Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEREKONOMIAN PEDESAAN MELALUI

KEMITRAAN USAHA BERWAWASAN AGRIBISNIS

Oleh

Cut Gustiana, SP, M.Agr


Dosen Tetap Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Samudra
Langsa

Ringkasan
Strategi Pembangunan Pertanian dan Perekonomian Pedesaan Melalui Kemitraan Usaha Berwawasan
Agribisnis. Tujuan penulisan Karya Ilmiah ini untuk (1) Membahas profil ekonomi pedesaan sebagai basis
perencanaan program pengembangan, (2) Membahas strategi dasar pembangunan pedesaan berwawasan
agribisnis, dan (3) Merumuskan kebijaksanaan pengembangan agribisnis secara koprehensif dan integratif.
Proses pembangunan (ekonomi) suatu bangsa secara implisit mensyaratkan adanya transformasi pertanian
tradisional menjadi pertanian maju atau modern. Dalam proses transformasi itulah pola partisipasi memainkan
peranannya. Pertanian maju adalah pertanian yang berkemampuan untuk terus-menerus menyesuaikan diri
dengan tantangan dan permintaan pasar yang senantiasa berubah. Kelembagaan kemitraan usaha agribisnis
yang dapat mengeliminir berbagai kegagalan tersebut adalah kelembagaan usaha agribisnis terpadu, berupa
keterpaduan antarpelaku (petani, pedagang, pengolah) dan produk (bahan baku berkualitas, penanganan
pascapanen yang prima serta jaminan keamanan pangan). Model tersebut didukung oleh revitalisasi
kelembagaan kelompok tani, penyuluhan pertanian, dan perusahaan mitra.

Kata Kunci: Strategi, Pembangunan, Pertanian, Pedesaan, Agribisnis

PENDAHULUAN ekonomi, sehingga tidak dapat berkembang mandiri


Latar belakang secara dinamis. Petani kecil sangat tergantung pada
Pembangunan pertanian dalam tiga golongan petani lahan luas atau pedagang untuk
dasawarsa terakhir lebih difokuskan pada memperoleh asset produktif (lahan, peralatan),
pengembangan komoditas primer dengan modal kerja dan perolehan sarana produksi.
mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam. Demikian juga dalam penjualan hasil petani sangat
Untuk beberapa komoditas telah terjadi pelandaian tergantung pada pedagang hasil. Oleh karena itu,
pencapaian produktivitas karena keterbatasan upaya pemberdayaan petani melalui pengembangan
potensi teknologi. Dilain pihak juga terjadi variasi kelompok tani dan melalui kemitraan usaha
inefisiensi teknologi pada berbagai wilayah dengan agribisnis konsolidatif sebagai langkah strategis.
karakteristik yang berbeda. Pada kedua kasus ini Petani adalah pelaku utama yang harus
peranan teknologi menjadi sangat penting, yaitu diberdayakan. Tahap awal yang perlu ditempuh
teknologi yang mendorong tingkat produktivitas untuk memberdayakan petani adalah membentuk
lebih tinggi dan bersifat spesifik lokasi. kelembagaan berupa kelompok tani yang
Pengembangan komoditas pertanain ke merupakan organisasi kerja sama. Kerjasama
depan perlu didukung oleh sumberdaya kapital, sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai
teknologi maju, dan sumberdaya manusia terampil permasalahan yang dihadapi yang pada dasarnya
berwawasan agribisnis dan berkelanjutan. sangat sulit bila dihadapi secara individu. Selama ini
Pengembangan paradigma baru ini hendaknya petani lemah dalam menentukan harga produksinya
dilaksanakan dalam konteks pemabangunan karena sulit mendapat akses informasi pasar. Dalam
wilayah, berbasis komunitas lokal dan sejalan hal ini petani harus melakukan konsolidasi yang
dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi bersifat horizontal. Selanjutnya melalui penyuluhan
daerah. Melalui pendekatan ini diharapkan akan (pendidikan dan latihan) yang berkelanjutan
terjadi keberlanjutan pelaksanaan program terhadap kelompok yang mendapat pembinaan
pembangunan karena adanya dukungan partisipasi tersebut diharapkan menghasilkan sumberdaya
masyarakat luas, terdapat sinergi antar subsistem manusia petani yang memiliki pengetahuan dan
agribisnis, antar sektor pembangunan, dan antar keterampilan dalam berusaha tani.
wilayah desa-kota (agropolitan). Melalui model Untuk dapat berusaha tani lebih teratur dan
pengembangan agribisnis ini akan terjadi terarah maka kelembagaan kelompok tani perlu
peningkatan daya saing, nilai tambah, nilai tukar menjalin kerja sama dan kemitraan dengan pihak
dan kesejahteraan petani. luar/usahawan. Keterkaitan dan kerja sama
Usaha tani di Indonesia didominasi oleh kelembagaan kelompok tani dengan pihak
usaha tani keluarga skala kecil yang sangat lemah swasta/usahawan dapat terjalin secara baik bila
dalam berbagai bidang, seperti keterbatasan dalam
menguasai asset produktif, modal kerja, posisi
tawar-menawar dan kekuatan politik

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni


2015

7
1
terdapat saling ketergantungan dan kerjasama yang insentif. Pada akhirnya pengembangan dan peranan
bersifat simetri serta saling menguntungkan. kelompok tani merupakan perwujudan kekuatan
Peran pemerintah melalui berbagai sosial petani berswadaya untuk mencapai
kebijakan dan program diharapkan dapatkemandirian. Berdasar uraian di atas untuk dapat
mendorong dan menciptakan iklim usaha yang memanfaatkan sesuatu hal yang secara ekonomi
kondusif dan menggairahkan petani/kelompok tani menguntungkan diperlukan suatu bentuk atau
maupun pihak swasta/usahawan, sehinggaorganisasi kerja sama yang membuat masyarakat
agribisnis dapat berkembang. Dalam hal ini mampu mengembangkan respon yang sesuai
pemerintah bertindak sebagai fasilitator, regulator, dengan logika yang implisit terbawa oleh kondisi
motivator yang harus menserasikan hubungan antar atau "iklim” ekonomi yang menguntungkan.
pelaku agribisnis tersebut, sehingga para pelaku Proses pembangunan (ekonomi) suatu
dapat berinteraksi secara proporsional dan tidak bangsa secara implisit mensyaratkan adanya
terjadi eksploitasi yang bersifat kontradiktif. transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian
Para pelaku usaha bisa meraih keuntungan yang maju atau modern. Dalam proses transformasi itulah
seimbang. Dengan terjadinya keterpaduan berbagai pola partisipasi memainkan peranannya. Pertanian
unsur tersebut (kelompok tani, swasta/usahawan maju adalah pertanian yang berkemampuan untuk
dan pemerintah) diharapkan agribisnis yang bersifat terus-menerus
konsolidatif vertikal atau kemitraan tersebut dapat menyesuaikan diri dengan tantangan dan
berkembang. permintaan pasar yang senantiasa berubah.
Perencanaan kuantitatif ekonomi pertanian
Rumusan Masalah Indonesia belum memungkinkan dilakukan selama
1) Profil ekonomi pedesaan sebagai basis perencanaan sektor pertanian (rakyat) belum mampu untuk
program pengembangan, menumbuhkan partisipasi petani secara menyeluruh.
2) Strategi dasar pembangunan pedesaan berwawasan Kekuatan yang menghasilkan momentum untuk
agribisnis, dan membangun itu adalah kemampuan untuk
3) Kebijaksanaan pengembangan agribisnis secara mengelola unit organisasi ekonomi yang cukup
koprehensif dan integratif. “besar” yang dapat berbentuk koperasi kelompok
tani atau koperasi agribisnis yang mampu menjalin
Tujuan Penulisan kerja sama dengan perusahaan (industri) yang
1) Membahas profil ekonomi pedesaan sebagai mengolah hasil pertanian. Kemampuan manajemen
basis perencanaan program pengembangan, yang didukung oleh partisipasi aktif dari para petani
2) Membahas strategi dasar pembangunan itu merupakan syarat yang diperlukan bagi tumbuh
pedesaan berwawasan agribisnis, dan dan berkembangnya industri/perusahaan pertanian
3) Merumuskan kebijaksanaan pengembangan (agroindustri) di pedesaan yang terkait secara
agribisnis secara koprehensif dan integratif. terpadu dengan kehidupan dan perkembangan
usahatani. Dengan demikian akan terbangun suatu
TINJAUAN PUSTAKA pola kemitraan usaha yang saling membutuhkan,
Kemajuan masyarakat pertanian dan memperkuat dan menguntungkan.
pedesaan serta kemajuan ekonomi yang Pola kemitraan program pemerintah condong
berkembang cepat seperti pada kasus di Korea, pada pengembangan kemitraan secara vertikal
Jepang dan Vietnam dilatarbelakangi oleh dengan pola hubungan “Bapak Anak Angkat” yang
keorganisasian kelompok tani yang relatif kuat. pada agribisnis perkebunan dikenal dengan pola PIR
Sistem keorganisasian ekonomi kelompok petani (Perkebunan Inti Rakyat). Sedangkan pola
yang mandiri dan kuat dapat mudah dikembangkan kemitraan pasar berkembang sebagai akibat dari
bila struktur penguasaan lahan pertaniannya relatif masuknya sistem ekonomi pasar dalam usaha
merata. pertanian rakyat di pedesaan. Jenis usaha pertanian
Meskipun secara ekonomik yang dibidik adalah usaha tani yang menghasilkan
menguntungkan karena produktivitas yang lebih komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi dan
tinggi dan ongkos yang lebih rendah, tetapi inovasi mempunyai permintaan kuat di pasar dunia. Pola ini
dalam bentuk usahatani berkelompok bukan melibatkan petani dengan pemilik modal besar yang
merupakan suatu yang bersifat teknis di mana bergerak di bidang industri pengolahan dan
mekanisme yang begitu saja dapat diadopsi oleh pemasaran hasil. Mereka menggalang kerja sama
petani seperti mengadopsi komponen teknologi fisik (“kemitraan”) karena adanya kepentingan untuk
(pupuk, pestisida, alat dan lain-lain). Usahatani berbagai manfaat ekonomi (mutually beneficial).
berkelompok merupakan inovasi yang proses Pertanian rakyat dapat berdampingan dengan
adopsinya melalui suatu proses partisipasi dalam perusahaan besar dengan membina saling
membangun kemampuan kelompok tani untuk ketergantungan di mana petani merasa memiliki
mengelola rencana kerja yang telah disusunnya perusahaan melalui pemilikan saham. Bentuk
untuk mencapai tujuan bersama. kemitraan tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai
Perkembangan kelembagaan selayaknya berikut:
dapat berlangsung secara alamiah. Dalam hal ini 1. Petani produsen harus menjadi
campur tangan pemerintah hendaknya bersifat pemilik saham, sehingga secara kolektif
konsultatif fasilitatif dan pengembangan sistem petani menguasai tubuh agribisnis.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni


2015

7
2
2. Organisasi petani tidak dibatasi Vol. 2 No. 1 Januari -Juni 2015
hanya pada kegiatan produksi bahan
baku.
3. Output usaha pertanian bukanlah
bahan mentah yang tidak stabil melainkan
komoditas olahan (akhir) dengan nilai
tambah tinggi.
4. Hubungan kemitraan antar pelaku
agribisnis didasarkan rasionalitas ekonomi
dan spesialisasi pembagian kerja secara
organik. Azas keterbukaan dan penerapan
demokrasi serta pengambilan keputusan
baik melalui musyawarah ataupun
pemungutan suara (voting).

Dalam rangka membangun kemitraan usaha,


diharapkan turut campur pemerintah terutama
dalam beberapa aspek yaitu:

1. Mengarahkan kelembagaan
ekonomi koperasi, untuk menjadi bagian
dari kegiatan agribisnis.
2. Pengkonsolidasian lahan
pertanian yang terarah bahwa lahan
pertanian adalah untuk usaha pertanian.
3. Pembuatan perangkat hukum
(Undang- Undang atau PP) yang
mendukung berkembangnya kemitraan
usaha, terutama yang ditujukan untuk
melindungi hak-hak individu petani dari
bahaya eksploitasi pemodal besar, dan
pengrusakan lingkungan dan sumber daya
alam yang menjadi basis usaha di sektor
pertanian.
4. Menciptakan prakondisi usaha
seperti pengembangan prasarana
ekonomi, pengkajian dan penerapan
teknologi, kemudahan pelayanan
perkreditan, dan pengembangan sistem
informasi pasar untuk pengembangan
produk pertanian.

Kelembagaan kemitraan usaha agribisnis


yang dapat mengeliminir berbagai kegagalan
tersebut adalah kelembagaan usaha agribisnis
terpadu, berupa keterpaduan antarpelaku (petani,
pedagang, pengolah) dan produk (bahan baku
berkualitas, penanganan pascapanen yangprima
serta jaminan keamanan pangan). Model tersebut
didukung oleh revitalisasi kelembagaan kelompok
tani, penyuluhan pertanian, dan perusahaan mitra.
Secara tertulis Indonesia telah menganut
konsep pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal
ini termuat dalam amandemen UUD 1945, pasal 33
bahwa "perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional". Pembangunan berkelanjutan
dapat dilakukan dengan pendekatan sistem dan
usaha agribisnis serta kemitraan usaha. Dalam
agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu
sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha
(perusahaan). Di AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian

7
3
samping itu dikenal azas-azas dalam pengembangan
agribisnis yang berkelanjutan, seperti dikemukakan oleh
Sudaryanto dan Hadi (1993) serta Hadi et al. (1994), yaitu
terpusat, efisien, menyeluruh dan terpadu, serta menjaga
kelestarian lingkungan.
Struktur agribisnis yang berkembang saat ini
dapat digolongkan sebagai tipe dispersal atau tersekat-
sekat, kurang memiliki daya saing, dan tidak berkelanjutan.
Hal itu disebabkan oleh tiga faktor utama (Simatupang
1995), yaitu: 1) tidak ada keterkaitan fungsional yang
harmonis diantara kegiatan atau pelaku agribisnis,
sehingga dinamika pasar belum dapat direspons secara
efektif karena tidak adanya koordinasi, 2) terbentuknya
marjin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan, dan
pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi
lebih mahal, atau sistem agribisnis tidak efisien, dan 3)
tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dan
pelaku agribisnis lainnya sehingga petani sulit
mendapatkan harga pasar yang wajar. Ada dua sistem
koordinasi, yaitu koordinasi melalui harga pasar dan
antarpelaku agribisnis. Operasionalnya dapat dilakukan
melalui kelembagaan kemitraan usaha agribisnis. Sistem
yang pertama tidak dapat menjamin keterpaduan produk,
dan sebaliknya untuk sistem kedua.
Pembangunan pertanian berkelanjutan melalui
pendekatan sistem dan usaha agribisnis dan kemitraan
usaha memberikan beberapa manfaat sekaligus, yaitu: 1)
mengoptimalkan alokasi sumber daya pada satu titik waktu
dan lintas generasi, 2) meningkatkan efisiensi dan
produktivitas produk-produk pertanian karena adanya
keterpaduan produk berdasarkan tarikan permintaan
(demand driven), 3) meningkatkan efisiensi masing-masing
subsistem agribisnis dan harmonisasi keterkaitan
antarsubsistem melalui keterpaduan antar pelaku, 4)
terbangunnya kemitraan usaha agribisnis yang saling
membutuhkan, memperkuat, dan menguntungkan, dan 5)
adanya kesinambungan usaha yang menjamin stabilitas
dan kontinuitas pendapatan seluruh pelaku agribisnis.
Efisiensi dan pertumbuhan sektor pertanian
dapat dipacu melalui pertumbuhan produksi dan
pendapatan petani, pembentukan modal, dan peningkatan
daya saing. Pemerataan kepemilikan sumber daya dapat
ditempuh melalui kebijakan reformasi agraria (land reform)
serta meningkatkan akses dan kontrol masyarakat petani
ke sumber daya pertanian, modal, teknologi, kesejahteraan
sosial, dan ketenteraman. Kelestarian sumber daya
pertanian dan lingkungan dapat diwujudkan dengan
mengembangkan sistem usaha tani ramah lingkungan,
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan,
mengurangi dampak negatif eksternal, serta mendorong
dampak positif eksternal dalam proses pembangunan.
Keberhasilan pembangunan pertanian
berkelanjutan ditentukan oleh pelaksanaan revitalisasi
pertanian. Krisnamurthi (2006) mengemukakan, revitalisasi
pertanian memiliki tiga

7
4
pengertian. Pertama, sebagai kesadaran akan pendekatan kelompok-kelompok kecil dan proses
pentingnya per tanian bagi kehidupan bangsa dan seleksi yang baik, seperti Program Peningkatan
rakyat Indonesia, kedua, sebagai bentuk rumusan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) dan
harapan masa depan tentang kondisi pertanian, SLPHT. Kelompok tani mandiri didorong untuk
serta ketiga, sebagai kebijakan dan strategi besar mengkonsolidasikan diri dalam kelembagaan formal
melakukan revitalisasi itu sendiri. berbadan hukum, sehingga me mudahkan
Pada bahasan ini, revitalisasi dibatasi melakukan transaksi dan kemitraan usaha
pada kelembagaan pertanian, yaitu kesadaran agribisnis.
untuk menempatkan kembali arti penting Kelompok-kelompok tani dapat disatukan
kelembagaan secara proporsional dan kontekstual. dalam bentuk gabungan kelompok tani (gapoktan),
Bukti empiris menunjukkan, penurunan kinerja asosiasi petani atau asosiasi agribisnis yang
kelembagaan penyuluhan pertanian dan kelompok anggotanya adalah para pengurus kelompok tani.
tani pada awal otonomi daerah menjadi salah satu Ketua-ketua kelompok tani diangkat sebagai
faktor kunci tidak stabilnya produksi pertanian, penyuluh swakarsa yang bertanggung jawab akan
khususnya padi dan beberapa komoditas palawija. perkembangan kelompoknya. Jika memungkinkan,
Kelembagaan kelompok tani perlu pula penyuluh swakarsa mendapat insentif atau honor
melakukan konsolidasi, baik dari aspek yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan
keanggotaan, manajemen maupun orientasi usaha. Belanja Daerah (APBD). Pemahaman terhadap
Kelembagaan kelompok tani ke depan hendaknya berbagai aspek pembangunan berkelanjutan
mampu mentransformasikan diri dari kelembagaan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) merupakan
usaha tani dalam ikatan horizontal menuju prasyarat untuk menjadi penyuluh swakarsa.
kelembagaan yang berorientasi pasar dan Gapoktan atau asosiasi dipimpin oleh seorang ketua
terintegrasi secara vertikal, atau berbentuk koperasi atau koordinator penyuluh swakarsa desa (jabatan
agribisnis yang berbadan hukum. ini hampir sama dengan Kelompok Tani Nelayan
Alternatif model adalah pembangunan Andalan (KTNA) yang berlaku sekarang). Para
pertanian berkelanjutan melalui kemitraan usaha. penyuluh swakarsa akan menjadi mitra Penyuluh
Model ini tetap mempertimbangkan berbagai bentuk Pertanian Lapang (PPL) dalam mengembangkan
kelembagaan sebagai penopang kehidupan pembangunan pertanian berkelanjutan melalui
masyarakat, yaitu kelembagaan yang hidup dan kemitraan usaha agribisnis.
telah diterima oleh komunitas lokal atau tradisional Dalam era otonomi daerah, PPL dan
(voluntary sector), kelembagaan pasar atau penyuluh swakarsa bertugas di tingkat desa dan
ekonomi (private sector), dan kelembagaan berkantor di PPA di tingkat kecamatan. Namun
politik/pemerintah atau sistem pengambilan untuk memperlancar tugas, di setiap desa yang
keputusan di tingkat publik (public sector) (Etzioni menjadi wilayah kerjanya perlu ada sekretariat.
1961). Pengembangan model pembangunan Semua bantuan teknis penyediaan infrastruktur fisik,
pertanian berkelanjutan melalui kemitraan usaha di peralatan dan bahan, dana, serta bimbingan teknis
pedesaan dengan melakukan revitalisasi disediakan dan dianggarkan pada Anggaran
kelembagaan kelompok tani dan penyuluhan. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun
Pemberdayaan petani menjadi petani APBD. Perma-salahan yang muncul
mandiri dan profesional dapat dilakukan melalui dimusyawarahkan di PPA, namun bila sulit
beberapa langkah. Pertama, meningkatkan kualitas terpecahkan, penyuluh bisa menghubungi dan atau
sumber daya manusia petani melalui pelatihan, memanggil peneliti/penyuluh BPTP, lembaga
penelitian, magang dan sebagainya, baik secara penelitian atau perguruan tinggi. Koordinator PPL
individu maupun kelompok. Kedua, melakukan berfungsi sebagai ketua pelaksana PPA, dan
revitalisasi kelompok tani mandiri ke arah bersama gapoktan dan asosiasi petani atau asosiasi
kelembagaan formal berbadan hukum (koperasi agribisnis merencanakan melaksanakan dan
petani atau koperasi agribisnis, asosiasi petani mengevaluasi pengembangan agribisnis pedesaan.
komoditas tertentu). Ketiga, mengangkat penyuluh Bila sistem ini berhasil dikembangkan,
swakarsa atau petani petandu (dalam program diharapkan masyarakat petani secara aktif
SLPHT) sebagai mitra penyuluh untuk mendatangi PPA untuk mengakses informasi
memperlancar difusi dan adopsi teknologi. teknologi dan pasar atau berkonsultasi tentang
Keempat, memberdayakan kelembagaan masalah yang dihadapi. Dengan demikian,
penyuluhan pertanian dan kelembagaan Balai penyuluhan partisipatif dapat berjalan dengan baik
Penyuluhan Pertanian (BPP) menjadi Pusat dan petani terdidik untuk bertindak secara
Pelayanan dan Konsultasi Agribisnis (PPA) di setiap profesional. Konsultasi dapat dilakukan secara
kecamatan melalui sistem penyuluhan partisipatif. pribadi atau melalui musyawarah kelompok
Kelembagaan di tingkat petani seperti (sebaiknya diawali dengan musyawarah kelompok,
kelompok tani yang belum mandiri perlu bila tidak teratasi baru dimajukan ke musyawarah
direvitalisasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan gapoktan atau asosiasi petani/asosiasi agribisnis).
setempat. Jumlah anggota kelompok dibatasi 20-25 PPA tidak hanya merencanakan pengembangan
orang untuk memudahkan penyatuan pendapat dan agribisnis, tetapi juga memberdayakan dan
penggalangan kerja sama (partisipasi). Hal ini meningkatkan kualitas sumber daya petani, PPL,
didasarkan pada keberhasilan berbagai program dan penyuluh swakarsa, serta sebagai mediator
pembangunan pertanian melalui AGRISAMUDRA,
Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni 2015

7
5
bagi terbangunnya kemitraan usaha antar pelaku menempatkan plasma pada posisi yang lemah. Pola
agribisnis yang saling membutuhkan, memperkuat, tradisional sulit menumbuhkan semangat dan
dan menguntungkan. kreativitas serta mengembangkan diri, sedangkan
Implementasi pembangunan pertanian pola pasar menyebabkan besarnya ketergantungan
berkelanjutan melalui kemitraan usaha agribisnis petani terhadap usahawan dan dapat menimbulkan
adalah sebagai berikut. Petani melakukan konglomerasi. Bagi pengembangan agribisnis “kecil”
konsolidasi dalam wadah kelompok tani. masalah yang sering dihadapi terutama adalah
Selanjutnya, kelompok tani mandiri ketidakseimbangan rebut tawar (bargaining position)
ditransformasikan dalam kelembagaan formal dan adanya intransparansi bisnis. Oleh sebab itu
berbadan hukum (koperasi pertanian, koperasi peran pemerintah selain sebagai regulator dan
agribisnis, atau kelembagaan lainnya sesuai pemberi insentif, juga perlu diarahkan untuk
kebutuhan). Kelompok tani mandiri atau membantu pengembangan kegiatan kemitraan
kelembagaan berbadan hukum meng usaha agribisnis kecil.
konsolidasikan diri dalam gapoktan atau asosiasi Karakteristik usaha tani di Indonesia
petani/asosiasi agribisnis, lalu melakukan dicirikan oleh sifat usaha skala kecil dikelola secara
konsolidasi manajemen usaha pada hamparan independen dan menyebar dalam kawasan yang
lahan yang memenuhi kelayakan usaha (skala luas (dispersal). Konsekuensinya adalah volume
usaha bergantung jenis komoditas, 25-100 ha), produksi terbatas, kualitas produk dan waktu panen
serta kesinambungan usaha. Pilihan komoditas bervariasi serta biaya pengumpulan produk relatif
atau kelompok komoditas disesuaikan dengan besar sehingga kurang kondusif bagi
potensi wilayah dan permintaan pasar dengan pengembangan agroindustri dan sistem pemasaran
memperhatikan kelestarian lingkungan. yang efisien. Dampak integratifnya adalah tingginya
biaya pemasaran sehingga akan menekan pangsa
HASIL DAN PEMBAHASAN harga yang diterima petani dan mengangkat tingkat
Salah satu hambatan utama untuk harga yang dibayar konsumen. Akibatnya adalah
menghasilkan produk pertanian berdaya saing permintaan dan penawaran produk usaha tani akan
tinggi adalah lemahnya “bangunan” kelembagaan menurun, sehingga menghambat perkembangan
kemitraan agribisnis terutama yang dijalankan oleh agribisnis.
dan di masyarakat pedesaan. Dewasa ini sebagian Berdasarkan pada permasalahan tersebut
pelaku agribisnis adalah petani di pedesaan dan maka strategi kemitraan usaha yang tepat untuk
hampir semuanya merupakan kegiatan usaha tani mendorong mengembangkan agribisnis di pedesaan
yang dikelola dengan pola usaha keluarga. adalah kemitraan usaha melalui
Kemitraan usaha yang menonjol di tingkat desa konsolidasi vertikal. Usaha tani skala kecil
adalah kemitraan horizontal, antara lain berupa dikonsolidasikan oleh suatu usaha agroindustri atau
kerja sama kelompok tani, sedangkan hubungan pemasaran dalam suatu usaha kemitraan sehingga
buruh-majikan, atau bapak-anak angkat. tercipta satu unit industri pertanian (agroindustri).
Peran kemitraan usaha adalah pada Pola kemitraan haruslah didasarkan pada kesadaran
kemampuan kerja sama yang lebih teratur dan semua pihak bahwa mereka saling membutuhkan
terarah, sehingga pengembangan sistem agribisnis dan hanya dapat tumbuh bersama sehingga harus
mempunyai daya guna yang lebih tinggi dan bermitra dengan prinsip
berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan transparan, adil, patuh aturan kesepakatan dan
pelaku-pelaku agribisnis di pedesaan. terpercaya.
Dihasilkannya produk pertanian berdaya saing Pengembangan unit agroindustri
tinggi, dapat dipandang sebagai interaksi sinergis merupakan strategi dasar pengembangan agribisnis
dari komponen budaya material, peran di pedesaan. Pengembangan unit agroindustri
kewirausahaan dan kelembagaan (kemitraan yang merupakan strategi operasional yang tepat sebagai
terbangun dengan baik). Struktur organisasi implementasi dari konsep
ekonomi masyarakat pedesaan sangat rapuh dan pengembangan wilayah pedesaan yang tertata
hal itu tercermin dari posisi pelaku ekonomi (agropolitan). Mengingat pasar tidak selamanya
pedesaan yang tidak “memiliki” kekuatan memadai sempurna dan adanya senjang informasi, maka
untuk melakukan bargaining position dengan pelaku pembentukan agroindustri haruslah dipacu melalui
ekonomi di luar desa. Lemahnya bargaining position peran aktif pemerintah yang bertindak sebagai
tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain inisiator gagasan, mediator, fasilitator, pelindung dan
kelemahan dalam pengorganisasian kelompok tani, regulator yang jujur, adil dan bijaksana.
penguasaan permodalan usaha, interdependensi Kemitraan adalah kerja sama antara
yang sangat timpang antar pelaku ekonomi usahakecil dan usaha menengah atau dengan
pedesaan dengan luar pedesaan. usaha besar disertai pembinaan dan
Pola keorganisasian kemitraan yang ada pengembangan oleh usaha menengah atau besar
dewasa ini, yaitu program pemerintah (inti-plasma), dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
tradisional (patront client) dan pasar (“rasional”) saling memperkuat dan saling menguntungkan.
masih menempatkan petani pada posisi yang Untuk menjalin kemitraan, petani perlu disiapkan
tereksploitasi secara sangat tidak adil. Pola dalam arti ditingkatkan kemampuannya baik dari
pemerintah menunjukkan terlalu dominannya aspek keorganisasian, manajemen, dan
intervensi pemerintah dan pada umumnya permodalannya supaya bisa bermitra dengan yang
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari
-Juni 2015

7
6
lebih kuat. Suatu usaha dapat berkembang dengan sehatnya organisasi masyarakat pertanian antara
baik bila dapat diidentifikasi dengan baik berbagai lain mencakup adanya konsolidasi dan integrasi
faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal antar cabang agribisnis pertanian, interdependensi
(pendorong dan penghambat) dan eksternal antar pelaku agribisnis pertanian dan iklim usaha
(peluang dan tantangan). Pengembangan yang dibangun (praktek persaingan usaha yang
kelembagaan kemitrausahaan dapat dipandang sehat, pencegahan praktek monopoli, kemudahan
sebagai komplemen dari konsolidasi segmen- usaha, kepastian hukum dan penyelenggaraan
segmen kegiatan pertanian. Pada kelembagaan administrasi pemerintah yang bersih dan berwibawa.
kemitrausahaan, kegiatan pertanian selain bisa Pengembangan agribisnis konsolidatif
diarahkan untuk meningkatkan pencapaian efisiensi merupakan konsolidasi secara vertikal dari sejak
ekonomi, juga bisa untuk tujuan peningkatan segmen kegiatan usaha tani, pengolahan hingga
pemerataan dan keadilan. pemasaran. Dengan konsolidasi ini kegiatan
Dengan konsolidasi segmen-segmen pertanian “usaha tani” menjadi satu kesatuan
kegiatan pertanian “usaha tani” dapat menjadi satu dengan industri “pengolahan hasil”. Dengan
kesatuan dengan industri “pengolahan hasil”. konsolidatif ini, friksi antar segmen kegiatan
Dengan konsolidatif ini, friksi antar kegiatan tersebut agribisnis tersebut dapat ditekan sekecil mungkin.
dapat ditekan sekecil mungkin. Gejala umum yang Gejala umum yang tidak sehat, seperti harga bahan
tidak sehat seperti harga bahan baku (hasil usaha baku (hasil usaha tani petani) ditekan oleh
tani petani) yang ditekan oleh pengusaha pengolah pengusaha pengolah hasil pertanian, tidak dijumpai
hasil pertanian tidak lagi dijumpai. Peningkatan lagi.
efisiensi dapat dimulai dari konsolidasi lahan usaha
tani, untuk dikelola secara kolektif. Beberapa Strategi Dasar Pengembangan Agribisnis
manfaat adanya konsolidasi usaha tani ini antara Bagian ini akan membahas beberapa hal
lain: sebagai berikut: 1) Pendekatan agropolitan dalam
1. Seluruh rangkaian kegiatan fisik pengembangan agribisnis sejalan dengan
dapat diselenggarakan di pedesaan pelaksanaan otonomi daerah; 2) Pendekatan
sehingga pengembangan pertanian pengembangan agribisnis berbasis komunitas lokal
berimpit dengan pengembangan ekonomi dengan sasaran efektivitas dan keberlanjutan
pedesaan. pelaksanaan program; 3) Pengembangan sistem
2. Teknologi dan modal untuk dan usaha agribisnis secara interatif dalam rangka
pengembangan pertanian bisa langsung efektivitas manajemen dan peningkatan daya saing
diarahkan dan disalurkan ke pedesaan. komoditas pertanian; dan 4) Kebijaksanaan strategis
3. Sumberdaya pertanian di sebagai faktor pendukung pengembangan agribisnis
pedesaan, misalnya lahan bisa dikelola di tingkat nasional dan daerah. Pendekatan
secara lebih efisien. Agropolitan Dalam Pengembangan Agribisnis
4. Mendorong perekonomian desa Struktur perekonomian wilayah merupakan
berkembang lebih pesat, sehingga dapat faktor dasar yang membedakan suatu wilayah
membendung mengalirnya tenaga-tenaga dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut sangat
kerja muda yang potensial dari pedesaan erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu
ke kota. wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi
dan kelembangaan. Bagi pembangunan wilayah
pedesaan dibutuhkan pusat pertumbuhan yang
Mengembangkan Agribisnis Konsolidatif
berfungsi sebagai pusat pasar, pelayanan dan
Ciri-ciri sebagian besar usaha tani
pemukiman penduduk, dan sebagai unsur strategis
Indonesia adalah (1) merupakan usaha keluarga
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
skala kecil sehingga volume produksi per usaha tani
pedesaan (PSE, 2000).
sangat kecil, (2) usaha tani dikelola secara
Pentahapan langkah-langkah operasional
independen sehingga kualitas produk yang
yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
dihasilkan dan waktu panen bervariasi antar petani;
agribisnis berbasis komunitas lokal adalah pemilihan
(3) Usaha tani tersebar dalam kawasan luas
lokasi dan mitra pengembangan, pemahaman situasi
(dispersal) sehingga biaya pengumpulan hasil
perencanaan partisipatif, implementasi program
produksi besar pula dan juga sistem pemasaran
yang diikuti oleh aktivitas pemantauan dan evaluasi
hasil tidak efisien; (4) volume kecil merupakan
partisipatif (PSE, 2000). Beberapa langkah
penghambat eksploitasi skala ekonomi; (5) kualitas
operasional laninnya yang secara spesifik perlu
yang beragam membuat ongkos standarisasi tinggi;
dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a)
dan (6) tiadanya kepastian informasi mengenai
Pemilihan dan karakterisasi lokasi dengan sasaran
kualitas dan waktu panen menciptakan ongkos
untuk memperkuat, memperdalam dan memperluas
pencarian dan risiko kesalahan informasi.
kegiatan yang sudah ada; b) Identifikasi
Dengan demikian, strategi yang tepat
permasalahan dan kebutuhan secara intensif,
untuk mendorong perkembangan agribisnis di
dimana masyarakat didorong untuk memahami dan
pedesaan ialah agribisnis konsolidatif, usaha kecil
merumuskan pemecahan masalah yang mereka
dikonsolidasikan, sehingga sistem ekonomi dualistik
hadapi; dan c)
yang selama ini mendominasi usaha pertanian di
Indonesia dapat dihapuskan. Indikator

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni


2015

7
7
Pengkajian dan diseminasi teknologi secara Operasional paradigma pembangunan
partisipatif yang mengikuti alur kegiatan dalam ekonomi pedesaan berlandaskan agribisnis
kelompok kecil dan bersifat informal, pemecahan (PEPEBA) membutuhkan dukungan paket kebijakan
permasalahan secara kolektif, dan memperkuat komprehensif dan terpadu yang meliputi enam
hubungan secara horizontal. program utama yaitu: a) Pembangunan infrastruktur
ekonomi pedesaan, b) Pengembangan sistem
Restrukturisasi dan Konsolidasi Agrisbisnis inovasi pertanian, c) Pengembangan kelembagaan
Dalam rangka menempatkan sektor petani, d) Optimasi sumberdaya berkelanjutan, e)
pertanian menjadi andalan pengembangan Pemacuan investasi, dan f) Kebijakan insentif.
perekonomian rakyat dan pedesaan, maka perlu Keenam program utama tersebut
ditempuh langkah-langkah untuk merubah struktur merupakan satu kesatuan yang saling komplemeter
agribisnis yang ada. Dalam hal ini, paling tidak dan sinergis. Dengan bidang cakupan yang
terdapat empat langkah penting yang perlu demikian luas maka jelas kiranya bahwa
ditempuh (PSE, 1999), yaitu: a) Penghapusan penanggung jawab pelaksanaan program-program
struktur ekonomi yang dualistik, b)Pengembangan tersebut berada dalam departemen dan dinas
agribisnis spesifik lokasi, c) Pengembangan pemerintahan yang berbeda. Oleh karena itu,
agribisnis konsolidatif, dan d) Pengembangan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi merupakan
kelembagaan kemitraan usaha. kunci utama untuk keberhasilan operasionalisasi
Karakteristik usahatani rakyat dicirikan paket program tersebut. Di tingkat nasional, peranan
oleh sifat usaha kecil, pengelolaan independen, dan Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
menyebar dalam kawasan yang luas (dispersal). dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Konsekwensinya adalah volume produksi terbatas, (BAPPENAS) merupakan kunci bagi kelayakan
kwalitas produk dan waktu panen bervariasi, dan operasional paradigma pembangunan ini.
biaya pengumpulan produk relatif besar sehingga Sedangkan di tingkat Propinsi dan Kabupaten,
kurang kondusif sebagai basis pengembangan institusi kunci ialah Badan Perencanaan
agroindustri dan sistem pemasaran yang efisien. Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Pembangunan
Dampak integratifnya adalah tingginya biaya infrastruktur membutuhkan anggaran pembangunan
pemasaran sehingga akan menekan pangsa harga yang sangat besar sehingga mesti mendapatkan
yang diterima petani dan mengangkat tingkat harga dukungan politik dari DPR dan DPRD. Oleh karena
yang dibayar konsumen. Akibatnya adalah itu, paradigma PEPEBA hanya dapat dilaksanakan
permintaan dan penawaran produk usahatani akan apabila telah ada konsensus nasional.
menurun, sehungga menghambat perkembangan
bisnis. 3.6 Pembagunan Infrastruktur Ekonomi Pedesaan
Berdasarkan pada permasalahan tersebut Adanya infrastruktur ekonomi yang
maka strategi yang tepat untuk mendorong memadai merupakan prakondisi bagi tumbuh-
perkembangan agribisnis di pedesaan adalah kembangnya kegiatan agribisnis dan perekonomian
konsolidasi vertikal. Usahatani skala kecil secara umum di pedesaan. Infrastruktur yang sesuai
dikonsolidasikan oleh suatu usaha agroindustri atau bagi agribisnis dan perekonomian desa secaara
pemasaran dalam suatu organisasi usaha umum ialah: a) Sistem pengairan, b) Pasar
kemitraan sehingga tercipta satu unit agribisnis komoditas pertanian, c) Jalan raya, d) Kelistrikan, e)
industrial. Pola kemitraan haruslah didasarkan pada Jaringan telekomunikasi. Infrastruktur tersebut
kesadaran semua pihak bahwa mereka saling merupakan barang publik (public good) atau semi
membutuhkan dan hanya dapat tumbuh bersama publik (semi public good) sehingga
sehingga harus bermitra dengan prinsip transparan, pembangunannya harus diselenggarakan oleh
adil, patuh aturan kesepakatan, dan terpercaya. pemerintah atau pemerintah bersama-sama dengan
Pengembangan unit agribisnis industrial merupakan masyarakat (swasta). Pembangunan infrastruktur
strategi dasar pengembangan agribisnis di merupakan tanggung jawab pemerintah yang paling
pedesaan. Pengembangan unit agribisnis indutrial strategis dalam operasionalsasi paradigma
merupakan strategi operasional yang tepat sebagai PEPEBA.
implementasi dari konsep agropolitan yang Walaupun dalam volume, kualitas dan
diuraikan sebelumnya. Mengingat pasar tidak waktu yang berbeda, setiap tanaman dan hewan
sepenuhnya sempurna dan adanya senjang mutlak membutuhkan air. Agroindustri juga
informasi, maka pembentukan agribisnis industrial membutuhkan air yang cukup. Bagi usaha pertanian,
haruslah dipacu melalui peran aktif pemerintah sistem irigasi berguna untuk (a) Meningkatkan
yang bertindak sebagai inisiator gagasan, mediator, produktivitas lahan, (b) Mningkatkan intensitas
fasilitator, pelindung dn regulator yang jujur, adil, tanaman, (c) Meningkatkan potensi diversifikasi
dan bijaksana. Forum dialog antara pengusaha, pengunaan lahan.Usaha peternakan membutuhkan
petani, dan pemerintah dinilai sangat penting dalam air bersih dan sistem pengairan yang mengalir.
mencapai keberhasilan program kemitraan Usaha perikanan membutuhkan air yang subur dan
agribisnis industrial di pedesaan. mengalir. Agroindustri membutuhkan air bersih dan
sistem penyaluran limbah. Secara umum, sistem
Kebijakan Strategis Pengembangan Agribisnis pengairan

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni


2015

7
8
merupakana syarat esensial bagi pembangunan Pengembangan Sistem Inovasi Pertanian
agribisnis di pedesaan. Organisasi petani yang perlu
Sumber air, seperti sungai dan danau, dikembangkan meliputi: a) Organisasi untuk
merupakan milik bersama masyarakat (common mengatur sumberdaya milik bersama seperti:
property). Pembangunan jaringan irigasi skala organisasi petani pengguna air, pemanfaatan hutan
besar membutuhkan dana investasi yang sangat atau lahan adat, dan sebagainya, b) Organisasi
besar. Oleh karena itu, pembangunan sistem bisnis kooperatif yang dapat berupa kegiatan kolektif
pengairan haruslah diselenggarakan oleh (pembelian sarana produksi, kolektif, pengadaan
pemerintah atau oleh masyarakat lokal secara modal kolektif dan pemasaran hasil kolektif), usaha
bersama-sama. Mengingat keterbatasan anggaran bersama (kongsi) dan koperasi, c) Organisasi lobi
pembangunan pemerintah maka alternatif lain yang politik-ekonomi dengan membentuk paguyuban
dapat ditempuh ialah mendorong petani dan petani.
pengusaha membangun sumber pengairan sendiri
seperti pompa air tanah, jaringan irigasi sederhana Optimasi Sumberdaya Berkelanjutan
swakelola. Usaha pertanian pada dasarnya berbasis
Pasar lokal komoditas pertanian juga pada sumberdaya alam yang meliputi tanah, air,
sangat essensial bagi tumbuh-kembangnya iklim dan genetika. Apabila tidak dikelola dengan
agribisnis di pedesaan. Pembangunan pasar lokal bijaksana, eksploitasi sumberdaya tersebut dapat
sangat diperlukan untuk menjamin bahan produk merusak kapasitas pemilikannya sehingga potensi
yang dihasilkan petani dapat terjual dengan harga produksinya akan menurun dan basis produksi
wajar. Pembangunan pasar lokal berfungsi usaha pertanian akan menurun pula. Produktivitas
menciptakan pasar komoditas pertanian yang usahapun akan menurun, yang berarti daya
efisien. Pasar lokal juga merupakan barang publik saingnya menurun pula. Dengan perkataan lain,
yang mesti dibangun dan dikelola pemerintah. usaha pertanian tidak dapat bertahan secara
Jalan raya diperlukan untuk membuka berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan
perekonomian desa sehingga tercipta perdagangan sumberdaya pertanian haruslah dilakukan secara
dengan perekonomian di luar desa. Sistem jalan optimal.
raya yang efeisien sangat diperlukan untuk Optimasi sumberdaya berkelanjutan ialah
meminimumkan biaya pemasaran. Sistem jalan pola pemanfaatan sumberdaya alam berdasarkan
raya yang efisien mutlak diperlukan bagi lima prinsip dasar: (a) pertumbuhan, (b) efisiensi, (c)
pertumbuhan dan perkembangan agribisnis. Jalan stabilitas, (d) berkelanjutan, dan (e) keadilan yang
raya merupakan barang publik yang mesti dibangun merata. Dengan prinsip dasar ini maka agribisnis
dan dipelihara oleh pemerintah. akan dapat tumbuh-berkembang secara
Kelistrikan merupakan sumber tenaga dan berkelanjutan. Optimasi sumberdaya berkelanjutan
penerangan yang sangat essensial untuk tak lain ialah pembangunan agriisnis berkelanjutan
agroindustri serta berbagai alat dan mesin (sustainable agribusniss development).
pertanian. Pembangunan kelistrikan pedesaan
sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan dan Pemacuan Investasi
perkembangan agribisnis, perekonomian desa Kebijakan pemerintah yang dapat memacu
secara umum dan kenyamanan hidup penduduk invesstasi pada bidang agribisnis di pedesaan
pedesaan, kelestrikan pedesaan dapat dibangun diantaranya ilaha: a) Penyediaan kredit investasi
oleh pemerintah atau oleh perusahaan swasta. jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan antara lain
Namun demikian, mengingat peran strateginya, dengan menerapkan penentuan alokasi kredit
inisiatif dan tanggung jawab utama pembangunan perbankan oleh Bank Indonesia, b) Penyediaan
kelistrikan swasta pedesaan perlu didorong dalam modal awal (seed capital). Pemerintah menyediakan
rangka mempercepat perluasan penyebaran modal awal dalam pembentukan agribisnis baru
kelistrikan di pedesaan. Jaringan telekomunikasi yang nantinya harus dikembalikan secara bertahap
diperlukan untuk memperlancar lalulintas informasi setelah perusahaan dapatt tumbuh mandiri, c)
antara desa dan luar desa. Pengembangan modal ventura. Pemerintah
Jaringan telekomunikasi bermanfaat untuk membentuk perusahaan modal ventura yang akan
mengurangi distorsi informasi pasar dan teknologi. bertindak sebagai mitra usaha bagi perusahaan
Telekomunikasi yang cepat, tepat dan murah dapat agribisnis di pedesaan, d) Pengembangan lembaga
mengurangi biaya transaksi. Dengan demikian, perkreditan pedesaan dan bank khusus agribisnis.
pembangunan jaringan telekomunikasi pedesaan Pengembangan lembaga perkreditan pedesaan dan
essensial untuk menumbuh- kembangkan agribisnis bank khusus agribisnis sangat perlu sebagai sumber
dan perekonomian desa secara umum. dana investasi dan modal kerja bagi agribisnis di
Telekomunikasi mengandung skala ekonomi yang pedesaan. Bank umum komersial yang sebagian
besar sehingga akan lebih efisien apabila dibangun besar berada di perkotaan kurang tertarik
oleh Badan Usaha milik Negara (BUMN). Namun menyalurkan dana bagi agribisnis di pedesaan.
demikian, investasi swasta pada usaha jasa
telekomunikasi di pedesaan juga perlu dirangsang Kebijakan Insentif
pemerintah sehingga
perkembangannya lebih ceapat dan pasarnya
efisien.
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni
2015

7
9
Pengusaha agribinis dan penduduk Badan Litbang Pertanian, 26-27 Oktober
pedesaan secara umum memiliki kekuatan politik 2000, Jakarta. Pusat Penelitian Sosial
yang relatif rendah dibanding dengan pengusaha Ekonomi Pertanian. Bogor
non-agribisnis dan penduduk perkotaan. Kebijakan Adnyana, M.O. 2005. Lintasan dan Marka Jalan
pemerintah seringkali cenderung bias Menuju Ketahanan Pangan Terlanjutkan
menguntungkan pengusaha non-agribisnis dan Badan Litbang Pertanian. 2000. Rumusan Sidang
penduduk perkotaan. Kebijakan harga, Kelompok Raker Badan Litbang Pertanian,
perdagangan, fiskal dan moneter seringkali 26-27 Oktober 2000. Jakarta.
merugikan dan menghambat pertumbuhan Clark, R.J. 1996. Coastal Zone Management Hand
agribisnis, lebih-lebih yang berlokasi di pedesaan. Book. CRC Lewis Publishers, Boca Raton,
Di sisi lain, pemerintah terhadap produk-produk Florida. 694 pp.
agribisnis pada umumnya tidak elastis sehingga Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
harganya cenderung menurun secara sekuler. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Perpaduan antara dampak kebijakan pemerintah Pertanian Bogor, 10 November 2007.
dan sifat intrinsik produk agribisnis menyebabkan Etzioni, A. 1961. A Competitive Analysis of Complex
nilai tukar (terms of trade) petani dan agribisnis Organization: on Power, Involve-ment, and
secara umum cenderung menurun secara sekuler Their Correlates. The Free Press of
sehingga menghambat pertubuhan agribisnis di Glencoi, Inc., New York.
pedesaan. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan: Teori dan aplikasi. Gramedia
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Pustaka Utama, Jakarta.
1. Pembangunan pertanian berwawasan agribinsis Fauzi, A. 2007. Economic of Nature's Non-Convexity
yang berkelanjutan dalam perspektif Reorientasi. Pembangunan Ekonomi
desentralisasi dan otonomi daerah perlu dihela Sumberdaya Alam dan Implikasinya bagi
oleh sumberdaya modal, SDM yang handal, dan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu
pengembangan potensi teknologi secara Ekonomi Sumberdaya Alam dan
dinamis. Dalam perumusan perencanaan dan Lingkungan,
implementasinya perlu dipahami profil dan Food and Agriculture Organization. 1989. World. The
dinamika ekonomi pedesaan, konsepsi dan State of Food and Agriculture. Food and
strategi pengembangannya dan Agriculture Organization of the United
kebijaksanaanpendukung secara komprehensip Nations, Rome, Italy.
dalam operasionalnya di lapangan. Gunardi. 1980. Kumpulan Bahan Bacaan Dasar-
2. Fokus pembangunan nasional pada sektor Dasar Penyuluhan Pertanian. Institut Per-
agribisnis dinilai sejalan dengan struktur tanian Bogor, Bogor.
perekonomian saat ini dan diyakini akan mampu Hadi, P.U., R. Sajuti, Saptana, Erwidodo, M.
memacu pertumbuhan, pemerataan dan Rachmat, Kh.M. Noekman, dan A.
keberlanjutan pemabngunan nasional. Djauhari. 1994. Analisa Kebijaksanaan
3. Daerah pedesaan dikembangkan berdasarkan Pengembangan Agribisnis Perikanan dan
pewilayahan komoditas unggulan utama yang Hortikultura: Model Pengembangan
menghasilkan bahan baku pengembangan Agribisnis Mangga. Pusat Penelitian Sosial
agroindustri di daerah perkotaan. Satuan usaha Ekonomi Pertanian, Bogor.
pengembangan diorganisasikan ke dalam Kasryno, F. 2000. Menempatkan Pertanian Sebagai
koperasi, perusahaan kecil dan menegah, Basis Ekonomi Indonesia: Memantapkan
dengan mempertimbangkan konsepsi Ketahanan Pangan dan Mengurangi
pengembangan sebagai berikut: (a) Kemiskinan. Widyakarya Nasional Pangan
Perkembangan kelembagaan usaha dilakukan dan Gizi VII. Lembaga Ilmu Pengetahuan
melalui insentif dan tidak perlu dicampuri oleh Indonesia, Jakarta.
pemerintah; (b) Selain berfungsi sebagai pusat Krisnamurthi, B. 2006. Revitalisasi Pertanian:
agribisnis, kota juga berfungsi sebagai pusat Sebuah konsekuensi sejarah dan tuntutan
pelayanan agribisnis yang kompetitif; (c) Lokasi masa depan. Dalam Revitalisasi Pertanian
dan sistem transportasi agroindustri dan pusat dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku
pelayanan harus memungkinkan para petani Kompas. Jakarta.
untuk bekerja sebagai pekerja paruh waktu; (d) Nasution, L.I. 1998. Pendekatan Agropolitan dalam
Pusat agroindustri juga berfungsi sebagai pusat Rangka Penerepan Pembangunan Wilayah
pengembangan sumberdaya manusia untuk dan Pedesaan. PWD-PPS IPB.
teknologi yang berkaitan dengan komoditas PSE. 2000. Pembangunan Ekonomi Pedesaan
utama, dan (e) Perkembangan institusional Berdasarkan Agribisnis. Pusat Penelitian
selayaknya dapat berlangsung secara ilmiah, Sosial Ekonoomi Pertanian. Bogor.
kalaupun ada campur tangan pemerintah hanya Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
dalam bentuk insentif dan disentif. Ekonomi Pertanian bekerja sama dengan
BAPPENAS/ USAID/DAI. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Ravallion, M. and G. Datt. 1996. How Important to
—. 2000. Pengembangan Agribisnis Berbasis Komunitas India's Poor is The Sectoral Composition of
Lokal. Makalah Rapat Kerja AGRISAMUDRA, Jurnal
Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari -Juni 2015

8
0
Economic Growth/World Bank Economic AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 2 No. 1 Januari
Review 10: 1-25. -Juni 2015
Rusastra, I.W. dan T. Sudaryanto. 1998. dinamika
Ekonomi Pedesaan dalam Perspektif
Pembangunan Nasional. Prosiding
Dinamika Ekonomi Pedesaan dan
Peningkatan Daya Saing Sektor
Pertanian.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor.
Sanim, B. 2006. Analisis Ekonomi Lingkungan dan
Audit Lingkungan. Makalah disampai-kan
pada Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi
Negeri Se-Jawa dan Bali dalam Bidang
Audit Lingkungan, Bogor, 11-20
September 2006.
Saptana dan T. Pranadji. 1994. Dampak Kapitali-
sasi terhadap Sustainabilitas Pertambakan
Udang. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional
Pengembangan Agribisnis Bidang
Peternakan dan Perikanan pada Pelita VI
dalam rangka Dies Natalis ke-30 Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Saptana, E.L. Hastuti, K.S. Indraningsih, Ashari, S.
Friyatno, Sunarsih, dan V. Darwis. 2005.
Pengembangan Model Kelembagaan
Kemitra-an Usaha yang Berdaya Saing di
Kawasan Sentra Produksi Hortikultura.
Pusat Peneliti-an dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Per-tanian, Bogor.
Saptana. 2003. Efisiensi dan Daya Saing Usaha
Tani Beberapa Komoditas Pertanian di
Lahan Sawah Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Selatan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
bekerja sama dengan BAPPENAS/
USAID/DAI. Bogor.
Saptana. 2003. Efisiensi dan Daya Saing Usaha
Tani Beberapa Komoditas Pertanian di
Lahan Sawah Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Selatan.
Sayogyo. 1990. Manusia dan Produktivitas
Pertanian Penopang Lepas Landas Kita.
Prisma No.2 Tahun XIX. LP3ES, Jakarta.
Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian
sebagai Strategi Agribisnis dan
Pembangunan Pertanian dalam Era
Globalisasi. Orasi Pe-ngukuhan Ahli
Peneliti Utama Bidang Sosial Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Sudaryanto, T. dan P.U. Hadi. 1993. Konsepsi dan
lingkup agribisnis. Makalah Seminar Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Bogor.
Sutopo, M.F. 1995. Serasah Ekonomi Sumber Daya
Hutan Tropis Indonesia. Institute for
Islamic Economics Studies, Yayasan
Khoiru Ummah, Bogor.
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pem-
bangunan Pedesaan, Penjelasan tentang
“Konsep, Istilah, Teori dan Indikator serta
Variabel”. PT Bina Rena Pariwara,
Jakarta.

8
1
Turner, P.K., D. Pearce, and I. Bateman. 1993.
Environmental Economic: An elementary
introduction. John Hopkins University Press,
Baltimore.
Worldwatch Institute. 2005. Vital Sign 2005. NN Norton and
Company, New York.
Yusdja, Y., C. Saleh, M. Amir, dan Al Sri Bagyo. 1992.
Studi Baseline Aspek Sosial Ekonomi
Pengendalian Hama Terpadu. Kerja Sama Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Monograph Series No. 6. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Pertanian, Bogor.

8
2

Anda mungkin juga menyukai