Hasil Model Cooperative farming lahir sebagai bentuk reaksi dan kritik petani atas model
estate farming dan corporate farming yang berbasis kapital. Karena model
cooperative farming lahir secara sosial, maka mekanisme kerjanyapun dibangun atas
dasar pendekatan partisipatif dengan tetap mensinergikannya dengan konsep-konsep
manajemen modern yang didapat dari sarjana pendamping. Hadirnya model
cooperative farming memberikan peran sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan
yang sangat besar terhadap petani, keluarga petani dan masyarakat pada umumnya.
Dengan demikian potensi pengembangan cooperative farming sebagai alternatif
strategi pemberdayaan petani Indonesia yang rata-rata berlahan sempit dan bermodal
kecil sangat terbuka lebar.
NO 2
Peneliti Cynthia Giagnocavo , Emilio Galdeano-Gómez dan Juan Carlos Pérez-Mesa
2. Pengambilan
keputusan
terkoordinasi
Cooperative
Farming
3. Penanaman intensif
Hasil Petani padi di Kurigram Sadar mempresentasi empat skenario pertanian kooperatif.
Skenario memberikan gambaran tentang potensi manfaat pertanian kooperatif,
mulai dari perkiraan kenaikan produksi beras sebesar 12,6% karena dimensi
ekonomi, sosial dan ekologi keberlanjutan yang berpihak pada pandangan yang
lebih baik dan memberikan pengurangan biaya produksi dan kerugian pasca
produksi, peningkatan 41,5% karena penanaman intensif, dan penghematan biaya
hingga 92% melalui substitusi tenaga kerja. Selain itu penelitian ini menunjukkan
kemerosotan semangat koperasi yang seharusnya penting untuk ditumbuhkan
sehingga peran pemerintah sangat penting dalam menumbuhkan semangat itu
menurut rumah tangga petani.
No 4
Peneliti Samuel Ziem Bonye, Gordon Yenglier, Yiridomoh & Emmanuel K. Derbile
Judul Urban expansion and agricultural land use change in Ghana: Implications for peri-
urban farmer household food security in Wa Municipality “'Ekspansi perkotaan dan
perubahan penggunaan lahan pertanian di Ghana: Implikasinya bagi ketahanan
pangan rumah tangga petani pinggiran kota di Kota Wa”
Riset Zona budaya pertanian di dalam kotamadya harus dibatasi dari kegiatan urbanisasi
Gab lainnya dan membangun mekanisme yang menghubungkan zona pertanian dan sistem
perkotaan. Ini akan membantu untuk cadangan lahan di pinggiran kota untuk kegiatan
pertanian. Kementerian Pangan dan Pertanian perlu menggandeng petani pinggiran
kota melalui peningkatan teknologi pertanian untuk membantu petani memanfaatkan
lahan pertanian mereka yang terbatas dengan baik. Ini bisa melibatkan pelatihan petani
tentang praktik agronomi dan pertanian konservasi karena ini memiliki potensi untuk
meningkatkan produksi pangan perkotaan di kotamadya.
Teori Ketahangan pangan
Model
Hasil Lahan pertanian di Wa selama tiga dekade terakhir telah secara drastis kehilangan
ruang untuk pembangunan perkotaan. Studi ini secara khusus mengaitkan hilangnya
ruang lahan pertanian dengan urbanisasi karena pendirian Universitas Studi
Pembangunan, Politeknik WA dan Sekolah Tinggi Pelatihan Keperawatan karena
berhektar-hektar lahan pertanian diubah menjadi perumahan dan pembangunan
infrastruktur. Perubahan penggunaan lahan pertanian telah mengakibatkan kerawanan
pangan karena sebagian besar petani menunjukkan bahwa mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan mereka selama 12 bulan terakhir. Urbanisasi telah
mengakibatkan hilangnya lahan pertanian, sehingga membatasi perluasan lahan
pertanian mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga mereka.
No 5
Peneliti Rahmadanih, S Bulkis, M Arsyad, A Amrullah and N M Viantika
Judul Role of farmer group institutions in increasing farm production and household food
security “Peran kelembagaan kelompok tani dalam meningkatkan
produksi usahatani dan ketahanan pangan rumah tangga”
Riset Kelompok Tani memiliki peran yang baik sebagai unit produksi, kerjasama
Gab dan pasar untuk meningkatkan produksi usahatani, namun belum banyak berdampak
pada peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.
Kelompok Tani menunjukkan hubungan yang positif dengan tingkat ketahanan
pangan rumah tangga. Sehingga perlu peningkatan peran Kelompok Tani dalam
rangka meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga sesuai
kebutuhan dan potensi Kelompok Tani.
Teori Kelembagaan kelompok tani dan ketahanan pangan
Model
Kelompok Tani
Ketahanan Pangan
Penyusunan aturan Organisasi
aturan organisasi
Hasil Tingkat ketahanan pangan rumah tangga berhubungan positif dengan peran
kelembagaan poktan dalam upaya peningkatan produksi usahatani, semakin tinggi
peran poktan dalam meningkatkan produksi, maka pertanian akan semakin baik dan
pada gilirannya akan meningkatkan tingkat ketahanan pangan.
Perbedaan peran lembaga juga mengakibatkan perbedaan produksi usahatani dan
pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani yang pada akhirnya berdampak pada
perbedaan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga anggota kelompok tani.
SINTESIS
Hasil Analisisa dari review 5 Jurnal di atas di hasilkan pembaruan model penelitian terkait dengan
“Cooperative Farming Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi”
Model Cooperative Farming jurnal 1 “Cooperative Farming dalam kebijakan pemberdayaan petani
di Provinsi Bali” tidak melibatkan kelembagaan (Koperasi) tapi melibatkan Pemerintah sedangkan
jurnal ke 2 melibatkan kelembagaan koperasi tidak melibatkan pemerintah dari 5 jurnal diatas
belum meneliti bahwa Managemen Cooperative farming bisa mendukung ketahanan pangan.