Anda di halaman 1dari 17

SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DAN CREATING SHARED VALUE UNTUK

PEMBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH

SOCIAL ENTREPRENEURSHIP AND CREATING SHARED VALUE FOR DAIRY


FARMERS' EMPOWERMENT

Monika Teguh
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Ciputra Surabaya,
CitraLand CBD Boulevard, Surabaya, Indonesia, 60219
E-mail: monika.teguh@ciputra.ac.id

Sri Nathasya Br Sitepu


Program Studi Manajemen, Universitas Ciputra Surabaya,
CitraLand CBD Boulevard, Surabaya, Indonesia, 60219
E-mail: nathasya.sitepu@ciputra.ac.id

Wiwiek
Program Studi Manajemen, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,
Jl. Dinoyo 42-44, Surabaya, Indonesia, 6025
E-mail: wiwiek@ukwms.ac.id

Priscylia Tanaka
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Ciputra Surabaya,
CitraLand CBD Boulevard, Surabaya, Indonesia, 60219
E-mail: ptanaka01@student.ciputra.ac.id

Abstrak
Peternakan sapi merupakan salah satu sub-sektor yang berperan penting bagi masyarakat Indonesia. Selain
karena usaha peternakan sapi mendorong perekonomian masyarakat di wilayah-wilayah pedesaan, peternakan
sapi juga penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Sayangnya masih banyak peternak sapi rakyat
yang hidupnya pra-sejahtera. Maka dari itu diusung dua buah konsep yang saling berkesinambungan untuk
mengatasi permasalahan para peternak sapi rakyat. Konsep pertama adalah social entrepreneurship di mana para
peternak dapat membentuk suatu social entreprise bersama untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar.
Dengan konsep ini, para peternak rakyat dapat menyatukan sumber daya yang mereka miliki dalam satu
organisasi yang terstruktur dan memiliki legalitas yang lebih kuat. Jika dalam membentuk social entreprise ini
para peternak mengalami kesulitan modal, maka mereka dapat menggunakan konsep kedua yaitu creating
shared value (CSV). CSV merupakan konsep di mana perusahaan yang bermodal kuat bergandengan dengan
social entreprise, bukan hanya untuk mendukung social entreprise itu, namun juga untuk berbagi nilai yang
saling menguntungkan. Dengan adanya kerjasama jenis ini, social entreprise dapat berkembang tanpa takut
kekurangan modal, sedangkan perusahaan pemodal bisa memperoleh keuntungan seperti pasokan bahan baku,
pembagian keuntungan, maupun peluang usaha baru. Konsep seperti ini telah dilaksanakan di negara
berkembang lain, salah satunya India, dan memberikan dampak positif. Maka dari itu diharapkan konsep-
konsep ini juga dapat dijalankan di berbagai wilayah di Indonesia dengan dorongan dari pemerintah, institusi
pendidikan, maupun organisasi nirlaba.

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 101
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
Kata Kunci: peternak sapi rakyat, social entrepreneurship, creating shared value.

Abstract
Dairy farming is one of the sub-sectors that play an important role in Indonesia. Apart from the fact that
dairy farming stimulates the economy development in rural areas, it is also important to maintain national
food security. Unfortunately, there are still many small scale dairy farmers who live in poverty. Therefore,
two mutually sustainable concepts are carried out to overcome the problems of small scale dairy farmers.
The first concept is social entrepreneurship where farmers can establish a social enterprise together to
increase their competitiveness in the market. Using this concept, small scale farmers are able to combine
their resources in a structured legal organization. However, if these farmers encounter funding difficulties
while establishing the social enterprise, then they can use the second concept, namely creating shared value
(CSV). CSV is a concept in which a company with substantial funding cooperates with a social enterprise,
not only to support the social enterprise, but also to share mutually beneficial values. With this type of
cooperation, social enterprises are able to develop without having fear of funding shortage, while the
investors can gain benefits such as: raw materials supply, profit sharing, and new business opportunities.
These concepts have been implemented in other developing countries, such as: in India, and the concepts
have resulted a positive impact. Therefore, it is expected that these concepts can also be implemented in
various regions in Indonesia with the encouragement of government, educational institutions, and non-profit
organizations.

Keywords: small scale dairy farmer, social entrepreneurship, creating shared value.

PENDAHULUAN kebutuhan susu yang tinggi dari masyarakat


Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk,
Peternakan merupakan sub sektor dari sektor
termasuk naiknya angka kelahiran dan
pertanian. Sebagai negara agraris, Indonesia
peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi
merupakan negara yang memiliki modal untuk
menjadikan susu sebagai salah satu produk
dapat mengembangkan sub sektor peternakan.
makanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Iklim yang baik, lahan yang luas, dan kesuburan
Susu dapat dikonsumsi oleh semua kalangan
tanah yang membuat pakan ternak bisa
dari berbagai usia, mulai dari anak-anak sampai
dihasilkan dengan baik menjadi faktor
lansia. Bagi orang yang mengalami gizi buruk
pendukung usaha peternakan di Indonesia. Sub
maupun yang sedang sakit dan sulit
sektor peternakan sendiri telah terbukti
mengkonsumsi asupan nutrisi, susu merupakan
memberikan sumbangsih pada Produk Domestik
Bruto (PDB). Pada tahun 2017, terhadap sektor sumber pangan terbaik yang dapat diberikan.
Selain karena bentuknya yang cair dan mudah
pertanian, sub sektor peternakan memiliki
dicerna, zat gizi tinggi yang berada di dalamnya
sumbangsih sebesar 15,87 persen. Sedangkan
juga sangat membantu orang yang kekurangan
terhadap PDB nasional, peternakan
nutrisi. Di samping keunggulannya sebagai
berkontribusi sebanyak 1,57 persen (Borman et
tambahan nutrisi, rasa susu yang enak juga
al., 2020).
memungkinkan susu untuk dijadikan makanan
Salah satu bidang dalam sub sektor peternakan pendamping maupun produk olahan lain yang
adalah peternakan sapi perah. Peternakan sapi digemari masyarakat.
perah merupakan usaha yang penting bagi
Alasan kedua pentingnya peternakan sapi perah
bangsa Indonesia. Beberapa hal yang
bagi Indonesia adalah potensinya untuk dapat
mendasarinya adalah pertama, adanya

102 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
dikembangkan secara kelembagaan. Pada kemampuan seseorang untuk memenuhi
dasarnya terdapat dua jenis kelembagaan kebutuhan dasar, namun tentunya juga
peternak, yaitu nirlaba dan usaha. Kelembagaan berdampak pada kehidupan orang tersebut
nirlaba, contohnya seperti asosiasi peternak, secara keseluruhan. Seseorang yang hidup
tidak bertujuan untuk menggalang modal atau dalam kemiskinan akan mengalami kelemahan
sejenisnya, namun lebih kepada berbagi fisik, kerentanan, isolasi atau pengasingan, dan
informasi dan kebersamaan. Sedangkan berada dalam kondisi tidak berdaya.
kelembagaan usaha terdiri dari berbagai skala, Para peternak rakyat umumnya juga
seperti kelompok peternak, gabungan kelompok menghadapi berbagai masalah seperti
peternak, dan badan usaha milik peternak kemampuan dan pengetahuan yang terbatas
(Amam et al., 2019). Di Indonesia, kelembagaan sehingga sulit untuk mengembangkan
peternak didominasi kelembagaan dari peternak peternakannya. Banyak di antara peternak yang
rakyat. Peternak rakyat adalah golongan tidak memahami keterampilan beternak yang
pengusaha kecil, yang umumnya masih baik. Mereka tidak memiliki cukup pengetahuan
menjalankan peternakan secara tradisional tentang penyakit ternak, sehingga sering kali
dengan modal terbatas. Mereka biasanya tidak dapat menghindari kematian ternak akibat
memiliki 3-4 ekor sapi yang dipelihara di dekat
penyakit. Para peternak juga tidak mengetahui
rumahnya sendiri. Para peternak ini seringkali teknologi-teknologi terbaru yang dapat
hidup berdekatan dengan peternak lain dan digunakan dalam peternakan, baik untuk
membentuk perkumpulan yang sering dikenal memelihara hewan ternak, mengolah hasil
dengan sebutan Koperasi Unit Desa (KUD). ternak, serta mengawetkannya. Selain itu,
Peternakan jenis ini dapat menjadi salah satu banyak di antara peternak yang kesulitan untuk
industri yang menyerap tenaga kerja di tingkat mengakses pakan. Ini adalah lingkaran masalah
terkecil masyarakat. Jenis usaha ini juga
yang bermula dari kurangnya modal yang
mendorong pemerataan pembangunan dan hasil menyebabkan peternak kesulitan mendapatkan
pembangunan di berbagai daerah, karena dapat pakan, sehingga mereka keseulitan untuk
dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia. mengembangkan usaha, yang kemudian akan
Jika dikembangkan dengan baik, usaha ini juga membuat mereka tidak mampu menyediakan
akan dapat membantu PDB, menjadi salah satu pakan.
komoditas ekspor yang dapat diperbaharui,
memenuhi kebutuhan pangan nasional, serta Sebuah kegiatan pengabdian kepada masyarakat
melestarikan lingkungan dalam upaya yang dilakukan oleh Sitepu dan Utami pada
membangun sustainable development (Nurtini tahun 2019, di Dusun Dodokan dan Gunung
& UM, 2014). Sari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan
juga memotret beberapa masalah umum yang
Namun sayangnya banyak di antara para terjadi pada para peternak rakyat. Sebanyak 60
peternak sapi yang masih hidup dalam keluarga di Dusun Dodokan dan 107 keluarga di
kemiskinan. Kemiskinan dapat diartikan sebagai Dusun Gunung Sari adalah peternak sapi
kurangnya kemampuan atau daya dari seseorang produktif. Di Dusun Dodokan, masing-masing
untuk mendapatkan akses, baik dari segi keluarga umumnya memiliki hingga lima ekor
ekonomi, sosial, politik, budaya, serta sapi perah yang mampu menghasilkan susu sapi
keterlibatan dalam masyarakat (Krisna, 2016). segar sampai 38 liter/hari. Sementara di Dusun
Maka dari itu kemiskinan tidak dapat dipandang Gunung Sari, masing-masing keluarga memiliki
semata-mata hanya sebagai kurangnya sekitar 2 ekor sapi yang mampu menghasilkan

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 103
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
sampai 11 liter susu setiap harinya. Harga jual telah membudidaya dalam diri para peternak.
susu sapi tersebut berkisar sekitar Rp.5.000/liter. Jika masalah mentalitas miskin ini tidak diatasi,
Meskipun demikian, para peternak ini masih maka sebanyak apapun pengetahuan atau modal
belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, yang diberikan, maka kecenderungan mereka
apalagi jika mereka memiliki anak yang untuk kembali terjerat dalam kemiskinan akan
membutuhkan biaya untuk studi lanjut. Mereka terus muncul. Mentalitas miskin yang
akhirnya masih sering terlibat hutang dengan dimaksudkan di sini adalah rasa tidak berdaya,
para ijon. Kendala-kendala umum yang terjadi rasa tidak memiliki kemampuan apa-apa, dan
dan menyebabkan para peternak ini belum merasa bahwa hidupnya sudah selayaknya
mampu untuk hidup dengan ekonomi yang baik begini saja. Penanganan mentalitas miskin
antara lain adalah rendahnya pengetahuan sangat diperlukan dalam upaya memberantas
mereka dalam pengolahan produk, pemasaran kemiskinan peternak. Mentalitas miskin ini
produk, maupun bisnis. Banyak peternak takut dapat ditekan dengan cara menanamkan nilai-
untuk berbisnis karena khawatir dengan modal nilai baru yang selama ini mungkin tidak dikenal
yang harus dikeluarkan. Mereka umumnya juga oleh para peternak. Nilai-nilai baru ini akan
tidak memahami cara membuat pembukuan mendorong pada perubahan pola pikir yang
maupun melakukan penghitungan jika ingin berujung juga pada perubahan perilaku (Arifin,
menjual produk selain susu segar. Padahal susu 2020). Jika mentalitas yang menghambat
segar mudah rusak jika tidak diolah dengan tersebut dapat dihilangkan, sesungguhnya para
benar, sehingga mereka tidak memiliki daya peternak sapi perah memiliki potensi untuk
tawar yang tinggi terhadap produknya. Ada hidup sejahtera melalui kemampuan mengelola
beberapa peternak yang sudah mulai mencoba diri dan usahanya dengan lebih baik.
membuat keripik susu, namun sayangnya Permasalahan peternak juga tidak berhenti pada
produk ini belum dioptimalkan. Produk ini
masalah di individu atau diri peternak sendiri,
masih dijual terbatas kepada sesama warga namun juga masalah kelembagaannya. Sebuah
dusun, belum dipasarkan keluar, dan belum penelitian yang dilakukan oleh Mulatmi dan
diurus legalitasnya. Berbagai hal tersebut kawan kawan pada tahun 2016, terhadap
menjadi momok bagi pengembangan sejumlah peternak sapi perah rakyat di Jawa
kesejahteraan para peternak yang memerlukan Timur, Jawa Tengah, dan D.I. Yogyakarta
upaya-upaya penanggulangan (Sitepu & Utami, menunjukkan terdapat permasalahan-
2019). permasalahan internal dan eksternal yang perlu
Berbagai hal tersebut diperparah dengan untuk diakomodir dalam rangka menerapkan
mentalitas para peternak yang cenderung lemah. solusi inovatif bagi permasalahan peternak sapi
Mereka tidak memiliki daya juang dan perah rakyat. Masalah pertama adalah
keinginan belajar yang cukup (Kadim et al., kurangnya akses terhadap sumber informasi.
2019). Mentalitas lain yang juga menjadi Banyak solusi inovatif yang diterapkan tidak
kendala dalam pengembangan diri para peternak akan dapat dijalankan karena para peternak tidak
adalah suka menerabas atau mencari jalan pintas memperoleh akses informasi yang seharusnya.
dalam pengelolaan, kurangnya perhatian Jika hanya mengandalkan pelatihan atau
terhadap mutu produk yang mereka hasilkan, penyuluhan dari pemerintah, tentu saja sulit
serta berorientasi hanya pada hari ini (Nurlina & untuk menjangkau seluruh peternak rakyat yang
Maryati, 2011). Masalah lain yang juga masih ada. Selain itu, peternak rakyat yang telah
harus dihadapi adalah mentalitas miskin yang mendapatkan informasi juga belum tentu dapat

104 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
membagikan ilmu yang mereka peroleh kepada peternak. Diharapkan dengan memahami kedua
peternak lain. Di sinilah perlu adanya sosok konsep tersebut, baik para peternak, pemerintah,
opinion leader (pemimpin opini) yang mampu maupun lembaga lain yang terkait dapat
membagikan ilmu sekaligus memimpin agar mengembangkan kesejahteraan peternak secara
para peternak bersedia berinovasi. Selain itu, berkesinambungan. Dengan semakin
bantuan dari para ahli seperti LSM, Perguruan sejahteranya hidup para peternak, tentu saja
Tinggi, dan penyuluh juga diperlukan agar perekonomian negara juga dapat semakin
informasi yang diperoleh para peternak dapat membaik.
menunjang pengembangan diri dan usaha PEMBAHASAN
mereka. Masalah lainnya adalah media
informasi. Masih banyak peternak yang buta Social Entrepreneurship (Kewirausahaan
huruf, sehingga kesulitan ketika harus Sosial) bagi Peternak Sapi Rakyat
mengakses informasi dari modul-modul dengan Harus diakui bahwa Indonesia merupakan
banyak tulisan. Keterbatasan alat untuk memutar negara yang memiliki keunggulan dalam bidang
media juga menyulitkan jika media informasi agraris, sehingga peternakan juga merupakan
diberikan dalam bentuk video. Maka dari itu, salah satu sub sektor yang memiliki potensi
alternatif pemberian media informasi bergambar besar. Sebuah penelitian di Vietnam (Pham &
dan tercetak dapat menjadi salah satu pilihan. Riedel, 2019), negara yang juga memiliki
Selain itu, hal krusial yang perlu dilakukan potensi di bidang agrikultur sama seperti
adalah memperkuat kelembagaan para peternak. Indonesia, menunjukkan bahwa pengembangan
Peternak rakyat umumnya sporadis dan hidup sektor agrikultur akan memberikan dampak
sendiri-sendiri yang membuat mereka tidak pada penurunan kemiskinan, lebih dari pada
memiliki daya saing. Maka dari itu, hal ini harus pengembangan sektor jasa. Namun
diatasi dengan adanya kelembagaan yang lebih pengembangan sektor agrikultur akan
kuat (Mulatmi et al., 2016). Lemahnya memberikan dampak maksimal jika didorong
kelembagaan para peternak sapi rakyat dengan industrialisasi agrikultur. Sektor
menyebabkan mereka lemah dalam struktur agrikultur tidak dapat hanya dijalankan dengan
pasar. Daya tawar para peternak rakyat yang metode-metode tradisional, namun harus
tidak berlembaga menjadi rendah karena tidak didorong ke arah industri. Dengan
memiliki akses kepada pasar, sehingga harus berkembangnya sektor agrikultur ke arah
menjual produknya kepada tengkulak atau industri, maka akan membuka semakin banyak
distributor. Selain itu, para peternak rakyat juga lapangan kerja yang akan mendorong
banyak yang tidak memiliki cukup modal untuk pertumbuhan ekonomi. Hal ini menggambarkan
bersaing di tengah pasar, sehingga akhirnya bahwa sub sektor peternakan, salah satunya juga
mereka hanya dapat menjual produknya dengan peternakan sapi perah, harus didorong untuk
harga rendah (Aprianto, 2017). dapat mengarah pada bentuk industri. Namun
Berdasarkan permasalahan individu maupun hal ini tentunya tidak mudah, mengingat
kelembagaan dari para peternak sapi rakyat yang banyaknya kekhawatiran dari para peternak
dipaparkan di atas, maka dalam artikel ini akan terhadap industrialisasi. Para peternak yang
dibahas mengenai penggunaan social umumnya masih bekerja secara tradisional dan
entrepeneurship (kewirausahaan sosial) dan berpendidikan rendah memiliki ketakutan akan
creating shared value (penciptaan nilai tersingkir jika terjadi industrialisasi di wilayah
bersama) dalam menghadapi masalah para mereka. Padahal jika mereka tetap bersikukuh

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 105
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
dengan metode yang mereka gunakan saat ini, kepada pemangku kepentingan atas hasil
hasil kerja mereka tidak mencukupi bahkan kegiatan usaha. Hal ini lah yang membedakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar. Maka dari social entrepreneurship dengan amal, karena
itu, perlu dijembatani agar proses industrialisasi kegiatan social entrepreneurship menjanjikan
dapat terjadi, namun para peternak rakyat tidak suatu nilai dan hasil. Berbeda dengan kegiatan
tergilas. Salah satu konsep yang dapat amal atau sosial umumnya yang lebih
digunakan adalah social entrepreneurship. berorientasi pada pemberian, namun bukan
pemberdayaan (Bernardino et al., 2018).
Social entrepreneurship merupakan sebuah
konsep yang baru-baru ini secara progresif Social entrepreneurship memang didorong oleh
diterapkan pada penyelesaian masalah sosial. faktor-faktor moral. Namun berbeda dari
Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa organisasi amal atau nirlaba, social
tujuan akhir dari social entrepreneurship adalah entrepreneurship membentuk bisnis yang
untuk menciptakan nilai sosial dengan cara yang memecahkan masalah sosial kritis secara
bermakna melalui sebuah social entreprise atau berkelanjutan. Bisnis tersebut menciptakan dan
perusahaan sosial. Konsep ini berusaha menjual produk atau layanan yang
menciptakan nilai sosial dan ekonomi secara meningkatkan kualitas hidup orang-orang
simultan dan saling menguatkan. Penciptaan berpenghasilan rendah atau kurang beruntung,
nilai sosial dicapai dengan mendorong sementara juga memperoleh pendapatan
keberlanjutan organisasi, memungkinkan usaha finansial bagi perusahaan untuk
sosial untuk terus mengejar misinya. Para pelaku mempertahankan dan mengembangkan
social entrepreneurship melakukan beberapa hal kegiatannya. Kegiatan usaha yang dijalankan
dalam pelaksanaan kegiatan mereka. Pertama- dengan prinsip social entrepreneurship
tama mereka akan mengadopsi sebuah misi dipandang sebagai cara untuk meningkatkan dan
untuk menciptakan dan mempertahankan nilai menjaga kesetaraan sosial. Hal ini
sosial, tidak hanya nilai pribadi. Kemudian memungkinkan usaha untuk berkembang
mereka akan mengenali dan mencari secara aktif menjadi gerakan yang lebih luas di mana bisnis
peluang baru untuk menyelesaikan misi tersebut. lebih inklusif secara alami dan tidak hanya
Berikutnya, mereka terlibat dalam proses terjadi karena menyerah pada tekanan
inovasi, adaptasi, dan pembelajaran yang masyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa social
berkelanjutan. Dalam melakukan hal-hal entrepreneurship bukan hadir karena
tersebut, para pelaku social entrepreneurship masyarakat yang kurang mampu atau
harus memiliki semangat untuk bertindak tanpa pemerintah menekan para pengusaha untuk
batas pada sumber daya yang dimiliki pada saat membantu, namun lebih kepada pemecahan
tertentu. Hal ini dikarenakan dalam upaya masalah sosial dengan cara berkesinambungan
membangun social entrepreneurship, seringkali yang dapat memberikan keuntungan pada semua
sumber daya yang tersedia mungkin tidak pihak. Jenis usaha ini dimotivasi terutama oleh
memadai dan bisa jadi akan ada waktu di mana manfaat sosial untuk mengatasi masalah atau
para pelaku usaha harus melakukan kebutuhan sosial yang tidak terpenuhi oleh
pengorbanan pribadi demi mencapai misi yang pemerintah dan sektor swasta dengan cara yang
ditetapkan. Namun karena nilai sosial yang umumnya sesuai dengan kekuatan pasar.
dianggap sangat berharga, maka hal ini mungkin Perusahaan sosial mampu mengatasi masalah
untuk dilaksanakan. Pada akhirnya, para pelaku yang mempengaruhi kelompok yang
harus menunjukkan akuntabilitas yang tinggi terpinggirkan dan kurang terlayani, sambil

106 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
memajukan pembangunan ekonomi lokal. Jadi, untuk menyejahterakan diri sendiri, namun
jenis perusahaan ini tidak bersifat non-profit, dapat berinovasi hingga meningkatkan
namun didorong melalui keyakinan bahwa kesejahteraan orang-orang di sekitarnya.
pendekatan berbasis pasar untuk manfaat sosial Social entrepreneurship memiliki perbedaan
dapat berkontribusi pada keberlanjutan jangka dengan koperasi yang selama ini sudah banyak
panjang dari program yang berfokus pada yang dikenal dan dijalankan di Indonesia. Pada
kurang beruntung (de Lange & Dodds, 2017). koperasi, sistem yang digunakan adalah
Maka dari itu, social entrepreneurship dapat keanggotaan, di mana anggota koperasi
menjadi sebuah peluang bagi peternak sapi diharapkan memberikan kontribusi tertentu
rakyat. Peternak sapi rakyat mampu untuk bisa memperoleh kemudahan tertentu.
menghasilkan produk yang memiliki nilai Seperti yang terjadi di Koperasi Peternakan
ekonomis tinggi. Namun, mereka juga perlu Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. KPBS
untuk dikembangkan agar dapat menjadi Pangalengan adalah salah satu koperasi yang
sejahtera. berhasil sebagai badan usaha. Koperasi ini
Sebuah penelitian yang dilakukan kepada 105 memiliki banyak unit usaha yang dapat
peternak sapi rakyat di Pujon, Malang, Jawa menunjang para peternak seperti pabrik
Timur juga membuktikan bahwa kompetensi makanan ternak, pelayanan kesehatan hewan,
kewirausahaan memiliki pengaruh yang angkutan, pengolahan, dan juga Bank
signifikan dan positif kepada keberhasilan Perkreditan Rakyat. Koperasi ini juga memiliki
usaha. Dengan memiliki kompetensi- anggota lebih dari 6.500 peternak sapi. Dalam
kompetensi kewirausahaan seperti kemampuan pengelolaan koperasi ini, para peternak
manajemen teknis, kepemimpinan, dan pola dibebankan potongan penghasilan sebesar 4
pikir strategis, maka para peternak sapi rakyat persen dari produksi susu untuk dapat
juga akan bisa meraih keberhasilan usaha memperoleh akses layanan kesehatan hewan.
(Pamela et al., 2016). Selain itu, dengan Demikian pula mereka mendapatkan
memiliki kemampuan social entrepreneurship kemudahan dengan bisa membeli pakan ternak
secara khusus, maka para peternak sapi rakyat dengan cara diambil terlebih dahulu, dan baru
juga dapat melakukan upaya-upaya inovatif dan dipotong saat akhir bulan penerimaan susu.
tidak hanya berkutat pada menghasilkan produk Prinsip gotong royong yang diterapkan koperasi
susu. Seperti yang dilakukan di Desa ini sangat baik dan memberikan manfaat yang
Margamekar, Pangalengan, Kabupaten besar. Namun prinsip pengelolaan secara
Bandung, yang mengembangkan usaha peternak koperasi saja masih belum cukup untuk
sapi rakyat menjadi ekowisata dan juga wisata menyejahterakan seluruh anggota koperasi.
edukasi. Dengan kemampuan berinovasi seperti Pada KPBS Pangalengan yang sudah terhitung
ini, peternak sapi rakyat tidak hanya bisa sangat mapan dan besar saja masih terdapat
mendatangkan lebih banyak pembeli untuk 14,75 persen anggota yang belum sejahtera
produk-produk mereka, namun juga membuka (Agusta et al., 2014). Hal ini dikarenakan prinsip
peluang usaha baru yang menyejahterakan dari koperasi masih belum mendorong
masyarakat lain di sekitarnya, seperti menjual terjadinya inovasi dan pengembangan
souvenir dan makanan bagi para wisatawan yang kompetensi dari masing-masing anggota. Maka
datang (Kurniawan et al., 2019). Jadi, dengan dari itu, keberadaan koperasi masih dapat
menerapkan konsep social entrepreneurship, dikembangkan lagi dengan konsep social
para peternak sapi rakyat tidak hanya berpikir entrepreneurship.

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 107
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk inovatif perlu untuk diterapkan. Maka dari itu,
menerapkan social entrepreneurship bagi para business model innovations (BMIs) dapat
perternak adalah dengan memberikan mereka digunakan sebagai landasan dalam membentuk
pengetahuan tentang konsep ini. Pada tahapan social entrepreneurship. BMIs mencakup
ini, baik pemerintah, organisasi nirlaba, maupun beberapa hal yaitu value proposition (proposisi
universitas, melalui gerakan pengabdian kepada nilai), value constellation (konstelasi nilai),
masyarakat, dapat memberikan pelatihan social social profit equation (persamaan keuntungan
entrepreneurship. Ada beberapa hal yang perlu sosial), dan economic profit equation
dibangun melalui pelatihan tersebut, yaitu (persamaan keuntungan ekonomi) (Guerrero et
pengetahuan tentang social entrepreneurship, al., 2021). Value proposition adalah nilai yang
keahlian atau skill, serta sikap atau attitudes dijanjikan perusahaan untuk diberikan kepada
yang diperlukan untuk menjalankan social pelanggan jika mereka memilih untuk membeli
entrepreneurship. Tujuan akhir dari pelatihan ini produk mereka. Value proposition memberikan
adalah para peserta mampu meningkatkan deklarasi atau pernyataan yang memperkenalkan
pengetahuan, keahlian, dan sikap yang merek perusahaan kepada konsumen dengan
menghasilkan nilai sosial melalui organisasi memberi tahu mereka apa yang diperjuangkan
yang berkelanjutan secara ekonomi. Pelatihan perusahaan, bagaimana perusahaan beroperasi,
social entrepreneurship dapat memberikan dan mengapa perusahaan layak mendapat
meta-kompetensi, di mana para peserta didorong kepercayaan konsumen. Dalam kasus usaha para
untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi peternak sapi rakyat, value proposition menjadi
melalui sebuah wirausaha yang memiliki nilai penting di mana usaha yang dibentuk harus
sosial. Pelatihan social entrepreneurship dapat menonjolkan keunggulan dibandingkan dengan
berfokus pada pengembangan atribut individu kegiatan yang dahulu mereka lakukan. Sebagai
untuk melaksanakan tugas dengan sukses, contoh, ketika masih dalam usaha rumahan
mengingat pembentukan wirausahawan sosial mereka menjual susu murni hasil harian dari
difasilitasi oleh keterampilan dan nilai pribadi ternak mereka, maka ketika sudah menjadi suatu
yang sesuai. Lebih lanjut, perlu diingat bagi para badan usaha harus ada nilai lebih yang
pelatih atau narasumber yang memberikan ditawarkan seperti sudah ada pengemasan, ada
pelatihan social entrepreneurship, karena ujung uji kelayakan pangan, ada pengolahan, dan lain
dari pelatihan ini adalah peserta dapat sebagainya. Berikutnya adalah value
memecahkan suatu masalah sosial, maka cara constellation, di sini usaha melibatkan pemasok,
pelatihannya pun harus disesuaikan. Metode- pelanggan dan sub-kontraktor sebagai rekan
metode seperti diskusi, studi kasus, produsen. Pada tahapan ini, perusahaan harus
pembelajaran berbasis proyek, penelitian mampu mencerminkan rantai nilai dan interaksi
tindakan, pembelajaran layanan, pembelajaran pelanggan dari perusahaannya. Hal yang harus
situasional, dan jenis-jenis pembelajaran aktif diperhatikan tidak hanya rantai nilai internal,
lainnya akan lebih disarankan untuk tetapi juga rantai nilai bagi mitra, jaringan, dan
memperoleh hasil yang optimal (García- pemasok yang terlibat dalam proses bisnis.
González & Ramírez-Montoya, 2021). Implikasinya bagi usaha peternak sapi rakyat
adalah mereka tidak harus berjuang sendiri
Setelah mendapatkan pelatihan tentang social
entrepreneurship maka langkah berikutnya yang dalam menjalankan usaha. Mereka dapat
memetakan serta melibatkan berbagai pihak
perlu dilakukan adalah membentuk usaha.
agar usaha dapat berjalan dengan baik dan
Dalam pembentukan usaha, langkah-langkah

108 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
lancar. Bagaimana agar pihak-pihak lain usaha ada beberapa hal yang harus dilakukan
tersebut bersedia terlibat dan membantu usaha para wirausahawan sosial. Pertama-tama
yang mereka jalankan, tentunya dengan menemukan peluang untuk menghilangkan
menonjolkan nilai-nilai dan keunggulan yang hambatan sosial dan kelembagaan. Kemudian
mereka miliki dalam usaha yang dibangun ini. para pelaku usaha perlu mengatasi kegagalan
Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan pasar terkait dengan penyediaan barang dan
social profit equation yaitu mendefinisikan jenis pemerataan distribusi. Ketika dasar-dasar
nilai yang diciptakan untuk memecahkan tersebut sudah dilaksanakan, maka para pelaku
masalah sosial. Di sini para pelaku social usaha dapat bereksperimen dengan ide-ide,
entrepreneurship perlu memetakan hal-hal yang seperti membuat produk baru, membuat
dihitung sebagai profit sosial, entah itu dampak kemasan baru, cara distribusi yang lebih efektif
terhadap kehidupan sosial masyarakat maupun dan lain-lain. Eksperimen ini perlu dilakukan
lingkungan. Dengan adanya pemetaan ini, nilai sebelum benar-benar menjalankan suatu usaha.
sosial dan nilai ekonomi dapat tercipta melalui Eksperimen berfungsi meningkatkan
usaha yang dibentuk. Bagi para pelaku usaha kepercayaan wirausahawan sosial pada idenya
peternak sapi rakyat, maka pemetaan dapat dan berkontribusi pada motivasi untuk
dilakukan mengingat bahwa bukan hanya menerapkan inovasi berkelanjutan. Kemudian
mereka yang butuh hidup sejahtera, namun perlu dibentuk sebuah organisasi formal untuk
keberlangsungan hidup ekosistem pendukung menaungi usaha baru ini. Dalam hal ini, para
peternakan seperti hewan ternak, tumbuhan peternak rakyat dapat bergabung dan menjadi
untuk pakan ternak, air bersih dan lain-lain juga shareholder atau pemegang saham dari usaha
perlu diperhatikan. Terakhir adalah penentuan bersama ini. Namun tetap dibutuhkan struktur
economic profit equation yaitu mendefinisikan organisasi yang jelas dan disepakati bersama.
model keuangan atau bagaimana usaha Organisasi ini juga perlu memiliki legalitas agar
menopang misi sosialnya secara finansial. dapat lebih dipercaya publik serta dapat
Dalam hal ini, para pelaku usaha perlu dikembangkan terus kedepannya. Usaha yang
memikirkan biaya-biaya yang perlu mereka sudah terbentuk ini harus dijalankan dengan
keluarkan baik fixed cost, yaitu biaya yang rutin memiliki tujuan, hasil, dan dampak yang jelas.
wajib dikeluarkan agar perusahaan tetap Hal ini akan membantu pelaku usaha untuk
berjalan, maupun variable cost, yaitu biaya yang dapat menetapkan target dan membuat rencana
keluar karena proses produksi. Setelah kerja yang jelas. Dengan adanya rencana kerja
memetakan biaya yang perlu dikeluarkan, dan target, maka organisasi akan lebih terarah
pelaku usaha perlu memikirkan dengan cara apa dan dapat memperoleh hasil yang diinginkan
memperoleh penghasilan atau revenue yang bersama. Kemudian tentu saja para pelaku usaha
dapat menutup seluruh biaya tersebut, ditambah harus bekerjasama dalam mewujudkan tujuan
dengan keuntungan untuk menjaga bisnis tetap yang telah dicanangkan bersama. Hal tersebut
berjalan di tengah berbagai stuasi dan juga dilakukan melalui berbagai aktivitas untuk
pengembangan bisnis. Kemudian juga perlu mencapai hasil dan dampak sosial yang
dipikirkan sistem penggunaan modal atau dana diinginkan. Ketika perusahaan sudah berjalan
yang ada sehingga cashflow dapat berjalan dan mulai membuahkan hasil, maka ini
dengan lancar (Weis, 2016). merupakan fase yang paling menantang bagi
pelaku social entrepreneurship. Umumnya
Selanjutnya setelah pembentukan, maka usaha
ketika sudah ada hasil, keuntungan atau
perlu untuk dijalankan. Dalam menjalankan

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 109
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
pendapatan yang diperoleh, maka para (sustainability) saat mengevaluasi usaha sosial,
pemegang saham cenderung ingin agar modal dua komponen harus dinilai. Nilai ekonomi,
awal mereka segera kembali dan bisa menikmati yang dapat dievaluasi menggunakan metode
hasil. Namun hal ini akan membunuh usaha. yang dikenal oleh sektor nirlaba, dan nilai sosial
Usaha yang sudah mulai berjalan harus didorong yang diciptakan oleh organisasi. Tujuan social
pertumbuhannya agar dapat mencapai dampak entrepeneurship adalah menciptakan tantangan
sosial yang lebih besar. Berbeda dengan yang lebih besar untuk mengukur kinerja
wirausaha umumnya yang berorientasi pada wirausahawan komersial yang dapat
profit semata, social entrepreneurship harus mengandalkan ukuran kinerja yang relatif nyata
memenuhi misi tertentu. Secara khusus bagi dan dapat diukur. Berbagai pemangku
para peternak rakyat, misi mereka adalah kepentingan keuangan dan non-keuangan yang
memperoleh hidup sejahtera bagi para peternak menjadi tanggung jawab organisasi social
rakyat. Maka dari itu, usaha para peternak rakyat entrepreneurship, jumlahnya lebih besar dan
yang sudah berjalan tidak boleh berhenti hanya lebih bervariasi, sehingga menghasilkan
sampai bisa memperoleh keuntungan, namun kompleksitas yang lebih besar dalam mengelola
harus bisa menjangkau lebih banyak lagi hubungan ini. Metode evaluasi yang baik harus
peternak rayat dan orang-orang di sekitarnya, dapat menganalisis kontribusi terhadap
serta menjaga keberlangsungan usaha tersebut masyarakat – dampak sosial (termasuk
agar dapat dinikmati oleh berbagai lapisan penciptaan kesejahteraan sosial) organisasi dan
masyarakat. Lebih jauh bahkan usaha ini juga tidak hanya alokasi dan hasil keuangan. Ini
dapat membantu perekonomian dan ketahanan memberikan bukti atau bantahan kepada lawan,
pangan negara. Di sinilah para wirausahawan bahwa perusahaan sosial mampu meringankan
sosial harus mampu membuat indikator- masalah (apakah perusahaan sosial mampu
indikator sukses yang tepat bagi kelangsungan melakukan reformasi yang diperlukan untuk
usaha. Bukan hanya untuk memperoleh profit membuat perubahan sosial). Isu-isu hukum yang
sementara, namun dapat menimbulkan dampak berkaitan dengan keberlanjutan harus dibahas
sosial yang lebih luas (Ebrashi, 2013). dari perspektif perusahaan sosial serta dari
perspektif sektor publik. Ketiga, untuk menguji
Indikator kesuksesan bagi sebuah social
argumen penyimpangan misi, harus dilakukan
entrepreneurship dapat dilakukan menggunakan
analisis pemilihan pemangku kepentingan dan
social impact evaluation. Social impact
pemilihan kegiatan. Kegiatan itu sendiri harus
evaluation dalam social entrepreneurship
dianalisis untuk mendapatkan bukti bahwa
adalah proses yang menghasilkan temuan
organisasi melakukan hal yang benar dan
seberapa banyak satu masalah sosial tertentu
membantu memecahkan atau meringankan
telah dihilangkan oleh kegiatan satu organisasi
masalah sosial. Jadi, ada tiga hal yang perlu
tertentu. Terdapat beberapa metode untuk
untuk dievaluasi secara berkala oleh pelaku
melakukan evaluasi terhadap dampak sosial
social entrepreneurship untuk mengetahui
tersebut. Pertama, untuk menguji solusi inovatif
dampak sosial yang dihasilkan dan menjaga agar
dan mengurangi asimetri informasi, perlu
usaha yang dibuat tetap berada di jalur yang
dilakukan analisis apakah satu organisasi
benar. Ketiga hal itu adalah dampak sosial
(perusahaan sosial) menghasilkan dampak sosial
yang lebih positif (termasuk kesejahteraan organisasi dan tidak hanya alokasi dan hasil
keuangan, perbedaan dampak dari dua
sosial) daripada organisasi lain di bidang yang
organisasi yang beroperasi di bidang yang sama,
sama. Kedua, untuk menguji keberlanjutan

110 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
serta pemilihan kelompok sasaran dan analisis memberikan manfaat jangka panjang baik bagi
semua dampak kegiatan (Pärenson, 2011). kelanggengan perusahaan, maupun kebaikan
hidup masyarakat dan lingkungan. Sehingga
Creating Shared Value (Penciptaan Nilai
CSR beralih menjadi kegiatan sukarela sehari-
Bersama) bagi Peternak Sapi Rakyat
hari perusahaan yang berfokus pada penciptaan
Ketika membicarakan tentang membangun dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi yang
sebuah social entrepreneurship, tentunya positif dengan tetap mempertimbangkan
muncul kekhawatiran bagi para peternak rakyat kebutuhan semua kelompok pemangku
tentang modal. Pada dasarnya mereka bisa saja kepentingan. Oleh karena itu, perusahaan yang
memiliki niatan yang kuat untuk mendirikan berhasil menerapkan CSR harus memiliki efek
suatu usaha, namun seringkali kebutuhan hidup positif pada kelompok pemangku kepentingan
yang mendesak membuat mereka mereka – dalam beberapa dimensi. Sayangnya
mengurungkan niat tersebut. Hal ini dapat konsep ini pun masih menerima banyak kritik
dijawab melalui sebuah konsep yang disebut karena dianggap masih mengutamakan
dengan creating shared value (CSV). CSV kepentingan perusahaan dibanding kepentingan
merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan masyarakat. Dari sisi pelaku usaha pun banyak
sebagai perkembangan dari konsep yang sudah yang kurang menyukai konsep CSR karena
ada sebelumnya, yaitu Corporate Social dirasa sebagai beban perusahaan. Maka dari itu
Responsibility (CSR). Pada mulanya CSR adalah untuk menjembatani hal ini, dimunculkanlah
respons dari perusahaan atas kritik dari konsep CSV. Berbeda dengan CSR yang
masyarakat, sehingga perusahaan merasa perlu merupakan respons atas kritik sosial, CSV
untuk membuat program-program yang mengajukan konsep yang berkebalikan. CSV
menunjukkan nilai dan manfaat adanya mengusung sebuah konsep di mana kemajuan
perusahaan tersebut bagi masyarakat. masyarakat adalah inti dari keberhasilan
Perwujudannya bisa bermacam-macam, mulai ekonomi perusahaan, dan menangani masalah
dari kegiatan amal yang dilaksanakan masyarakat memiliki banyak peluang untuk
perusahaan, pemberian sponsor, etika dalam meningkatkan daya saing dan penciptaan nilai
berbisnis, tanggung jawab bisnis terhadap organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa ketika
lingkungan dan masyarakat terdampak, serta perusahaan mendorong kesejahteraan
ketaatan perusahaan kepada aturan. Mulanya masyarakat dan melindungi lingkungan, maka
kegiatan CSR banyak yang hanya merupakan perusahaan akan dapat terus beroperasi dengan
gerakan sporadis sesuai dengan kebutuhan baik dan bahkan berkembang (Lapiņa et al.,
perusahaan atau sentimen masyarakat terhadap 2012).
perusahaan. Kegiatan-kegiatan itu pun banyak
Contoh riil perbedaan antara CSR dengan CSV
yang bersifat transaksional. Alasan di balik
dapat dilihat pada kasus-kasus perusahaan
transaksi ini dapat berkisar dari murni masalah
sebagai berikut. Ben & Jerry's dan The Body
etika dan keinginan untuk membantu
Shop adalah perusahaan terkenal karena
masyarakat berkembang, hingga “mengganti”
komitmen jangka panjang mereka yang luar
beberapa kerusakan lingkungan dan memoles
biasa terhadap tanggung jawab sosial. Selama
reputasi perusahaan. Namun lambat laun, baik
bertahun-tahun, Ben & Jerry's menyumbangkan
masyarakat maupun perusahaan menyadari
7,5 persen dari laba sebelum pajak tahunannya
bahwa kegiatan-kegiatan sporadis tersebut tidak
untuk kegiatan amal, yang merupakan
cukup. Maka dari itu, mulailah muncul beberapa
persentase tertinggi di antara perusahaan publik
kegiatan yang berkesinambungan dan

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 111
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
lainnya. Contoh lain dari aktivitas sosial mereka langsung—dan berpotensi signifikan—pada
adalah gerakan “1 persen untuk Perdamaian,” perusahaan. Dari contoh-contoh kasus tersebut
yaitu mengalihkan 1 persen anggaran militer dapat terlihat perbedaan dari perusahaan yang
Amerika Serikat untuk tujuan yang hanya berfokus pada CSR seperti Ben & Jerry’s
meningkatkan kehidupan, bukan tujuan yang dan The Body Shop, dan yang sudah
mengambil nyawa. Produk mereka yang berkembang ke CSV seperti Microsoft. Ben &
terkenal, “Peace Pops” berfungsi sebagai alat Jerry’s dan The Body Shop memberikan
pemasaran untuk yayasan, memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat,
informasi tentang kampanye “1 persen untuk namun keuntungan perusahaan mereka tetap
Perdamaian” dan mengarahkan minat tidak stabil karena kurangnya manajemen dan
masyarakat untuk berpartisipasi. The Body Shop strategi yang efisien. Di sisi lain, Microsoft
telah menangani isu-isu sulit seperti hak asasi meningkatkan nilai sosial yang pada gilirannya
manusia dan sipil, tanggung jawab lingkungan, meningkatkan keuntungan bisnis mereka,
dan perlindungan hewan, yang merupakan dengan menyediakan pekerja TI yang baik. Ben
cerminan langsung dari visi pendiri perusahaan. & Jerry's, The Body Shop, dan Microsoft
Selain itu, perusahaan telah berhasil menghasilkan manfaat sosial yang signifikan,
meningkatkan kesadaran akan isu tabu seputar tetapi hanya Microsoft yang menghasilkan
HIV, AIDS, dan perdagangan seks. Akan tetapi, manfaat perusahaan yang substansial dan
sulit untuk mengukur manfaat bisnis dari berkelanjutan, sedangkan Ben & Jerry's dan The
aktivitas sosial yang baik ini sampai Ben & Body Shop tidak (Moon et al., 2011).
Jerry's diambil alih oleh Unilever, dan Body CSV pada dasarnya adalah praktik yang
Shop dibeli oleh L'Oréal, setelah keduanya meningkatkan daya saing perusahaan sambil
mengalami kesulitan manajemen. Berbeda secara bersamaan memajukan kondisi ekonomi
dengan apa yang terjadi di Microsoft. Microsoft
dan sosial di masyarakat di mana ia beroperasi.
menghadapi kekurangan pekerja teknologi CSV berfokus pada mengidentifikasi dan
informasi (TI) yang merupakan kendala kritis memperluas hubungan antara kemajuan sosial
pada pertumbuhan Microsoft. Pada saat yang dan ekonomi. Konsep ini bertumpu pada premis
sama, Microsoft menyadari bahwa institusi bahwa kemajuan ekonomi dan sosial harus
pendidikan menghadapi tantangan khusus. diatasi dengan menggunakan prinsip-prinsip
Kurikulum TI tidak standar, teknologi yang nilai. Nilai didefinisikan sebagai keuntungan
diajarkan di ruang kelas sering ketinggalan relatif terhadap biaya, bukan hanya keuntungan
zaman, dan tidak ada program pengembangan semata. Penciptaan nilai merupakan ide yang
profesional yang sistematis untuk membuat sudah lama dikenal dalam bisnis, di mana
anggota institusi tetap mengikuti perkembangan keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh
zaman. Inisiatif lima tahun Microsoft senilai $50
dari pelanggan dikurangi biaya yang
juta ditujukan untuk mengatasi ketiga masalah dikeluarkan. Namun, bisnis jarang mendekati
ini. Selain menyumbangkan uang dan produk, masalah sosial dari perspektif nilai tetapi
Microsoft mengirim sukarelawan karyawan ke memperlakukannya sebagai masalah periferal
perguruan tinggi untuk menilai kebutuhan, atau berada di luar bisnis itu sendiri. Ini telah
berkontribusi pada pengembangan kurikulum, mengaburkan hubungan antara masalah
dan membuat lembaga pengembangan fakultas. ekonomi dan sosial. Maka dari itu diperlukan
Microsoft mencapai hasil yang bermanfaat bagi pemikiran baru yang mampu mengubah pola
banyak komunitas sekaligus memiliki dampak pikir para pelaku usaha. Perusahaan dapat

112 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
menciptakan nilai ekonomi dengan menciptakan memajukan pembangunan masyarakat dan
nilai sosial. Ada tiga cara berbeda untuk memberikan produk yang dibutuhkan oleh
melakukan ini: dengan memahami kembali masyarakat yang sama (Porter & Kramer, 2011).
produk dan pasar, mendefinisikan ulang Perusahaan bermodal kuat dapat memilih untuk
produktivitas dalam rantai nilai, dan melakukan CSV melalui pendanaan social
membangun klaster industri yang mendukung di entreprise yang dirasa sesuai dengan tujuan
lokasi perusahaan. Masing-masing adalah mereka. Hal ini memberikan keuntungan juga
bagian dari lingkaran kebajikan nilai bersama; bagi perusahaan tersebut karena mereka bisa
meningkatkan nilai di satu bidang yang memperoleh keuntungan dari kerjasama jenis
memunculkan peluang di bidang lain. Konsep ini. Kerjasama pemodalan ini memberikan
nilai bersama mengatur ulang batas-batas keunggulan dalam segi expertise dan cost-
kapitalisme. Menghubungkan kesuksesan effective. Sebagai contoh perusahaan pengolah
perusahaan dengan peningkatan masyarakat produk susu dapat memodali perusahaan
secara lebih baik, membuka banyak cara untuk peternak rakyat untuk menghasilkan susu.
melayani kebutuhan baru, mendapatkan Perusahaan pemodal tidak perlu mempelajari
efisiensi, menciptakan diferensiasi, dan cara memelihara sapi atau harus merekrut dan
memperluas pasar. Maka dari itu, CSV adalah
melatih para pekerja yang mampu memelihara
cara menghubungkan kembali perusahaan sapi, karena hal ini sudah akan disediakan oleh
dengan masyarakat di mana ia berada, melalui perusahaan peternak di mana mereka memiliki
identifikasi dan perluasan hubungan antara banyak peternak ahli. Perusahaan juga tidak
kemajuan sosial dan ekonomi. Ini berarti harus mempelajari kebudayaan, aturan, dan
mengakui bahwa kebutuhan masyarakat kondisi alam di mana sapi-sapi diternakkan. Hal
bukanlah secara eksklusif beban bisnis yang ini juga cost-effective dari segi lahan dan
hanya menimbulkan biaya lebih tinggi, tetapi
produksi, karena itu akan menjadi tanggung
sebagai cara untuk meningkatkan kinerja bisnis jawab perusahaan peternak rakyat. Selain itu
sekaligus menciptakan nilai tambah bagi perusahaan pemodal juga dapat menggunakan
masyarakat juga. CSV adalah cara berbisnis kerjasama jenis ini untuk memperoleh masukan
yang mempertimbangkan masyarakat dan atau pembelajaran dari social entreprise yang
lingkungan tidak hanya sebagai lingkungan dimodalinya. Dengan membuka jejaring
eksternal tempat perusahaan beroperasi, tetapi kerjasama, maka perusahaan pemodal juga
sebagai bagian integral dari bisnis. Memikirkan berkesempatan untuk melihat peluang-peluang
bagaimana meningkatkan kesejahteraan yang ada di lapangan yang dapat dijadikan lahan
masyarakat menjadi langkah dalam memikirkan bisnis baru. Sebagai contoh yang pernah
bagaimana mencapai hasil bisnis yang lebih dilakukan oleh perusahaan Boehringer
baik. Perusahaan yang sudah menjalankan
Ingelheim. Perusahaan farmasi ini, melalui
konsep CSV tidak lagi memikirkan profitabilitas programnya yang disebut More Health Program,
saja, tetapi lebih berfokus pada pencapaian daya telah mendanai upaya social entrepreneurship
saing yang berkelanjutan melalui pemberian untuk merevolusi akses ke perawatan kesehatan
dampak positif secara simultan bagi masyarakat primer di 32 negara berpenghasilan rendah.
dan lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan harus Boehringer Ingelheim saat ini menggunakan
didasarkan pada investasi jangka panjang dalam wawasan yang diperoleh dari pengalaman
daya saing perusahaan dan tujuan tersebut untuk mempertimbangkan
sosial/lingkungan. Laba menjadi fungsi untuk pendekatannya terhadap tanggung jawab sosial

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 113
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
perusahaan dan untuk menghasilkan nilai bisnis. menciptakan nilai bersama, di mana Nestlé
Perusahaan lain yang juga pernah mengamankan pasokan komoditas yang stabil
mempraktikkan hal ini adalah GE, melalui dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
program Healthymagination untuk simbiosis dan positif untuk daerah yang miskin
mengembangkan produk terjangkau yang di India. Bukan sekedar melakukan fair trade, di
mengatasi masalah kesehatan yang buruk yang mana perusahaan hanya membeli produk dengan
juga melibatkan aliansi dengan social harga yang “wajar,” apa yang dilakukan Nestlé
entreprise. Satu masalah yang diputuskan GE membantu membangun masyarakat pada distrik
untuk diatasi adalah tingginya angka kematian tersebut. Selain Nestlé mengamankan supply
bayi di India, yang sebagian disebabkan oleh bahan bakunya, dia juga menciptakan pasar bagi
kurangnya inkubator untuk bayi prematur. Para produk-produknya. Masyarakat yang lebih
insinyur bagian riset dan pengembangan GE sejahtera akan memiliki daya beli terhadap
menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk produk-produk Nestlé. Selain itu, masyarakat
menciptakan kembali inkubator mereka dan juga akan turut menjaga keberlangsungan
secara dramatis mengurangi biayanya. Namun perusahaan Nestlé karena kesejahteraan mereka
semua usaha ini sia-sia di mana inkubator paling juga dijaga oleh Nestlé (Aakhus & Bzdak,
murah yang diproduksi GE masih bernilai 2012).
sekitar $2.000 yang terlalu mahal untuk rumah Dalam kasus peternak sapi rakyat di Indonesia,
sakit dan klinik India. GE kemudian mengetahui konsep ini juga dapat digunakan. Banyak
tentang Embrace, sebuah social entreprise yang perusahaan nasional maupun multinasional
telah menciptakan inkubator seharga $200 yang bermodal kuat yang membutuhkan pasokan susu
dapat membuat bayi tetap hangat hingga enam yang juga berkecimpung di Indonesia.
jam dengan menggabungkan kantong tidur Contohnya adalah perusahaan pengolah susu
dengan pembalut yang dapat dipanaskan dalam
pasteurisasi, pembuat keju, pembuat biskuit,
air. GE kemudian bermitra dengan Embrace pembuat sabun, pembuat lotion, dan masih
untuk mendistribusikan produk tersebut di India banyak lagi perusahaan yang membutuhkan
(Pfitzer et al., 2013). susu sebagai bahan baku. Namun para peternak
Contoh riil dari terlaksananya CSV yang rakyat harus mampu menunjukkan keunggulan
berhubungan dengan peternak rakyat adalah apa mereka agar perusahaan-perusahaan tersebut
yang telah dijalankan oleh perusahaan Nestle di bersedia mengambil bagian dalam
India. Nestlé merupakan perusahaan pengembangan usaha mereka. Dengan
multinasional dengan modal yang kuat. Produk- bersatunya para peternak rakyat menggunakan
produk Nestle banyak yang berbasis susu, maka konsep social entrepreneurship, maka mereka
dari itu Nestle berperan dalam pembangunan dapat memberikan jaminan akan kualitas kerja
sebuah “distrik susu” di India. Nestlé membantu maupun produknya. Hal ini akan mendorong
permodalan para peternak dan menjamin para perusahaan besar untuk melihat nilai bersama
peternak sapi rakyat untuk dapat menjual hasil yang dapat diterapkan pada usaha-usaha milik
produk susu mereka dengan harga yang pantas. para peternak rakyat. Diharapkan dengan
Selain itu mereka juga turut mengembangkan kombinasi antara konsep social
distrik tersebut di bidang kesehatan dengan entrepreneurship dan CSV ini akan membantu
bantuan pasokan air bersih dan klinik. Juga para peternak rakyat untuk dapat meningkatkan
mendirikan sekolah serta memberikan pelatihan kesejahteraan hidupnya sambil menjaga
bagi para perempuan. Upaya Nestlé ini keberlangsungan lingkungan.

114 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
PENUTUP Peran pemerintah, organisasi nirlaba, maupun
institusi pendidikan tidak lepas agar kedua
Peternakan merupakan salah satu sub-sektor
konsep ini dapat diterapkan secara riil di
yang penting bagi Indonesia. Peternakan bukan
masyarakat. Lembaga-lembaga ini dapat
hanya berfungsi untuk mendukung ketahanan
membantu memberikan pelatihan yang
pangan nasional, namun juga berkontribusi
dibutuhkan serta membuka jaringan bagi social
terhadap pemerataan ekonomi. Peternakan dapat
entreprise agar dapat berjalan. Secara khusus,
dijalankan oleh para peternak rakyat dari rumah
pemerintah juga dapat membuat regulasi yang
mereka sendiri, sehingga dapat memberikan
mendorong terlaksananya konsep-konsep
sumber penghasilan bagi masyarakat di wilayah
seperti ini. Konsep-konsep ini sudah pernah juga
mereka masing-masing. Sayangnya para
dijalankan di luar negeri dan memberikan
peternak rakyat ini masih banyak yang hidup
dampak positif berkesinambungan. Maka dari
pra-sejahtera. Mereka masih kesulitan untuk
itu, konsep ini akan sangat baik jika dapat
memenuhi biaya hidup dan bahkan ada yang
diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia.
sampai harus berhutang. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya daya tawar mereka di pasar, yang UCAPAN TERIMA KASIH
merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan, Penulis mengucapkan terima kasih kepada
keterampilan, dan modal mereka dalam seluruh civitas akademika Universitas Ciputra
menjalankan usaha peternakan rakyat. Hal ini Surabaya dan Universitas Katolik Widya
perlu diatasi melalui berbagai upaya dengan Mandala Surabaya atas dukungannya dalam
harapan para peternak rakyat dapat hidup lebih penulisan artikel ini. Penulis juga mengucapkan
sejahtera. terima kasih kepada tim pengelola jurnal Sosio
Dalam artikel ini dikemukakan dua buah konsep Informa yang telah membantu proses penerbitan
yang saling berhubungan untuk dapat membantu artikel ini dari awal hingga akhir.
para peternak rakyat menyelesaikan
permasalahannya. Konsep pertama adalah social DAFTAR PUSTAKA
entrepreneurship. Dalam konsep ini, para
Aakhus, M., & Bzdak, M. (2012). Revisiting
peternak rakyat yang berada dalam satu wilayah
the Role of “Shared Value” in the
dapat bergabung dan membangun sebuah social
Business-Society Relationship. Business
entreprise sendiri. Selain itu, usaha para
and Professional Ethics Journal, 31(2),
peternak rakyat ini juga dapat didorong untuk
231–246.
memecahkan permasalahan sosial yang lebih
https://doi.org/10.5840/bpej201231211
besar seiring dengan perkembangan dari social
Agusta, Q. T. M., Lestari, D. A. H., &
entreprise yang dibangun. Dalam membentuk
Situmorang, S. (2014). Analisis
social entreprise ini kemungkinan para peternak
Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan
rakyat akan mengalami kesulitan modal, maka
Rumah Tangga Peternak Sapi Perah
dari itu di sini dikemukakan konsep kedua yaitu
Anggota Koperasi Peternakan Bandung
creating shared value (CSV). CSV merupakan
Selatan (KPBS) Pangalengan. Jurnal
konsep di mana social entreprise bergandengan
Ilmu-Ilmu Agribisnis, 2(2), 109–117.
dengan perusahaan lain yang lebih kuat untuk
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23960/j
memperoleh bantuan. Hal ini bukan hanya
iia.v2i2.109-117
mendukung social entreprise itu, namun juga
Amam, Roni, Y., Wildan, J., & Pradiptya, A.
menyediakan keuntungan atau nilai bagi
(2019). Kekuatan Sumber Daya (Ekonomi,
perusahaan besar yang digandeng.

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 115
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka
Lingkungan dan Sosial) dan Pengaruhnya university. Higher Education, Skills and
terhadap SDM Peternak dan Kelembagaan Work-Based Learning.
Peternak Sapi Perah. Prosiding Seminar https://doi.org/10.1108/HESWBL-01-
Nasional Teknologi Peternakan Dan 2021-0009
Veteriner 2019, 225–235. Guerrero, M., Santamaría-Velasco, C. A., &
https://doi.org/10.14334/pros.semnas.tpv- Mahto, R. (2021). Intermediaries and
2019-p.225-235 Social Entrepreneurship Identity:
Aprianto, N. E. K. (2017). Kemiskinan Dalam Implications for Business Model
Perspektif Ekonomi Politik Islam. Innovation. International Journal of
Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam, Entrepreneurial Behaviour and Research,
8(2), 169–188. 27(2), 520–546.
Arifin, J. (2020). Budaya Kemiskinan Dalam https://doi.org/10.1108/IJEBR-10-2020-
Penanggulangan Kemiskinan Di 0679
Indonesia. Sosio Informa, 6(2), 114–132. Kadim, A., Sunardi, N., Lesmana, R., &
Bernardino, S., Santos, J. F., & Ribeiro, J. C. Sutarman, A. (2019). Revitalisasi Fungsi
(2018). Social Entrepreneur and Gender: Masjid Sebagai Pusat Penguatan
What’s Personality Got to Do with It? Manajemen Peternak Sapi Rakyat melalui
International Journal of Gender and Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Entrepreneurship, 10(1), 61–82. Terpadu. Jurnal Abdi Masyarakat
https://doi.org/10.1108/IJGE-07-2017- Humanis, 1(1), 10–20.
0040 Krisna. (2016). Upaya Penanggulangan
Borman, R. I., Priandika, T. A., & Edison, A. Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Usaha
R. (2020). Implementasi Metode Mikro Kecil dan Menengah. Sosio
Pengembangan Sistem Extreme Informa, 2(2), 137–154.
Programming (XP) pada Aplikasi Kurniawan, A. R., Suganda, D., & Hadian, S.
Investasi Peternakan. Jurnal Sistem Dan D. (2019). Model Desa Pariwisata
Teknologi Informasi, 8(3), 272–277. Berbasis Peternakan Sapi Perah Di Desa
https://doi.org/10.26418/justin.v8i3.40273 Margamekar, Pangalengan. Tornare -
de Lange, D., & Dodds, R. (2017). Increasing Journal of Sustainable Tourism Research,
Sustainable Tourism through Social 1(1), 1–6.
Entrepreneurship. International Journal of https://doi.org/10.24198/tornare.v1i1.2488
Contemporary Hospitality Management, 8
29(7), 1977–2002. Lapiņa, I., Borkus, I., & Stariņeca, O. (2012).
https://doi.org/10.1108/IJCHM-02-2016- Corporate Social Responsibility and
0096 Creating Shared Value: Case of Latvia.
Ebrashi, R. El. (2013). Social Entrepreneurship International Journal of Social,
Theory and Sustainable Social Impact. Behavioral, Educational, Economic,
Social Responsibility Journal, 9(2), 188– Business and Industrial Engineering, 6(8),
209. https://doi.org/10.1108/SRJ-07-2011- 228–2234. https://doi.org/10.1007/978-3-
0013 319-69892-2_181-1
García-González, A., & Ramírez-Montoya, M. Moon, H., Parc, J., Yim, S. H., & Park, N.
S. (2021). Social entrepreneurship (2011). An Extension of Porter and
education: changemaker training at the Kramer’s Creating Shared Value (CSV):

116 Sosio Informa Vol. 7 No. 02, Mei – Agustus, Tahun 2021. Kesejahteraan Sosial
Reorienting Strategies and Seeking Poverty Reduction in Vietnam. Journal of
International Cooperation. Journal of Economics and Development, 21(2), 213–
International and Area Studies, 18(2), 49– 222. https://doi.org/10.1108/jed-10-2019-
64. 0046
Mulatmi, S. N. W., Guntoro, B., Widyobroto, Porter, M. E., & Kramer, M. R. (2011).
B. P., Nurtini, S., & Pertiwiningrum, A. Creating Shared Value. In Harvard
(2016). Strategi Peningkatan Adopsi Business Review.
Inovasi pada Peternakan Sapi Perah http://www.hks.harvard.edu/m-
Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta, rcbg/fellows/N_Lovegrove_Study_Group/
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Buletin Session_1/Michael_Porter_Creating_Shar
Peternakan, 40(3), 219–227. ed_Value.pdf
https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v Sitepu, S. N. B., & Utami, C. W. (2019).
40i3.12470 Pemberdayaan Perempuan Dalam
Nurlina, L., & Maryati, M. (2011). Perilaku Pengelolaan Usaha Mikro Melalui
Peternak Sapi Perah Dalam Memanfaatkan Program Entrepreneurship Sebagai
Teknologi Gas Bio ( The Behavior of Pengerak Ekonomi Desa. Seminar
Dairy Farmer to Utilize Bio Gas Nasional Hasil Penelitian Dan
Technology ). Jurnal Ilmu Ternak, 11(1), Pengabdian Kepada Masyarakat
57–60. Senapenmas 2018, 347–356.
Nurtini, S., & UM, M. A. (2014). Profil Weis, M. (2016). Business Models and
Peternakan Sapi Perah Rakyat di Business Model Innovation in Social
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Entrepreneurship - Evidence from
Pamela, P., Pambudy, R., & Winandi, R. Germany and South Africa (Issue June).
(2016). Kompetensi Kewirausahaan
dengan Keberhasilan Usaha Peternak Sapi
Perah Pujon, Malang. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 4(1), 57–66.
https://doi.org/10.29244/jai.2016.4.1.57-
66
Pärenson, T. (2011). The Criteria for A Solid
Impact Evaluation in Social
Entrepreneurship. Society and Business
Review, 6(1), 39–48.
https://doi.org/10.1108/174656811111058
23
Pfitzer, M., Bockstette, V., & Stamp, M.
(2013). Innovating for Shared Value. In
Harvard Business Review: Vol.
September.
https://hbr.org/2013/09/innovating-for-
shared-value
Pham, T. H., & Riedel, J. (2019). Impacts of
the Sectoral Composition of Growth on

Social Entrepreneurship dan Creating Shared Value untuk Pemberdayaan


Peternak Sapi Perah, 117
Monika Teguh, Sri Nathasya Br Sitepu, Wiwiek, dan Priscylia Tanaka

Anda mungkin juga menyukai