Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

KONSEP, BENTUK PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL


DALAM PENGELOLAAN TANI TERNAK DI DESA BUAKKANG,
KECAMATAN BUNGAYA, KABUPATEN GOWA

OLEH :

NAMA : ARI AGIANSYA


NIM : I011221202
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : MUHAMMAD NUR ASWIN FAJAR

SOSIOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
RINGKASAN

Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, mengenai

konsep, bentuk proses sosial dan interaksi sosial pada pengelolaan tani/ternak

yang dilaksanakan pada tanggal 19 hingga 21 Mei 2023 dapat diketahui bahwa

masyarakat di Desa Buakkang melakukan pengelolaan tani/ternak yang terdiri atas

dua pengelolaan yaitu pada pertanian dan peternakan, pada pertanian pengelolaan

yang dilakukan mulai dari penggarapan, penanaman bibit dengan cara penyebaran

benih, serta memanen padi jika telah siap panen, adapun pada bidang peternakan

cara pengelolaannya dilakukan dengan pembelian pedet, lalu menjaganya dengan

sistem pengembalaan semi intensif.

Sebuah kerja sama selalu dilakukan oleh masyarakat di Desa Buakkang

yang terbagi atas dua bidang, jika pada bidang pertanian, bentuk kerja sama yang

terjadi atau terjalin yaitu pada saat melakukan gotong royong dalam penanaman

yang dilakukan dengan penyebaran benih ataupun pemanenan padi yang sudah

siap panen, selain itu pada bidang peternakan terjadi juga bentuk kerja sama

seperti penyuluhan ataupun kerja sama terkait kesehatan ternak/ atau penggunaan

vaksin dari penyuluh ke masyarakat.

Setiap bidang baik itu pertanian maupun peternakan akan selalu

membutuhkan sebuah peningkatan dari segi kebutuhan akan teknologi yang dapat

membantu pengelolaan baik itu pertanian maupun peternakan, teknologi ini bisa

didapatkan melalui sebuah informasi terkait teknologi, hal ini bisa diketahui dari

penggunaan traktor untuk pembajakan sawah, dan juga teknologi dalam bentuk

vaksin yang dibutuhkan pada peternakan terkhusus sapi. Jika mengacu pada

x
bentuk pemasaran yang dilakukan pada bidang pertanian lebih kepada

pemanfaatan untuk kebutuhan keluarga, namun terkadang dilakukan penjualan

jika memang sangat diperlukan, selain itu pada bidang peternakan sebuah

pemasaran yang umum dilakukan antara peternak dan pembeli hanya dalam

bentuk sederhana, yang bertujuan untuk hanya memenuhi sebuah kebutuhan.

Dalam memaksimalkan sebuah pengelolaan sangatlah dibutuhkan modal

untuk usaha pertanian atau peternakan, jika dilihat pada pertanian bentuk modal

yang umum digunakan oleh masyarakat di Desa Buakkang adalah modal mandiri,

namun jika memang sangat memerlukan sesuatu, misalnya pupuk namun uang

mandiri tidak mencukupi maka bentuk yang bisa dijadikan modal adalah

peminjaman yang akan diganti setelah ada hasil dari pertanian yang dilakukan.

Selain itu pada bidang peternakan modal juga hampir sama dengan pertanian yang

memanfaatkan modal mandiri. Namun tetap ada kebutuhan ternak yang terkadang

tidak bisa dipenuhi dengan modal mandiri, misalnya kebutuhan akan vaksin yang

dapat dilakukan dengan bentuk peminjaman kepada pihak penyulu ataupun pihak

tertentu.

Di Desa Buakkang dapat dikatakan bahwa interaksi sosial, pada

masyarakat masih terjalin sangat baik, dikarenakan masih kentalnya kerja sama

dan kegotongroyongan yang selalu dilakukan oleh masyarakat desa terkhusus

pada kegiatan-kegiatan yang terlibat langsung pada pengelolaan tani/ternak pada

desa tersebut.

xi
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan adalah salah satu sektor yang banyak menyumbang terhadap

ketersediaan pangan. Kebutuhan protein hewani konsumen dipenuhi melalui

sector peternakan. Produk utama peternakan adalah susu, daging, telur dan bibit.

Selain produk utama, peternakan memiliki produk sampingan yang nilainya tidak

jauh bersaing dari nilai produk utama. Produk sampingan peternakan terdiri dari :

bulu ayam, bulu domba, darah yang diolah menjadi tepung darah, tulang yang

diolah menjadi tepung tulang atau hiasan, tanduk sebagai hiasan, kulit yang diolah

menjadi jaket, sepatu, tas dan kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk padat,

pupuk cair dan biogas. Potensi produk peternakan di Indonesia, saat ini belum

dioptimalkan penggunaannya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

Peternakan di Indonesia masih berskala kecil dan rata beternak merupakan

pekerjaan sampingan (Rodiallah dkk., 2017).

Perkembangan peternakan di Kabupaten Gowa semakin meningkat, hal

ini didukung oleh luasnya area persawahan yang menunjang ketersediaan pakan

yang melimpah. Selain bertani, masyarakat di Kabupaten Gowa menjadikan

peternakan sebagai sumber pendapatan sampingan, namun adapula yang

menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok. Potensi peternakan terbanyak di

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa yaitu ternak sapi sebanyak 469 ekor

dengan persentase 81,0% dan potensi peternakan terendah yaitu ternak kerbau

sebanyak 10 ekor dengan persentase 1,7%. (Amir, 2022).

1
Sebuah pengelolaan di bidang tertentu khususnya pertanian atau tani

belum berkembang secara intensif dari segi pertanian itu sendiri yang dimana

bentuk pengelolaannya belum maksimal karena disebabkan oleh hambatan yakni,

pertama bahwa sikap mental masyarakat yang belum menyadari sepenuhnya

bahwa lahan pertanian dapat dijadikan sebagai mata pencaharian utama, kedua

bahwa tingkat pendidikan masyarakat akan pentingnya mengembangkan aspek

kewirausahaan belum bertumbuh secara nyata, ketiga kurangnya modal sehingga

dapat mempengaruhi animo masyarakat dalam berusaha. keempat proses

kelembagaan bisa saja mempengaruhi secara luas karena belum dapat berjalan

sebagaimana mestinya padahal kelembagaan setiap desa dianggap sebagai salah

satu pendukung dalam mengakses berbagai informasi termasuk pula proses

pembelajaran untuk mendapatkan ide-ide baru dari masyarakat (Masda, 2020).

Pengelolaan yang maksimal dari bidang tertentu dapat dimaksimalkan

terkhusus pada bidang yang melekat erat pada masyarakat baik itu peternakan

ataupun pertanian, dalam pengelolaan ternak dibidang peternakan yang dilakukan

untuk meningkatkan produktivitas ternak dan peternak di pedesaan. Sebuah

pengelolaan dalam bentuk kelompok tani ternak menjadi sarana baik untuk

pembinaan dan penyuluhan bagi peternak untuk meningkatkan

keterampilan, sikap dan pengetahuan anggota. Kelompok tani ternak

diharapan menjadi sarana untuk mempermudah pembinaan peternak oleh

instansi atau lembaga yang terkait disamping bagi peternak dijadikan wahana

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota (Putri, 2019).

Melalui interaksi sosial, petani dapat saling bekerja sama, menghargai,

menghormati, hidup rukun, dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut

2
mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam kelompok tani yang

mendorong munculnya keselarasan sosial. Keteraturan sosial merupakan suatu

kondisi dimana sendi-sendi kehidupan kelompok tani berjalan dengan tertib dan

teratur sehingga tujuan kelompok tani dapat tercapai (Lingga dkk., 2021).

Proses sosial adalah suatu interaksi sosial atau hubungan timbal

balik atau saling mempengaruhi antar petani yang berlangsung di dalam

kelompok tani. Proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang

dapat dilihat jika individu dan kelompok yang dimana kelompok sosial saling

bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. Pada interaksi

sosial terjalin hubungan erat yang kemudian akan menciptakan keselarasan

sosial. Oleh karena itu, interaksi sosial berpengaruh besar terhadap

terbentuknya keselarasan sosial petani yang bersangkutan (Lingga dkk.,

2021).

Interaksi sosial menjadi sebuah hubungan yang dinamis yang dimana

hubungan ini terjadi baik antara individu dengan individu, individu dengan

masyarakat, ataupun masyarakat dengan masyarakat, sehingga interaksi akan

sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial terutama dalam mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebersamaan dan

kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan

untuk mengatasi hal tersebut, jika dilihat langsung pada kondisi tani ternak yang

berada dalam bentuk kesatuan, karena interaksi sosial bukan semata-mata dilihat

sebagai sebuah hasil melainkan lebih kepada proses (Xiao, 2018). Hal inilah yang

melatar belakangi dilakukannya praktek lapang sosiologi peternakan di Desa

3
Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, dengan judul “konsep, bentuk

proses sosial dan interaksi sosial dalam pengelolaan tani ternak”.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktek lapang sosiologi peternakan

yaitu, bagaimana konsep, bentuk proses sosial dan interaksi sosial dalam

pengelolaan tani ternak di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten

Gowa.

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktek lapang sosiologi peternakan tentang

sosiologi peternakan yaitu agar mengetahui konsep, bentuk proses sosial dan

interaksi sosial dalam pengelolaan tani ternak di Desa Buakkang, Kecamatan

Bungaya, Kabupaten Gowa.

Adapun tujuan dari praktek lapang sosiologi peternakan tentang sosiologi

peternakan yaitu untuk mengetahui konsep, bentuk proses sosial dan interaksi

sosial dalam pengelolaan tani ternak di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,

Kabupaten Gowa.

4
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Peternakan

Ilmu peternakan adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang

bersangkutan dengan usaha manusia untuk beternak atau mengusahakan

peternakan dari berbagai jenis hewan untuk memperoleh manfaat dari padanya.

Dengan kata beternak yang di sini, digunakan dalam arti yang luas, mengandung

maksud memelihara, merawat, mengatur kehidupan, perkawinan, kelahiran,

penjagaan kesehatan serta pula penggunaannya dari hewan yang diusahakan

(Astiti, 2018).

Peternakan merupakan salah satu usaha yang memanfaatkan sumber

daya alam yang memanfaatkan sumber daya hewani yang dimana suatu hewan

yang diternakan atau dibudidayakan akan dapat diambil manfaatnya.Dalam

peternakan ini banyak macam hewan yang dapat diternakan dan banyak juga yang

dapat diambil manfaatnya antara lain yaitu, ternak sapi, ternak kambing, ternak

domba, ternak unggas, dan masih banyak lagi hewan yang dapat diternakan dan

diambil manfaatnya (Agustina, 2019).

Peternakan juga merupakan kegiatan dalam mengembangkan dan

membudidayakan hewan ternak yang dapat dimanfaatkan hasil dari kegiatan

budidaya tersebut. Usaha pengembangan budidaya dilakukan secara terus

menerus tidak terbatas. Kegiatan budidaya hewan ternak bertujuan untuk

5
mengahasilkan keuntungan dengan menerapkan perhitungan biaya produksi

(Fitroh, 2022).

Hewan ternak yang dapat dibudidayakan diantaranya sapi, kerbau,

kambing, domba, ayam, itik, dan puyuh. Komoditas yang diternakan

tergantung keinginan peternak dalam memulai suatu usaha peternakan, selain itu

ada ternak yang dapat dimanfaatkan dagingnya sebagai alternatif kebutuhan

protein hewani diantaranya: kelinci, burung dara, itik, ayam kalkun dll.

Bidang peternakan mempunyai berbagai ukuran hewan ternak, bidang peternakan

dibagi menjadi dua golongan, yaitu ternak besar diatantaranya: sapi, kerbau,

kuda, kambing, dan domba sedangkan untuk golongan ternak kecil

diantaranya: ayam, kelinci, puyuh dll (Fitroh, 2022).

Peranan peternakan itu sendiri mempunyai 4 bentuk strategis yaitu,

peternakan untuk menyediakan pangan terutama untuk memenuhi kebutuhan

rakyat akan protein hewani, peternakan untuk sumber pendapatan dan

kesempatan kerja, peternakan untuk usaha pertanian yang berkelanjutan

dan perbaikan lingkungan hidup, dan yang terakhir adalah peternakan untuk

pengentasan masyarakat dari kemiskinan (Hafid, dkk., 2022).

Tinjauan Umum Sosiologi Peternakan

Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang dikendalikan

oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang

tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh

naluri. Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan

nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk

mengisi kekosongan dalam kehidupannya ,manusia mengembangkan kebudayaan.

6
Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-

kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia

mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat

perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Dengan kata lain,

kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar,

yang disebut sosialisasi (Hamdah, 2017).

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti kawan,

teman sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan. Walaupun banyak definisi

tentang sosiologi, namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan

tentang masyarakat. Sosiologi mempelajari masyarakat meliputi gejala-gejala

sosial, struktur sosial, perubahan sosial dan jaringan hubungan atau interaksi

manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,sedangkan peternakan

merupakan salah satu sektor yang banyak menyumbang terhadap ketersediaan

pangan. Yang dimana kebutuhan akan protein hewani konsumen dapat dipenuhi

melalui sector peternakan.Sehingga,Sosiologi peternakan menjadi bidang ilmu

yang berfokus pada pengetahuan terhadap masyarakat yang berada pada lingkup

peternakan (Adibah, 2017).

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (semi terbuka), dimana

sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa

Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan

hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas

yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah

7
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama

dalam satu komunitas yang teratur (Hamdah, 2017).

Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat

apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan

kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka

berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara

utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada:

Masyarakat pemburu, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat agricultural

intensif yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar juga

menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat

yang terpisah dari masyarakat tradisional (Norminah, 2017).

Hidup berkelompok sangat penting dalam menjalani kehidupan.

Kelompok menjadi kuat jika dapat dikelola dengan baik .Kekuatan dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan,mengembangkan potensi yang ada pada diri

anggotanya.Dinamika kelompok,dimana manusia mengalami proses sosialisasi

dan pendidikan selanjutnya, kelompok juga berfungsi sebagai ruang

bekerja, ruang bermain, dan ruang bercanda .Sebaliknya, jika kelompok

tidak dapat dikelola dengan baik, tentu saja bisa menjadi kelemahan. Hidup

berkelompok dapat menentukan keberhasilan suatu pembangunan, seperti

pembangunan dalam sektor pertanian maupun peternakan (Tambas, 2018).

Tinjauan Umum Pengelolaan Tani Ternak

Definisi petani ditentukan dalam Pasal 1 bagian 3 Permentan

No.40/Permentan/SR.230/7/ 2015, bahwa petani adalah warga negara Indonesia

perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan usaha tani dibidang

8
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan. Berdasarkan

ketentuan tersebut usaha di bidang peternakan juga termasuk didalamnya.

Ketentuan mengenai definisi kelompok tani sebagai bentuk pengelolaan dasar

dibidang peternakan ataupun pertanian yang dimana tertuang dalam Pasal 1

bagian 4 Permentan No. 40/Permentan/SR.230/7/ 2015, bahwa kelompok tani itu

sendiri adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk atas

dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi,

sumber daya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan serta

mengembangkan usaha anggota. Berdasarkan ketentuan tersebut peternak

termasuk kedalam kelompok tani (Siti, 2018).

Dalam pengelolaan yang terus dimaksimalkan akan sulit berada pada

tingkat yang tinggi sehingga hal -hal tersebut harus didukung dan diwadahi dalam

berbagai bentuk pengelolaan yang ditinjau dari segi keilmuan dan pemahaman

yang tinggi sehingga hal tersebut dimaksimalkan dengan pembentukan kelompok

tani yang dimana merupakan kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk

secara langsung mengorganisir para petani dalam berusaha tani. Kementerian

Pertanian (2016) mendefinisikan kelompok tani adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,

kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan

usaha anggota (Wiratama, 2020).

Kelompok tani dibentuk untuk menjadi pengelola yang terus berjalan di

bidang pertanian ataupun peternakan yang dimana sesuai dengan kebutuhan

masyarakat yang memiliki tujuan yang sama dan ingin bekerja sama satu

9
dengan yang lain. Kelompok tani biasanya ditemukan dipedesaan, karena

masyarakat dipedesaan memiliki mata pencarian di bidang pertanian

atau sebagai petani dan juga peternak. Keberhasilan suatu kelompok dalam

hal ini kelompok tani pada umumnya dilihat dari pencapaian hasil dari

kelompok tani tersebut terutama dalam melakukan peningkatan dari segi

pengelolaan yang terjadi terutama dibidangnya, terkhusus peternakan dan juga

pertanian (Tambas, 2018).

Dalam sebuah pengelolaan yang baik akan terus dilakukan peninjauan

kembali guna mengatasi masalah bersama dalam usaha tani serta menguatkan

posisi tawar ataupun menawar petani dan juga peternak, baik dalam pasar sarana

maupun pasar produk pertanian ataupun hasil peternakan. Kelompok tani ternak

sebagai bagian integral pembangunan pertanian yang memiliki peran dan fungsi

penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian maupun peternakan di

pedesaan. Kelompok tani tenak inilah yang pada dasarnya sebagai pelaku utama

pembangunan pertanian ataupun peternakan di perdesaan. Dalam hal ini

keberadaan kelompok tani ternak dapat memainkan peran tunggal atau ganda,

seperti penyediaan input usahatani (misalnya pupuk), penyediaan modal

(misalnya simpan pinjam), penyediaan air irigasi (kerjasama dengan P3A),

penyediaan informasi (penyuluhan melalui kelompok tani), serta pemasaran hasil

secara kolektif yang dimana menjadi bentuk pengelolaan yang baik untuk

dimaksimalkan dibidang pertanian ataupun peternakan (Wiratama, 2020).

Keberadaan Kelompok Tani Ternak (KTT) merupakan salah satu

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Upaya pengembangan

ternak terintegrasi dapat dilakukan melalui peningkatan keterampilan dan

10
pegetahuan melalui kegiatan program pendampingan, pelatihan dan penyuluhan

dari dinas terkait yang menjadi bentuk lebih mudah dan akan maksimalnya bentuk

pengelolaan yang ada dalam pedesaan, yang dimana jika ada kesulitan-kesulitan

yang biasa terjadi dalam pemeliharaan ternak maka dapat diatasi melalui kegiatan

penyuluhan melalui pendampingan. Kegiatan penyuluhan dapat menjadi salah

satu media bagi peternak untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli dalam rangka

pengembangan ternak untuk peningkatan kesejahteraan keluarga peternak yang

juga akan menjadi penunjang tercapainya pengelolaan yang maksimal karena

berdasar pada ilmu yang telah teruji (Indika, 2019).

Tinjauan Umum Konsep, Bentuk Proses Sosial dan Interaksi Sosial Dalam
Pengelolaan Tani Ternak

Konsep, bentuk proses sosial dan interaksi sosial dalam pengelolaan tani

ternak adalah hal yang menjadi sebuah kesatuan yang saling berkaitan karena

dalam mengetahui pengelolahan tani ternak yang ada maka sebuah konsep atau

gambaran, dan juga bentuk akan menjadi dasar yang perlu diketahui. Baik itu

awal yang ada dari sebuah konsep ataupun bentuk dan juga akhir yang dimana

akan memberikan sebuah dampak yang akan terjadi pada tani ternak yang dapat

ditinjau pada pengelolaannya.

Konsep merupakan sebuah gambaran atau hal yang secara jelas yang

dimana dapat menggambarkan suatu hal ataupun objek yang menjadi tujuan untuk

memahami, selain itu terdapat bentuk yang juga merupakan gambaran nyata yang

telah ada, dibandingkan dengan konsep maka bentuk merupakan hal yang benar -

benar ada, sedangkan konsep merupakan gambaran dalam memahami atau

mengetahui objek yang belum secara nyata ada atau terjadi.

11
Secara garis besar proses sosial dan juga interkasi sosial yang ada dalam

pengelolaan tani ternak merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam

pengelolaan tani ternak yang berada dalam bentuk kelompok karena dalam

keolompok terdiri atas beberapa orang dengan tujuan yang sama sehingga proses

sosial ataupun interkasi sosial akan selalu terjadi didalamnya. Konsep ataupun

bentuk sosial yang ada dalam pengelolaan tani ternak, baik ataupun buruknya

maka akan mempengaruhi secara besar terkait kelompok tani ternak itu sendiri

termasuk pengelolaannya.

Tinjauan Umum Konsep Sosial

Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau

memahamkan (Hasan, 2007). Pengertian konsep itu sendiri menurut Suherman

(2003), ia mengatakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita

dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh, adapun sosial

adalah hubungan yang terjadi antara seseorang dengan orang lain ataupun

kelompok, sehingga sebuah konsep sosial merupakan bentuk ide ataupun cara

seseorang dalam meningkatkan bentuk hubungan yang dapat terjalin antara

manusia yang satu dengan lainnya ataupun dengan kelompok (Fajar, 2019).

Manusia adalah makhluk sosial dan apabila tidak memiliki keterampilan

hubungan sosial dengan baik dapat mendorong ke arah suatu kehidupan yang

penuh dengan kesepian dan tekanan. Seseorang yang memiliki keterampilan

hubungan sosial dapat membantu orang menjadi menarik, mendapatkan pekerjaan

yang diinginkan, kemajuan karir dan membangun hubungan dengan orang lain

secara efektif. Carteidge G. dan Millbren mengemukakan bahwa keterampilan

hubungan sosial akan memperkuat perilaku yang proaktif dalam masyarakat,

12
proforsional dan produktif, dapat memecahkan masalah dengan orang lain, hidup

bertanggung jawab dan disiplin, memupuk perilaku berwawasan masyarakat,

kebangsaan dan global, yang menjadi sebuah implementasi dari konsep sosial itu

sendiri (Khalilah, 2017)

Perkembangan sosial merupakan pencapaiaan kematangan dalam

hubungan sosial. Dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan

diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri

menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama untuk

berkembangan. Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang

tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya. Dari hal

tersebut anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada

masa remaja perkembangan “social cognition” adalah kemampuan untuk

memahami orang lain sebagai individu. Remaja memahami orang lain sebagai

individu yang unik, baik yang menyangkut sifat-sifat pribadi, minat

nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk

menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (teman sebaya)

(Khalilah, 2017).

Suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang

saling berkaitan dan saling menyatu dalam kesimbangan merupakan suatu

konsep sosial yang akan berdampak pada perubahan. Perubahan yang terjadi

pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.

Masyarakat dilihat sebagai sebuah sistem dimana seluruh struktur sosialnya

terintegrasi menjadi satu, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda

tapi saling berkaitan dan men-ciptakan konsensus dan keteraturan sosial

13
serta keseluruhan elemen akan saling beradaptasi baik terhadap perubahan

internal dan eksternal dari masyarakat (Sumandiyar, 2020).

Sebuah konsep sosial yang cukup sederhana dan sangat menimbulkan

dampak sosial yang baik pada zaman ini adalah hubungan sosial yang berada

dalam jaringan yang sering digambarkan dalam diagram, yang di dalamnya adalah

titik pusat, sedangkan media adalah garis konektivitas sosial. Penjelasan tersebut

senada dengan pendapat Wasserman dan Faust yang Mahendra, mereka

menyatakan bahwa jaringan sosial dapat dipandang sebagai sistem hubungan

sosial yang ditandai dengan serangkaian informasi dan komunikasi dalam sosial

media. Dengan demikian satu sama lain menciptakan jaringan sosial (Mahendra,

2017).

Tinjauan Umum Bentuk Proses Sosial

Bentuk proses sosial merupakan bentuk dari adanya sebuah hubungan

yang terjadi antara manusia yang satu kemanusia lainnya atau manusia dengan

sebuah kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gillin, yang mengatakan

bahwa ada beberapa macam bentuk proses sosial diantaranya adalah : 1. Proses

asosiatif (processes of association) terbagi dalam tiga bentuk khusus: A.

Akomodasi, dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi

keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok

manusia yang berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang

berlaku dalam masyarakat. B. Asimilasi, yang merupakan suatu proses dimana

pihak-pihak yang berinteraksi akan mengidentifikasikan dirinya dengan

kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Selain itu, terdapat proses

disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup: A. Persaingan wajar/biasa,

14
suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang

bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. B. Persaingan

yang meliputi kontraversi dan pertentangan atau pertikaian (conflict), bentuk

interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan

(Prasanti, 2017).

Sebuah bentuk proses sosial juga dijabarkan oleh Kimball Young, yang

mengatakan bahwa bentuk proses sosial adalah: 1. Oposisi (opposition) yang

mencakup persaingan dan pertentangan atau pertikaian, 2. Kerjasama

(cooperation) yang menghasilkan akomodasi, 3. Diferensiasi (differentiation)

yang merupakan suatu proses di mana orang perorangan di dalam masyarakat

memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam

masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan juga pekerjaan (Prasanti, 2017).

Bentuk proses sosial juga seiring berjalannya waktu, mengalami

perubahan yang dimana hal tersebut di pengaruhi oleh banyak hal di dunia

modern yang salah satunya adalah kemajuan teknologi yang saat ini telah

melahirkan banyak bentuk media baru dalam komunikasi yang menjadi

menunjang dari bentuk proses sosial yang terjadi. Kemajuan teknologi tersebut

sangat beragam, mulai dari yang berbasis komputer, internet, dan sistem digital

seperti telepon seluler (handphone), surat elektronik, mesin faksimile, televisi,

radio streaming, dan berbagai perangkat serta program jejaring sosial lain. Pada

dasarnya hal tersebut diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin

mudah dan nyaman, tetapi perangkat tersebut masih saja ada yang digunakan oleh

khalayak dengan berbagai motivasi dan kepentingan sehingga tidak jarang

15
menimbulkan dampak buruk yang tidak diinginkan dan bahkan berpengaruh

terhadap bentuk proses sosial (Efendi, 2017).

Proses sosial tidak akan pernah terjadi tanpa adanya bentuk hubungan

yang terus-menerus terjadi antara manusia dengan manusia lainnya ataupun dalam

kelompok, sehingga terdapat hal yang menjembatangi atau menjadi pemicu

terjadinya sebuah proses sosial yang terjalin dalam hubungan sosial yaitu

komunikasi yang dimana merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia.

Manusia selalu berkomunikasi, baik komunikasi dengan diri sendiri maupun

berkomunikasi dengan orang lain. Dari sinilah muncul berbagai jenis komunikasi

seperti komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok

dan komunikasi massa. Selain jenis-jenis komunikasi, pengelompokan

komunikasi juga dapat dilihat dari bentuknya yaitu komunikai organisasi,

komunikasi antar budaya, komunikasi politik, komunikasi bisnis, komunikasi

social & pembangunan, dan lain lain (Vera, 2023).

Tema yang di komunikasikan sangat beragam tidak dibatasi pada tema

tertentu semua mengalir dengan sendirinya, mulai masalah dalam kehidupan

sehari-hari, masalah rumah tangga, masalah ekonomi, politik, sosial-budaya,

kesenian, perselingkuhan dll. Pembicaraan pun bisa saja berganti tema saat itu

juga. Adapun orang yang terlibat dalam komunikasi bisa saja dari segala lapisan

masyarakat. Tidak ada batasan status sosial. Oleh karena itu sebuah bentuk dari

proses sosial sangatlah erat kaitannya dengan komunikasi yang menjadi pemicu

dasar adanya sebuah hubungan sosial yang terikat dalam interaksi sosial (Vera,

2023).

Tinjauan Umum Interaksi Sosial

16
Interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dalam

interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi

pasangannya. Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran

antar pribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain

dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama

lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial

sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih

hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi

satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk

mempengaruhi individu lain (Parasanti, 2017).

Bentuk umum dari sebuah proses sosial adalah interaksi sosial, dan arena

bentuk-bentuk lain dari proses sosial hanyalah sebuah bentuk-bentuk khusus dari

sebuah interaksi. Dengan begitu yang dapat disebut proses sosial, hanyalah

interaksi sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan

sosial, tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan secara

Bersama-sama. Syarat utama dari adanya atau hadirnya aktivitas-aktivitas sosial

adalah adanya interaksi sosial (Xiao, 2018).

Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan yang dinamis, dimana

hubungan tersebut berkaitan dengan hubungan antar perseorangan, antara

kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, maupun hubungan antara

perseorangan dengan kelompok. Tidak jarang disebutkan bahwa seseorang akan

menjadi sulit untuk bertahan hidup, apabila ia tidak menjalin interaksi dengan

seorang individu lainnya. Hal ini merupakan dasar dari terjadinya proses sosial,

yaitu interaksi sosial (Xiao, 2018).

17
Interaksi sosial juga merupakan sebuah hubungan timbal balik yang

saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu, individu

dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu kontak sosial dan juga komunikasi sosial.

Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder, sedangkan

komunikasi sosial dapat secara langsung apabila tanpa melalui perantara.

Misalnya A dan B bercakap – cakap, maka termasuk contoh dari interaksi sosial

secara langsung, sedangkan apabila A menitip salam lewat B dan B meneruskan

kembali ke A, ini merupakan contoh interaksi sosial secara tidak langsung

(Mulyadi, 2020).

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi,

sugesti, identifikasi, indentifikasi, simpati dan empati. Salah satu diantaranya

adalah imitasi yaitu interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain.

Setiap masyarakat atau manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-

perubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti

kurang mencolok ataupun mencolok, sehingga adanya bentuk atau perubahan

yang mencolok menjadi daya tarik tersendiri bagi faktor imitasi untuk mengikuti

sebuah perubahan yang ada. Selain itu ada juga perubahan-perubahan yang lambat

sekali, akan tetapi ada juga berjalan dengan cepat (Mulyadi, 2020).

18
METODE PRAKTEK LAPANG

Waktu dan Tempat

Praktek lapang sosiologi peternakan mengenai konsep, bentuk proses

sosial dan interaksi sosial dalam pengelolaan tani ternak di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa ini dilaksanakan pada hari jumat sampai

ahad, pada tanggal 19 sampai 21 Mei 2023, yang bertempat di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa.

Jenis dan Sumber Data

Data merupakan informasi faktual seperti pengukuran dan statistik yang

dipergunakan sebagai dasar dalam penalaran, diskusi atau perhitungan. Jenis data

adalah pengelompokan data yang digunakan berdasarkan ciri-ciri, bentuk, sifat,

dan lain-lain. Adapun jenis data yang digunakan dalam praktik lapang sosiologi

peternakan mengenai konsep, bentuk proses sosial dan interaksi sosial dalam

19
pengelolaan ternak di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa

yaitu:

Data Kualitatif

Data kualitatif adalah suatu data yang tidak bisa diukur dengan angka.

Data yang didapat dari penjelasan kata verbal sehingga tidak bisa kita analisis

dalam bentuk angka atau bilangan. Contoh data kualitatif yaitu data hasil

wawancara, catatan riset, data observasi yang dibedakan berdasarkan kategori,

data komentar customer terhadap suatu produk, dan data lainnya yang tersajikan

dalam tulisan.

Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang bisa diukur, diberi nilai numerik, dan

dihitung, berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau

berbentuk angka. Contoh data kuantitatif yaitu hasil survei, dan olahan data

statistik.

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat

diperoleh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data diartikan sebagai

kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu

pendapat, keterangan yang benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk

penalaran dan penyelidikan. Adapun sumber data yang digunakan dalam praktek

lapang sosiologi peternakan mengenai konsep, bentuk proses sosial dan interaksi

sosial dalam pengelolaan ternak di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,

Kabupaten Gowa yaitu:

Data Primer

20
Data primer merupakan data yang diperoleh dari objek yang diteliti oleh

orang atau organisasi yang sedang melakukan penelitian. Adapun contoh dari data

primer seperti data hasil wawancara langsung, hasil survei, dan kuesioner

terhadap responden.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara langsung dari

objek penelitian atau dari pihak ketiga atau bisa dibilang juga berbagai informasi

yang telah ada sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang

digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian. Biasanya data-data ini

berupa diagram, grafik, atau tabel sebuah informasi penting seperti sensus

penduduk.

Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Pengambilan data dilakukan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Sementara itu instrumen pengambilan data merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Adapun metode pengambilan data dalam praktek lapang

sosiologi peternakan mengenai konsep, bentuk proses sosial dan interaksi sosial

dalam pengelolaan ternak di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten

Gowa yaitu:

Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana penelitian atau

kolaboratornya mencatat informasi sesuai yang mereka saksikan selama penelitian

atau suatu cara pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap situasi

21
atau peristiwa yang ada dilapangan. Informasi yang diperoleh meliputi objek

tentang keadaan alam, keadaan lingkungan, hewan, tumbuhan, sosial, sebuah

peristiwa, kesenian, dan kebudayaan.

Wawancara

Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih yang berlangsung

antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan mengumpulkan data-data

berupa informasi. Misalnya dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan tertentu

mengenai masalah yang diteliti.

Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik sekumpulan data untuk menelaah buku,

pencarian literatur, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan penelitian.

Proses studi pustaka ini juga dipakai untuk mengumpulkan data. Nantinya penulis

mencantumkan data tersebut dalam karya ilmiah.

22
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG

Keadaan Geografis

Desa Buakkang adalah sebuah Desa yang terletak di wilayah

Pemerintahan Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa yang berjarak dari ibu kota

Kabupaten kurang lebih ± 45 Km, jarak dari Ibu Kota Provinsi 67 Km dan berada

di sebelah timur Ibu kota Kabupaten Gowa, serta kurang lebih 1,5 Km dari

Kelurahan Sapaya yang merupakan ibu Kota Kecamatan Bungaya, Jika

menggunakan kendaraan bermotor maka jarak tempuh kekota kecamatan ± 30

menit, dan ± 90 menit menuju ibu kota kabupaten.

Gambar 1. Peta Lokasi Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa

Sumber: Google Maps

Luas wilayah Desa Buakkang ± 26,40 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Mangempang dan Bontomanai

23
 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pattallikang Kec. Manuju dan Desa

Bissoloro Kec. Bungaya

 Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sapaya dan Kelurahan Lauwa

Kec. Biringbulu

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rannaloe.

Secara administrasi Desa Buakkang terbagi atas 7 (tujuh) wilayah Dusun

yakni Dusun Kaluarrang, Dusun Kampung Beru, Dusun Parang-Parang, Dusun

Biruppaya, Dusun Sapakeke, Dusun Bontosunggu dan Dusun Buakkang. Dari

tujuh Dusun tersebut masing-masing Dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun

(Kadus) yang menaungi 2-3 RK dan setiap RK menaungi 2 RT.

Penggunaan Lahan

Lahan yang ada pada Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten

Gowa diketahui total luas wilayah yang ada mencapai 264 Ha, terbagi menjadi

beberapa peruntukan lahan, antara lain: Luas Pemukiman 19 Ha/M², Luas

persawahan (sawah irigasi teknis 10 Ha, irigasi ½ teknis 13 Ha), Tegal/Ladang 67

Ha, perkebunan 51 Ha, Pekuburan umum 2,0 Ha, bangunan perkantoran 30x25

Meter, sekolah 10,50 Ha, sarana peribadatan 7,50 Ha serta hutan 88 Ha. Pada

penggunaan lahan yang paling besar digunakan pada tegal/ladang dengan luas 67

Ha, lalu yang paling kecil penggunaan lahan digunakan pada perkuburan dengan

luas 2,0 Ha, sehingga masyarakat pada desa tersebut lebih luas memanfaatkan

lahan tegal/ladang dalam kehidupan mereka.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk dan kondisi pertumbuhan penduduk bahwa Desa

Buakkang memiliki jumlah penduduk 2.967 jiwa yang terdiri atas (1.471 laki-laki

24
dan 1.496 perempuan), 619 Kepala Rumah Tangga dengan perbandingan Jiwa

penduduk dari semua tingkatan usia laki-laki 1.471 jiwa dan perempuan 1.496

jiwa. Dusun Sapakeke memiliki jumlah jiwa terbanyak dan Dusun Bontosunggu

memiliki jumlah jiwa terendah. Dan untuk perbandingan penduduk laki-laki dan

perempuan, dapat diketahui bahwa jumlah jiwa perempuan lebih banyak

dibanding jumlah jiwa laki-laki.

Desa Buakkang memiliki 6 jenis tingkatan rumah dengan jumlah 619

unit rumah yang dihuni oleh 619 kepala rumah tangga, ada 176 kepala keluarga

yang belum memiliki rumah (menumpang) ada yang masih satu dapur dan ada

juga yang sudah pisah dapur, 4 kepala tinggal di perumahan sekolah dan 2 kartu

keluarga masih menumpang di rumah orang lain.

Keadaan Pendidikan

Keadaan pendidikan yang ada pada Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,

Kabupaten Gowa, terdapat beberapa keadaan pendidikan yang ada mulai dari

tingkat pendidikan yang kepala keluarganya tidak tamat SD sebanyak 351 jiwa,

yang menandakan bahwa tingkat pendidikan masih cukup rendah dikarenakan

masih banyaknya kepala keluarga yang belum bisa merasakan pendidikan bahkan

yang tingkat pendidikan terendah sekalipun, setelah itu keadaan pendidikan yang

tamat SD-SLTP sebanyak 296 jiwa, yang dimana menandakan bahwa kurang

maksimalnya keiniginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan dari yang

terendah menuju yang lebih tinggi. Selanjutnya masyarakat yang pendidikannya

tamat SLTA sebanyak 193 jiwa, yang menandakan masyarakat yang berada pada

tingkat pendidikan tersebut sudah tidak ingin melanjutkan pendidikannya. Salah

satu penyebabnya dari segi keuangan dan juga rasa cukup dengan pendidikan

25
yang telah didapatkan. Tingkat pendidikan yang tamat AK/Perguruan tinggi

sebanyak 45 jiwa, sehingga hal ini menggambarkan kurangnya masyarakat yang

sanggup untuk berada dan menempuh pendidikan tertinggi.

Meski upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah untuk

mengatasi masalah pendidikan adalah pelaksanaan program paket B untuk anak

yang putus sekolah di SD, program KF (Keaksaraan Fungsional) untuk

masyarakat yang buta Aksara. Namun kontrol dari pihak pemerintah masih

kurangnya dan dari berbagai pihak terkait terhadap pelaksana dilapangan

menyebabkan Program tersebut belum berjalan efektif.

1) Kelompok Bermain dan TK (PAUD)

Sarana pendidikan usia dini di Desa Buakkang telah di danai oleh

Dana Desa, dan TK PAUD ada 1 (satu). PAUD 1 unit Taman Kanak-kanak 1

PAUD yang permanent berada di Dusun Kampung Beru namun antara PAUD

dengan TK masih satu atap karena belum memiliki sarana pendidikan masing-

masing. Honorarium tenaga pendidik itu ditanggung oleh Sekolah, bantuan

dana dari DIKPORA, Dana Desa dan orang tua siswa. Harapan kedepannya

baik dari Pemerintah dan Masyarakat maupun Tenaga Pendidik, agar sekolah

dapat dibangun secara permanen untuk keberlangsungan proses belajar

mengajar yang lebih efektif. Dukungan orang tua siswa cukup baik terbukti

dengan hampir semua anak usia sekolah dini bersekolah TK, faktor ini

ditunjang dengan kesadaran orang tua terkait pentingnya pendidikan.

2) TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an)

Taman Pendidikan Al-qur’an di Desa Buakkang sebanyak 13

kelompok dan 13 tempat pengajian dasar Al-qur’an, Tenaga pendidik setiap

26
tempat pengajian Al-qur’an sebanyak 1 sampai 2 orang, sementara untuk

Honorarium tanaga pengajar dari Kesra dan selain dari Kesra juga di

alokasikan di dalam APBDes, namun kita akui bahwa operasional TPA selama

ini masih kurang. dari 13 tempat pengajian Alquran yang ada di Desa

Buakkang diantaranya baru 2 kelompok pengajian yang terdaftar sebagai TPA

karena yang lain belum menggunakan kurikulum sebagai acuan dalam

pembelajara Al-qur’an, untuk mengetahui dan tentang TPA di Desa Buakkang.

3) Sekolah Dasar / Sederajat

Sekolah Dasar yang ada di Desa Buakkang ada 4 unit dan 1 unit

Maderasah Ibtidaiyah Swasta (MIS), Sekolah Dasar terletak di Dusun

Kaluarrang, Parang-parang, Bontosunggu dan Buakkang dan Maderasah

Ibtidaiyah Guppi Sapakeke terletak di Dusun Sapakeke.

4) SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)

Untuk sementara di Desa Buakkang telah memiliki sekolah lanjut

tingkat pertama telah dibangun sarana pendidikan MTs Guppi Sapakeke dan

SMP Muhammadiyah Buakkang yang lokasinya terletak di Dusun

Sapakeke/Buakkang, di tahun 2012 ini merupakan tahun ke-7 bagi sekolah

tersebut, namun karena faktor lokasi yang cukup jauh dan sarana transportasi

yang kurang sehingga siswa di MTs tersebut agak minim. Selain kedua sekolah

tersebut, Desa Buakkang juga memiliki SLTP, yaitu SLTP Negeri 3 Satap

Ulujangang yang terletak di Dusun Kaluarrang. Kebutuhan biaya rutin

menyebabkan sebahagian anak yang berasal dari keluarga tidak mampu lebih

memilih untuk jalan kaki ke sekolah. Namun kesadaran anak untuk belajar

sangat tinggi sehingga dari tahun ke tahun jumlah siswa semakin bertambah.

27
5) SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

SLTA/sederajat ada 2 unit di Desa Buakkang yaitu SMK

Muhammadiyah Buakkang yang didirikan pada tahun 2014, terletak di Dusun

Buakkang, gedung yang di gunakan masih satu atap dengan SMP

Muhammadiyah Buakkang, sekolah tersebut masih tergolong baru belum

punya alumni siswa yang ada baru kelas III. Dan MAS Al-Fallah Guppi

Sapakeke yang Terletak di Dusun Sapakeke.

6) Perguruan Tinggi (Diploma dan Sarjana)

Untuk lanjut ke program Diploma maupun Sarjana ada beberapa

pilihan tempat yakni di kota Sungguminasa dan Makassar. Sungguminasa

dengan jarak tempuh 46 Km, dan kota propinsi dengan jarak tempuh 65 Km.

Untuk melanjutkan ke jenjang tersebut orang tua harus mengeluarkan biaya

untuk transport, juga harus mengeluarkan biaya semester yang sangat besar

(mulai Rp 600.000,- sampai Rp. 4.000.000,- setiap 6 bulan). Dengan besarnya

biaya yang dibutuhkan, menjadi penyebab bagi tamatan SLTA di Desa

Buakkang sebagian tidak lanjut ke jenjang Perguruan Tinggi, sehingga yang

lanjut ke tingkat pendidikan ini hanya dari keluarga kategori sedang dan kaya.

Masyarakat mengharapkan adanya perhatian pemerintah terhadap masalah

tersebut, seperti pemberian beasiswa untuk lanjut ke perguruan tinggi.

Sektor Peternakan

Pada sektor ternak dari tujuh Dusun di Desa Buakkang, jenis ternak yang

dimiliki oleh masyarakat adalah ternak sapi, kuda dan kambing, kepemilikan

ternak ini dijadikan sebagai usaha sampingan. Khusus kuda dan sapi selain

28
dijadikan usaha sampingan juga dijadikan sebagai tenaga penggarap sawa dan

kebun atau tenaga angkut hasil-hasil bumi pertanian.

Pada sektor ternak dari tujuh Dusun di Desa Buakkang, jenis ternak yang

dimiliki oleh masyarakat adalah ternak sapi, kuda dan kambing, kepemilikan

ternak ini dijadikan sebagai usaha sampingan, khusus kuda dan sapi selain

dijadikan usaha sampingan juga dijadikan sebagai tenaga penggarap sawa dan

kebun atau tenaga anggut hasil-hasil bumi pertanian.

a. Ternak Sapi

Untuk ternak sapi yang dipelihara masyarakat adalah kebanyakan betina

dan selebihnya adalah jantan. Ternak sapi tersebut tersebar di semua Dusun yang

ada di Desa Buakkang. Cara memperoleh ternak sapi dengan cara membeli,

bantuan pemerintah dan ada juga yang memelihara ternak milik orang lain,

kepemilikan ternak dilakukan melalui individu dan kelompok. Pemeliharaan

sapi kebanyakan dilakukan laki-laki, perempuan sebatas memberikan makanan

kepada ternak itu sendiri.Ketersediaan pakan untuk ternak sangat tersedia di

Desa.Pemasaran sapi terjadi sewaktu-waktu biasanya pedagang yang

mendatangi peternak untuk membeli.

b. Ternak Kuda

Ternak kuda di pelihara kebanyakan jantan dan selebihnya adalah

betina, tersebar di semua Dusun yang ada di Desa Buakkang. Cara memperoleh

ternak tersebut melalui cara membeli dan ada juga yang pelihara ternak orang

lain dengan perjanjian tertentu antara pemilik dengan peternak, Keterlibatan

dalam pemeliharan sapi didominasi dari laki-laki. Ketersediaan pakan untuk

29
ternak sangat tersedia di Desa.Pemasaran kuda dilakukan sewaktu-waktu

biasanya pedagang yang mendatangi peternak untuk membeli.

c. Ternak Kambing

Di Desa Buakkang sekitar 1% dari kepala rumah tangga yang beternak

kambing, masyarakat memelihara kambing jantan dan betina dan kebanyakan

diberikan kepada peternak. Ternak kambing di pelihara tersebar di semua

Dusun cara memperoleh ternak kambing dengan bantuan atau milik pribadi

melalui kelompok dan sendiri-sendiri Keterlibatan Laki-laki umumnya dalam

pemeliharaan sedangkan perempuan urusan pakan sampai keluar dan

masuknya ternak kambing ke kandang.

d. Ternak Itik

Di Desa Buakkang banyak juga warga yang memelihara itik, apalagi

pemerintah telah memberikan bantuan berupa ternak itik sebanyak 280 ekor

kepada kelompok ternak Mattiro Baji pada tahun 2016. Warga Desa Buakkang

beternak itik hanya sekedar usaha sampingan sehingga tidak terlalu banyak

yang mengembangkan usahanya.

e. Ternak Ayam Kampung

Hampir semua warga Desa Buakkang mempunyai dan memelihara

ayam kampung. Memelihara ayam kampung hanya sekedar usaha sampingan

namun sangat menguntungkan karena modalnya tidak terlalu banyak. Pakan

untuk ternak ayam kampung cukup banyak karena masyarakat Desa Buakkang

umumnya adalah menanam jagung, sehingga sebagian dijual dan sebagian lagi

disimpan untuk ayam kampung mereka.

30
Sektor Pertanian

Masyarakat Desa Buakkang adalah mayoritas petani (petani sawah dan

petani kebun) dan jenis pekerjaan pokok yang paling banyak di Desa Buakkang

adalah petani dengan jumlah Kepala Rumah Tangga atau 59.1%, masyarakat yang

bergerak dibidang pertanian ada yang bersatus sebagai pemilik, penggarap dan

ada juga hanya sebagai buruh. Penggarap merupakan kegiatan pertanian yang

dilakukan oleh mayarakat dengan cara mengelolah lahan milik orang lain dengan

perjanjian yang telah di sepakati bersama antara penggarap dengan pemilik lahan,

dimana sistem yang berlaku adalah bagi hasil atau sewa lahan. Khusus untuk

potensi sumber daya alam ada beberapa hal yang sangat mendukung pendapatan

masyarakat yakni :

a. Tanaman Padi

Dari luas wilayah Desa Buakkang 264 Ha, 34% diantaranya adalah

tanaman padi sehingga hasil padi dalam hal ini adalah menjadi salah satu

sumber pendapatan utama bagi masyarakat Desa Buakkang. Kebanyakan lahan

hampir di semua Dusun terdapat lahan persawahan. Masyarakat menggunakan

lahan persawahan ditanami 2 kali setahun, tanaman padi 1 kali setahun, karena

air persawahan serta irigasi yang menunjang, penanaman jagung dilakukan satu

kali setahun dan kebanyakan pemilik lahan adalah masyarakat dalam Desa itu

sendiri sebagian lahan dimiliki oleh penduduk Desa sekitar.

b. Tanaman Jagung

Sebagian besar penduduk Desa Buakkang menanam tanaman Jagung

untuk dijadikan kebutuhan sebahagian kecil makanan dan sebahagian besar

dari hasil pertanian tersebut di jual untuk keperluan biaya kehidupan sehari-

31
hari. Tanaman jagung di panen satu kali dalam setahun satu kali di sawah dua

kali di kebun Porsi pendapatan masyarakat dalam setiap sekali panen sebanyak

4,5 – 5 Ton/Ha. Cara pengolahan lahan dalam budidaya tanaman jagung masih

menggunaan alat-alat tradisianal (manual) selain itu sebagian besar petani

menggunakan pupuk kimia sebagai pupuk utama dan pupuk kandang sebagai

pupuk penunjang serta menggunakan pestisida dan herbisida dalam

pemeliharaan tanaman jagung tersebut, hampir semua masyarakat Desa

Buakkang baik laki-laki maupun perempuan berperan aktif dalam pengelolahan

jagung sebelum dan sesudah panen.

Kendala yang di hadapi masyarakat dalam budidaya jagung sebelum

dan sesudah panen adalah tingginya harga pupuk dan sulitnya para petani

dalam mengakses bibit unggul jagung yang berkualitas karena terlalu mahal di

pasaran serta tidak ada standar baku harga jagung dari pemerintah sehingga

petani merasa dirugikan pada saat masyarakat mau menjual hasil pertanian.

Masyarakat Desa Buakkang berharap agar kedepan hasil pertanian khususnya

budidaya tanaman jagung bisa lebih meningkat dan mampu menjamin

kelangsungan hidup masyarakat melalui tersedianya pupuk dan bibit jagung

yang berkualitas dan mampu di akses dengan mudah oleh petani. Selain itu

pemerintah harus menetapkan standar baku harga jagung.

c. Tanaman Kakao

Selain padi tanaman kakao juga menjadi salah satu sumber pendapatan

utama bagi masyarakat karena 5 % dari keseluruhan luas wilayah Desa

Buakkang adalah lahan kakao tanaman ini dominan di Dusun Parang-parang,

Biruppaya dan Dusun Buakkang. Kakao mulai dibudidayakan oleh masyarakat

32
Desa Buakkang sejak tahun 2001an dan panen setiap bulan. Musim panen yang

banyak dilakukan bulan april sampai bulan Juli. Saat menanam adalah

kebanyakan dari laki-laki sedangkan untuk panen kebanyakan

perempuan.Untuk pemeliharaan kebanyakan dari pihak laki-laki.Kebanyakan

yang memiliki lahan untuk pemilik coklat atau kakao adalah orang dalam Desa

Buakkang sendiri.

d. Tanaman Ganyu

Tanaman ganyu adalah tanaman yang sudah lama dikenal oleh

masayarakat Desa Buakkang tetapi baru sekedar tanaman hias disekitar rumah

dan dipinggiran lahan. Di pada tahun 2009 tanaman sudah mulai dikonsumsi

masyarakat Desa Buakkang dalam bentuk cendol dan sudah berkembang

sampai sekarang dam bentuk kue kering. Tanaman ini ada disemua dusun akan

tetapitidak terlalu banyak.

33
KEADAAN KHUSUS RESPONDEN

Setelah dilakukan wawancara kepada masyarakat di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, yang terdiri atas 10 orang masyarakat

yang dijadikan responden, diperoleh keadaan khusus yang ada pada masyarakat

desa, terkhusus pada 10 orang responden yang dilakukan wawancara yaitu sebagai

berikut.

Umur

Umur adalah jarak kehidupan yang dapat diukur dengan tahun, umur

terbagi atas beberapa tingkatan yaitu, pada masa awal dewasa adalah usia 18-40

tahun, dewasa madya adalah 41-60 tahun dan dewasa lanjut > 60 tahun

(Rahmawati, 2018).

Adapun keadaan khusus responden berdasarkan umur yang ada pada Desa

Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa yang dapat dilihat pada tabel

yang ada dibawah ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Keadaan Khusus Responden Berdasarkan Umur


Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
20-30 2 20
31-41 2 20
42-52 4 40
53-63 2 20
Total 10 100
Sumber: Data Primer Hasil Praktek Lapang Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,
Kabupaten Gowa, 2023

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang

responden di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, keadaan

khusus yang dilihat pada umur responden yaitu rentan umur 20-30 tahun terdiri

atas 2 orang, umur 31- 41 tahun terdiri atas 2 orang, umur 42-52 tahun terdiri atas

34
4 orang, umur 53- 63 tahun terdiri atas 2 orang. Dari data pada tabel 1 terlihat

bahwa rata-rata masyarakat aktif dalam beraktivitas baik dalam pengelolaan

tani/ternak maupun aktivitas lainnya dari berbagai kalangan umur baik itu usia

yang masih muda maupun usia lanjut.

Rentan umur yang berada pada tingkat 42-52 tahun terdiri atas 4 orang

yang dimana pada rentan ini memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan

umur yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada umur 42-52 tahun

menjadi umur yang lebih produktif dibandingkan umur yang lain. Hal ini sesuai

dengan pendapat Nainggolan (2017), yang menyatakan bahwa umur merupakan

salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan fisik seseorang. Umur

seseorang dapat berpengaruh pada produktifitas kerja mereka dalam kegiatan

usaha yang dimana umur produktif itu sebelum mencapai usia lanjut pada usia 60

tahun ke atas. Umur juga erat kaitannya dengan pola fikir dalam menentukan

sistem manajemen yang akan di terapkan dalam kegiatan usaha.

Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan

kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap

perubahan sikap. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan

sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Pendidikan

formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal baru

(Abdul, dkk., 2020).

35
Adapun keadaan khusus responden berdasarkan pendidikan yang ada

pada Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa yang dapat dilihat

pada tabel dibawah :

Tabel 2. Keadaan Khusus Responden Berdasarkan Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
Tidak Sekolah 2 20
SD 1 10
SMP 3 30
SMA 1 10
Diploma 1 10
S1 2 20
Total 10 100
Sumber: Data Primer Hasil Praktek Lapang Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,
Kabupaten Gowa, 2023

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang responden

di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Terdapat keadaan

khusus yang dilihat pada tingkat pendidikan responden. Tingkat pendidikan yang

tidak bersekolah terdiri atas 2 orang, tingkat pendidikan sekolah dasar terdiri atas

1 orang, tingkat pendidikan sekolah menengah pertama terdiri atas 3 orang,

tingkat pendidikan sekolah menengah atas terdiri atas 1 oramg, tingkat pendidikan

diploma 3 terdiri atas 1 orang, dan tingkat pendidikan terakhir adalah strata 1 yang

terdiri atas 1 orang. Tingkat pendidikan pada desa ini masih berada pada tingkat

rendah bahkan masih ada yang belum pernah sekolah dan juga tidak melanjutkan

pendidikannya.

Rendahnya tingkat pendidikan pada suatu desa akan mempengaruhi

banyak hal yang ada dalam sebuah desa itu, baik dari pengelolaannya dan juga

kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat

Febrianti (2021) yang menyatakan bahwa sebab tingkat pendidikan seseorang

menentukan keberhasilan dalam mengelola usaha ternaknya. Tingkat pendidikan

36
peternak memengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan peternak terhadap

inovasi dan teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak, maka akan

semakin baik kualitas sumberdaya manusia dan semakin baik pula produktivitas

kerjanya serta kinerja usaha peternakannya akan semakin baik.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah pembeda antara laki-laki dan perempuan secara

biologis sejak lahir. Laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik alamiah yang

berbeda salah satunya pada ciri-ciri kepribadian (Pambudi, dkk., 2021).

Adapun keadaan khusus responden berdasarkan jenis kelamin yang ada

pada Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa yang dapat dilihat

pada tabel dibawah ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Keadaan Khusus Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
Laki-Laki 3 30
Perempuan 7 70

Total 10 100
Sumber: Data Primer Hasil Praktek Lapang Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,
Kabupaten Gowa, 2023

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang

responden di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Jumlah

responden yang berjenis kelamin laki-laki terdiri atas 3 orang, serta perempuan

terdiri atas 7 orang. Oleh karena itu berdasarkan keadaan khusus dimasyarakat

dapat diketahui bahwa selain laki-laki, perempuan juga bahkan aktif dan ikut andil

dalam banyak aktivitas terutama pada pengelolaan tani/ternak di dalam keluarga

mereka sehingga saling melengkapi dalam kekeluargaan menjadi hal yang

menjadi bentuk kerja sama antar mereka.

37
Aktifnya perempuan dalam melakukan banyak aktivitas menjadikan kerja

sama diantara perempuan dan laki-laki tidak lagi menggambarkan adanya

diskriminasi gender yang dalam artian lain suatu aktivitas yang biasa dilakukan

oleh gender yang satu juga bisa dilakukan oleh gender lain yang dapat dikatakan

adanya kesetaraan gender demi terwujudnya kerja sama yang baik di antara

mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Qomariah (2019), yang menyatakan

bahwa pembagian tugas domestik yang terjadi dalam keluarga secara merata

merupakan salah satu implikasi dari terciptanya kesetaraan gender dalam

keluarga. Artinya bahwa implikasi kesetaraan gender dalam keluarga, khususnya

dalam pembagian tugas domestik secara merata dapat dikatakan berhasil dan

terlaksana apabila sudah tidak ada dikotomi pekerjaan laki-laki dan perempuan

selama keduanya sama-sama bisa mengerjakan tugasnya dengan baik.

Pekerjaan

Pekerjaan adalah sebuah cara untuk mempertahankan kedudukan dari

pada sekedar mencari nafkah. Pekerjaan juga merupakan sebuah "kegiatan sosial”

antar individu atau kelompok menempatkan upaya selama waktu dan ruang

tertentu (Fauzan, 2021).

Adapun keadaan khusus responden berdasarkan pekerjaan yang ada pada

Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel

berikut :

38
Tabel 4. Keadaan Khusus Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Nama Pekerjaan
1. Nurlia Guru SD
2. Mantang Petani
3. Usman Petani
4. Hj. Hadinda IRT
5. Maulana Malik Pebisnis/Peternak
6. Mirnawati PNS
7. Nuraeni Petani/Peternak
8. Haria Petani/Peternak
9. Rubiah IRT
10. Samsiati Petani
Sumber : Data Primer Hasil Praktek Lapang Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,
Kabupaten Gowa, 2023

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang responden

di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa tentang keadaan

khusus yang dilihat pada jenis pekerjaan responden. Jenis pekerjaan sebagai

petani terdiri atas 3 orang, sebagai petani/peternak sebanyak 2 orang, sebagai

pebisnis/peternak sebanyak 1 orang, sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 2

orang, sebagai guru SD sebanyak 1 orang dan sebagai PNS (Pegawai Negeri

Sipil) sebanyak 1 orang. Pada tabel di atas dilihat bahwa mayoritas pedesaan

bekerja sebagai petani ataupun peternak, maupun melakukan kedua pekerjaan itu.

Pada pedesaan, tingkat pekerjaan masyarakat kebanyakan dan juga

mayoritas lebih kepada pemanfaatan lahan yang digunakan untuk beternak dan

juga melakukan pekerjaan sebagai petani ataupun melakukan kedua hal tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sholeh, dkk., (2021) yang menyatakan bahwa

mayoritas masyarakat di pedesaan bermata pencaharian sebagai petani dan

juga peternak dan dalam memenuhi kehidupan sehari hari masih

mengandalkan dari hasil pertanian. Petani merupakan penghasil sebagian

besar bahan pangan dinegara berkembang.

39
Populasi Ternak Sapi

Populasi ternak adalah kumpulan atau jumlah ternak yang memiliki

karakteristik dan jenis yang sama yang hidup pada wilayah dan waktu tertentu.

Populasi ternak pada suatu wilayah merupakan indikator riil tentang kesesuaian

tumbuh ternak (Putra, 2022).

Adapun keadaan khusus responden berdasarkan jumlah ternak yang ada

pada Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa yang dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5. Keadaan Khusus Responden Berdasarkan Jumlah Ternak Sapi


Jumlah Ternak (Ekor) Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
0-2 5 50
3-5 3 30
6-8 2 20
Total 10 100
Sumber : Data Primer Hasil Praktek Lapang Desa Buakkang, Kecamatan
Bungaya,
Kabupaten Gowa, 2023

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang

responden di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Terdapat

keadaan khusus yang dilihat pada jumlah kepemilikan ternak sapi pada setiap

responden. Jumlah ternak sapi 1 ekor dimiliki oleh 2 orang, 3 ekor oleh 1 orang, 5

ekor oleh 2 orang, 7 ekor oleh 1 orang, dan 8 ekor oleh 1 orang, serta responden

yang tidak memiliki ternak sapi terdiri atas 3 orang. Kepemilikan ternak sapi

menjadi hal yang umum dalam masyarakat desa ini. Masyarakat memanfaatkan

untuk keperluan investasi dalam keluarga mereka. Meskipun rata-rata memiliki

ternak, namun tidak semua masyarakat memilikinya, sehingga populasi sapi yang

ada tidak tersebar secara keseluruhan di masyarakat. Adapun masyarakat yang

memiliki ternak sapi pootong hanya berkisar kurang dari 10 ekor.

40
Kepemilikan jumlah sapi pada pedesaan menjadikan populasinya tetap

ada dan dengan populasi itu peternak sebagai pemilik memanfaatkannya sebagai

investasi yang akan bernilai tinggi nantinya, serta memanfaatkan hasil sampingan

yang didapatkan untuk ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sodiq, dkk.,

(2017), yang menyatakan bahwa ternak akan mengubah sumber daya alam

berkualitas rendah menjadi produk yang sangat berkualitas berupa daging dan

telur, berkontribusi mengontrol pertumbuhan gulma, dan menyediakan nutrien

yang dibutuhkan oleh tanaman melalui produksi pupuk untuk meningkatkan

kesuburan tanah.

Jumlah Kepemilikan Sawah/Kebun

Status penguasaan lahan sawah adalah lahan yang digarap atau diolah

dalam usahatani padi sawah. Lahan milik adalah bentuk hak guna yang bersifat

tetap, serta dapat diwariskan secara turun-temurun kepada ahli waris dikemudian

hari (Handayani, dkk., 2022).

Adapun keadaan khusus responden berdasarkan luas area kepemilikan

lahan sawah/kebun yang ada pada Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,

Kabupaten Gowa yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Keadaan Khusus berdasarkan Kepemilikan Lahan Sawah / Kebun


Luas Area Lahan Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
(Hektare)
0-1 9 90
2-3 1 10
Total 10 100
Sumber :Data Primer Hasil Praktek Lapang Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya,
Kabupaten Gowa, 2023

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang

responden di Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Terdapat

41
keadaan khusus yang dilihat pada jumlah kepemilikan sawah/kebun berdasarkan

kepemilikan lahan sawah/kebun pada masing-masing responden. Luas

sawah/kebun yang <1 haktare dimiliki oleh 8 orang responden, 1 hektare dimiliki

oleh 1 orang, dan 2 hektare dimiliki oleh 1 orang responden. Sehingga jika dilihat

pada tabel, rata-rata mereka memiliki sawah/kebun namun luas areanya hanya

berkisar 1-2 hektare.

Jumlah kepemilikan luas sawah/kebun yang dimiliki oleh masyarakat

lebih kepada jumlah yang terbilang sedikit dan juga pemberdayaan masyarakat

untuk meningkatkan jumlah kepemilikannya terbilang masih sulit, hal ini dapat

dipengaruhi oleh kurangnya modal ataupun faktor kekeluargaan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kaledupa, dkk., (2020) yang mengatakan bahwa kepemilikan

lahan sawah merupakan warisan turun temurun dari orang tua dan dapat di

wariskan kepada ahli waris kelak dalam hal ini anak cucu. Status kepemilikan

lahan ini memang milik sendiri tetapi untuk meningkatkan produktivitas padi

sawah ada juga sebagian lahan sawah yang di sewa. Lahan milik sendiri biasanya

kurang memperhitungkan biaya operasional yang dikeluarkan karena tidak

mengeluarkan biaya sewa lahan, akan tetapi membayar pajak atas tanah sawah.

Petani yang menyewa lahan garapan lebih terpacu untuk mengoptimalkan

pengelolaan lahan agar memperoleh hasil yang lebih tinggi.

42
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Tani/Ternak Pada Masyarakat Pedesaan

Pada hasil praktek lapang sosiologi peternakan di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa didapatkan hasil terkait pengelolaan

masyarakat terhadap pertanian atau tani yang ada di desa tersebut, pengelolaan

yang mereka lakukan hampir seluruh masyarakat di desa tersebut melakukannya,

pengelolaan yang sangat umum, mereka lakukan adalah pengelolaan yang dimulai

dari penggarapan sawah, penanaman bibit sebar, dan juga masa panen jika telah

berada pada tingkat kematangan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat

Handayani (2018), yang mengatakan bahwa petani Indonesia masih

dikategorikan sebagai petani miskin yang dilihat dari sistem pengolahan

yang masih tradisional dan masih banyaknya petani Indonesia yang merupakan

petani penggarap seperti petani padi sawah, lalu dilanjutkan dengan

penanaman benih padi, serta pemanenan yang tradisional, pengelolaan ini hampir

setiap daerah pada masyarakat pedesaan bekerja sebagai petani sawah dan

pada umumnya merupakan pekerjaan pokok masyarakat tersebut.

Selain itu masyarakat juga melakukan pengelolaan pada bentuk

peternakan. Pada hasil praktek lapang yang didapatkan hasil bahwa masyarakat di

Desa Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, melakukan pengelolaan

yang masih dalam bentuk tradisional yang secara umum mereka lakukan dalam

bentuk pengembalaan ternak di lapangan terbuka pada siang hari lalu

memasukkannya kembali ke kandang pada malam hari, selain itu mereka juga

melakukan pembelian pedet atau sapi yang masih kecil kemudian

43
dikembangbiakkan secara tradisional, lalu jika telah berada pada tahap atau fase

siap jual maka akan dilakukan penjualan saat ada masyarakat lain yang ingin

membelinya untuk keperluan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat

(2019), yang mengatakan bahwa cara pemeliharaan yang ada pada masyarakat

pedesaan pada umumnya dikandangkan (semi intensif) dipandang lebih efisien.

Pada malam hari ternak dikandangkan dan siang hari ternak dilepaskan, sehingga

pemberian pakan tidak terlalu rutin dilakukan di kandang, tetapi ternak dibiarkan

mencari rumput sendiri pada siang hingga sore hari dan pada malam hari

pemberian pakan hijauan diberikan di dalam kandang sebagai pakan ternak

dimalam hari, lalu pada bentuk pemeliharaan yang mereka lakukan maka dimulai

dengan pembeliaan pedet, yang terus dilakukan pemeliharaan semi intensif

sampai berada pada tahap siap jual jika telah ada masyarakat lain yang

membutuhkan untuk keperluan tertentu.

Pengelolaan yang dilakukan pada bidang pertanian dan peternakan di

Desa Buakkang akan selalu menghasilkan dampak yang baik jika dimanfaatkan

dengan baik pula, yang dimana ketika kedua bidang ini jika bisa diimbangi dari

segi pengelolaannya maka itu lebih baik daripada menyampingkan atau tidak

memfokuskan salah satu bidang. Hal ini sesuai dengan pendapat Olivia (2020),

yang mengatakan bahwa sektor pertanian dan peternakan dapat saling

menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi pemanfaatan hasil

dan juga proses pengelolaannya, seperti memanfaatkan limbah pertanian

sebagai pakan ternak serta pemanfaatan limbah peternakan sebagai

pupuk kompos untuk pertanian, sehingga saling menguntungkan, dari kedua

sektor tersebut.

44
Bentuk Proses Sosial Dalam Pemasaran Hasil Tani/Ternak

Pada hasil praktek lapang sosiologi peternakan di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa didapatkan hasil terkait bentuk proses

sosial dalam pemasaran hasil pertanian atau tani yang masyarakat di desa tersebut

lakukan. Bentuk pemasaran hasil pertanian atau tani yang lebih khusus pada padi,

mayoritas masyarakat memanfaatkannya untuk keperluan dalam keluarga, dalam

arti lain tidak dilakukan pemasaran secara khusus pada hasil pertanian, namun

terkadang masyakarat jika membutuhkan uang yang kemudian dapat ditukar

dengan padi, dalam artian menjualnya maka terkadang masyarakat melakukannya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2020), yang mengatakan bahwa beras

merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk sehingga lebih kepada

menggunakannya untuk keluarga dan diri sendiri jika mendapatkan hasil dari

lahan sawah. Selain itu usaha pertanian pada sawah juga merupakan sumber

pendapatan petani di pedesaan, yang bisa di tukar dengan uang jika membutuhkan

modal ataupun keperluan lainnya.

Selain itu juga terdapat bentuk proses sosial yang dilakukan dalam

pemasaran hasil ternak atau peternakan. Bentuk proses sosial pemasaran yang

dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Desa Buakkang lebih kepada bentuk

pemasaran yang sederhana, pemasarannya di lakukan antara pemilik ternak dan

juga orang yang ingin membeli ternak tersebut. Misalnya sapi potomg, ternak ini

banyak digunakan sebagai bahan menu saat adanya acara- acara besar seperti

qurban dan juga pernikahan, serta acara- acara lainnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Agustin (2020), yang mengatakan bahwa Kebutuhan konsumsi daging

45
sapi mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 2,280 kg/kapita/tahun

menjadi 2,360kg/kapita/tahun pada tahun 2014, dan padatahun 2015 menjadi

sebesar 2,400kg/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Kementrian Pertanian, 2016). Hal tersebut menunjukkan perkembangan

konsumsi daging sapi atau kebutuhan akan daging sapi terus meningkat

sehingga bisa menjadikan bidang peternakan sebagai bentuk perhatian yang perlu

untuk terus ditingkatkan.

Bentuk proses sosial masyarakat Desa Buakkang dalam pemasaran hasil

tani atau pertanian dan ternak atau peternakan menjadi bentuk pemasaran yang

akan menimbulkan sebuah proses sosial di dalamnya karena adanya interaksi yang

terjadi saat adanya bentuk pemasaran diantara penjual ataupun pembeli. Hal ini

sesuai dengan pendapat Brata (2020), yang mengatakan bahwa aktifitas pada

upaya pola pemasaran baik itu pertanian maupun peternakan merupakan suatu

kegiatan yang menjadi penting, kegiatan ini bertujuan untuk dapat menyalurkan

proses hilirisasi usaha pertanian atau peternakan dengan tujuan sampai pada

konsumen akhir atau yang membelinya. Sehingga bentuk proses sosial terjadi

selama adanya pemasaran yang dilakukan.

Interaksi Sosial dalam Masyarakat Pedesaan

Pada hasil praktek lapang sosiologi peternakan di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa didapatkan hasil terkait interaksi sosial

masyarakat dalam pedesaan pada bidang pertanian, interaksi yang terjadi lebih

besar dan umum pada saat adanya masyarakat membutuhkan bantuan massa dari

masyarakat lain, yang terbentuk dalam gotong royong, salah satu bentuk interaksi

yang terjadi, dapat dilihat saat masyarakat yang satu sedang menanam padi di

46
sawah maka terdapat masyarakat lain yang ikut andil dalam membantunya,

begitupun saat masa panen padi juga kerap terjadi interaksi sosial di dalam

masyarakat yang saling membantu satu sama lain. Hal ini sesuai dengan Savitri

(2022), yang mengatakan bahwa rasa kebersamaan terhadap masyarakat ini

muncul karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu

untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Budaya ini merupakan sikap

positif pada masyarakat yang kokoh dan kuat di segala hal karena gotong royong

didasari oleh sikap saling bahu membahu antara satu dengan yang lainnya. Bentuk

gotong royong yang besar atau sering dulakukan pada masyarakat yaitu menanam

padi, dan memanen padi.

Selain pada bidang pertanian, interaksi sosial bisa terjadi pada banyak

bidang diantaranya pada bidang peternakan yang ada pada Desa Buakkang, pada

bidang ini terjalin interaksi yang tidak secara berskala, interaksi yang benar-benar

terjadi itu hanya pada waktu-waktu tertentu, diantaranya saat adanya penyuluhan

terkait peternakan secara umum, pada penyuluhan yang dibahas akan terjadi

interaksi luas, baik itu antara peternak dengan peternak maupun peternak dengan

pemberi penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anaktototy (2021), yang

mengatakan bahwa penyuluhan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai

fasilitasi proses belajar, sumber informasi, pendampingan, pemecahan

masalah, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kegiatan petani

maupun peternak yang berkaitan dengan perannya sebagai pembimbing, sebagai

organisator, sebagai teknisi dan sebagai konsultan.

Interaksi sosial dalam masyarakat pedesaan tepatnya pada Desa

Buakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, masih dapat dikatakan terjalin

47
dengan baik diantara mereka dikarenakan hubungan interaksi diantara mereka

masih sangat erat, yang ditandai dengan seringnya mereka melakukan kerja sama

dan juga tolong menolong. Hal ini sesuai dengan pendapat Marpuah (2019), yang

mengatakan bahwa Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan

kelompok manusia. Interaksi sosial juga dapat dikatakan sebagai sebuah

bentuk hubungan yang dibangun antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dalam

kehidupan bermasyarakat. Di mana interaksi juga merupakan sebuah

proses sosial yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Interaksi sosial terjadi karena adanya sebuah tindakan sosial yang

dilakukan oleh pelakunya. Kemudian di dalamnya terjadi kontak sosial,

yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

48
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan di Desa Buakkang,

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, mengenai

konsep, bentuk proses sosial dan interaksi sosial pada pengelolaan tani/ternak

yang dilaksanakan pada tanggal 19 hingga 21 Mei 2023 dapat disimpulkan bahwa

masyarakat di Desa Buakkang melakukan pengelolaan. Pada pertanian

pengelolaannya adalah penggarapan, penanaman bibit dengan cara penyebaran

benih, serta memanen padi jika telah siap panen, adapun pada bidang peternakan

cara pengelolaannya dilakukan dengan pembelian pedet, menjaganya dengan

sistem pengembalaan semi intensif, kemudian menjual kepada masyarakat yang

ingin membeli untuk keperluan tertentu. Adapun konsep, bentuk proses sosial dan

interaksi sosial, pada masyarakat masih terjalin sangat baik, dikarenakan masih

kentalnya kerja sama dan kegotongroyongan yang selalu dilakukan oleh

masyarakat desa terkhusus pada kegiatan-kegiatan yang terlibat langsung pada

pengelolaan tani/ternak pada desa tersebut.

Saran

Untuk mahasiswa agar lebih persiapkan diri masing-masing untuk

menghadapi tantangan dan perubahan dalam lingkungan. Mungkin saja ada

keterbatasan sumber daya, aksesibilitas yang terbatas, atau perbedaan budaya

yang harus diatasi. Jadilah mahasiswa yang fleksibel dan siap untuk

menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Kemampuan untuk beradaptasi,

49
memiliki modal sosial dan berpikir kreatif akan menjadi nilai tambah dalam

menghadapi tantangan tersebut.

Pemerintah perlu memperhatikan aksesibilitas ke wilayah pedesaan,

termasuk transportasi dan akses layanan utama seperti air bersih, sanitasi, dan

kesehatan. Perbaiki infrastruktur yang rusak dan tingkatkan konektivitas untuk

memfasilitasi implementasi program praktik lapangan yang efektif.

Pada Praktek Lapang Sosiologi Peternakan sebaiknya mengevaluasi

kekurangan pada praktek lapang kali ini agar dapat dijadikan pelajaran untuk

praktek lapang kedepannya agar lebih baik lagi, karena kegiatan ini sangat

bermanfaat dalam meningkatkan modal sosial serta adanya kemampuan

berinteraksi terhadap sesama dalam diri masing-masing.

50
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, B., Bambang, S., & Joes, D. (2020). Pengaruh tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan. Jurnal Ekonomi Manajemen
dan Akuntansi, 5(1), 12-20.
Adibah, Ida Zahara. "Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam." INSPIRASI:
Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam 1.1 (2017): 1-20.
Agustin, Maulinda, and Mardiyah Hayati. "Pemasaran sapi potong di desa lobuk
kabupaten sumenep." Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
4.1 (2020): 14-21.
Agustina, Isnain. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Pengelolaan Peternakan
Sapi Perah di DesaNgepung Kecamatan Suka Pura Kabupaten
Probolinggo. Diss. IAIN Kediri, 2019.
Amir, Muhammad Hamdi. Persepsi Peternak Terhadap Fungsi Penyuluh Pada
kegiatan Kesehatan Ternak Sapi Potong Di Kelurahan Sapaya Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa= Farmer Perceptions of ExtensionWorker
Functions in Beef Cattle Health Extension Activities in Sapaya Village,
Bungaya District, Gowa Regency. Diss. Universitas Hasanuddin, 2022.
Anaktototy, Carolina, George SJ Tomatala, and Lily Joris. "Peran Penyuluh Bagi
Peternak Dalam Usaha Peternakan Kerbau Di Kecamatan Moa Kabupaten
Maluku Barat Daya." Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman 9.1
(2021): 51-58.
Astiti, Ni Made Ayu Gemuh Rasa. "Pengantar Ilmu Peternakan." (2018).
Brata, B., et al. "Identifikasi Populasi, Manajemen Usaha, dan Pola Pemasaran
Ternak Sapi Potong di Kelompok Sumber Tani Kecamatan Kebawetan
Kabupaten Kepahiang." Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal
of Animal Science) 22.3 (2020): 360-371.
Efendi, Agus, Puwani Indri Astuti, and Nuryani Tri Rahayu. "Analisis pengaruh
penggunaan media baru terhadap pola interaksi sosial anak di Kabupaten
Sukoharjo." Jurnal Penelitian Humaniora 18.2 (2017): 12-24.
Fajar, Ayu Putri, et al. "Analisis kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
kelas VIII SMP Negeri 17 Kendari." Jurnal Pendidikan Matematika 9.2
(2019): 229-239.
Fathy,Rusydan. "Modal sosial: Konsep, inklusivitas dan pemberdayaan
masyarakat." Jurnal Pemikiran Sosiologi 6.1 (2019): 1-17.
Fauzan, F. (2021). Optimisme Dan Motivasi Lulusan Prodi Manajemen Unihaz
Bengkulu Menghadapi Dunia Kerja Di Era New Normal. Creative
Research Management Journal, 4(2), 80-93.
Fitroh, Bagus Andika. "Edukasi pembelajaran dunia peternakan kepada siswa
SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar." Dedication: Jurnal Pengabdian
Masyarakat 6.1 (2022): 7-12.
Hafid, Harapin, et al. "Membangun Peternakan (Menguntungkan Dan
Berkelanjutan." (2022).
Hamda, Normina. "Masyarakat dan Sosialisasi." ITTIHAD 12.22 (2017): 107-115.
Handayani, I., Jumiati, J., & Sahlan, S. (2022). Status Penguasaan Lahan
Terhadap Nilai Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Musim Gadu Di Desa
Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. AgriMu, 2(1).

51
Handayani, Nia Puteri, Rahmanelli Rahmanelli, and Ratna Wilis. "Strategi
Bertahan Hidup Petani Penggarap Padi Sawah di Nagari Tiku Selatan
Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam." Jurnal Geografi 7.1
(2018): 93-102.
Hidayat, Arif Nur, Khairul Saleh, and Faoeza Hafiz Saragih. "Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Minat Dalam Mengembangkan Ternak Sapi
Potong." Jurnal Agrica 12.1 (2019): 41-49.
Indika, Deru R., and Rini Widyastuti. "Pengaruh faktor lokasi peternakan dan
motivasi kelompok terhadap keberhasilan pendampingan pada kelompok
tani ternak kerbau di kabupaten cirebon." ARSHI Veterinary Letters 3.1
(2019): 1-2.
Khalilah, Emi. "Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam
meningkatkan keterampilan hubungan sosial siswa." JIGC (Journal of
Islamic Guidance and Counseling) 1.1 (2017): 41-57.
Lingga,Christy Mikhael Ester, Melsje Yellie Memah, and Noortje Marselianie
Benu. "Interaksi Sosial Dalam Kelompok Tani Sehati Di Kelurahan
Kakaskasen Dua Kota Tomohon (Sosial Interaction In Farmer Sehati
Groups In The Kakaskasen Dua Sub District Of Tomohon Citie." AGRI-
SOSIOEKONOMI 17.1 (2021): 37-44.
Mahendra, Bimo. "Eksistensi sosial remaja dalam Instagram (sebuah perspektif
komunikasi)." Jurnal Visi Komunikasi 16.1 (2017): 151-160.
Marpuah, Marpuah. "Toleransi Dan Interaksi Sosial Antar Pemeluk Agama Di
Cigugur, Kuningan." Harmoni 18.2 (2019): 51-72.
Masda, Ulfa. “Pengembangan Kapasitas Kelompok Tani Melalui Program P4s Di
Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa”.
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR.
Mulyadi, Yonathan Yoel, and Franky Liauw. "Wadah Interaksi Sosial." Jurnal
Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) 2.1 (2020): 37-
44.
Nainggolan, R. R. (2017). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Peternak Terhadap
Pola Pengelolaan Sapi Perah Di Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat. Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, 7(2), 127-138.
Olivia, Zarifa, Yannefri Bakhtiar, and Amiruddin Saleh. "Analisis Pola Perilaku
Peternak Domba Rakyat di Desa Sukawening, Dramaga, Bogor." Jurnal
Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) 2.3 (2020): 321-329.
Pambudi, D. S., Aini, R. Q., Oktavianingtyas, E., Trapsilasiwi, D., & Hussen, S.
(2021). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam
Matematika Nalaria berdasarkan Jenis Kelamin. JNPM (Jurnal Nasional
Pendidikan Matematika), 5(1), 136-148.
Prasanti, Ditha, and Sri Seti Indriani. "Interaksi Sosial Anggota Komunitas LET’S
HIJRAH dalam Media Sosial Group Line." Jurnal The Messenger 9.2
(2017): 143-152.
Putra, T. G. (2022). Struktur Populasi Dan Natural Increase Sapi Bali Pada
Peternakan Rakyat Di Kampung Bumi Mulya Distrik Wanggar Kabupaten
Nabire. Jurnal FAPERTANAK: Jurnal Pertanian dan Peternakan, 7(1), 41-
51.

52
Putri, Gitty Nadya, Djoko Sumarjono, and Wiludjeng Roessali. "Analisis
pendapatan usaha sapi potong pola penggemukan pada anggota kelompok
tani ternak bangunrejo II di Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang." Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 3.1
(2019): 39-49.
Qomariah, D. N. (2019). Persepsi Masyarakat Mengenai Kesetaraan Gender
Dalam Keluarga. Jendela PLS: Jurnal Cendekiawan Ilmiah Pendidikan
Luar Sekolah, 4(2), 52-58.
Rahmawati, Y. (2018). Hubungan Tugas Keluarga Dengan Kejadian Jatuh Pada
Lansia (Studi di Desa Bulurejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)
(Doctoral dissertation, STIKes Insan Cendekia Medika Jombang).
Rodiallah, Muhammad, and M. Zaki. "Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan."
(2017).
Saleh, Leni. "Analisis Pemasaran Padi Sawah Di Kecamatan Wawotobi
Kabupaten Konawe." JAS (Jurnal Agri Sains) 4.2 (2020): 140-148.
Savitri, Dewi, Hadi Rianto, and Syarif Firmansyah. "Nilai Gotong Royong Dalam
Tradisi Beduruk Masyarakat Dayak Iban Desa Panggi Agung Kecamatan
Ketungau Tengah." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 6.2 (2022): 299-
309.
Sholeh, M. S., Mublihatin, L., Laila, N., & Maimunah, S. (2021). Kontribusi
pendapatan usahatani terhadap ekonomi rumah tangga petani di daerah
pedesaan: review. Agromix, 12(1), 55-61
Siti Nurhasanah, Siti Nurhasanah, AGUSTIN MR YENNIE, and FATONI
PRAYOGA IMAM. "Pelaksanaan Program Asuransi Usaha Ternak Sapi
(Studi Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero))." Pactum Law
Journal 2.01 (2018): 451-462.
Sumandiyar, Adi, and Hasruddin Nur. "Membangun hubungan sosial masyarakat
di tengah pandemi covid-19 di Kota Makassar." Prosiding Nasional
Covid-19 (2020): 74-81.
Tambas, Jane S. "Dinamika Kelompok Tani Kalelon Di Desa Kauneran
Kecamatan Sonder." Agri-Sosioekonomi 14.3 (2018): 55-66.
Vera, Nawiroh, and Doddy Wihardi. "Jagongan Sebagai Bentuk Komunikasi
Sosial Pada Masyarakat Solo Dan Manfaatnya Bagi Pembangunan
Daerah." Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna 2.2 (2023): 40-46.
Wiratama, Kadek Bayu. Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (Sak Emkm)
Pada Kelompok Tani Ternak Kerta Dharma. Diss. Universitas Pendidikan
Ganesha, 2020.
Xiao, Angeline. "Konsep interaksi sosial dalam komunikasi, teknologi,
masyarakat." Jurnal Komunika: Jurnal Komunikasi, Media Dan
Informatika 7.2 (2018): 94-99.

53
54
55
56

Anda mungkin juga menyukai