022: 1-11

Masalah yang pernah ditemukan, kelembagaan kelembagaan dibentuk untuk tujuan distribusi bantuan
dibangun hanya untuk memperkuat ikatan horizontal, dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana program,
bukan ikatan vertikal seutuhnya. Kelembagaan anggota bukan untuk meningkatkan sosial capital masyarakat
atau kelompok petani peternak dapat dibentuk dengan secara nyata (Amam dan Soetriono 2019).
satu usaha yang sama. Hal ini dilandasi oleh asumsi daya Upaya pemberdayaan petani dan usaha kecil di
tawar sekelompok petani akan meningkat bila produksi perdesaan melalui berbagai program dan proyek sudah
pertanian dan peternakan cukup banyak dan berkualitas banyak dilakukan pemerintah. Program tersebut
baik. Kelembagaan yang dibentuk untuk tujuan distribusi menggunakan pendekatan kelompok. Salah satu
dan bantuan modal serta bibit dapat memudahkan dalam kelemahan yang mendasar adalah lemahnya kemampuan
pengontrolan. Pelaksana program yang telah dibentuk kelembagaan kelompok yang dibentuk. Melalui proses
dengan kesepakatan bersama secara social capital akan sosial yang matang dan perhatian yang cukup secara
meningkat. Pembentukan kelembagaan dapat dilakukan struktur atau konfigurasi jaringan kelembagaan lokal akan
dengan ide dan kehendak kebersamaan kelompok petani meningkatkan peran kelompok di bidang ekonomi
atau peternak. Bentuk dan tujuan serta strukturnya dapat yang menjamin kesejahteraan petani. Pengembangan
ditetapkan oleh pelaksana program. Fenomena ini selalu kelembagaan untuk mendistribusikan bantuan dan
terjadi karena banyak ditemukan koperasi di perdesaan memudahkan kontrol lebih memudahkan tugas bila
sering bubar karena tidak aktifnya anggota dan dukungan kelembagaan dibangun berdasarkan struktur administrasi
kelembagaan seperti modal usaha yang kurang pemerintahan. Menurut Soim (2018), melalui korporasi
mendukung. Kelembagaan dapat menyalurkan bantuan petani, sektor pertanian dapat dikembangkan secara fokus
sarana produksi kepada petani Program Insus dan Supra lokasi, komoditas, dan utuh dari hulu-hilir. Melalui
Insus di zamannya. Setiap program atau proyek membuat korporasi dampaknya akan meningkatkan pendapatan
satu kelembagaan baru dengan nama yang khas petani dan mendorong perekonomian perdesaan.
(Syahyuti 2010). Pemberdayaan berarti mempersiapkan petani untuk
Struktur keorganisasian yang dibangun relatif memperkuat diri dalam berbagai hal, mulai dari soal
seragam, yang bias kepada bentuk kelembagaan usaha kelembagaan, kepemimpinan, ekonomi, dan politik
tani padi sawah irigasi teknis di Pantura Jawa. Jarang menggunakan basis kebudayaan setempat (Pujiharto 2013).
sekali program dari dinas tertentu menggunakan Kelembagaan petani, baik Poktan maupun Gapoktan
kelompok tani yang sudah ada. Meskipun kelembagaan dan kelembagaan ekonomi petani secara keseluruhan
sudah dibentuk, namun pembinaan yang dijalankan dapat dibangun bersama. Pengembangan jejaring dan
cenderung individual, sehingga tidak akan berjalan lancar. kemitraan usaha yang saling menguntungkan memiliki
Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan potensi besar untuk dapat dikonsolidasikan dan
kelompok tani diperlukan dalam upaya peningkatan daya dikembangkan dengan prioritas korporasi petani berbasis
saing petani dalam pengembangan usahanya. Kapasitas kawasan tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.
dan partisipasi petani dalam kelembagaan akan Sebagai ilustrasi, kelompok tani dan peternak pada tahun
mendorong kapasitas kelembagaan menjadi lebih efektif 2018 baru 369.958 unit dengan jumlah petani anggota
dan efisian dalam menggunakan biaya usaha mencapai 11.838,656 orang (44,84% dari jumlah KK rumah
(Kusumawardani 2013). Upaya petani semakin diperlukan tangga petani dengan rata-rata jumlah anggota 32 orang
dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan (Ditjen PKH 2018). Sementara itu jumlah Gabungan
bebas. Kapasitas petani dapat meningkat sejalan dengan Kelompok Tani dan peternak 53.234 unit dan kelembagaan
partisipasi kelompok petani dan dukungan lembaga ekonomi petani dan peternak (Koperasi Tani, BUMP)
pemerintah dan swasta dalam kelembagaan. 17.140 unit dan jika ditambah kelembagaan BUMDES maka
Pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jumlah kelembagaan ekonomi yang ada di perdesaan
jalur struktural dan lemah dalam pengembangan kultur. sangat besar (Ekstensia Edisi II Tahun, 2015 Bidang
Struktur organisasi dibangun lebih dahulu, kemudian Pemberdayaan Kelembagaan dalam (Debby 2016).
berharap agar perilaku orang-orang didalamnya bisa Sebenarnya Indonesia sudah menuju swasembada
mengikuti. Pada proyek yang berdurasi satu tahun, hal ini pangan, bahkan telah mampu mengekspor hasil pertanian,
memang merupakan jalan yang lebih masuk akal perikanan, perkebunan, dan peternakan (Ditjen PKH
karena tuntutan administrasi proyek. Pengembangan 2020). Prospek pengembangan usaha pertanian dan
kelembagaan yang sesungguhnya adalah apabila peternakan dapat dilihat dari sisi dimensi, yaitu potensi
perubahan terjadi pada kedua aspek sekaligus, yaitu sumber daya alam, tenaga kerja, lahan pertanian,
keorganisasian dan kelembagaan. Perubahan dengan perkebunan dan peternakan mendukung untuk di perbarui
pola struktural hanya pada aspek keorganisasian, dan dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan bagi
sementara perubahan dengan pola kultural untuk negara maupun peternak. Menurut Handianto et al.
perubahan yang terjadi pada aspek kelembagaan. (2015); Hasan (2016); Rahmawati (2020), sektor yang
Introduksi kelembagaan lebih banyak melalui budaya paling banyak menyerap tenaga kerja di setiap perdesaan
material dibanding nonmaterial, atau merupakan adalah pertanian, sehingga menjadi tolak ukur maju
perubahan yang materialistik. Sebagian besar mundurnya perkembangan perekonomian secara nasional.
Perspektif kelembagaan ekonomi petani .... (Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana dan Saptana) 7

Dalam dunia usaha, pertanian dan nonpertanian menjadi kapaistasnya adalah melalui kebijakan pemerintah.
operator pelaksana terpadu hulu hilir. Produk pertanian Kebijakan tersebut mencakup seluruh elemen sosio-teknis
nonproduk pertnaian yang dihasilkan sebagai komoditas yang terdapat pada setiap kelompok tani atau masyarakat.
merupakan pendukung dalam menyumbang kerja sama Konsekuensi lebih jauh adalah penerapan kebijakan
usaha, tenaga kerja, dan lainnya. Kerja sama yang pemberdayaan petani memerlukan strategi melalui
berkelanjutan dapat dicapai dalam memenangkan pendekatan mendalam kepada petani (Pangerang 2016).
persaingan usaha secara global, sehingga kesempatan Kebijakan mampu memfasilitasi aspirasi sosial-budaya
dalam kemenangan usaha maka para pedagang yang dan aspirasi teknis dan kelembagaan petani, serta lembaga
memasarkan produksi dapat mempertahankan kualitas pembangunan pertanian. Penerapan paradigma evolusi
dan kuantitas produk yang dihasilkan. dan revolusi hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan
Bentuk kelembagaan di perdesaan terdapat dua situasi sosio-teknis stakeholder pembangunan sektor
bagian, yaitu kelembagaan tradisional dan modern. pertanian.
Kedua kelembagaan mempunyai peranan yang sama Dengan demikian setiap upaya pemberdayaan
penting untuk menunjang kegiatan usaha pertanian. kelembagaan petani memiliki keterkaitan kuat dengan
Lembaga yang biasanya terdapat di perdesaan, yaitu kondisi tekno-sosial komunitas petani. Keberhasilan
kelompok petani/peternak atau gabungan. Kelompok program pemberdayaan merupakan resultante interaksi
petani mempunyai peranan yang penting bagi elemen-elemen pemberdayaan dengan strategi
anggotanya, seperti untuk memenuhi kebutuhan petani, pemberdayaan yang diterapkan. Upaya dan strategi
kegiatan budidaya, kebutuhan pupuk, bibit, peralatan, pemberdayaan petani merupakan sentra antara paradigma
penyediaan modal, hingga pemasaran. Dengan adanya baru (Suradisastra 2008; Saridewi dan Siregar 2010).
kelompok petani dapat membantu meningkatkan Paradigma evolusi dan paradigma revolusi saling mengisi
kesejahteraan para petani. Selain dari ahli sosiologi, (overlap) dalam proporsi yang sesuai dengan kondisi
kelembagaan juga dipelajari oleh ahli ekonomi kebutuhan kelembagaan petani. Kondisi ekonomi di
berdasarkan sudut pandang para petani (Nuryanti dan perdesaan yang sebenarnya masih lemah, dilihat dari porsi
Swastika 2011) dan (Syahyuti 2012). Secara ekonomi, usaha pertanan belum banyak mengarah pada usaha
kelembagaan dapat dilihat dari kerangka yang lebih luas, komersial, hanya sebatas usaha sampingan. Status petani
karena dalam proses perkembangan dan perubahan dalam usaha pertanian hanya sebagai buruh tani atau
ekonomi bisa terjadi karena adanya interaksi yang pengarap. Kepemilikan lahan pertanain di perdesaan
komplek dengan aspek alam, fisik, dan sosial, serta dimiliki oleh orang kota yang mempunyai modal besar.
tatanan sosial. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani bertujuan
Pengembangan eknomi petani dapat ditingkatkan untuk meningkatkan skala ekonomi, efisiensi usaha, dan
melalui koperasi maupun kelembagaan pertanian/ posisi tawar petani. Hal ini diarahkan melalui peningkatan
kelompok petani, yang merupakan suatu upaya kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani
pemberdayaan secara terencana. Dalam konsep cakupan dengan memberi peluang usaha bagi petani (Pangerang
kelembagaan petani meliputi kemajuan teknologi 2016).
(technical progress), perusahaan multinasional Setiap kelembagaan ekonomi petani harus disusun
(multinational enterprise), berkembangnya blok-blok dengan program yang terarah dan terencana secara
kekuasaan (power blocks), permainan berjumlah nol nasional. Pengembangan usaha melalui diversifikasi
(zero sum games), dan perencanaan indikatif (indicative produk akan membuahkan hasil dengan keuntungan
planning) (Debby 2016). Dengan pendekatan indikatif bersamaan. Jenis usaha atau produk yang dihasilkan
untuk meningkatkan perekonomian petani melalui dapat berjalan dengan baik, apabila waktu panen
ekonomi kebijakan dan ekonomi ekologi (indicative bersamaan, sehingga nilai ekonomi usaha petani akan
approach to policy economics and ecology) secara meningkat. Petani memerlukan dukungan kelembagaan
terarah. ekonomi agar mampu membuat rancangan pengembangan
diversifikasi usaha yang menguntungkan. Perencanaan
ketersedian dan pemasangan marketing plan diperlukan
KAPASITAS KELEMBAGAAN PETANI sebagai upaya untuk meningkatkan pemasaran produk
DAN SKALA EKONOMI pertanian. Berbagai strategi dan dukungan keuangan bagi
perkembangan ekonomi petani, hanya mampu mengelola
Kenyataannya, kapasitas kelembagaan petani dapat lahan pertanian dan usaha ternak secara tradisional.
dibangun bersama-sama dengan lembaga lainnya. Keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada
Kapasitas petani dalam mengelola usahanya sagat produksi yang dihasilkan. Kelembagaan ekonomi petani
terbatas, sehingga perlu penanganan yang baik dan yang telah menunjukkan keberhasilan dalam kegiatan
terarah. Dalam hal ini tentu diperlukan dukungan usaha tani dapat melengkapi kegiatan usahnaya melalui
kebijakan pemerintah dalam mengukur kemampuan petani pengembangan pelayanan informasi secara agribisnis
dari aspek orientasi usaha. Peran kelembagaan dalam yang lebih luas. Hal ini dapat memberikan dampak daya
penyusunan kebijakan pemberdayaan petani dan saing yang sangat menguntungkan bagi petani, melalui
8 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 41 No. 1 Juni 2022: 1-11

pengembangan jejaring dan kemitraan usaha bersama. dan peternakan melalui pembangunan korporasi petani
Ditjen PKH (2014) menjelaskan pembentukan berbasis kawasan agribisnis. Dengan demikian, sosok
kelembagaan petani diawali dengan musyawarah/rembug agribisnis yang ingin diwujudkan diarahkan pada sistem
untuk menyepakati pembentukan kelembagaan petani. dan usaha agribisnis yang holistik dan terpadu (Saptana
Pengembangan perekonomian petani kecil di perdesaan et al. 2019; Saptana et al. 2020). Model kelembagaan
dapat di tempuh melalui pengembangan kelembagaan ekonomi petani yang perlu dikembangkan adalah yang
lokal sebagai pendukung untuk meningkatkan usaha mampu mewadahi dan mengonsolidasikan petani dan
ternak maupun pertanian. Pengembangan peternakan dan peternak dalam wadah koperasi primer, Badan Usaha Milik
pertanian dengan mengacu kepada kebudayaan secara Petani, atau Koperasi Agribisnis sehingga memiki posisi
industrial yang dapat menghasilkan keuntungan yang tawar yang relatif seimbang dengan para pengusaha skala
sesuai dengan keinginan petani. besar agar dapat meningkatkan nilai tambah dan daya
Menurut Syahyuti (2015), pemberdayaan petani saing, pertumbuhan yang berkualitas (inclusive growth),
dengan pendekatan pengorganisasian formal kurang dan ramah lingkungan (Saptana dan Daryanto 2013;
berhasil karena negara menginginkan petani diorganisasi Saptana et al. 2020). Pada model kelembagaan ekonomi
secara formal. Sementara itu, kelembagaan pemerintah petani tersebut diprioritaskan pengembangan korporasi
lokal atau kelembagaan politik dalam sistem pengambilan petani berbasis kawasan pertanian dan peternakan.
keputusan harus dapat diarahkan pada kelembagaan Sebagai ilustrasi pilot project, pengembangan
politik di ingkat lokal. Dengan demikian petani diharapkan kelembagaan ekonomi petani untuk komoditas bawang
mendapat akses terhadap sistem pengambilan keputusan merah telah dilakukan di Kabupaten Malang, Jawa Timur,
di tingkat kabupaten/kota sebagai unit otonom yang lebih dan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dan berpeluang
tinggi. Pada gilirannya masyarakat lokal atau petani di direplikasi ke kawasan lainnya. Untuk peternakan belum
perdesaan mempunyai akses dan kontrol terhadap ada pilot project, namun prioritas pengembangan
pengelolaan sumber daya di wilayahnya. Pembangunan kelembagaan ekonomi petani dapat dilakukan di lokasi
pertanian selama ini pada hakikatnya sebagian adaptif kawasan unggas lokal yang merupakan sentra produksi
terhadap lingkungan. Contohnya adalah pengembangan dengan perkembangan industri kuliner yang tinggi. Dalam
tanaman padi menggunakan input produksi seperti bibit operasionalnya dapat berupa pengembangan rice estate,
unggul, pupuk, obat-obatan, dan penggunaan alsintan corn estate, soybean estate, shallot estate, chilli estate,
dalam kondisi lingkungan sawah yang sudah siap dan banana estate, orange estate, manggo estate, sugarcane
menyatu dengan budaya masyarakatnya. estate, tobacco estate, kawasan industri peternakan yang
Revolusi hijau sukses karena dilandasi oleh terintegrasi dengan industri hilir dan industri hulu.
penguasaan teknologi budi daya disertai dengan
penyiapan kelembagaan pendukungnya, sehingga dapat
berjalan cepat dan diadaptasi secara luas oleh masyarakat Sasaran Pengembangan
perdesaan. Dalam upaya pengembangan pertanian di
masa depan, selain penyediaan, diseminasi, pengembangan Sasaran utama pengembangan kelembagaan ekonomi
serta pemanfaatan teknologi budi daya usaha, dan petani dan peternak menurut Saptana dan Ashari (2007),
dukungan kelembagaan perlu pendalaman teknologi dari Pangerang (2018), dan Saptana (2020) adalah: (1) Petani,
aspek pascapanen, pengolahan, distribusi, dan kelompok petani, peternak, dan kelompok peternak; (2)
pemasaran (Ruhimat 2017; Hasan 2013). Pengembangan Pelaku usaha pertanian dan peternak berbasis kawasan
produktivitas pertanian dan agroindustri di perdesaan agribisnis; (3) Pelaku usaha jasa penunjang dan
melalui pembangunan pertanian industri perlu didorong subsistem penunjang agribisnis. Paling tidak terdapat tiga
untuk menumbuhkan usaha pertanian, sehingga bentuk kelembagaan ekonomi yang dapat dikembangkan,
kelembagaan perdesaan akan tumbuh dengan sendirinya. yaitu: (1) Model kelembagaan ekonomi petani dan
Pengembangan sentra produksi pertanian maupun sentra peternak dengan membentuk koperasi primer dan
peternakan di setiap perdesaan akan menjadikan desa sekunder yang terintegrasi secara vertikal melalui
sebagai sentra pertanian dan ternak. Dibutuhkan reformasi mekanisme pembagian bidang usaha dalam satu kesatuan
sebagai lembaga ekonomi baru dan mampu melindungi rantai pasok komoditas pertanian dan peternakan; (2)
serta dapat memfasilitasi usaha petani dalam situasi dan Model kelembagaan ekonomi petani berbasis Perseroan
kondisi sistem bisnis yang semakin kompetitif. Terbatas (PT), kelembagaan koperasi primer mendirikan
PT yang berperan sebagai “korporasi petani” untuk
menjembatani keterkaitan proses produk dan antarpelaku
STRATEGI PENGEMBANGAN dalam satu kesatuan rantai pasok komoditas pertanian
dan peternakan; dan (3) Model kelembagaan ekonomi
KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
petani berbasis koperasi dan PT secara simultan,
kombinasi kedua model yang dilakukan secara terintegrasi
Arah Pengembangan antara koperasi primer, sekunder dan PT untuk
menjembatani keterkaitan proses produk dan antarpelaku
Arah pengembangan kelembagaan ekonomi petani adalah
dalam satu kesatuan rantai pasok komoditas.
peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian
Perspektif kelembagaan ekonomi petani .... (Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana dan Saptana) 9

Dalam kebijakan industri nasional, pengembangan pada petani, sehingga memotivasi petani secara lebih aktif
industri hulu agro dan industri berbasis agro merupakan untuk meningkatkan partisipasi secara mandiri. Menurut
peluang besar bagi pelaku usaha untuk mengembangkan Irawan (2011) dan (Amam dan Soetriono 2020), secara
produk di masa mendatang. Hal yang sama dikemukakan kualitatif ditunjukkan oleh kemampuan petani dalam
Handianto et al. (2015); Rusdiana dan Adawiyah (2013), menyerap unsur-unsur normatif dan substansi dari suatu
dan Priyono et al. (2015) tentang perlunya mendorong program (termasuk intensifikasi kelembagaan kelompok
industri pertanian dalam mengembangkan produk untuk petani yang dikenal dengan sapta usaha (contoh Usaha
mewujudkan kedaulatan pangan melalui para pelaku Ternak Sapi Perah, sebagai anggota koperasi).
usaha dan meningkatkan nilai tambah petani serta jaminan Peningkatan kapasitas usaha ternak dapat dicapai
pasar, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan melalui beberapa dukungan dalam pengembangan
secara optimal. Peluang yang sedang berkembang bagi usaha dan dukungan tersebut dapat dilakukan oleh
para pelaku usaha adalah munculnya teknologi baru penyuluhan melalui pendampingan, pendidikan, dan
dalam industri pertanian maupun indutri peternakan yang pelatihan penanganan pascapanen (Rasyid 2017;
dapat mengubah paradigma baru untuk berusaha Managanta et al. 2019)
(Kusnadi 2008). Untuk meningkatkan industri pangan, Petani dapat diperankan sebagai pelaku utama, yang
sebagai sektor andalan dalam negeri, dapat dilakukan dapat memutar perekonomian, sedangkan penyuluh
melalui industri pengolahan hasil pertanian dan sebagai fasilitator, bukan sebagai guru, namun sebagai
peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan pangan penunjuk jalan agar petani dapat bekerja pada usahanya
secara nasional. Menghadapi era perdagangan bebas dan dan terarah, sehingga pendapatan mereka sesuai dengan
iklim usaha yang kompetitif, perlu mempersiapkan diri kinerja (Rianzani et al. 2018; Vintarno et al. 2019).
melalui peningkatan kualitas sumber daya petani madiri Kelembagaan sebagai wadah penyuluhan dapat
dan juga kualitas dan kuantitas produk yang akan memberikan dampak yang efektif terhadap perubahan
dihasilkan harus sesuai dengan peminat konsumen, selain sikap petani, pada kemajuan usahanya (Indraningsih 2011
itu juga perlu melakukan strategi dan langkah-langkah dan 2013). Pengembangan usaha pertanian maupun
konkret untuk mengembangkan produk dengan peternakan dapat dilakukan dengan cara dan ide sendiri
penerapan teknologi riset. untuk meningkatkan nilai ekonomi yang oprimal bagi
petani (Mukti et al. 2016); (Amam dan Pradiptya 2019).
Manfaat pendamping atau fasilitator untuk kemajuan
Strategi Pengembangan petani dapat berdiskusi tentang usaha ternak, agar petani
lebih fokus dalam mengelola usaha ternaknya. Kemudian
perlu juga memperhatikan petani agar dapat merancang
Untuk mencapai sasaran yang diharapkan diperlukan
usahanya lebih ke arah usaha komersial.
strategi pengembangan sebagai berikut (Saptana et al.
2019; Saptana 2020): (1) Penguatan regulasi atau kebijakan
dalam mendorong kerja sama pemerintah pusat
KESIMPULAN
(Kementerian Pertanian) dengan pemerintah daerah
melalui pengembangan kelembagaan korporasi petani Peranan kelembagaan untuk membentuk kelembagaan
berbasis kawasan pertanian dan peternakan; (2) Pemetaan ekonomi petani cukup strategis, dapat mendukung
kawasan pertanian dan peternakan berbasis korporasi perkembangan perekonomian petani di perdesaan.
petani dan sekaligus kawasan pusat-pusat konsumsi; (3) Pengembangan kelembagaan pada kelompok petani
Transformasi kelembagaan petani ke dalam kelembagaan sangat dibutuhkan sebagai pemberdayaan petani agar
ekonomi petani berbadan hukum (koperasi primer, dapat tumbuh dan berkembang secara dinamis dan
koperasi agribisnis, BUMDES, BUMP; koperasi sekunder, mandiri, sesuai dinamika perkembangan sosial dan
PT, BUMD); (4) Penerapan manajemen rantai pasok secara ekonomi. Usaha tani berkelompok merupakan inovasi
terpadu dari hulu hingga hilir sehingga terbangun kelembagaan yang proses adopsinya melalui proses
keterpaduan proses produk dan antarpelaku usaha, baik partisipatif dalam membangun kemampuan kelompok tani
pada produk pertanian maupun produk peternakan; dan agar mereka lebih mandiri mengelola usahanya.
(6) Pensinergian kebijakan, program dan kegiatan Pengembangan sistem inovasi pertanian, optimasi
pengembangan korporasi petani berbasis kawasan pemanfaatan sumber daya berkelanjutan, pemacuan
pertanian dan peternakan, antara pemerintah pusat dan investasi dan kebijaksanaan insentif dengan kondisi
pemerintah daerah, serta kelembagaan petani dan pelaku pertanian Indonesia akan tetap didominasi oleh pertanian
swasta. rakyat. Kelembagaan petani harus dibangun dengan skala
Semakin banyak petani yang dilibatkan dan menjalani lebih ekonomis untuk mencapai efisiensi yang tinggi,
proses perubahan, dapat dikonsepsikan tingkat melalui jalinan jejaring antarlembaga dan tetap
kesesuaian pola pembinaan dan pendekatan kepada memposisikan desa sebagai unit otonomi yang mampu
petani secara kuantitas dapat dilihat dari seberapa besar meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
kemampuan pola pembinaan dan pendekatan yang terjadi pertanian dan peternakan.
10 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 41 No. 1 Juni 2022: 1-11

Kelembagaan ekonomi petani harus bersifat Ditjen PKH (2018). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
universal, sehingga dapat diterima oleh semua Hewan Kementerian Pertanian. 2018. Populasi sapi poreh di
Indonesia, Kementerian Pertanian, Statistik Peternaan dan
kementerian dan lembaga, serta pelaku usaha. Perlunya Kesehatan Hewan, Jakrata Agustus 2018. Available at: https:/
menyusun rencana ke depan yang diharapkan peranan /ditjennak.pertanian.go.id/buku-statistik-peternakan-dan-
kelembagaan ekonomi petani dapat mendukung kesehatan-hewan-tahun-2018.
perkembangan perekonomian di perdesaan, sekaligus Ditjen PKH (2020). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
mampu mendorong atau memicu kesejahteraan petani. Hewan. 2020. Kinerja sektor peternakan selama kurun waktu
2016-2020. Statistik peternakan dan kesehatan hewan,
Upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing produk
Kementerrian Pertanian 2020, Nopember 2020.
pertanian dan peternakan melalui strategi model Handianto, L., Pamungkas, A. dan Pratama, Y.P. (2015). Peranan
kelembagaan ekonomi petani membutuhkan kehadiran pertanian sistem area lahan dan penaggulangan kemiskinan di
pelaku usaha yang memiliki jiwa kepemimpin (leadership), pedesaan (Studi kasus Desa Manukan Kecamatan Kalitidu
kandungan kewirausahaan tinggi, profesionalisme dan Kabupaten Bojoneggoro). Jurnal Ilmu ekonomi dan
integritas yang tinggi. Pembangunan 15(1): 1–13.
Haryono (2012). Kerjasama penelitian pertanian International,
Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, dalam buku
teknis penelitian dilindungi olleh Hak Cipta Undang-Undang.
PERNYATAAN KONTRIBUSI September 2012, hlm. 1-33.
Hasan, I.Y. (2016). Pengaruh pembangunan sektor pertanian
terhadap distribusi pendapatan dan kesempatan kerja di
Dalam artikel ini Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana, dan Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Saptana adalah sebagai kontributor utama. 16(1): 55–66.
Hasan, S. (2013). Perkembangan dan penerapan teknologi
peternakan dalam mendorong industri perbibitan sapi di Sulawesi
Selatan. In: Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri
DAFTAR PUSTAKA Peternakan. IPB International Convention Center. Nopember
2013. hlm. 112–117.
Abdullah, A. (2008). Penguatan kelompok tani ternak dalam Hasan, S. dan Syahdar, B. (2014). Model pengembangan sapi potong
pengembangan agribisnis peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi berbasis peternakan rakyat dalam mendukung program
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin Edisi swasembada daging sapi nasional limbah pertanian, Fakultas
27. Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan. http:// Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
inaabdullah.blogspot.co.id/2008/ Jurnal/10/html. [Diakses 5 Indraningsih, K.S. (2011). Pengaruh penyuluhan terhadap keputusan
November 2017]. petani dalam adopsi inovasi teknologi usahatani terpadu. Jurnal
Amam, A. dan Soetriono, S. (2020). Peranan Sumber Daya terhadap Agro Ekonomi 29(1): 1–24.
SDM Peternak dan Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indraningsih, K.S. (2013). Faktor-Faktor yang memengaruhi kinerja
Kawasan Peternakan Sapi Perah Nasional (KPSPN). Jurnal usahatani petani sebagai representasi strategi penyuluhanp
Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) ertanian berkelanjutan di lahan marjinal. Jurnal Agro Ekonomi
22(1): p. 1. Available at: http://jpi.faterna.unand.ac.id/index. 331(1): 71–95.
php/jpi/article/view/499. Irawan, E. (2011). Prospek partisipasi petani dalam program
Amam dan Pradiptya, H.A. (2019). Efek domino performa pembangunan hutan rakyat untuk mitigasi perubahan iklim di
kelembagaan aspek risiko, dan pengembangan usaha terhadap Wonosobo. Jurnal Ekonomi Pembangunan 12(1): 67–76.
SDM peternak sapi perah. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Jafri, J., Febriamansyah, R., Syahni, R. dan Asmawi (2015). Partisipatif
Ilmu Peternakan 17(1): 5–11. doi: http://dx.doi.org/10.20961. antara penyuluh pertanian dan kelompok tani menuju
Amam dan Soetriono (2019). Evaluasi Performa Kelembagaan kemandirian petani. Jurnal Agro Ekonomi 33(2): 161–177.
Peternak Sapi Perah Berdasarkan Aspek Risiko Bisnis dan Kementan (2014). Kementerian Pertanian. Badan Penyuluh
Pengembangan Usaha. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Pengembangan Sumberdaya Manusia. 2014. Penguatan
Tropis 6(1): p. 8. Available at: http://ojs.uho.ac.id/index.php/ kelembagaan petani/peternak, Materi Penyuluhan Pertanian.
peternakan-tropis/article/view/5391. Kementan (2017). Bukti nyata dukungan pemerintah terhadap
Anantanyu, S. (2011). Kelembagaan petani: peran dan strategi peternak Kemnetan buat peternak persusuan Kontak person
pengembangan kapasitasnya. Jurnal Sosial Ekonomi Petanian Fini Murfiani dan Yuliana Susanti.
dan Agribisnis 7(2): 102–109. Kementan (2019). Kementerian Pertanian. 2019. Teknologi
Bahua, M.I. (2015). Penyuluh dan pemberdayaan petani Indonesia, Pertanian Terbaru Tahun 2018 Di Indonesia.
Pertama kali di terbitkan dalam bahasa Indonesia. In: Ideas Kusnadi, U. (2008). Inovasi teknologi peternakan dalam sistem
Publising, Maret 2015. Kota Gorontalo. ISBN: 978-602-1396- integrasi tanaman-ternak untuk menunjang swasembada daging
91-9. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, April 2015, sapi. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(3): 189–205.
pp. 1–119.
Kusumawardani, I. (2013). Penguatan Kapasitas kelembagaan petani.
Debby (2016). Pengertian Kelembagaan Petani di pedesaan, dan Tersedia dari http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.
pengertiannya. blogspot.co.id/2013/jurnal/pdf. [Diakses 5 November 2017].
Demitria, D., Harianto, Sjafri, M. dan Nunung (2006). Peran Listyati, D., Wahyudi, S. dan Hasibuan, A.M. (2016). Penguatan
pembangunan sumberdaya manusia dalam peningkatan kelembagaan untuk peningkatan posisi tawar petani dalam
pendapatan rumah tangga petani di daerah Istimewa Yogyakarta. sistem pemasaran kakao. Jurnal Tanaman Indutri dan
Jurnal Forum Pascasarjana. IPB 33(3): 155–164. Penyegar 1(1): 15–28. doi: Https://.Doi:org/10.21082/
Ditjen PKH (2014). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan jtidpv1n1.2016.p.15-28.
Hewan. Direktorat Budidaya Ternak. 2014. Pedoman Managanta, A.A., Sumardjo, Sadono, D. dan Tjitropranoto, P.
Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan Peternak Tahun (2019). Dukungan dan peran kelembagaan dalam meningkatkan
2014. kemandirian petani kakao di Propinsi Sulawesi Tengah. Journal
Perspektif kelembagaan ekonomi petani .... (Cut R. Adawiyah, S. Rusdiana dan Saptana) 11

of Industryal and Beverage Crops 6(2): 51–60. doi: //dx.doi.org/ Saptana (2020). Reformulasi Kemitraan Usaha Agribisnis Sebagai
10.21082/jtdp.v6n2.2019.p51-60. Strategi Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura
Mukti, G.W., Rani Andriani, B.K. dan Nursyamsiyah (2016). Usaha Dan Unggas. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Sosial
agribisnis kelompok tani katata sebbiah model usaha kecil Ekonomi Pertanian. In: Badan Penelitian dan Pengembangan
agribisnis. Jurnal Trunojoyo Agriekonomomika 5(2): 198–211. Pertanian. Jakarta.
Nuryanti, S. and Swastika, D. (2011). Peran kelompok tani dalam Saptana dan Ashari (2007). Pembangunan pertanian berkelanjutan
penerapan teknologi pertanian. Forum Penelitian Agro melalui kemitraan usaha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Ekonomi 29(2): 115–128. Pertanian 26(4): 126–130.
Pangerang (2016). Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan Saptana dan Daryanto, A. (2013). Dinamika Kemitraan Usaha
ekonomi petani, melaui Penyuluh Pertanian, Kabupaten Maros Agribisnis Berdaya Saing dan Berkelanjutan. Pusat Sosial
Sulsel Sumber Rujukan/: Pedoman Pelaksanaan Penumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan
dan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani 2016. Pengembangan Pertanian; 2013: 1-293. ISBN 978-979-
Pangerang (2018). Kelembagaan ekonomi petani, Penyuluh 3566-96-2.
Pertanian Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Saptana, Fadhil, R. and Perwita, A.D. (2020). Sustainable
Perwita, A. dan Saptana (2019). Peran wirausaha pertanian dalam development strategy on poultry industry in Indonesia. Jurnal
menghadapi era disruptive innovation. Forum Penelitian Agro Hukum Ekonomi Syariah 3(1): 1–25.
Ekonomi 37(1): 36–56. Saptana, Indraningsih, K.S. dan Hastuti, E.L. (2004). Analisis
Priyono, M., Shiddieqy, I., Widiyantono, D. dan Zulfanita (2015). kelembagaan kemitraan usaha di sentra sentra produksi sayuran
Hubungan kausal antara tingkat penguasaan teknologi, dukungan (Suatu kajian atas kasus kelembagaan kemitraan usaha di Bali,
kelembagaan, dan peran penyuluh terhadap adopsi integrasi Sumatera Utara, dan Jawa Barat).
ternak-tanaman, Jurnal Badan Litbang Pertanian Jakarta. Saptana, Pranadji, T., Syahyuti dan Roosganda, E. (2003).
Informatika Pertanian 24(2): 141–148. Transformasi kelembagaan tradisional untuk menunjang
Pujiharto (2013). Kajian pengembangan gabungan kelompok tani ekonomi kerakyatan di Perdesaan: Studi Kasus di Propinsi
(gapoktan) sebagai kelembagaan pembangunan pertanian di Bali dan Bengkulu. Laporan Hasil Penelitian Desember 2003.
pedesaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Purwokerto. Jurnal Agritech 12(1): 64–80. Pertanian, hlm. 1-23.
Rahmawati, N. (2020). Pengaruh kesejahteran petani terhadap Saridewi, T.R. dan Siregar, A.R. (2010). Hubungan antara peran
kemiskinan di perdesaan. Jurnal Ilmu Ekonomi dan penyuluh dan adopsi teknologi oleh petani terhadap peningkatan
Pembangunan 20(1): 38–44. doi: doi.org/10.20961/ jiep.v20i1. produksi padi di kabupaten tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan
35518. Pertanian 5(1): 55–61.
Rasyid, A.F. (2017). Memperkuat kelembagaan ekonomi petani, Soim, A. (2018). Korporasi Petani Mendorong Perekonomian
menuju kesejahteraan pembangunan petani sekertariat badan Pedesaan. https://tabloidsinartani.com/detail/arrikel/indeks/agri-
koordinasi penyuluh Pertanian, kehutanan dan perikanan, pen yuluh an/707 2-Korporasi-Pet ani-Mendorong-
Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2017. Diposting oleh/: Syamsul Perekonomian-Perdesaan. [Diakses 20 November 2018].
Riyadi, STP. [Diakses 5 November 2017]. Sulaiman, A. (2018). Perkuat kelembagaan ekonomi petani, melalui
Rianzani, C., Kasymir, E. dan Affandi, M.I. (2018). Strategi dukungan Kebijakan Pemerinta Pust dan Daerah. Kementan
pengembangan usaha ternak sapi perah kelompok tani neang bangung pertanian modern berbasis koperasi di Karawang. https:/
mukti di Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus. Jurnal /www.lipuan6.com/artikel,bisnis/read/364556/paket/pdf.
Ilmu-Ilmu Agribisnis 6(2): 179–186. doi: http://dx.doi.org/ [Diakses 20 November 2019].
10.23960/jiia.v6i2.%25p. Suradisastra, K. (2008). Strategi pemberdayaan kelembagaan petani.
Ruhimat, I.S. (2017). Peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok Forum Penelitian Agro Ekonomi 26(2): 82–91.
tani dalam pengembangan usaha tani agroforestry (Studi kasus Syahyuti (2007). Kebijakan pengembangan gabungan kelompok
di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten tani (Gapoktan) sebagai kelembagaan ekonomi di perdesaan.
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 6(2): 67–74.
Ekonomi Kehutanan 14(1): 1–17. Syahyuti (2010). Lembaga organisasi petani dalam pengaruh negara
Rusdiana, S. and Adawiyah, C.R. (2013). Analisis ekonomi dan dan pasar. Forum Agro Ekonomi 28(1): 35–53.
prospek usaha tanaman dan ternak dilahan perkebunan kelapa. Syahyuti (2012). Pengorganisasian secara personal dan gejala
SEPA. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 10(1): individualisasi organisasi sebagai karakter utama pengorganisasian
118–131. diri petani di Indonesia. Forum Agro Ekonomi 30(2): 129–
Rusdiana, S. dan Praharani, L. (2020). Analisis usaha sapi perah 145.
kembar di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Jawa Barat. Syahyuti (2014). Modernisaasi penyuluh pertanian di Indonesia:
Jurnal Veterniner Unud Bali 21(2): 319–332. doi: 10.19087/ Dukungan undang-undang Nomor 23 tahun 2014 terhadap
jveteriner.2020.21.2.319. eksitensi kelembagaan penyuluh pertanian di Daerah. Analisis
Rusdiana, S., Praharani, L., Ishak, A.B.L. dan Talib, C. (2021). Kebijaan Pertanian 14(2): 83–96.
Peningkatan nilai eknomi peternaak melalui diversifikasi usaha Syahyuti (2015). Catatan pertanian dan penyuluh, Rupa dan
sapi perah. Jurnal Veteriner Unud Bali 22(4): 1–15. doi: kronologis fakta pertanian Indonesia. [Internet]. http://
10.19087/jveterniner.20221.22.4. kontraberita.blogspot.co.id/ 2015/09/artikel/kelembagaan/html.
Rusdiana, S., Sutedi, E., Adiati, U. dan Kusumaningrum, D.A. (2019). [Diakses 5 November 2019].
Integrasi usaha tanaman pangan dan sapi potong secara analisis Vintarno, J., Sugandi, Y.S. dan Adiwisastra, J. (2019). Perkembangan
keuntungan pada petani transmigran di Bengkulu Tengah. Jurnal Penyuluhan Pertanaian dalam Mendukung Pertumbuhan
Veteriner Unud Bali 20(1): 74–86. doi: doi.10.19087/ Pertanian di Indonesia. Responsive 1(3): 90. Available at: http:/
kveteriner.2019.20.1.74. /jurnal.unpad.ac.id/responsive/article/view/20744.
Saptana, Hermanto, Sativa, M., Senoadji, T., Gabriella, S., Ar-Rozy, Wibowo, A. 2017. Menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi
AM., Elfitri, dan Catur, LW. Sri. (2019). Pemetaan dan Reviu petani melalui, Penyuluh Pertanian Madya pada Dinas Pertanian
Proses Bisnis Perencanaan Wilayah Hortikultura (Komoditas dan Pangan Kota Magelang keswadayaan petani. http://
Bawang Merah). Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian; pertanian.magelangkota.go.id/ informasi/artikel-pertanian/
2019: 1-181. ISBN 978-623-7470-60-1. 122.-kel. [Diakses 14 April 2020]

Anda mungkin juga menyukai