Anda di halaman 1dari 50

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAN KELOMPOK

WANITA TANI DESA PAMARICAN TAHUN 2022

USULAN PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar Usulan Penelitian


pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh:

ADE RAMDHAN CARLITOS


NPM : 6520120002

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISIP)
BINA PUTERA BANJAR
BANJAR
202
BAB I
PENDAHULUAN
A. Belakang masalah

Indonesia memiliki luas wilayah 1.904.569 km, yang menjadikan

Indonesia mempunyai potensi kekayaan sangat melimpah dalam berbagai aspek

di antaranya sumber daya alam, bukan hanya sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui namun juga terdapat sumber daya alam terbarukan dan bahkan

beberapa sumber daya alam yang ada di Indonesia menjadi yang terbesar di

dunia. Sumber daya alam yang ada di Indonesia di antaranya adalah, minyak

bumi, gas alam, panas bumi, gelombang laut, minyak sawit, dan masih banyak

lagi. Hal ini membuat Indonesia disebut sebagai negara yang memiliki sumber

daya alam yang melimpah.

Dalam hal ini, pemerintah memiliki kebijakan untuk pembangunan

nasional. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mewujudkan tujuan

pembangunan nasional di antaranya dengan peningkatan kehidupan ekonomi

yang dilakukan melalui pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian di

Indonesia telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan

harapan dapat meningkatkan produksi pertanian secara maksimal sehingga

dapat meningkatkan pendapatan petani, peningkatan produksi pangan, dan

meningkatkan kesejahteraan petani yang merupakan arah dan tujuan akhir


2

pembangunan pertanian. Terdapat beberapa jenis pertanian di Indonesia salah

satunya adalah pertanian Hortikultura. Hortikultura berasal dari bahasa latin

yakni “hortus” (tanaman kebun) dan “cultura/colere” (budidaya), sehingga

bisa diartikan sebagai tanaman yang dibudidayakan di sekitar rumah atau

kebun. Sistem pertanian hortikultura ini sering digunakan dalam proses

pertanian modern.

Pemerintah memiliki peran dalam memajukan sektor pertanian dan

kesejahteraan petani di Indonesia. Salah satu peran pemerintah tersebut adalah

adanya program pembentukan Kelompok Tani di setiap desa. Program tersebut

bertujuan agar para petani dapat terorganisir dengan baik dan memiliki wadah

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perekonomian petani.

Selain itu, pemerintah juga memiliki peran dalam memberikan bantuan berupa

dana kepada petani melalui Kelompok Tani sehingga para petani mempunyai

modal untuk menjalankan kegiatan pertanian (bertani), seperti pembelian bibit,

pupuk, obat tanaman, alat pertanian dan lain-lain. Selain itu, program

pemerintah juga mengarah pada pemberdayaan peran perempuan dalam sektor

pertanian yaitu, pembentukan KWT (Kelompok Wanita Tani). KWT

merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang diperuntukkan bagi kaum


3

perempuan, khususnya bagi para ibu rumah tangga, dalam hal ini KWT

diarahkan sebagai usaha untuk menciptakan warga masyarakat yang berdaya

dan mampu mengatasi masalah-masalah yang ditemui dan mengubah realitas

kearah yang lebih baik. Menurut Soetrisno (1997) dengan diciptakan

wadah/organisasi bagi perempuan Indonesia, maka pemerintah mengharapkan

meningkatnya peran perempuan Indonesia dalam pembangunan. Terdapat

beberapa alasan bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah, antara lain;

menambah pendapatan keluarga terutama jika pendapatan suami relatif kecil,

memanfaatkan berbagai keunggulan yang dimiliki dan menunjukkan

eksistensinya sebagai manusia bahwa ia mampu berprestasi dalam keluarga

dan kelompok. KWT hadir untuk membantu merubah keadaan hidup banyak

wanita yang berusaha memperbaiki dirinya dalam upaya membuat dirinya

berdaya. Adanya peran pemerintah ini bertujuan untuk mensejahterakan

kehidupan para petani.

Umumnya, wanita terdorong untuk mencari nafkah karena tuntutan ekonomi

rumah tangga yang dapat disebabkan penghasilan suami yang kurang mencukupi

kebutuhan keluarga (Fatmawati, 2018). Kondisi perekonomian yang semakin tidak

menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga

yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas


4

perekonomian keluarga (M.Th.Handayani & Artini, 2009). Kesulitan ekonomi yang di

hadapi keluarga, menutut peran aktif perempuan untuk tidak tergantung pada

penghasilan suami. Perempuan mempunyai peran ganda, selain mengurus rumah

tangga, perempuan juga merupakan pekerja yang mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan keluarga (Ma’rifah Ulumia, 2018). Partisipasi perempuan dalam kegiatan

ekonomi rumah tangga merupakan fenomena umum yang telah berlangsung sejak lama

dan mencakup seluruh sistem sosial ekonomi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa

perempuan tidak hanya berperan dalam sektor rumah tangga domestik, tetapi juga

berperan dalam sektor ekonomi dan publik. Dalam banyak literatur ditemukan bahwa

perempuan yang bekerja di sektor publik selalu dikaitkan dengan situasi ekonomi rumah

tangga pekerja perempuan (Tuwu, 2018)

Peran perempuan baik dalam keluarga maupun kelompok masyarakat harus

didukung guna menciptakan suatu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

masyarakat yang sejahtera. Untuk itu tenaga kerja perempuan sangatlah diperlukan

dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menjaga lingkungan

yang sehat serta produktif di dalam lingkungan pedesaan. Menurut Sajogyo, peranan

perempuan dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat dari partisipasinya dalam kegiatan

yang memberikan penghasilan atau keuntungan dengan tujuan untuk menambah

penghasilan keluarga (Sonny Sumarsono, 2009).

Program pemberdayaan perempuan dalam kehidupan keluarga akan mampu

menjadi pintu masuk menuju perbaikan kesejahteraan keluarga. Berkaitan dengan

perbaikan kesejahteraan keluarga maka telah menuntut perempuan untuk dapat

menopang ketahanan ekonomi keluarga. Kondisi demikian merupakan dorongan yang


5

kuat bagi perempuan untuk berkerja dalam menambah penghasilan tetapi bukan berati

menggantikan peran laki-laki yang menafkahi keluarga. Salah satunya di laksanakan di

Desa DESA PAMARICAN Kecamatan PAMARICAN Kabupaten CIAMIS Provinsi JAWA

BARAT, yang membentuk kelembagaan pemberdayaan perempuan yang terfokus pada

bidang pertanian yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT).

Kelompok Wanita Tani merupakan kumpulan ibu-ibu, istri petani atau wanita

yang memiliki aktivitas dibidang pertanian yang tumbuh berdasarkan keakraban,

keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian

dan bekerjasama dalam meningkatkan produktivitas usaha tani, potensi anggota tani,

dan kesejahteraan anggotanya. KWT biasanya menempati di tingkatan dusun atau desa

yang memiliki potensi alam berupa lahan pertanian baik lahan kering atau lahan basah.

Keberadaan KWT dirasakan dapat menjadi motor penggerak dan penambahan wawasan

atau inovasi ke petani-petani dalam mengolah lahan dan meningkatkan pemerolehan

hasil panen baik untuk anggotanya maupun untuk masyarakat setempat

Selain itu KWT merupakan salah satu wadah perkumpulan yang efektif dan

bermanfaat dalam membantu KWT untuk mengelola, mengolah, serta memasarkan

produk tani yang mereka hasilkan dengan berbagai pengembangan atau inovasi yang

mereka dapatkan selama mengikuti pertemuan atau pelatihan diforum KWT. Keberadaan

KWT sangat diperlukan mengingat masih banyak dijumpainya petani yang menjual hasil

panen secara mentahan dengan harga yang murah, selain itu dikarenakan perlunya

menambah wawasan bagi para petani mengenai proses serta jenis-jenis tanaman yang

lebih inovatif dan menguntungkan.


6

Tujuan dibentuknya kelompok wanita tani ini adalah membantu keluarga dalam

mengatasi kemiskinan, dengan adanya kelompok wanita tani ini diharapkan dapat

meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarga dan mensejahterakan masyarakat. Selain

itu, melalui kelompok wanita tani juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan para perempuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Desa

PAMARICAN

Sedangkan Tujuan pembentukan kelompok wanita tani (KWT) Menurut

(Rahmawati, 2018) adalah untuk lebih meningkatkan dan pengembangan kemampuan

petani dan keluarganya sebagai subjek pembangunan pertanian melalui pendekatan

kelompok tani agar lebih berperan dalam pembangunan. Peningkatan produktivitas

tenaga kerja wanita tani memiliki peran dan potensi yang srategis dalam mendukung

peningkatan maupun perolehan pendapatan rumah tangga pertanian di pedesaan

Dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan pasti terdapat

dukungan dan juga hambatan. Kedua faktor ini dapat menentukan keberhasilan suatu

pemberdayaan. Ibu rumah tangga memiliki suami dan keluarga yang harus mereka urus,

ditambah lagi dengan adanya kelompok wanita tani yang dapat menambah kegiatan

mereka. Namun, berbagai dukungan yang terus saja mengalir tidak mematahkan

semangat mereka untuk terus melanjutkan kegiatan dari program tersebut. Bahkan, para

perempuan yang bukan termasuk anggota dari kelompok wanita tani ingin mengikuti

jejak para anggota yang telah bergabung. Melalui proses-proses yang mereka ikuti

tersebut seiring waktu dapat menciptakan dan membentuk sosok perempuan yang

mandiri serta kreatif dalam menghadapi dan mengelola permasalahan yang mereka
7

hadapi, Mereka menjadi lebih siap dan lebih terbuka akan saran-saran yang diberikan

yang akhirnya mereka mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

perempuan merupakan potensi keluarga yang memiki semangat. namun,

posisi perempuan dipandang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dalam

berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. perempuan

mengalami penekanan yang berbeda menurut bangsa, kelas sosial sejarah

penjajahan kolonial, dan kedudukannya dalam orde ekonomi internasional pada

masa kini (roesmidi dan riza, 2006: 110). faktor tersebutlah yang mendorong

perempuan untuk ikut serta mengambil alih tanggung jawab ekonomi keluarga.

salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan adanya tindakan

pemberdayaan. pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan

antara laki-laki dan perempuan pada empat level yang berbeda, yakni keluarga,

masyarakat, pasar dan negara. konsep pemberdayaan dapat dipahami dalam dua

konteks. pertama, kekuasaan dalam proses pembuatan keputusan dengan titik

tekan pada pentingnya peran perempuan. kedua, pemberdayaan dalam term

yang berkaitan dengan fokus pada hubungan antara pemberdayaan perempuan

dan akibatnya pada laki-laki di masyarakat yang beragam.

menurut ilo (internasional labour organization) proses pemberdayaan


8

terhadap perempuan berkaitan dengan upaya mewujudkan keadilan dalam

memperoleh kesempatan pendidikan dan pelatihan sebagai bagian dari

pengembangan sumber daya manusianya. pada level masyarakat, perlu adanya

perbaikan akses dan kontrol terhadap beragam sumber daya seperti informasi,

penyuluhan, pendidikan, kredit, peluang kerja, dan lain-lain. hal ini sangat

mendorong dari berbagai pihak untuk mengadakan pelatihan-pelatihan yang

ditujukan untuk pemberdayaan perempuan. pelatihan yang ada pada masyarakat

pedesaan umumnya dimaksudkan untuk mengembangkan sektor pertanian.

pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung

maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin dan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial dapat berjalan seperti apa yang sudah

dicitacitakan. permasalahan sangat mendasar bagi petani adalah masih minimnya

sumber daya manusia tani khususnya bagi wanita serta organisasi tani yang ada

masih cukup lemah (lucya, 2014: 4).

peran perempuan dalam mendukung pembangunan pertanian dapat

dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya perempuan dapat berperan aktif

dengan cara membentuk suatu kelompok atau kelembagaan yang kegiatannya

terfokus dalam bidang pertanian. membentuk suatu kelompok atau kelembagaan


9

pertanian yang terfokus pada peran perempuan merupakan suatu upaya agar kaum

perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga baik itu yang

berhubungan dengan keharmonisan keluarga maupun hubungan dengan

lingkungannya. keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau

fungsi agar sistem tersebut berjalan. tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian

tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan

keluarga. revolusi majelis umum pbb menguraikan fungsi-fungsi utama

keluarga adalah keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan

sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat

menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan

dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. keluarga

sejahtera merupakan output/hasil dari dinamika proses pengelolaan sumberdaya

serta masalah-masalah dalam keluarga. kondisi dinamik tersebut dikenal dengan

ketahanan keluarga, seperti yang dinyatakan dalam uu no 10 tahun 1992 pasal 1

ayat 15 bahwa kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis guna hidup

mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam

meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.


10

program pemberdayaan perempuan dalam kehidupan keluarga akan

mampu menjadi pintu masuk menuju perbaikan kesejahteraan keluarga. berkaitan

dengan perbaikan kesejahteraan keluarga maka telah menuntut perempuan untuk

dapat menopang ketahanan ekonomi keluarga. kondisi demikian merupakan

dorongan yang kuat bagi perempuan untuk berkerja dalam menambah penghasilan

tetapi bukan berati menggantikan peran laki-laki yang menafkahi keluarga. salah

satunya yang dilaksanakan di desa cibiru wetan, cileunyi, kabupaten bandung

yang membentuk kelmbagaan pemberdayaan perempuan yang terfokus pada

bidang pertanian yaitu kelompok wanita tani (kwt). kelompok wanita tani

merupakan salah satu kelembagaan pertanian dimana anggotanya terdiri dari

wanita. kelembagaan tersebut dikelola oleh wanita yang tergabung di dalamnya.

kelompok wanita tani mempunyai berbagai macam kegiatan yang berhubungan

dengan kegiatan pertanian. di desa tersebut sudah terbentuk kelompok wanita

tani (kwt) dengan jumlah 10 kwt, yang paling tertua yaitu kelompok wanita

tani (kwt) indah lestari yang berada di samping kantor desa cibiru wetan,

beranggotakan masyarakat dan ibu-ibu kader pkk atau kader desa yang

merangkap menjadi pengelola atau pengurus dari kwt yang berada di desa

cibiru wetan.
11

kelompok wanita tani (kwt) indah lestari merupakan salah satu

kegiatan yang strategis dalam rangka ikut berpartisipasi dalam pembangunan di

bidang pertanian dan turut menciptakan kondisi masyarakat yang berdaya dalam

upaya pemberdayaan perempuan dengan mengotimalkan peranan perempuan di

masyarakat khusunya dalam rumah tangganya sendiri yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan keluarga. kelompok wanita tani (kwt) indah

lestari melakukan budidaya pertanian melalui penanaman hidroponik dan vertikal

garden. jenis tanamannya pun beragam seperti berbagai macam sayuran dan

buah-buahan.

dengan adanya kelompok wanita tani indah lestari menjadi salah satu

solusi bagi kaum perempuan khusunya dan bagi masyarakat setempat. karena

masyarakat menggunakan lahan kosong menjadi berguna selain itu juga

memberikan solusi yang murah dan fleksibel bagi masyarakat yang mengalami

kesulitan finansial keluarga dengan menanam berbagai jenis sayuran melalui

metode penanaman hidroponik sehingga masyarakat setidaknya tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk membeli sayuran ke pasar. selain mempunyai manfaat

ekonomi, pemberdayaan melalui kelompok wanita tani indah lestari juga

mempunyai manfaat sosial dan lingkungan. salah satunya masyarakat menjadi


12

sadar akan kebersihan lingkungan rumahnya dari sampah. manfaat lain dengan

adanya kelompok wanita tani ini juga sebagai wadah dalam upaya pelestarian

produk pertanian dari proses industrialisasi dan mempersempit lahan pertanian

yang masuk ke pedesaan.

pemberdayaan melalui kelompok wanita tani indah lestari ini

diharapkan dapat membantu perempuan ataupun ibu rumah tangga yang berada di

lingkungan desa cibiru wetan yang sebelumnya hanya ibu rumah tangga biasa

menjadi perempuan dan ibu rumah tangga yang bisa meningkatkan pendapatan

keluarga yang rendah tanpa menghilangkan keharmonisan dalam keluarganya

sehingga peranan perempuan dalam masyarakat pun tidak di pandang rendah.

Kegiatan kelompok wanita tani merupakan perkumpulan yang

beranggotakan para petani. Meskipun tidak semua petani mengikuti kegiatan ini.

Ketua kelompok tani dipilih dari salah seorang petani yang dianggap telah

memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang kegiatan pertanian. Ketua

kelompok wanita tani yang terpilih diharapkan dapat menjalankan berbagai tugas

dan kewajibannya, antara lain seperti mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong

untuk pengolahan lahan anggota kelompok tani secara bergantian,

mengkoordinasikan penjualan hasil produksi, dan melakukan hubungan dengan

penyuluh maupun dinas pertanian dalam kegiatan banyak permasalahan yang

dilalaui dalam kelompok.


13

Kelompok wanita tani masih memiliki peranan penting dalam pengelolaan

usaha tani termasuk dalam hal ini, yaitu usaha pengolahan hasil pertanian. Usaha

tersebut dilakukan disela-sela menunggu musim panen dan untuk menambah

penghasilan bagi keluarganya. Tohir (1983) mengatakan bahwa kerja sama antara

petani dan kelompok wanita tani ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berkat

keaktifan kelompok wanita petani koperasi kredit dapat berkembang dengan baik

dan merekalah yang menentukan akan keperluan kredit untuk tata rumah tangga

keluarga maupun tata rumah tangga usaha tani. Food and Fertiliser Technology

Centre (FFTC, 2007) menekankan pentingnya mengembangkan kelompok wanita

tani sebagai sebuah strategi untuk mengembangkan akses wanita terhadap

informasi, meningkatkan kemampuan mereka untuk ikut mengambil keputusan,

dan menciptakan kesempatan untuk membentuk kegiatan bersama dalam usaha

mengakses masukan kegiatan ekonomi. Menurut Mosher (1966), salah satu syarat

pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama petani dan kelompok

wanita tani.

dari berbagai permasalan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “implementasi program peberdayaan

kelompok wanita tani di desa pamarican tahun 2022”

1.2 Rumusahan Masalah

Bagaimana Implementasi Program Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani

di Desa Pamarican Tahun 2022 ?


14

Apa saja faktor penghambat dan pendukung program pemberdayaan

kelompok Wanita tani ?

1.3 Tujuan Penelitan

Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan mengenai program pemberdayaan kwt

2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penghambat program pemberdayaan

kwt

1.4 Metodologi Penelitian


1.4.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah jenis penelitian

deskritif kualitatif. Jenis penelitian ini dipilih dapat menjelaskan atau

mendeskripsikan berbagai fenomena yang terjadi di lapangan tentang objek dan

permasalahan yang diteliti sebagaimana gambaran tentang bagaimana

pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani dalam peningkatan

kemampuan sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pertimbangan bahwa penelitian ini membutuhkan pengamatan bukan

menggunakan model pengangkaan dan peneliti bermaksud untuk memahami

situasi sosial secara yang secara mendalam, dan menemukan pola dan teori.

Sugiyono (2017:9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen terkunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara gabungan analisis data bersifat induktif

kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
15

generalisasi. Untuk mendukung penelitian ini penulis mengelompokkan dalam

jenis data yang sesuai di lapangan yaitu data primer yang diperoleh secara

langsung melalui tahap observasi dan wawancara yang dilengkapi dengan

dokumentasi dan data sekunder yang diperoleh dari objek peneliti yang berasal

dari literatur yang tersedia baik dalam bentuk buku-buku, dokumen-dokumen,

jurnal, serta sumber-sumber ilmiah yang ada sehingga nantinya dapat memberikan

gambaran yang jelas mengenai proses pemberdayaan perempuan melalui

kelompok wanita tani dalam peningkatan kemampuan sosial ekonomi melalui

kegiatan program pemanfaatan lahan pekarangan di desa Pamarican Kecamatan

Pamarican

3.2 Teknik Pengumpulan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian menggunakan Teknik


purposive sampling. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2016: 114) Purposive sampling
merupakan Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini misalnya, orang tersebut yang dianggap paling tahu dan
mengerti tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin orang tersebut sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi social
yang di teliti.

Dimana informan menjadi sumber informasi yang mengetahui tentang


penelitian yang sedang diteliti, dengan mempertimbangkan bahwa merekalah yang
paling menegtahui informasi penelitian. Pemilihan informan ini menggunakan
Teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan beberapa
pertimbangan. Informan yang dimaksud ialah informan yang terlibat langsung atau
informan yang mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan mengenai
peran pemerintah daerah dalam mewujudkan Kawasan agropolitan di kota banjar.
Sehingga meraka dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat. Menurut
16

Moleong (2007: 12) menyebutkan bahwa “kata-kata atau Tindakan orang yang
diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama”.

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan inti dari setiap penelitian, karena

Teknik ini merupakan strayegi atau cara yang diginakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data yabg diperlukan dalam penelitiannya. Menurut Sugiyono

(2017:215) Pengumpulan data dalam penelitain yang dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataa-kenyataan, dan informasi yang

didapat dapat dipercaya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan inti dari setiap penelitian, karena


Teknik ini merupakan strayegi atau cara yang diginakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yabg diperlukan dalam penelitiannya. Menurut Prof, Dr.
Sugiyono (2017:215) Pengumpulan data dalam penelitain yang dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataa-kenyataan, dan informasi yang
didapat dapat dipercaya.

Untuk mengdapatkan hasil data yang dibutuhkan dalam penelitian ini


doprlukan suatu Teknik yang sesuai, dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan
Teknik-teknik pengimpulan data sebagai berikut :

3.3.1 Studi Kepustakatan

Menurut George (dalam Djiwandono, 2015: 201) studi pustaka merupakan


pencaraian sumber-sumber atau opini pakar tentang suatu hal yang berkaitan
dengan tujuan penelitian.

Menurut Sugiyono (2017: 291) Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian


teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, buday, dan norma yang
berkembang pada situasi social yang diteliti.
17

3.3.2 Studi Lapangan

Studi lapangan adalah keggiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan


cara langsung mengadakan penelitian melalui berbagai kegiatan sebagai berikut :

3.3.3 Observasi

Menurut Prof. Dr. sudaryono (2017:226) Observasi adalah melakukan


pengamatan secara langsung ke oobjek penelitian untuk melihat lebih dekat
kegiatan yang dilakukan dalam peristiwa sikap atau perilaku seseorang yang selama
ini tersembunyi atau tidak dapat ditangkap melalui wawancara. Observasi ini dapat
dilakukan dengan partisipasi atau non-partisipasi. Dalam observasi partisipasi
(participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan berlangsung,
pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan dalam
observasi non-partisipasi (non-participatory observation) pengamat tidak ikut serta
dalam kegiatan, ia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Menurut Patton dalam nasution (1988) (dalam sugiyono, 2017: 228)


menyatakan bahwa manfaat observasi sebagai berikut:

1. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampun memahami


konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistic atau menyeluruh.
2. Dengan observasi maka akan memperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3. Dengan observai, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,
karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak terungkapkan dalam
wawancara.
4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive
atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama Lembaga.
18

5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi


responden, sehingga peneliti memperoleh dambaran yang lebih
komprehensif.
6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data
yang kaya, tetapi juga meperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan
suasana situasi social yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti akan mengunggakan observasi


non-partisipasi (non-participatory observation), karena observasi non-partisipasi
lebih cocok dan sesuai dengan apa yang peneliti akan lakukan serta peneliti hanya
ingin mendapatkan hasil yang tidak dapat ditangkap pada saat wawancara, sehingga
peneliti tidak ikut berperan pada pelaksanaan kegiatan.

3.3.5 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai Teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin


melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan dan potensi yang
harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.

Menurut Esterberg (2002) (dalam sugiyono, 2015: 231), wawancara merupakan


pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab,sehingga dapat dikonstrusikan makna dalam suatu topik tertentu. Esterbeg
(2002) (dalam sugiyono, 2015:232), mengemukakan beberapa macam wawancara,
yaitu : wawancara terstruktur, semi struktur, dan tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur digunkan sebagai Teknik pengumpulan tada, bila


peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
saja yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul
data telah menyiapkan isntrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan, dengan wawancara terstuktur ini
setiap respionden diberi petanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Menurut sugiyono (2015: 232).
19

Wawancara semi terstruktur, jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in-
depth interview, dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya. Menurut sugiyono (2015: 232).

Wawancara tidak terstruktur, merupakan wawancara yang bebas dimana


penelitii tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalah yang akan ditanyakan, namun
untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti
dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Menurut sugiyono (2015:
233)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini menggunakan wawancara


semi struktur agar leboh mudah dalam melakukan analisis datanya, karena dalam
penelitian kualitatif tidak ada pakok baku dalam melakukan wawancara dan jumlah
responden akan berubah seiring berjalannya penelitian.

3.3.6 Dokumentasi

Menurut sugiyono (2015:239) Dokumen yaitu catatan peristiwa yang sudah


berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti catatan harian, Sejarah
kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, seperti foto, gambar hidup, dan sketsa. Sedangkan dokumen yang
berbentuk karya seperti karya seni yang dapat berupa gambar, patung, dan film.
Dokumentasi merupakan pelengkap dari pengunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, maka dokumentasi pada


penelitian ini dilakukan dengan mengambil dokumen berbentuk foto. Tujuan
dilakukannya Teknik ini yaitu untuk mendokumentasikan data dari responden yang
20

berhubungan dengan peran pemerintah daerah dalam mewujudkan Kawasan


Agropolitan di Kota Banjar Jawa Barat.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam sugiyono,2015: 367),


menyatakan bahwa:

“Data analysis is the processof systematically searching and arranging the


interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate
to increase your own understanding of them and to enable you to present
what you have discovered to others”

Yaitu analisis data adalah proses mencari dan Menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan laparangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Dalam hal analisis data kualitatif, Creswell (2003) (dalam sugiyono, 2015:
368), menyatakan bahwa:

“the qualitative process of data analysis is an inductive one, in which the


data is examined from a bottom-up approach the specific data examined to
identify more general themes that will be used to understand the meaning
of data”

Yaitu proses analisis data kualitati bersifat induktif, analisis data bersifat
“bottom-up” (dari bawah ke atas). Data spesifik yang telah diidentifikasi
dikembangkan menjadi tema umum sehingga bermakna dan mudah dipahami.

Menurut Miles dan Humberman (1984) (dalam sugiyono, 2015: 369), analisis
data dalam penelitian kualitatif. Dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsing,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban belum yang diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan, maka
penelitian akan melanjutkan pertanyaan sampai tahap tertentu, diperoleh data yang
dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bawha aktivitas
21

dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam data, yaitu
data reducation, data display, dan conclusion dwaring/verification.

Selanjutnya model analisis interaktif data Menurut Miles dan Huberman (1984)
(dalam sugiyono. 2015: 370-374) tersebut adalah sebagai berikut :

Data Colletion

Data Display

Data
Reduction

Conclusing:
Drawing/Verifyng

GAMBAR 3.3
KOMPONEN DALAM ANALISIS DATA (INTERATIVE MODEL)

a. Data Reducation (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara deatai dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, semakain
lama penelitian ke lapnagan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks,
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal peting, dicari tema, dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Reduksi data
merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta
22

kedalaman wawasan yang tinggi, bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan
reduksi dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang lebih ahli. Melalui
diskusi, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-
data yang memiliki nilai temuan, dan pengembangan teori yang signifikan.

b. Data display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk


urauian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart (diagram alur), dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan “the most
frequent from of display data qualitative research data in the past han been
narrative tex”. Yaitu yang paling sering digunakan untuk menyajukan data dalam
penelitian kualitatf adalah dengan teks naratif. Dengan mendisplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusing drawing/ verification

Dalam analisis data kualitatif, Menurut Miles dan Huberman (1984)


Conclusing drawing/ verification adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti Kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikina kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat


menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian dilapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan sebuat temuan baru yang


sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah
diteliti akan menjadi jelas, dapat berupa perbandingan berbagai kategori dan dapat
23

berupa hubungan kausal, interaktif, dan hubungan structural (hubungan jalur, ada
variable intervening satu atau lebih).

3.4.1 Teknik Triangulasi

Teknik triangulasi merupakan sebuah Teknik yang digunakan dalam


penelitian kualitatif untuk memeriksa dan menetapkan validitas dengan
menganalisa dari berbagai perspektif. Validitas dalam penelitian kualitatif mengacu
pada apakah temuan penelitian secara akurat mencerminkan situasi dan didukung
oleh bukti.

(Norman K. Denkin) dikutip oleh Mudjia Rahardjo (2012) mendifinisikan


tiangulasi sebagai gabungan atau kombinasi sebagai metode yang dipakai untuk
mengkaji fenomenayang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurutnya, truangulasi meliputi empat (4) hal, yaitu :

a. Triangulasi Metode

Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan
cara yang berbeda. Teknik tahap ini dilakukan juka data atau informasi yang
diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

b. Triangulasi Antar Peneliti

Teknik ini dilakukan dengan cara menggunkan lebih dari satu orang dalam
mengumpulkan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanahan
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang
yang diajak untuk mengali data tersebut harus yang telah memiliki pengalaman
penelitian dan bebas dari konflik kepentigan agar tidak merugikan peneliti dan
melahirkan bias baru dari triangulasi.

c. Triangulasi Sumber Data

Teknik ini adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai


metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui observasi dan
wawancara, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant observation),
24

dokumen tertulis, arsip, dokumen Sejarah, catatan resmi, atau tulisan pribadi dan
gambar atau foto. Masing- masing cara tersebut akan menghasilkan bukti atau data
yang berbeda, selanjutnya akan memberikan pandangan (insight) yang berbeda pula
mengenai fenomena yang diteliti.

d. Triangulasi Teori

Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis
statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori
yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori ini dapat meningkatkan
kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

3.5 Tempat Dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat di mana peneliti melakukan penelitian.


Penempatan penelitian ini merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif, karena dengan ditetapkannya tempat penelitian berarti objek dan tujuan
sudah ditetapkan sehingga mempermudah peeneliti dalam melakukan penelitian.
Tempat penelitian bisa di wilayah tertentu atau suatu Lembaga tertentu dalam
situasi sosialnya, seperti Lembaga pemerintah, sekolah, Perusahaan dan lain-lain
untuk memperoleh data primer. Tempat penelitian ini adalah suatu tempat di mana
peneliti menagkap objek yang diteliti untuk memper oleh data atau informasi yang
diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam bab-bab terdahulu.

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Banjar sebagai site


object dari penelitian yang merupakan lokasi fokus Pembangunan dan
pengembangan Kawasan agropolitan melalui peranan pemerintah daerah
dalam mewujudkan Kawasan agropolitan di Kota Banjar

3.5.2 Waktu Penelitian


25

waktu Penelitian adalah kapan saat peneliti ini mulai dilakukan, dari mulai
survey awal, penyusunan dan pengajuan judul penelitian, penentuan judul
penelitian, verifikasi judul penelitian pada lokasi penelitian, seminar proposal
penelitian, revisi penelitian, kegiatan penelitian, penyusunan skripsi, bimbingan
skripsi, penyelesaian skripsi, dan siding skripsi.

Jadwal penelitian dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam


melakukan penelitian, dimulai dari tahapan paling awal sampai tahapan paling akhir.
26

TABEL 3.2

RENCANA JADWAL PENELITIAN

2023 2024
No Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Observasi
Penyusunan dan
2 Pengajuan Judul
Penentuan Judul
3 Penelitian
Ferifikasi Judul ke
4 Lokasi Penelitian
Penyusunan Proposal
5 Penelitian
Bimbingan Proposal
6 Penelitian
Seminar Proposal
7 Penlielitian
Revisi Proposal
8 Penelitian
9 Kegiatan Penelitian
10 Menyusun Skripsi
11 Bimbingan Skripsi
Menyelesaikan
12 Skripsi
13 Sidang Skripsi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH

2.1 Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan informasi yang diberikan kepada pembaca

tentang sebuah hasil penelitian sebelumnnya yang berkaitan dengan penelitian saat

ini, menghubungkan penelitian dengan literatur yang telah ada, dan mengisi

kesenjangan dalam penelitian sebelumnya, kajian ini mengupas penelitian-

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik peneliti dan menarik peneliti

untuk dapat memperoleh perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya serta

menganalisis implementasi pemberdayaan kelompok Wanita tani di desa pamarican

kabupaten ciamis tahun 2022.

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Skripsi Laourna Egy Riska, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam,

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung Tahun , yang

berjudul “Peran Askowani Dalam Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Melalui Home

Industri Marimar Di Desa Sidomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah”. Dalam fokus penelitian ini menjelaskan tentang Peranan Askowani dalam

melakukan pemberdayaan kepada kelompok wanita tani yang ada di Kecamatan

Punggur Lampung Tengah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran yang

dilakukan Asosiasi Kelompok wanita tani (ASKOWANI) yang ada di Kecamatan

Punggur telah memberikan kontribusi yang nyata dalam peningkatan SDM

Sehingga meningkatnya perekonomian keluarga dengan diadakannya

pemberdayaan kelompok wanita tani melalui home industri.


28

Jurnal Arviana Ahmad Evendi, yang berjudul “Peran Kelompok Wanita Tani

Dalam Perekonomian Masyarakat Desa Neglasari Kabupaten Bogor ”18 Dalam

fokus penelitian ini menjelaskan tentang peran kelompok wanita tani dalam

peningkatan perekonomian masyarakat di Desa Neglasari Kabupaten Bogor. Hasil

penelitian ini menjelaskan tentang pemberdayaan yang dilakukan kelompok wanita

tani kepada masyarakat desa dengan diadakannya pelatihan pembuatan keripik

pisang, hasilnya adalah masyarakat Desa Neglasari memiliki keterampilan dalam

membuat kripik pisang, yang hasil dari pembuatan kripik tersebut dijual dan

menambah perekonomian masyarakat desa

Jurnal Rindi Metalisa, yang berjudul “Peran Ketua Kelompok Wanita Tani

dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan.” 19 Dalam fokus

penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana peranan ketua kelompok wanita tani

dalam melalukan penyuluhan dan penyadaran kepada masyarakat dalam

pemanfaatan lahan yang berkelanjutan. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang

peranan ketua kwt sebagai motivator dan fasilitator dalam memberikan kesadaran

kepada masyarakat tentang manfaat dari pemanfaatan lahan yang berkelanjutan,

ketua kwt memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada masyarakat tentang

bagaimana pemanfaatan pengelolaan lahan pekarangan.

Jurnal Zuhdi Syaiful Anhar , yang berjudul “Strategi Pengembangan

Ekonomi Kreatif (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani (Kwt) Karanglo Makmur Di

Dusun Karanglo Desa Sukoharjo Kabupaten Sleman) ”20 Dalam fokus penelitian

ini menjelaskan strategi yang dilakukan kelompok wanita tani dalam

pengembangan ekonomi kreatif di Desa Sukoharjo Kabupaten Sleman. Hasil


29

penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana strategi yang digunalkan dalam

pengembangan ekonomi kreatif yang dilakukan ileh kelompok wanita tani

diantaranya adalah membangun relasi dengan pemerintahan setempat, melakukan

inovasi terhadap olahannya yaitu keripik bonggol pisang, menyusun strategi

pemasaran sehingga meningkatkan SDM dan perekonomian masyarakat desa.

Pada penelitian pertama, kedua dan ketiga menunjukan bahwa peranan yang

dilakukan kelompok wanita tani dalam melakukan pemberdayaan kepada

masyarakat guna terciptanya peningkatan perekonomian dan kemandirian

masyarakat. Sedangkan pada penelitian kedua menunjukan bahwa strategi yang

digunakan oleh kelompok wanita tani dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat

melalui cara meningkatkan hasil produksi, mengelola hasil produksi dan

menguatkan modal sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adapun penelitian

yang penulis teliti tentang Fungsi Kelompok Wanita Tani Merpati Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Di Desa Sidomulyo Kecamatan Punggur

Lampung Tengah yang menjelaskan fungsi pemberdayaan yang dilakukan kwt dan

menjelaskan proses pelaksanaan pemberdayaan itu sendiri melalui upaya

peningkatan ekonomi bagi isteri petani.

2.1.2 Landasan Teori

2.1.2.1 Konsep Implementasi

Menurut Bahasa Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Pada

konteks yang hendak penulis jabarkan dalam penelitian ini implementasi

merupakan sebuah proses ide, kebijakan, inovasi dalam sebuah tindakan aplikatif
30

sehingga memberikan dampak nilai maupun sikap yang terealisasi. Konsep

implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar

webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for

carrying out (mwnyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give

practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).8 Menurut

Van Meter dan Van Horn secara definitif implementasi adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan.9 Tahapan demi tahapan yang dimulai dari perencanaan,

proses pelaksanaan sampai kepada evaluasi akan diteliti dan disajikan dalam

penelitian yang peneliti laksanakan di organisasi Gerakan Pemuda Ansor

Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.

2.1.2.2 Konsep Pemberdayaan

Pengertian Pemberdayaan Secara Konseptual (Suharto, 2014: 57) pemberdayaan

atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau

keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai

kekuasaan. Kekuasaan sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk membuat

orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) pengertian pemberdayaan

masyarakat adalah cara, proses, atau membuat, memberdayakan dari kata daya yaitu

kemampuan dalam melakukan sesuatu atau kemampuan dalam bertindak. Menurut Suharto,

(dalam wulandari, 2016: 58) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu cara yang
31

menekankan bahwa orang mendapatkan keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang

bisa mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

Pemberdayaan merupakan suatu upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang

dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, hasrat

dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri

(Anita Fauziah, 2009:17). Menurut Rappaport (dalam Hikmat 2013:3) pemberdayaan

adalah sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol seseorang terhadap

kekuatan politik, keadaan sosial, serta hak-haknya menurut Undang-undang.

Sementara itu Mcardle (dalam Hikmat. 2013) memberi arti bahwa pemberdayaan

sebagai proses mengambil keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melakukan

keputusan tersebut. Orang-orang yang sudah mencapai tujuan kolektif diberdayakan

melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan

melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan, serta sumber

lainnya dalam rangkai mencapai tujuan mereka dan tidak bergantung pada pertolongan dari

hubungan eksternal.

Menurut Sumaryadi (2005: hlm 114), pemberdayaan masyarakat adalah suatu

upaya meningkatkan harkat lapisan masyarakat dalam pribadi seorang manusia. Upaya

tersebut meliputi pertama, memotivasi, mendorong, meningkatkan kesadaran akan potensi

yang ada serta menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang. Kedua, memperkuat

potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif perkembangannya. Ketiga,

menyediakan masukan dan pembukaan dari akses ke peluang-peluang.

Pemberdayaan menurut Suparjan dan Hempri (2003: hlm 43), menyebutkan bahwa

pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua arti yaitu to give or authority dan to give to

or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki arti memberi kekuasaan,


32

mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan untuk

pengertian kedua, pembedayaan memiliki arti upaya untuk memberi kemampuan atau

keberdayaan.

2.1.2.3 Pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan perempuan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini. Karena,

objek penelitian berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan

kemampuan sosial ekonomi. Pemberdayaan perempuan berarti memberikan kekuatan dan

kemampuan terhadap potensi yang dimiliki kaum perempuan agar dapat diaktualisasikan

secara optimal dalam prosesnya dan juga menempatkan perempuan sebagai manusia yang

seutuhnya (Onny S. Pujono 199, hlm 9).

Pemberdayaan perempuan merupakan pemampuan perempuan dalam meraih akses

serta kontrol terhadap sumber daya, politik, sosial, ekonomi, budaya, supaya perempuan

bisa mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri agar mampu berperan serta aktif

dalam berpartisipasi untuk memecahkan suatu masalah, yang nantinya mampu membangun

kemampuan serta konsep diri (Budhy Novian, 2010).

Menurut Hubeis (dalam Wildan. 2015, hlm 228) pemberdayaan perempuan adalah

“upaya memperbaiki status dan peran perempuan dalam pembangunan bangsa, sama

halnya dengan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan”. Program

pemberdayaan perempuan di Indonesia pada hakekatnya sudah dimulai sejak tahun 1978,

dalam perkembangannya upaya dalam kerangka pemberdayaan perempuan ini secara kasat

mata telah menghasilkan suatu proses peningkatan dalam berbagai hal. Seperti peningkatan

dalam kondisi, derajat serta kualitas hidup kaum perempuan di berbagai sektor strategis

seperti bidang ketenagakerjaan, pendidikan, ekonomi dan kesehatan.


33

Menurut Aida Vitayala, (2010, hlm 158) hakekat pemberdayaan perempuan adalah

peningkatan hak, kewajiban, kedudukan, peran, kemampuan, kemandirian, kesempatan,

ketahanan mental serta spiritual wanita sebagai bagian tak terpisahkan dari peningkatan

kualitas sumber daya manusia. Sasarannya yaitu peningkatan pada kualitas perempuan dan

terciptanya iklim sosial budaya yang mensuport perempuan untuk mengembangkan diri

dan meningkatkan peranannya dalam pembangunan, termasuk berbagai dimensi kehidupan

bermasyarakat, berkeluarga, berbangsa dan bernegara.

Pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dapat berupa pelatihan

keterampilan. Pelatihan merupakan pembelajaran pengembangan individu yang sifatnya

mendesak dikarenakan adanya kebutuhan sekarang (Anwar, 2007, hlm 103). Proses

pelatihan keterampilan juga adalah sebagai perbuatan sadar dalam menjanjikan

berlangsungnya proses pembelajaran.

Menurut Anwar (2007, hlm 107) pelatihan merupakan usaha berencana yang

diselenggarakkan agar tercapainya penguasaan keterampilan, pengetahuan serta sikap yag

relevan dengan kebutuhan peserta pelatihan.

Menurut Tim Delivery (2004) bahwa sebenarnya ada beberapa tahapan

dalam pemberdayaan masyarakat diantaranya sebagai berikut:

a. Tahap 1. Seleksi lokasi/wilayah

Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh

lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat. Penetapan kriteria penting

agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga tujuan

pemberdayaan masyarakat akan tercapai seperti yang diharapkan.

b. Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat


34

Sosialisasi, merupakan upaya mengkomusikasikan kegiatan untuk

mencapai dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan

membantu meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait

tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang

telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi sangat penting, karena

akan menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk

berpastisipasi (berperan dan terlibat) dalam program pemberdayaan

masyarakat yang dikomunikasikan.

c. Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat

Hakekat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan taraf

hidupnya. Dalam proses tersebut bersama-sama melakukan hal-hal

berikut :

1) Mengidentifikasikan dan mengkaji potensi wilayah permasalahan,

serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksud agar masyarakat

mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa

keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap ini

diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi

dan kelembagaan. Proses ini meliputi: (a.) persiapan masyarakat dan

pemerintah setempat untuk melakukan pertemuan awal dan teknis

pelaksanaannya, (b.) persiapan dan penyelenggaraan dan pertemuan, (c.)

pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan, dan (d.) pembahasan hasil

dan penyusunan rencana tindak lanjut.


35

2) Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian,

meliputi : (a.) memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah, (b.)

Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik, (c.) identifikasi

sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah, (d.)

Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian

pelaksanaannya.

3) Menerapkan rencana kegiatan kelompok. Rencana yang telah disusun

bersama dengan dukungan fasilitasi dari pendamping selanjutnya

diimplementasikan dalam kegiatan yang kongkrit dengan tetap

memperhatikan realisasi rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini

adalah, pemantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan menjadi

perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukan perbaikan jika

diperlukan.

4) Memantau prosess hasil kegiatan secara terus-menerus secara

partisipatif (participatory monitoring and ecaluation/PME) PME ini

dilakukan secara mendalam pada semua tahap pemberdayaan

masyarakat agar prosesnya berjalan dengan tujuannya PME adalah

suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan, baik

prosesny (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat

disusun proses perbaikan kalau diperlukan

d. Tahap 4. Pemandirian masyarakat

Berpegang pada prinsip pemberdayaan masyarakat yang bertujuan

untuk memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya,


36

maka arah pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan untuk

menyiapkan masyarakat agar benar-benar mampu menelola kegiatannya

proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan factor internal dan

eksternal. Dalam hubungan ini, meskipun faktor internal sangat penting

sebagai salah satu wujud selforganizing dari masyarakat, namun kita

juga perlu memberikan perhatian pada faktor eksternalnya. Proses

pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim

fasilitator yang bersifat multi disiplin. Tim pendamping ini merupakan

salah satu external factor dalam pemberdayaan masyarakat. Peran tim

pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap

selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu bagaimana

menjalankan kegiatannya secara mendiri.

Menurut kabeer dalam Mayoux menyatakan bahwa ada lima unsur utama yang

perlu diperhatikan dalam proses pemberdayan perempuan, adalah sebagai berikut:

1. Kesejahteraan (Welfare). Aspek ini bisa dikatakan sebagai salah satu aspek yang penting

pada upaya peningkatan memberdayakan perempuan, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam

akses terhadap kesejahteraan perempuan menduduki posisi yang tidak menguntungkan.

2. Akses (Acees). Akses merupakan kemampuan perempuan untu bisa mendapatkan hak,

akses terhadap sumber daya produktif seperti, kredit, tanah, pelatihan, fasilitas, tenaga kerja,

pemasaran serta semua pelayanan publik yang setara dengan laki-laki.

3. Konsientisasi (Consientisation). Pemahaman dari perbedaan peran jenis kelamin serta

peran gender.
37

4. Partisipasi (Participation). Kesetaraan partisipasi perempuan pada proses pembuatan

keputusan, kebijakan, administrasi serta perencanaan. Partisipasi ini mengacu pada

keterwakilan perempuan yang setara dalam strukutur pembuatan keputusan baik secara

formal maupun informal dan suara mereka dalam penformulasian kebijakan mempengaruhi

masyarakat mereka.

5. Kesetaraan dalam kekuasaan (Equality of Control). Kesetaraan dalam kekuasaan atas

faktor produksi serta distribusi keuntungna supaya baik perempuan maupun laik-laki

berada di posisi yang dominan. Kesejahteraan, konsientasi, akses, partisipasi serta

kesetaraan dalam kekuasaan merupakan unsur-unsur dari pemberdayaan peempuan yang

tidak hanya merupakan rencana atau konsep, melainkan harus digunakan dengan baik dan

benar, supaya perempuan bisa memajukan,meningkatkan kualitas kesejahteraan dirinya.

Menurut Nugroho (2008 hlm. 164) dalam Okta (2020 hlm. 16) tujuan dari

pemberdayaan perempuan dalam masyarakat adalah sebagai berikut;

1. Menambah keahlian wanita untuk dapat mengaitkan diri dalam aktivitas pembangunan.

2. Menambah keahlian wanita dalam kepemimpinan, baik selaku perencana, pelaksana,

ataupun monitoring serta penilaian kegiatan.

3. Menambah keahlian wanita dalam pengelolaan ukm serta industri besar untuk

mendukung pemasukan individu serta rumah tangganya dan membuka kesempatan

lapangan pekerjaan serta kemandirian.

4. Menambah kedudukan serta guna organisasi ataupun kelompok wanita di tingkatan lokal

selaku wadah buat pemberdayaan wanita lain. Program- program pemberdayaan wanita

yang sekiranya biasa ada dalam aktivitas pemberdayaan

menurut Nugroho (2008 hlm. 164) dalam Okta (2020 hlm. 16- 17) yakni sebagai

berikut:
38

1. Penguatan kelompok wanita. Penguatan kelembagaan ini diperuntukan untuk menambah

keahlian wanita berfungsi selaku agar bisa secara aktif supaya bisa berfungsi selaku

perencana, pelaksana, ataupun pengontrol,

2. Kenaikan guna serta kedudukan kelompok wanita dalam penyuluhan program

pemberdayaan.

3. Pelibatan kelompok wanita dalam tahapan perencanaan, pengelolaan sampai kontrol

seluruh program pembangunan, tercantum program penguatan ekonomi, pembangunan

raga, serta kenaikan mutu sdm.

Menurut Katjasungkana dalam Riant Nugroho (Intan, 2021 hlm 22) terdapat 4

indikator dalam pemberdayaan perempuan, diantaranya yaitu:

1. Akses, kesamaan dalam hak mengelola sumber daya yang aktif di lingkungannya.

2. Partisipasi, keikutsertaan dalam menggunakan aset (sumberdaya yang terbatas)

3. Kontrol, lelaki dan perempuan memiliki kesempatan sama dalam melakukan

pengontrolan sumber daya atau pembangunan.

4. Manfaat, lelaki dan perempuan harus bersama-sama dalam menikmati hasil pemanfaatan

sumber daya dan pembangunan secara bersama dan merata. Menurut

Sumodiningrat dalam Nugroho (Intan, 2021 hlm 22) menjelaskan bahwa

meningkatnya pendapatan di tingkat bawah dan menurunnya jumlah penduduk yang berada

dalam garis kemiskinan, berkembangnya kapasitas yang bisa meningkatkan kegiatan sosial

ekonomi yang lebih produktif, dan berkembangnya kemampuan perempuan dalam

meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat. Salah satu unutk mencapai keberhasilan

pemberdayaan perempuan adalah dengan peran dari perempuan harus aktif dalam berbagai

macam kegiatan
39

2.1.2.4 Indikator Pemberdayaan

Indikator Pemberdayaan Menurut Edi Suharto (2014, hlm 63) dalam bukunya

menyebutkan indikator pemberdayaan ,yaitu:

1. Kebebasan mobilitas, kemampuan seseorang untuk pergi keluar rumah atau wilayah

tempat tinggalnya, seperti ke pasar, pasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah

tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

2. Kemampuan untuk membeli komoditas kecil, yaitu kemampuan individu untuk mebeli

barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari, kebutuhan dirinya. Individu dianggap

mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa

meminta ijin dari pasangannya, terlebih dengan uangnya sendiri.

3. Kemampuan membeli komoditas besar, yaitu kemampuan individu untuk membeli

barang barang kebutuhan sekunder atau tersier, seperti lemari, tv, dan lain sebagainya.

Seperti halnya indikator diatas, maka poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat

membuat keputusan sendiri, dan dengan uangnya sendiri.

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan- keputusan rumah tangga, misalnya mengenai

keputusan untuk renovasi rumah, pengambilan kredit usaha, dan lain-lain.

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga, yaitu individu tidak terikat atau tertekan akan

campur tangan keluarga lain, misalnya jika ada yang melarang mempunyai anak.

6. Kesadaran politik dan hukum, mengetahui nama salah seorang anggota pemerintahan

desa/ kelurahan, memiliki dan mengetahui pentingnya suratsurat administrasi seperti KTP,

akta lahir, dan kartu keluarga.


40

7. Terlibat dalam kampanye serta protes-protes, seorang individu dianggap berdaya apabila

dia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya

terhadap suami yang melakukan KDRT pada istrinya.

2.1.2.5 Tujuan Pemberdayaan

Tujuan Pemberdayaan Menurut Edi Suharto (2014, hlm 60) menyatakan bahwa

tujuan dari pemberdayaan adalah untuk memperkuat kekuasaan masyarakat khusunya

kelompok masyarakat lemah yang belum berdaya baik karena kondisi internal seperti

persepsi mereka sendiri atau karena kondisi eksternal seperti ditindas oleh struktur sosial

yang tidak adil. Tujuan dari pemberdayaan yaitu untuk membentuk seseorang dan

masyarakat menjadi mandiri dalam hal berpikir, bertindak dan mengendalikan segala hal

yang dilakukan oleh mereka. Kemandirian ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,

memutuskan dan melakukan sesuatu hal yang dipandang tepat untuk memcahkan suatu

permasalahan menggunakan kemampuan kognitif, konaktif, psikomotorik, dan afektif,

dengan mengarahkan sumber daya yang lain yang sifatnya fisik material.

Tujuan pemberdayaan secara lebih rinci dikemukakan oleh Mardikanto dan

Soebianto dalam Edi Suharto (2005 hlm. 57) yaitu:

1. Perbaikan Pembelajaran (Better Education) Pemberdayaan wajib dirancang sebagai

sesuatu wujud pembelajaran yang lebih baik. Perbaikan pembelajaran yang dicoba lewat

pemberdayaan tidak terbatas pada revisi modul, revisi tata cara, revisi yang menyangkut

tempat serta waktu, dan ikatan fasilitator serta penerima khasiat, namun yang lebih berarti

merupakan revisi pembelajaran yang sanggup meningkatkan semangat belajar.

2. Perbaikan Aksesibilitas (Better Accessbility) Dengan berkembang serta kembangnya

semaangat belajar tersebut, diharapkan hendak membetulkan aksesibilitasnya, paling


41

utama terpaut aksesibilitas dengan sumber data/ inovasi, sumber pembiayaan, penyediaan

produk serta perlengkapan, lembaga pemasaran.

3. Perbaikan Aksi (Better Action) Dengan berbekal revisi pembelajaran serta revisi

aksesibilitas dengan bermacam- macam sumber daya yang lebih baik, diharapkan hendak

terjalin tindakan- tindakan yang terus menjadi lebih baik.

4. Perbaikan Kelembagaan (Better Institution) Dengan revisi aktivitas/aksi yang dicoba,

diharapkan hendak membetulkan kelembagaan, tercantum pengembangan jejaring

kemitraan- usaha.

5. Perbaikan Usaha (Better Business) Revisi pembelajaran (semangat belajar), revisi

aksesibilitas, aktivitas serta revisi kelembagaan, diharapkan hendak membetulkan bisnis

yang dicoba.

6. Perbaikan Pemasukan (Better Income) Dengan terbentuknya revisi bisnis yang dicoba,

diharapkan hendak bisa membetulkan pemasukan yang diperoleh, tercantum pemasukan

keluarga serta warga.

7. Perbaikan Area (Better Environment) Dengan revisi pemasukan diharapkan bisa

membetulkan area (raga serta sosial)

8. Perbaikan Kehidupan (Better Living) Tingkatan pemasukan serta kondisi area yang

membaik, diharapkan bisa membetulkan kondisi kehidupan keluarga serta warga.

9. Perbaikan warga (Bette Community) Kondisi hidup yang lebih baik, yang terdukung

oleh area (raga serta sosial) yang lebih baik, diharapkan mampu terwujud kehidupan warga

yang lebih baik lagi.


42

2.1.2.7 Prinsip Pemberdayaan

Prinsip Pemberdayaan Suharto (dalam Edi suharto, 2014) terdapat beberapa

prinsip pemberdayaan yaitu:

1. Pemberdayaan merupakan proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial serta masyrakat

harus berkerjasama sebagai partner. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat

sebagai aktor atau subjek yang kompeten serta mampu menjangkau sumber dan

kesempatan.

2. Masyarakat diharuskan melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting agar bisa

melakukan perubahan.

3. Kompetensi didapatkan atau dipertajam dari pengalaman kehidupan, terutama

pengalaman yang memberikan rasa mampu kepada masyrakat.

4. Solusi-solusi, bermula dari keadaan khusus, diharuskan beragam dan menghargai

keberagaman yang berasal dari faktor yang berada di situasi masalah tersebut.

5. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi

penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan mcngendalikan

seseorang.

6. Masyarakat harus ikut serya dalam pemberdayaan mereka sendiri: cara, tujaan, serta

hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.

7. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan bisa

memobilisasi tindakan untuk perubahan.

8. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk

menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.


43

9. Proses pemberdayaan besifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif; permasalahan

selalu memiliki beragam solusi.

10. Pemberdayaan diraih melalui sturktur-strukur personal dan pengembangan ekonomi

parallel

2.1.2.8 Definisi Kelompok Wanita Tani

Wanita tani merupakan istri peteni atau perempuan pedesaan yang memeliki wadah

kegiatan untuk meningkatkankan pengetahuan serta keterampilannya, wadah kegiatan

tersebut dinamakan kelompok wanita tani. Kelompok wanita tani merupakan salah satu

bentuk kelembagaan petani yang para anggotanya terdiri dari para wanita-wanita yang

berkecimpung dalam kegiatan pertanian.

Kelompok wanita tani (KWT) merupakan kumpulan masyarakat tani khusunya

wanita yang berada disatu lingkungan yang sama. Kelempok wanita tani biasanya berisikan

dari wanita istri-istri petani yang ingin mempunyai kegiatan lain selain dalam mengurus

keperluan rumah tangga. Kegiatan yang dilakukan wanita tani ini berupa pemberdayaan

wanita tani yang berada dilingkungan sekitarnya yang salahsatunya bisa berupa

pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam macam-macam tanaman dan sayuran.

Kelompok Wanita Tani merupakan organisasi yang memiliki wadah kegiatan untuk

meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, wadah tersebut yaitu kelompok yang

merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang anggotanya 20 berupa perempuan

yang berkecimpung dalam dunia pertanian, memiliki aktivitas dibidang pertanian yang

tumbuh berdasarkan kesamaan, keakraban, dan keserasian atas kepentingan dalam

memanfaatkan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan produktivitas

anggota (Silvia, 2020 hlm 35).


44

Kelompok Wanita Tani merupakan kumpulan istri petani yang menolong aktivitas

usaha pertanian, perikanan serta kehutanan dalam menambah pemasukan serta

kesejahteraan keluarganya. Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada prinsip- prisip:

kebebasan, keterbukaan, partisipatif, keswadayaan, kesetaraan serta kemitraan. Dengan

demikian kelompok perempuan tani ialah kelompok yang berkembang atas inisiatif serta

keinginan dan pemahaman warga sendiri guna turut berpartisipasi aktif tingkatkan,

mengembangkan, serta memberdayakan SDA serta SDM yang dipunyai.

Secara teoritis kelompok tani dimaksud selaku kumpulan petani yang terikat secara

informal atas dasar keserasian serta kepentingan bersama dalam usaha tani. Jumlah anggota

kelompok idealnya berkisar 20- 30 anggota yang disesuaikan dengan keadaan serta daerah

kerja kelompok tani tersebut. Anggota kelompok tani bisa berbentuk petani berusia, serta

pemuda, perempuan, serta laki- laki. Pada tingkatan desa umumnya sistem usaha tani

dijalankan oleh Kelompok Perempuan Tani. Kelompok Perempuan Tani merupakan

kumpulan isteri petani yang menunjang usaha pertanian, perikanan, serta kehutanan dalam

menambah pemasukan serta kesejahteraan keluarganya.

Kementerian Pertanian dalam Masithoh ( 2013: 3) dalam jurnal Anita (2020 hlm.

285) Kelompok Wanita Tani ialah kumpulan isteri petani ataupun perempuan tani yang

bersepakat membentuk sesuatu perkumpulan yang memiliki tujuan yang sama dalam

menolong aktivitas usaha pertanian, perikanan, serta kehutanan untuk menaikkan

pemasukan serta kesejahteraan keluarganya. Kelompok Perempuan Tani berbeda dengan

kelompok tani yang yang lain sebab Kelompok Wanita Tani ditunjukan buat bisa

menaikkan pemasukan keluarga dengan metode memiliki 21 sesuatu usaha produktif dalam

skala rumah tangga dengan menggunakan ataupun mencerna hasil- hasil pertanian yang

terdapat di area tempat kelompok tersebut tinggal.


45

Nurmayasari serta Ilyas (2014: 31) dalam jurnal Anita (2020 hlm. 285) perempuan

bukan cuma berfungsi selaku ibu rumah tangga pada dunia pertanian, namun banyak

perempuan yang turut berfungsi ataupun berikan kontribusi pemasukan dalam keluarga

pada usaha yang diusahakan oleh keluarga mereka. Kelompok wanita tani merupakan

bagian yang penting dalam suatu lingkungan masyarakat yang memiliki peran yang sangat

berpengaruh terhadap kegiatan masyarakat.

2.1.2.9 Ciri-ciri kelompok

Ciri-ciri kelompok Wanita Tani Kelompok Wanita Tani mempunyai ciri-ciri

diantaranya sebagai berikut:

1. Jelas Keanggotaanya

2. Terdapat kesadaran anggota sebagai kelompok wanita tani

3. Mempunyai kesamaan sasaran dan tujuan

4. Kesatuan organisasi yang tunggal dalam hal mencapai keinginan

5. saling berkegantungan terhadap upaya memenuhi kebutuhan dalam mencapai sebuah

tujuan

6. Organisasi tunggal dalam mencapai tujuan kelompok dengan terdapatnya struktur

kelompok wanita tani. (Adam, 2002 hlm 3) dalam Silvia (2017, hlm. 37)

2.1.2.10 Unsur Pengikat Kelompok Wanita Tani

1. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggota kelompok wanita tani.

2. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggota

kelompok wanita tani.


46

3. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakan para petani dan

kepemimpinannya diterima oleh semua petani.

4. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurng-kurangnya sebagian

besar anggota kelompok wanita tani.

5. Adanya motivasi yang diberikan oleh tokoh masyarakat setempat dalam menunjang

program yang sudah ditentukan

2.1.2.11 Fungsi Kelmpok Wanita Tani

Menurut Santosa (dalam I made:2016:2) mengatakan keberadaan kelompok tani

memiliki fungsi diantarnya yaitu:

1. Kelompok sebagai kelas belajar Mengandung pengertian bahwa kelompok tani sebagai

media interaksi belajar antara para wanita, mereka dapat melakukan proses interaksi yang

dapat memberikan suatu penambahan pengetahuan bagi para anggota.

2. Kelompok sebaga wadah kerjasama Kerjasama bukan hanya membuat lingkaran

kerjasama dalam kelompok itu sendiri melainkan keluar bahkan kerjasama dengan

lingkungan melalui pelestarian lingkungan. Kerjasama ini sangat penting dibutuhkan untuk

pencapaian rencana kerja yang telah dibuat jauh-jauh hari.

3. Kelompok sebagai unit produksi Fungsi kelompok tani sebagai unit produksi, yang

memiliki arti mengolah sumber daya yang dijadikan barang dan jasa yang bisa

didistribusikan serta mendapatkan keuntungan.

4. Kelompok sebagai kegiatan Orgnisasi bersama Dengan berkelompok maka para wanita

tani diharapkan belajar mengorganisasikan kegiatan-kegiatan bersama-sama, yaitu dengan

membagi pekerjaan dan mengkoordinasi pekerjaan dengan mereka mengikuti tata tertib

sebagai hasil kesepakatan yang telah dibuat oleh mereka.


47

5. Kelompok sebagai kesatuan swadaya dan swadana Kelompok wanita tani adalah

kumpulan para wanita yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata, mempunyai

daya tahan dan struktur tertentu, bepartisipasi bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak

terwujud tanpa adanya kesatauan kelompok tersebut.


BAB III
METODE PENELITIAN

Gambar 2.1
kerangka Berfikir

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK


WANITA TANI DI DESA PAMARICAN TAHUN 2022

PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN

KELOMPOK WANITA TANI

PROSES PEMBERDAYAAN

PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI

FAKTOR PENDORONG DAN

PENGHAMBAT
DAFTAR PUSTAKA
Anita Pratiwi, Novita Tresiana dan Ita Prihantika, 2020, Pemberdayaan Perempuan
Melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl) Sebagai Upaya
Peningkatan Potensi Sumber Pangan.
Arini Mayanfa’uni, 2016, Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita
Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan
Abubakar, R dan K, Sobri. 2014. Buku Ajar Usahatani Agribisnis. Universitas
Muhammadiyah Palembang. Az Zahra Eka Pranidya 2022, Pemberdayaan Ibu
Rumah Tangga Melalui Kelompok Wanita Tani Suka Maju Dalam Upaya
Pengembangan Ekonomi Lokal Desa Mujur Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap
Badriyatul Musyaropah, 2018, Peran Kelompok Wanita Tani (Kwt) Bougenville
Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Didesa Mojopahit
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah).
Devi Ulandari, 2022 Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Kelompok
Wanita Tani Di Desa Panincong Kabupaten Soppeng. Dodi Normansyah, Siti
Rochaeni Dan Armaeni Dwi Humaerah, 2014, Analisis Pendapatan Usahatani
Sayuran Di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor.
Fadlika Kurniawan, 2018, Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (Kwt) “Hemara”
Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Hilmayatun,2021, Peran Kelompok
Wanita Tani “Karya Bunda” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Ibu Rumah Tangga
(Studi Dusun Pedek Anyar Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan Kabupaten
Lombok Barat).
Jatra Tirta, 2020. Peranan Kelompok Wanita Tani Terhadap Peningkatan
Pendapatan Anggota Kelompok Wanita Tani ( Studi Kasus : Desa Kebun Kelapa
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ).

Anda mungkin juga menyukai