Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman kebudayaan menyangkut persoalan perempuan,
status dan perannya dalam kehidupan sosial sangat bervariasi sesuai
dengan perkembangan keadaan dan waktu. Juga tergantung pada
bagaimana pemahaman-pemahaman tersebut berhubungan dengan
posisi kaum perempuan di berbagai komunitas. Laki-laki dan perempuan
secara alamiah, biologi dan genetis berbeda, adalah sebuah kenyataan
sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat diubah.
Pemberdayaan perempuan adalah usaha sistematis dan terencana
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pemberdayaan perempuan sebagai sumber daya insani,
potensi yang dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak
dibawah laki-laki. Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status
perempuan dan peranan perempuan dalam masyarakat belum diakui
sebagai mitra sejajar dengan laki-laki.
Keterlibatan perempuan dalam ekonomi mau tidak mau harus
diakui, walaupun pada kenyataannya ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam kegiatan kerja. Perempuan yang bekerja dapat
membantu suami dalam mendukung perekonomian keluarga. Untuk
membantu ekonomi keluarga peran perempuan yang bekerja sangat
dibutuhkan terutama dalam hal membantu menambah penghasilan
keluarga. Mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk
menghasilkan gaji/upah. Hal ini sesuai dengan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan (seks rasio) di Provinsi Kalimantan
Selatan menurut data kependudukan BPS pada tahun 2017 adalah
50,63% laki-laki dan 49,37% perempuan. Dari fakta tersebut diketahui

1
bahwa jumlah penduduk perempuan di Provinsi Kalimantan Selatan
hampir separuh dari total penduduk yang berjumlah 3.626.616 jiwa.
Kenyataan ini merupakan sebuah potensi yang cukup besar bagi
kemajuan pembangunan di masyarakat daerah. Masih rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar perempuan terutama mereka
yang berada di pedesaan merupakan sebuah tantangan bagi pemerintah
daerah terutama untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di desa dengan lebih memberdayakan perempuan.
Keberdayaan wanita di bidang ekonomi adalah salah satu indikator
meningkatnya kesejahteraan. Saat wanita menjadi kaum terdidik,
mempunyai hak-hak kepemilikan, dan bebas untuk bekerja di luar rumah
serta mempunyai pendapatan mandiri, inilah tanda kesejahteraan rumah
tangga meningkat.
Studi eksplorasi yang dilaksanakan di 4 desa di wilayah Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Desa Podok, Desa Terapu, Desa
Kuin Besar dan Desa Paramasan Bawah diketahui bahwa potensi
perempuan yang ada memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu
tamat sekolah dasar bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak pernah
merasakan bangku pendidikan. Desa Terapu dan Desa Kuin Besar
Kecamatan Aluh-aluh bukan merupakan desa tertinggal, sedangkan Desa
Paramasan Bawah Kecamatan Paramasan tidak memiliki sumberdaya
alam yang dapat diolah untuk mendukung pemberdayaan perempuan
serta tidak adanya lembaga pendidikan masyarakat di desa itu.
Desa Podok Kecamatan Aluh-aluh adalah desa tertinggal dengan
potensi sumberdaya alam yang cukup besar yaitu sumberdaya periairan
(sungai) dan jumlah penduduk sebesar 2.591 jiwa yang terdiri dari 1.340
jiwa laki-laki dan 1.251 jiwa perempuan dengan luas 5,02 Km². Letak
geografis Desa Podok yang dikelilingi Sungai Martapura menyebabkan
akses transportasi menuju desa ini harus melewati sungai menggunakan
perahu bermotor (kelotok). Sungai inilah yang menjadi jantung

2
perekonomian masyarakat Desa Podok yang mayoritas
matapencahariannya adalah petani dan nelayan. Aktivitas kaum
perempuan desa sehari-hari adalah membantu usaha tani pada saat
musim tanam dan musim panen, selebihnya tidak ada kegiatan yang dapat
menambah perekonomian keluarga. Padahal Sungai Martapura yang
mengelilingi desa tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan, salah satunya adalah banyak menghasilkan udang.
Berdasarkan hasil studi eksplorasi yang telah dilakukan pada 4 desa
tersebut, maka Desa Podok yang paling berpotensi untuk dijadikan
“Makalah Pemberdayaan Perempuan Berbasis Sumberdaya Alam”. Hal
ini karena perempuan Desa Podok tidak memiliki pengetahuan maupun
keterampilan untuk mengolah sumberdaya alam yang cukup banyak
dimiliki desa tersebut, yaitu udang. Kita ketahui udang adalah sumber
protein hewani yang cukup tinggi dan baik untuk tumbuh kembang anak,
selain itu udang merupakan campuran pakan ternak bebek (itik) yang
sangat baik terutama bebek petelur yang banyak dibudidayakan
masyarakat desa. Bebek petelur yang diberi pakan dengan campuran
udang akan menghasilkan telur yang berkualitas tinggi menyamai telur
omega, dan oleh masyarakat Kalimantan Selatan disebut telur “tambak”
karena warna kuning telurnya yang berwarna jingga (orange). Udang juga
dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang lezat dan bergizi,
seperti kerupuk, pilus, bakso, nugget, terasi, tepung udang, udang
rebon,dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah
pemberdayaan masyarakat berbasis sumber daya alam?”

3
C. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah memberikan bekal pengetahuan dan


keterampilan dalam mengolah sumberdaya alam untuk meningkatkan
perekonomian keluarga khususnya, dan meningkatkan eksistensi peranan
perempuan dalam pembangunan desa pada umumnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BERBASIS SUMBER DAYA ALAM

A. Pengertian Pemberdayaan masyarakat


Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah.
Pengembangan masyarakat tersebut biasa dikenal dengan istilah
pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Ada beberapa definisi mengenai
konsep pemberdayaan. Ife (dalam Martono, 2011) mendefinisikan konsep
pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat dengan
berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk
meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan
mereka, serta berpartisipasi dan memengaruhi kehidupan dalam komunitas
masyarakat itu sendiri. Kartasasmita (1995), mengemukakan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Intinya bahwa pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk melahirkan masyarakat yang mandiri dengan menciptakan
kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang.

B. Pengertian Pemberdayaan Perempuan


Realitas ketidakadilan bagi kaum perempuan mulai dari marginalisasi,
perempuan diposisikan sebagai kelompok mesyarakat kelas dua, yang
berimbas pada berkurangnya hak-hak perempuan termasuk hak untuk
mendapatkan pendidikan. Kondisi perempuan di Indonesia dalam bidang
pendidikan relatif masih sangat rendah dibandingkan laki-laki. Semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin sedikit jumlah perempuan yang mengecapnya.

5
Pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan pada empat level yang berbeda, yakni keluarga,
masyarakat, pasar dan negara. Konsep pemberdayaan dapat dipahami dalam
dua konteks. Pertama, kekuasaan dalam proses pembuatan keputusan
dengan titik tekan pada pentingnya peran perempuan. Kedua, pemberdayaan
yang berkaitan dengan fokus pada hubungan antara pemberdayaan
perempuan dan akibatnya pada laki-laki di masyarakat yang beragam.
Kindervatter menekankan konsep pemberdayaan sebagai proses pemberian
kekuatan dalam bentuk pendidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan
kesadaran dan kepekaan terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan politik
sehingga pada akhirnya mereka mampu memperbaiki dan meningkatkan
kedudukannya di masyarakat. Cakupan dari pemberdayaan tidak hanya pada
level individu namun juga pada level masyarakat dan pranata-pranatanya.
Yaitu menanamkan pranata nilai-nilai budaya seperti kerja keras, keterbukaan
dan tanggung jawab.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata power yang artinya keberdayaan atau
kekuasaan. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana seseorang,
rakyat, organisasi. dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai
(berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan
mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai
pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
didefinisikan sebagai proses dimana pihak yang tidak berdaya bisa
mendapatkan kontrol yang lebih banyak terhadap kondisi atau keadaan dalam
kehidupannya. kontrol ini meliputi kontrol terhadap berbagai macam sumber
(mencakup fisik dan intelektual) dan ideologi meliputi (keyakinan, nilai dan
pemikiran).
Menurut Novian (2010) pemberdayaan perempuan adalah upaya
kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap

6
sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya, agar perempuan dapat
mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan
berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu
membangun kemampuan dan konsep diri. Pemberdayaan perempuan
merupakan sebuah proses sekaligus tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah kegiatan memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah
dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat
menjadi berdaya.
Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mengatasi
hambatan guna mencapai pemerataan atau persamaan bagi laki-laki dan
perempuan pada setiap tingkat proses pembangunan. Teknik analisis
pemberdayaan atau teknik analisis Longwe sering dipakai untuk peningkatan
pemberdayaan perempuan khususnya dalam pembangunan. Sara H.
Longwee mengembangkan teknik analisis gender yang dikenal dengan
Kerangka Pemampuan Perempuan. Metode Sara H. Longwee mendasarkan
pada pentingnya pembangunan bagi perempuan, bagaimana menangani isue
gender sebagai kendala pemberdayaan perempuan dalam upaya memenuhi
kebutuhan spesifik perempuan dan upaya mencapai kesetaraan gender
(Muttalib, 1993). Kriteria analisis yang digunakan dalam metode ini adalah (1)
tingkat kesejahteraan, (2) tingkat akses (terhadap sumberdaya dan manfaat),
(3) tingkat penyadaran, (4) tingkat partisipasi aktif (dalam pengambilan
keputusan), dan (5) tingkat penguasaan (kontrol). Pemahaman akses
(peluang) dan kontrol (penguasaan) disini perlu tegas dibedakan. Akses
(peluang) yang dimaksud di sini adalah kesempatan untuk menggunakan
sumberdaya ataupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut,
sedangkan kontrol (penguasaan) diartikan sebagai kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumberdaya. Dengan
demikian, seseorang yang mempunyai akses terhadap sumberdaya tertentu,

7
belum tentu selalu mempunyai kontrol atas sumberdaya tersebut, dan
sebaliknya.
Pendekatan pemberdayaan (empowerment) menginginkan perempuan
mempunyai kontrol terhadap beberapa sumber daya materi dan nonmateri
yang penting dan pembagian kembali kekuasaan di dalam maupun diantara
masyarakat (Moser dalam Daulay, 2006). Di Indonesia keberadaan
perempuan yang jumlahnya lebih besar dari laki – laki membuat pendekatan
pemberdayaan dianggap suatu strategi yang melihat perempuan bukan
sebagai beban pembangunan melaikan potensi yang harus dimanfaatkan
untuk menunjang proses pembangunan.
Menurut Moser dalam Daulay (2006) bahwa strategi pemberdayaan
bukan bermaksud menciptakan perempuan lebih unggul dari laki – laki kendati
menyadari pentingnya peningkatan kekuasaan, namun pendekatan ini
mengidentifikasikan kekuasaan bukan sebagai dominasi yang satu terhadap
yang lain, melainkan lebih condong dalam kapasitas perempuan meningkatkan
kemandirian dan kekuatan internal. Menurut Suyanto dan Susanti (1996)
dalam Daulay (2006) bahwa yang diperjuangkan dalam pemberdayaan
perempuan adalah pemenuhan hak mereka untuk menentukan pilihan dalam
kehidupan dan mempengaruhi arah perubahan melalui kesanggupan untuk
melakukan kontrol atas sumber daya material dan nonmaterial yang penting.
Mengukur keberhasilan program pembangunan menurut perspektif
gender, tidak hanya dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat atau
penurunan tingkat kemiskinan. Tetapi lebih kepada sejauhmana program
mampu memberdayakan perempuan. Dalam mengukur pengaruh sebuah
kebijakan, dan atau program pembangunan terhadap masyarakat menurut
perspektif gender, Moser mengemukakan dua konsep penting, yakni
pemenuhan kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender.
Pemberdayaan perempuan berdasarkan analisis gender adalah membuat
perempuan berdaya dalam memenuhi kebutuhan praktis gender dan
kebutuhan strategis gender. Analisis kebutuhan praktis dan strategis berguna

8
untuk menyusun suatu perencanaan ataupun mengevaluasi apakah suatu
kegiatan pembangunan telah mempertimbangkan ataupun ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan yang dirasakan baik oleh laki-laki maupun perempuan
(Moser dalam Daulay, 2006).
Suatu program pembangunan yang berwawasan gender seharusnya
berusaha untuk mengidentifikasi ataupun memperhatikan kebutuhan
komunitas. Dengan menggunakan pendekatan Gender And Development,
kebutuhan komunitas tadi dibedakan antara kebutuhan laki-laki dan
perempuan baik bersifat praktis maupun strategis. Kebutuhan praktis berkaitan
dengan kondisi (misalnya: kondisi hidup yang tidak memadai, kurangnya
sumberdaya seperti pangan, air, kesehatan, pendidikan anak, pendapatan,
dll), sedangkan kebutuhan strategis berkaitan dengan posisi (misalnya: posisi
yang tersubordinasi dalam komunitas atau keluarga).
Pemenuhan kebutuhan praktis melalui kegiatan pembangunan
kemungkinan hanya memerlukan jangka waktu yang relatif pendek. Proses
tersebut melibatkan input, antara lain seperti peralatan, tenaga ahli, pelatihan,
klinik atau program pemberian kredit. Umumnya kegiatan yang bertujuan
memenuhi kebutuhan praktis dan memperbaiki kondisi hidup akan memelihara
atau bahkan menguatkan hubungan tradisional antara laki-laki dan perempuan
yang ada. Kebutuhan strategis biasanya berkaitan dengan perbaikan posisi
perempuan (misalnya memberdayakan perempuan agar memperoleh
kesempatan lebih besar terhadap akses sumberdaya, partisipasi yang
seimbang dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan) memerlukan jangka
waktu relatif lebih panjang.
Jadi pemberdayaan perempuan adalah usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akan
membaik hanya ketika perempuan dapat mandiri dan mampu menguasai atas
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya. Terdapat dua ciri
dari pemberdayaan perempuan. Pertama, sebagai refleksi kepentingan
emansipatoris yang mendorong masyarakat berpartisipasi secara kolektif

9
dalam pembangunan. Kedua, sebagai proses pelibatan diri individu atau
masyarakat dalam proses pencerahan, penyadaran dan pengorganisasian
kolektif sehingga mereka dapat berpartisi.
Adapun pemberdayaan terhadap perempuan adalah salah satu cara
strategis untuk meningkatkan potensi perempuan dan meningkatkan peran
perempuan baik di domain publik maupun domestik. Hal tersebut dapat
dilakukan diantaranya dengan cara:
1. Membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah
tangga. Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalam
masyarakat bahwa kaum perempuan adalah konco wingking(teman di
belakang) bagi suami serta anggapan “swarga nunut neraka katut” (ke
surga ikut, ke neraka terbawa). Kata nunut dan katut dalam bahasa Jawa
berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif, sehingga nasibnya sangat
tergantung kepada suami.
2. Memberi beragam ketrampilan bagi kaum perempuan. Sehigga kaum
perempuan juga dapat produktif dan tidak menggantungkan nasibnya
terhadap kaum laki-laki. Berbagai ketrampilan bisa diajarkan, diantaranya:
ketrampilan menjahit, menyulam serta berwirausaha dengan membuat
kain batik dan berbagai jenis makanan.
3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap kaum perempuan
untuk bisa mengikuti atau menempuh pendidikan seluas mungkin. Hal ini
diperlukan mengingat masih menguatnya paradigma masyarakat bahwa
setinggi-tinggi pendidikan perempuan toh nantinya akan kembali ke dapur.
Inilah yang mengakibatkan masih rendahnya (sebagian besar) pendidikan
bagi perempuan.

C. Konsep pemberdayaan perempuan berbasis sumberdaya alam


Makalah Pemberdayaan perempuan berbasis sumberdaya alam pada
dasarnya dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
masyarakat khususnya masyarakat Desa Podok Kecamatan Aluh-aluh yang

10
tidak memiliki keterampilan dalam mengolah hasil sumberdaya alam perikanan
yaitu udang. Melalui penerapan makalah pemberdayaan perempuan yaitu
pengolahan hasil perikanan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
keluarga khususnya, dan meningkatkan eksistensi peranan perempuan dalam
pembangunan desa pada umumnya.

Konsep pemberdayaan perempuan berbasis sumberdaya alam yang


diberikan lewat keterampilan pengolahan hasil perikanan diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang baik dan tepat dalam proses peningkatan
kesejahteraan hidup keluarga. Pendidikan keterampilan perempuan di Desa
Podok sangat diperlukan, karena perempuan tidak hanya dituntut sebagai
pendamping suami tetapi juga dapat menghasilkan produk yang dapat
menambah pendapatan rumah tangga melalui penguasaan suatu jenis
keterampilan yang produktif. Penyelenggaraan program pemberdayaan
perempuan pada masyarakat Desa Podok merupakan program dengan pola
pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik dalam bentuk
kelompok belajar dan menekankan pada proses objektif yaitu penguasaan
pengetahuan dan keterampilan.

Sasaran dalam program ini adalah peserta didik, serta Instrumental input
yang meliputi penyelenggaraan, metode pembelajaran, narasumber teknis,
bahan ajar yang bertema pengolahan hasil perikanan, serta dana, merupakan
sarana atau alat bantu dalam proses penyelenggaraan sehingga masukan
mentah atau raw input dapat berproses dengan baik dari belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengolah hasil perikanan menjadi terampil
dalam mengolah, mengemas dan memasarkan hasil produknya.

Program dalam pengembangan penyelenggaraan pemberdayaan


perempuan berbasis sumberdaya alam meliputi: pembelajaran keterampilan
pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk hasil perikanan (udang).
Setelah menguasai keterampilan mengolah hasil perikanan (udang), maka

11
mereka mempunyai matapencaharian tambahan selain usaha tani dan
nelayan dan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian keluarga.

Ciri khas dari pengembangan program ini adalah:


1 Bahan ajar yang disampaikan oleh narasumber teknis dalam proses
pembelajaran adalah bahan ajar yang bertema pengolahan hasil
perikanan, pengemasan produk sampai kepada teknik pemasaran
2 Alat peraga yang digunakan disesuaikan dengan keterampilan yang
dipelajari
3 Sarana belajar dirancang sedemikian rupa sehingga menimbulkan
motivasi belajar
4 Narasumber teknis memahami konsep dan terampil dalam pengolahan
hasil perikanan
5 Narasumber teknis berasal dari
a. Dinas Perikanan dan Kelautan
b. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
6 Kegiatan pembelajaran oleh narasumber dilaksanakan dengan sistem
kelompok
7 Calon peserta didik direkrut oleh penyelenggara
8 Insentif narasumber teknis dibayarkan sesuai jumlah mengajar
9 Bahan ajar yang digunakan dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
10 Lama penyelenggaraan tergantung kesepakatan antara narasumber dan
peserta didik
12 Penilaian hasil belajar meliputi penilaian awal, proses, dan akhir
13 Metode pembelajaran dilakukan dengan cara penyampaian materi dan
praktik.

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan diperlukan upaya yang terpat. Salah
satunya melalui program pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan
program pemberdayaan semua pihak harus mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi aktif mensukseskan program pemberdayaan
tersebut, tanpa terkecuali perempuan. Perempuan sebagai makhluk Tuhan
yang memiliki banyak potensi harus berperan aktif dalam kegiatan
pemberdayaan. Sehingga muncul istiliah pemberdayaan perempuan sebagai
jawaban dari masalah subordinasi dan asimetris kedudukan perempuan
dengan laki-laki.
Pemberdayaan perempuan adalah upaya pemampuan perempuan
untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik,
sosial, budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa
percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam
memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan
konsep diri. Tujuan dari pemberdayaan perempuan adalah untuk menantang
ideologi patriarkhi yaitu dominasi laki-laki dan subordinasi perempuan,
merubah struktur dan pranata yang memperkuat dan melestarikan diskriminasi
gender dan ketidakadilan sosial (termasuk keluarga, kasta, kelas, agama,
proses dan pranata pendidikan).

B. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyarankan agar program
pemberdayaan perempuan ini berjalan secara kontinyu dengan sasaran
peserta yang lebih luas lagi, sehingga semua perempuan mempunyai
kesempatan yang sama untuk ikut berpartisipasi dalam program

13
pemberdayaan ini. Kemudian agar setiap program pemberdayaan perempuan
dapat berjalan secara optimal, pemerintah harus mendukung penuh dengan
memberikan bantuan dana maupun hal-hal lain yang dibutuhkan dalam
kegiatan pemberdayaan perempuan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, 2011, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.

Anwar, 2007, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Alfabeta

Amin. 2005. Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan


Pendidikan dari Perspektif Sains Baru. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.

Andrijani. 2003 Analisis Gender dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan.


Dalam Perempuan, Kemiskinan dan Pengambilan Keputusan.
Bandung.Akatiga.

BPS. 2017. Data Kependudukan Menurut Sensus Kependudukan Tahun


2010.

Daulay, Harmona. 2006. Pemberdayaan Perempuan: Studi Kasus Pedagang


Jamu di Geding Johor Medan. Jurnal Harmoni Sosial, Volume I Nomor
I, September 2006.

Fakih, M. 2006. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta.


Pustaka Pelajar.

Julia Cleves Mosse, 2007, Gender dan Pembangunan, Pustaka Pelajar.

Lubis, N. H. 2010. Pemberdayaan Peran Perempuan di Bidang Politik, dalam


perspektif historis. Jurnal sosial budaya.

Muttalib, Jang A. 1993. Menggunakan Kerangka Pemampuan Wanita, dalam


Moeljarto Tjokrowinoto, dkk. Bahan Pelatihan Jender dan
Pembangunan. Kantor Menteri Negara UPW.

Novian, Budhy. 2010. Sekilas Tenang Pemberdayaan Perempuan. Artikel


Sanggar Kegiatan Belajar Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka
Belitung.

Tan, Mely G. 1995. Perempuan dan Pemberdayaan. Makalah dalam Kongres


Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI). Ujung Pandang.

15

Anda mungkin juga menyukai