Anda di halaman 1dari 11

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN BERBASIS PEMANFAATAN

SUMBERDAYA LOKAL MELALUI PENDEKATAN SOSIAL ENTERPRENEURSHIP


(Studi Kasus di Daerah Tertinggal, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat)

Lokal RESOURCES BASE EMPOWERMENT OF WOMEN IN POVERTY THROUGH OF


Sosial ENTERPRENEURSHIP APPROACH
(A Case Study of Underdeveloped Regions in Pasaman, West Sumatra)
Mulia Astuti1

Abstrak
Masalah kemiskinan di Indonesia masih menjadi perhatian khusus Presiden. Perhatian ini ditunjukkan
dengan dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
(daerah tertinggal, kemiskinan). Kabupaten Pasaman merupakan salah satu prioritas untuk daerah
tertinggal. Jumlah keluarga miskin di Pasaman cukup tinggi, salah satunya Nagari Taruang-Taruang
yang mencapai 30 % dari jumlah kepala keluarga (hasil penelitian Puslitbang Kesos 2011). Sebagian
besar keluarga miskin di Nagari Taruang-Tarunag adalah keluarga dengan kepala keluarga perempuan.
Oleh karenanya menarik untuk dilakukan penelitian aksi atau “acti research” dengan bertujuan untuk
mengetahui: 1) peranan perempuan miskin dalam pemenuhan kebutuhan keluarganya, 2) faktor yang
mempengaruhi akses dan kontrol perempuan miskin dalam pemanfaatan sumberdaya lokal untuk
pengentasan kemiskinan dan 3) dan model pemberdayaan perempuan miskin dengan pemanfaatan
sistem sumber daya lokal untuk dapat mengentaskan mereka dari kemiskinan, melalui pendekatan
sosial enterpreneurship. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep model dalam penelitian ini dapat
diterpkan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan miskin, menciptakan lapangan
kerja baru bagi perempuan dengan memanfaatkan potensi ikan lokal.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Perempuan Miskin, Sumberdaya Lokal dan Sosial, Enterpreunership

Abstrack
The problem of poverty in Indonesia is still become a special attention of the President. That attention can
be seen by the issuance of Presidential Instruction No. 1 on 2010 about Accelerating the Implementation
of Priority Development (underdeveloped, poverty). Pasaman is one of the priorities for underdeveloped
areas. The number of poor families in Pasaman is quite high, especially Nagari Taruang Taruang that
reach 30% of totally households (the Research of Puslitbang Kesos 2011). Most of the poor families in
Nagari Taruang-Taruang are families with female heads of households. Therefore, it is interesting to do
action research or "acti research" which aim to find out: 1) women's role in sufficient the needs of their
families, 2) factors that affect poor women's access and control in the utilization of lokal resources for
poverty alleviation and 3) a model of empowerment of poor women through system utilization of lokal
resources in order to alleviate them from poverty through sosial Enterpreneurship approach. The results
showed that the concept of the model can be applied for improving knowledges and skills of poor women,
creating new job opportunities for women through utilize the potention of lokal resources.

Keywords: Empowerment, Poor Women, Lokal Resources and Sosial Enterpreneurship

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012 241


PENDAHULUAN Barat) di Kabupaten Pasaman ditentukan satu
Kemiskinan melibatkan seluruh aspek nagari yaitu Nagari Taruang-Taruang, yang
kehidupan. Upaya pengentasan kemiskinan di terletak di Kecamatan Rao.
Indonesia terutama di perdesaan telah dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian Puslitbang
melalui berbagai cara, namun pendekatan yang
Kesos (2011), jumlah keluarga miskin di nagari
dilakukan adalah peningkatan pendapatan
Taruang-Taruang cukup tinggi yaitu 1204
semata (income generating) dan kurang
KK (kepala keluarga) atau sekitar 30 % dari
memperhatikan peran perempuan miskin
jumlah kepala keluarga (3600 KK) 124 KK
sebagai subjek pembangunan, Pengentasan
diantaranya merupakan wanita rawan sosial
kemiskinan dengan upaya memberdayaan
ekonomi (WRSE)2.
perempuan diharapkan mampu menekan
kemiskinan di perdesaan mengingat jumlah Seperti yang dikemukakan sebelumnya,
rumah tangga miskin yang dikepalai perempuan penelitian ini adalah penelitian aksi (action
sebagai kepala rumah tangga terus bertambah. research) dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Tahapan yang digunakan dalam
Lebih dari itu, perempuan memiliki posisi
penelitian ini adalah sebagai berikut:
penting dalam keluarga, baik sebagai istri,
ibu dari anak-anak, bahkan sebagai penopang a. Look, pada kegiatan ini dilakukan observasi,
ekonomi keluarga. wawancara, asesmen awal terhadap
kelompok sasaran (perempuan miskin),
Tulisan ini merupakan hasil penelitian sumber daya lokal, lingkungan sosial
aksi atau action research “Pemberdayaan ekonomi dan sistem sumber yang terdapat
Perempuan Miskin Berbasis Sumber Daya Lokal didalam nagari maupun di luar Nagari
melalui Pendekatan Social Enterpreunership”. Taruang-Taruang.
Penelitian ini mengungkapkan kenyataan b. Think, kegiatan ini dilakukan melalui
di lapangan tentang kondisi sesungguhnya diskusi kelompok terarah (FGD) bersama
perempuan miskin. Melalui penelitian ini sasaran maupun sistem sumber di
diperoleh gambaran tentang yaitu: 1) Peranan lingkungannya yang dapat dimanfaatkan
perempuan miskin dalam pemenuhan dalam pemberdayaan.
kebutuhan keluarganya? 2) Faktor-faktor yang c. Act, atau perlakuan, pada kegiatan ini
mempengaruhi akses dan kontrol perempuan dilakukan berbagai bimbingan dan evaluasi
miskin dalam pemanfaatan sumberdaya lokal
Informan kunci dalam penelitian ini adalah
untuk pengentasan kemiskinan ? dan 3) Model
para perempuan miskin yang bergabung
pemberdayaan perempuan miskin dengan
dalam sebuah kelompok kerja pemberdayaan
pemanfaatan sistem sumber daya lokal untuk
perempuan. Selain itu dilakukan juga wawancara
dapat mengentaskan mereka dari kemiskinan,
kepada wanita rawan sosial ekonomi, pengurus
melalui pendekatan sosial enterpreneurship?
rumah sosial, dan instansi terkait.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Pasaman.
Dari 32 nagari (sebutan desa untuk Sumatera

1. Peneliti Pada Pusat Peneltian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. E-mail: mulia_54@yahoo.co.id
2.
WRSE adalah seorang wanita dewasa berusia 18-59 tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

242 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012


Kerangka Konseptual regenerasi sumberdaya perdesaan. Ketiga,
Dalam bagian ini akan dijabarkan beberapa meningkatkan kesejahteraan yang berkeadilan.
konsep yang digunakan untuk menganalisa Keempat, peningkatan kualitas hidup dan
temuan lapangan dalam penelitian, yaitu pengetahuan lokal. Kelima, memperhatikan
konsep tentang pemberdayaan perempuan kemampuan daya dukung sumberdaya
miskin, pemanfaatan sumberdaya lokal dan perdesaan yang berkelanjutan. Mewujudkan
Social Enterpreunership. kesejahteraan penduduk perdesaan dengan
memanfaatkan sumberdaya perdesaan
Pemberdayaan Perempuan Miskin menyangkut tiga pilar yakni; 1) Pengelolaan
Keluarga fakir miskin adalah seseorang sumberdaya perdesaan yang berkelanjutan
yang sama sekali tidak mempunyai sumber dalam mendukung kehidupan penduduk
mata pencaharian dan /atau tidak mempunyai di perdesaan. 2) Pemanfaatan sumberdaya
kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang perdesaan untuk memperkuat sosial ekonomi
layak bagi kemanusiaan atau keluarga yang penduduk perdesaan melalui pemberdayaan
mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat masyarakat perdesaan dan institusi terkait. 3)
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi Pemahaman tentang permasalahan dan potensi
kemanusiaan (Pusdatin, Kementerian Sosial sumberdaya perdesaan
RI)
Sosial Enterpreneurship
Sedangkan perempuan miskin dikategorikan Menurut Santosa, Setyanto (2007) bahwa,
oleh Kementerian Sosial sebagai wanita Social Entreprenuers makin berperan dalam
rawan sosial ekonomi (WRSE), yaitu wanita pembangunan ekonomi karena ternyata mampu
dewasa berusia 18-59 tahun belum menikah memberikan daya cipta nilai-nilai sosial
atau janda dan tidak mempunyai penghasilan maupun ekonomi, yakni :
cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok
1. Menciptakan kesempatan kerja
sehari-hari. Ciri-ciri/kriteria dari wanita rawan
sosial ekonomi adalah wanita sebagai sumber 2. Manfaat ekonomi yang dirasakan dari
utama mencari nafkah/tulang punggung Social Enterpreneurship di berbagai negara
keluarga, janda, dan berpenghasilan rendah. adalah penciptaan kesempatan kerja baru
yang meningkat secara signifikan.
Pemberdayaan perempuan miskin sebagai
proses terus menerus untuk meningkatkan 3. Melakukan inovasi dan kreasi baru
kemampuan dan kemandirian perempuan terhadap produksi barang ataupun jasa yang
miskin dalam pengentasan kemiskinan. dibutuhkan masyarakat.
4. Menjadi modal sosial, modal sosial
Pemanfaatan sumberdaya lokal merupakan bentuk yang paling penting
Baiquni (2006) dalam Hastuti et al (2009) dari berbagai modal yang dapat diciptakan
mengemukakan konsep dasar pemanfaatan oleh social Enterpreneur karena walaupun
sumberdaya sebagai langkah untuk dalam kemitraan ekonomi yang paling
utama adalah nilai -nilai : saling pengertian
meningkatkan kesejahteraan penduduk di
(shared value), trust (kepercayaan) dan
perdesaan. Pertama, memerlukan peran serta
budaya kerjasama (a culture of cooperation),
aktor lokal untuk memanfaatkan sumberdaya
kesemuanya ini adalah modal sosial.
perdesaan secara berkelanjutan. Kedua,
5. Peningkatan Kesetaraan (equity promotion)
peningkatan produktivitas melalui perbaikan

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012 243


6. Pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dan yang berjarak + 180 Km dari Kota Padang.
melalui social Enterpreneurship tujuan Kabupaten ini berbatasan dengan, bagian utara,
tersebut akan dapat diwujudkan, karena Kabupaten Mandailing Natal, Padang Lawas
para pelaku bisnis yang semula hanya Provinsi Sumatera Utara, bagian timur dengan
memikirkan pencapaian keuntungan yang Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu
maksimal, selanjutnya akan tergerak pula Provinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh Kota,
untuk memikirkan pemerataan pendapatan bagian selatan dengan Kabupaten Agam, dan
agar dapat dilakukan pembangunan
bagian barat dengan Kabupaten Pasaman Barat.
ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan metode penelitian dan Luas wilayah Kabupaten Pasaman 3.947,63
kerangka konsep sebagaimana telah diuraikan di Km2 yang terdiri dari 12 kecamatan dan 32
atas, dirumuskan konsep model pemberdayaan nagari. Secara geografis dilintasi khatulistiwa
perempuan miskin berbasis sumber daya lokal dan berada pada 00 55’ Lintang Utara sampai
sebagaimana bagan berikut. dengan 00 06’ Lintang Selatan dan 990 45’ Bujur
Timur sampai dengan 1000 21’ Bujur Timur.
Bagan Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Ketinggian antara 50 m sampai dengan 2.912m
Berbasis Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Melalui di atas permukaan laut.
Pendekatan Sosial Enterpreneurship
Penduduk Kabupaten Pasaman menurut
hasil proyeksi penduduk tahun 2009 berjumlah
263.780 jiwa dengan komposisi 130.730 jiwa
laki-laki dan 133.050 jiwa perempuan. Dengan
rasio jenis kelamin 98 jiwa laki-laki setiap 100
jiwa perempuan. Penduduk tersebut tersebar
pada 12 kecamatan. Pada saat ini terdapat 12
kecamatan definitif, 32 nagari dan 209 jorong
di kabupaten ini. Masing-masing nagari dan
jorong dipimpin oleh wali nagari dan ketua
jorong.

Lokasi penelitian pemberdayaan perempuan


miskin ini dilaksanakan di salah satu kecamatan
di Kabupaten pasaman, tepatnya di Kecamatan
Rao. Kecamatan Rao terletak pada 99o 51’
HASIL DAN PEMBAHASAN - 100o 06’ Bujur Timur dan 00o 28’ - 00o 25’
Gambaran tentang Lokasi Penelitian Lintang Utara. Kecamatan Rao berbatasan
Kabupaten Pasaman merupakan salah satu dengan Provinsi Sumatera Utara sebelah
dari 19 kabupaten/kota yang ada di Sumatera utara. Dibagian selatan dengan Kecamatan
Barat, tergolong sebagai kabupaten tertinggal Rao Selatan, di bagian barat dengan Provinsi
yang menjadi sasaran Kementerian Sosial Sumatera Utara, dan bagian timur dengan
RI. Kabupaten Pasaman merupakan daerah Kecamatan Rao Selatan dan Kecamatan Rao
termiskin kedua di Sumatera Barat setelah Utara. Luas daerah 263,20 km2, dan berada
Kabupaten Mentawai. Kabupaten Pasaman di ketinggian 215m dari permukaan laut.
terletak paling utara Provinsi Sumatera Barat Pemerintahan Kecamatan Rao terdiri dari dua

244 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012


nagari yaitu Nagari Padang Mantinggi dan miskin sebagai kepala rumah. Dari 1200
Nagari Taruang-Taruang. Dan tiap-tiap nagari keluarga miskin terdapat sekitar 124 KK
terdiri dari jorong-jorong. Pada masing-masing perempuan (WRSE). Untuk melihat profilnya
nagari terdapat sembilan jorong. Jumlah dilakukan wawancara terhadap 30 KK WRSE.
penduduk kecamatan Rao 23.225 jiwa yang Hasil wawancara diketahui data demografi
terdiri dari laki-laki 11.423 jiwa dan perempuan perempuan miskin yang menjadi sasaran dalam
11.802 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 5.501 penelitian di Nagari Taruang-Taruang dapat
rumah tangga.Kepadatan penduduk rata-rata dilihat dalam grafik berikut :
87,44 per km2 . Mutasi penduduk periode 2009
yaitu lahir 454 jiwa, meninggal 21 jiwa dan
pindah 125 orang.

Potensi sumber daya alam antara lain


persawahan (padi, jagung dan palawija
lainnya), perkebunan (karet, coklat, sawit dan
pinang) perikanan (Ikan mas, lele, dan nila),
peternakan (ayam, itik, kambing dan sapi/
kerbau). Di samping itu ada tiga titik sumber
air panas yang belum dikelola. Nagari Taruang-
Taruang dialiri oleh beberapa sungai yaitu:
Air Simaroken, Lurah Bypas, Air Sinyamuak,
Sungai Manis, Losuang Air, Lurah Harapan
Baru, Air Tingkarang, dan Lurah Rangkuti

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan


penduduk beragam, antara lain Petani, Buruh
Tani, PNS, Peternak, Montir, Pedagang/
Wiraswasta, Pertukangan, Tukang Jahit dan
lainnya. Untuk Nagari Taruang-Taruang.
Mayoritas penduduk bermata pencaharian
petani yaitu sebanyak 4.426 jiwa, sehingga
hal demikian dapat disimpulkan bahwa mata
pencaharian penduduk Nagari Taruang-
Taruang masih bergerak disektor pertanian dan
pedagang.

Profil Perempuan Miskin di Kabupaten


Pasaman
Perempuan sebagai fokus dalam penelitian
ini merupakan perempuan single parent,
atau termasuk kategori Wanita Rawan Sosial
Ekonomi (WRSE). Hasil penelitian Puslitbang
Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
tahun 2011, menunjukkan adanya perempuan

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012 245


Proses Pemberdayaan Perempuan Miskin
Proses penelitian ini meliputi beberapa
tahapan kegiatan, meliputi tahap persiapan,
tahap perlakuan dan tahap evaluasi.

Tahap Look and Think


Untuk melaksanakan tahap look dan think
dilakukan berbagai persiapan yang diperlukan,
meliputi persiapan secara administrasi maupun
persiapan lapangan untuk lokasi penelitian.
Secara administrasi meliputi persiapan
Data demografi menunjukan sebagian besar mengenai rancangan serta tahapan penelitian,
dari WRSE berusia antara 40-49 tahun dengan perijinan serta kontak awal dengan berbagai
jumlah tanggungan dari 2 sampai 3 orang pihak yang akan terlibat dalam penelitian.
dengan pendidikan sebagaian besar sekolah Untuk persiapan lokasi, dilakukan beberapa
dasar (SD) dan/atau tidak tamat SD. Mereka kegiatan meliputi assesment awal untuk
bekerja sebagai buruh tani, sebagian berjualan memetakan kondisi subjek penelitian serta
atau buruh memasak. Walaupun sebagian besar stakeholder yang akan terlibat. Dalam tahapan
mereka hanya memiliki keterampilan bertani, ini juga dilakukan analisis kebutuhan potensi
namun dengan bekal memasak dan pengalaman dan sistem sumber yang tersedia di lokasi
berjualan yang dimiliki sebagian kecil dari penelitian. Melalui kegiatan ini diperoleh data
mereka diharapkan kelompok WRSE ini bisa tentang profil perempuan miskin yang menjadi
dikembangkan untuk mengolah sumber daya subjek penelitian, serta dilakukan diskusi
alam sebagai kegiatan ekonomi produktif mengenai masalah, kebutuhan dan rencana
mereka. aksi yang akan dilakukan. Untuk memastikan
kondisi sasaran penelitian, juga dilakukan
Dari wawancara mendalam dengan dua home visit untuk trianggulasi dengan kondisi
orang informan kakak beradik . Dari mereka lapangan.
didapatkan informasi bahwa: “keduanya
ditinggalkan oleh suami mereka tanpa dicerai, Pada identifikasi awal melalui observasi
tetapi juga tidak dicukupi biaya hidupnya bahkan diperoleh informasi adanya sumberdaya lokal
tidak ada kabar berita atau jalinan komunikasi; yang bisa dimanfaatkan. Salah satu diantaranya
dalam bahasa minang dikenal dengan istilah adalah pengolahan ikan air tawar, yaitu ikan
”digantuag indak batali”. Keadaan ini sudah nila, ikan mas dan ikan lele untuk kegiatan
berjalan bertahun lamanya, karena keterbatasan ekonomi produktif.
mereka tak sanggup menemukannya. Keadaaan
Dalam diskusi awal, rencana aksi
ini diterima secara berangsur-angsur mereka
menghasilkan beberapa kesepakatan tentang
menerima nasib, membesarkan anak-anak buah
kegiatan bagi kelompok perempuan, dengan
perkawinannya walau dengan susah payah.
mempertimbangkan potensi lokal yang
Dalam pemenuhan kebutuhan psikis, dan sosial
ada. Mengingat lokasi penelitian tersebut
dilakukan seadanya berdasarkan tradisi yang
mempunyai potensi perikanan yang temasuk
berlaku di lingkungannya, mereka belum bisa
produk unggulan di Propinsi Sumatera Barat,
mengakses sumber-sumber seperti bank”

246 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012


yaitu ikan nila, emas dan lele. Sehingga Tahap Act
disepakati untuk dilakukan kegiatan pengolahan Beberapa kegiatan pada tahap Act, yaitu
ikan tawar, untuk dibuat abon ikan dan ikan bimbingan sosial dan kewirausahaan dan
asap. Selain pengolahan ikan tawar, diusulkan bimbingan keterampilan serta pendampingan
juga untuk dilakukan pelatihan ternak itik, sosial oleh tim pendamping lokal.
untuk diambil telurnya dan dibuat telur asin.
1. Bimbingan sosial dan kewirausahaan
Dalam rangka menindaklanjuti rencana aksi Kegiatan ini diawali dengan dinamika
dari kelompok perempuan tersebut, difasilitasi kelompok oleh tim peneliti dengan tujuan
oleh Rumah Sosial Nagari Taruang-Taruang, untuk mencairkan suasana, perkenalan
sebagai salah satu pranata sosial yang diinisiasi serta memberikan motivasi dan semangat.
oleh Kementerian Sosial. Dukungan dari Wali Bimbingan sosial dan kewirausahaan
Nagari dan instansi terkait serta masyarakat bertujuan meningkatkan pengetahuan
sekitar, khususnya peran Niniek Mamak kelompok sasaran tentang permasalahan
sangat penting untuk kelanjutan program sosial, keluarga dan kewirausahaan.
pemberdayaan perempuan miskin. Diikuti oleh peserta sebanyak 30 orang,
yaitu kelompok perempuan miskin “single
Pada tahap ini juga dilakukan pembekalan parent” di nagari Taruang-Taruang.
bagi pendamping sosial untuk kelompok kerja Bimbingan sosial disampaikan oleh Dinas
perempuan yang sudah dibentuk. Hal ini Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten
bertujuan (Pusbangtansosmas, 2007:51-52) Pasaman bertujuan meningkatkan motivasi
untuk mencegah agar keberadaan kelompok kerja perempuan, dan pembekalan mengenai
swadaya masyarakat dan warga pada umumnya sosial enterpereneurship untuk mendorong
tetap hidup tanpa mengalami kemunduruan, semangat kewirausahaan disampaikan
mendampingi kelompok dalam menjalankan oleh seorang praktisi enterpreneurship
fungsi dan peranan untuk meningkatkan bahwa ciri-ciri kewirausaahaan ini
kesejahteraan sosial bagi warga masyarakat antara lain, percaya diri, keorisinilitasan,
yang menjadi anggotanya dan memelihara berorientasi ke depan, pengambil resiko dan
kelompok kearah terwujudnya kemandirian. kepemimpinan. Bimbingan motivasi sosial
oleh tim Dinsosnakertrans ini diharapkan
Untuk pengelolaan potensi sumberdaya mereka memiliki kegigihan dan ketekunan
alam atau potensi lokal yang tersedia dilakukan dalam melaksanakan usaha, jangan mudah
koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Dalam menyerah dan harus mampu membuktikan
hal pengolahan ikan air tawar dan ternak itik bahwa usaha pilihan mereka berkembang
tim peneliti melakukan koordinasi dengan dan mampu meningkatkan kesejahteraan
dinas Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman keluarganya. Dinas Pemberdayaan
(bidang perikanan dan peternakan). Disamping Perempuan dan Keluarga Berencana
itu koordinasi Dinas Pemberdayaan Perempuan memberikan materi mengenai pentingnya
dan KB Kabupaten Pasaman serta Dinas Sosial perempuan berdaya dan mempunyai usaha,
dan tenaga Kerja Kabupaten Pasaman, maupun khususnya single parents untuk tetap bisa
pihak lain yang akan terlibat dalam rencana memberikan kesejahteraan bagi keluarganya
aksi, khususnya dalam tahap perlakukan dan khususnya bagi perlindungan anak-anak.
keberlanjutan kegiatan kelompok. 2. Bimbingan keterampilan
Kegiatan Bimbingan keterampilan,

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012 247


bertujuan untuk meningkatnya keterampilan untuk bisa dimanfaatkan oleh kelompok
kelompok sasaran dalam membuat sasaran, khususnya kelompok miskin.
abon ikan, ikan asap dan beternak itik. Hal ini sesuai dengan semangat untuk
Pelaksanaan bimbingan keterampilan mendukung Program Masterplan Percepatan
meliputi: Pelatihan Abon ikan, dilatih oleh dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
pelaku langsung yaitu pengusaha Abon Indonesia (MP3EI) merupakan langkah
Ikan yang sebelumnya sudah mendapat awal untuk mendorong Indonesia menjadi
pelatihan dan bantuan modal usaha dari negara maju dan termasuk 10 (sepuluh)
Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman. negara besar di dunia pada tahun 2025
Demikian juga dengan pelatihan Ikan Asap, melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang
dilatih oleh pengusaha Ikan Asap, binaan inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.
Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman. Serta
Kegiatan pertemuan atau workshop
pelatihan ternak itik, dengan narasumber
dilakukan sebayak tiga kali yaitu:
dari Dinas Pertanian (Bidang Peternakan)
Kabupaten Pasaman. Pertama, pada saat selesai perlakuan,
Untuk pelaksanaan kegiatan pengolahan dilaksanakan hanya pada tingkat kabupaten
abon ikan dan ikan asap, semua peralatannya yang dihadiri oleh para instansi terkait,
difasilitasi oleh Pihak Dinas Pertanian Bappeda, DRPD, pengusaha, camat dan
(Bidang Perikanan) Kabupaten Pasaman. perwakila dari nagari dan rumah sosial. Adapun
Kondisi ini merupakan hasil koordinasi tujuannya adalah untuk membahas hasil
dalam proses penelitian pemberdayaan kegiatan pemberdayaan perempuan miskin
perempuan miskin ini. Melalui koordinasi berbasiskan sumber daya lokal yang telah
antara instani terkait, merupakan bagian dilakukan oleh peneliti. Pelaksanaan kegiatan
terpenting dalam model pemberdayaan ini difasilitasi oleh pemerintah daerah yaitu
perempuan miskin di nagari Taruang- Wakil Bupati Kabupaten Pasaman sebagai
Taruang. Hal ini menunjukkan adanya pihak yang mengundang dan tempat difasilitasi
sinkronisasi antara instansi, dimana oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Hasil yang
satu sama lain bisa saling mendukung dicapai dari workshop tersebut adalah berupa
untuk fokus pada program pengentasan masukan-masukan tentang kelompok sasaran,
kemiskinan berbasis sumberdaya lokal.
kegiatan yang perlu ditingkatkan dan partisipasi
Diukungan teknologi melalui peralatan
dinas/instansi terkait. Peserta dari Bappeda
yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian,
menyarankan agar pertemuan semacam ini
menjadi modal bagi kelompok perempuan
perlu diadakan sekali lagi untuk seluruh instansi
miskin untuk melakukan pengembangan
terkait agar semua terlibat mensukseskan
usaha.
kegiatan ini. Disamping itu diketahui bahwa
Proses pelaksanaan Bimbingan
golongan paling miskin seperti perempuan
Keterampilan berjalan dalam waktu
miskin yang menjadi sasaran pemberdayaan
bersamaan (parallel) antara kelompok abon
ini belum terjangkau oleh instansi/dinas dalam
ikan, ikan asap dan beternak itik.
kegiatannya. Seperti Dinas pertanian hanya
3. Workshop antar instansi menjangkau orang-orang yang memiliki lahan
Proses sinkronisasi program antar instansi atau kelompok hamper miskin.
sangat penting untuk mendukung percepatan
ekonomi, melalui pengembangan teknologi Kedua, pertemuan atau Workshop di
tingkat kabupaten pada saat monitoring dan

248 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012


evalausi, kegiatan ini dilakukan memenuhi oleh Bappeda Provinsi Sumatera Barat melalui
permintaan pada pertmuan sebelumnya. Pada bidang Litbang Daerah, dihadiri oleh dinas/
kegiatan ini dipaparkan hasil monitoring dan instansi terkait, LSM. Peserta workshop
evaluasi terhadap kegiatan pemberdayaan sepakat hasil penelitian ini bisa dijadikan model
yang telah dilaksanakan selama 6 bulan. dalam pemberdayaan keluarga miskin melalui
Pertemuan ini bertujuan untuk membahas perempuan.
tentang keberlanjutan program pemberdayaan
perempuan miskin di Kabupaten pasaman. Monitoring dan Evaluasi
Undangan difasilitasi oleh pemerintah daeah Dalam tahapan evaluasi dan monitoring ini
dalam hal ini Sekda. Peserta yang diundang dilakukan kegiatan berupa diskusi kelompok
sama dengan workshop sebelum yaitu kepala di tingkat komunitas lokal (nagari) : WRSE,
dinas/instansi terkait dan DPRD, ketua GOW Pendamping, Pengurus Rumah Sosial, dan
dan pengusaha. Pada kesempatan ini dihadiri Tokoh Masyarakat, pertemuan koordinasi di
oleh para kepala dinas/instansi terkait dan kabupaten dan provinsi yang pelaksanaannya
pejabat yang berkompeten. Beberapa tanggapan sebagaimana telah diuraikan di atas.
dari hasil pertemuan yaitu:
Monitoring dan evaluasi terhadap
a. Penelitian ini telah menyediakan data pelaksanaan konsep model, menunjukkan
lengkap by name by address tentang beberapa hal, diantaranya :
PMKS, PSKS. Data ini dapat dijadikan
dasar penanganan masalah sosial. 1. Meningkatnya pengetahuan dan
Program penanganan masalah sosial, akan keterampilan tentang pembuatan abon ikan,
berdasarkan data riel dilapangan. dimana anggota kelompok WRSE menjadi
terampil secara berkelompok memproduksi
b. Hasil penelitian ini dihimbau untuk ditindak
abon. Namun demikian masih memrlukan
lanjuti oleh SKPD terkait. Saat ini tercatat
bimbingan lebih lanjut dari pihak-pihak
sebanyak 16.000, keluarga miskin yang
terkait
menunggu sentuhan pembangunan. Mereka
ini menjadi target kelompok prioritas 2. Tersedianya lapangan kerja baru bagi
sasaran. WRSE
c. Hasil penelitian yang dilakukan Tim 3. Dimanfaatkannya ikan sebagai sumberdaya
peneliti Kemensos RI ini harus direspon nagari untuk peningkatan pendapatan
dan ditindak lanjuti , agar mereka terangkat/
penutup
keluar dari kemiskinan.
Kesimpulan
Dengan demikian peserta sepakat untuk
menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perempuan miskin dalam pemanfaatan
membentuk satu tim tindak lanjut. Dan
sumber daya lokal antara lain faktor dari
pemberdayaan perempuan miskin berbasiskan
dalam dirinya yaitu pendidikannya yang
sumber daya lokal dengan pendekatan
rendah (77 % SD dan tidak tamat SD) ,
enteurprneurship di Nagari Taruang-Taruang tidak punya keterampilan selain bertani
akan dijadikan proyek percontohan untuk dan yang datang dari luar dirinya yaitu
Kabupaten Pasaman. mereka belum terjangkau oleh program
pengentasan kemiskinan dari pemerintah
Ketiga, pertemuan atau Workshop di
ataupun pemerintah daerah.
Padang yang difasilitasi undangan dan tempat

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012 249


2. Hasil dari implementasi model ini adalah DAFTAR PUSTAKA
peningkatan kapasitas perempuan di bidang
sosial ekonomi yang meliputi pelaksanaan ICSD, (2005). Indonesian Journal for
perannya perempuan sebagai pengasuh, Sustainable Future. Indonesia Center
pendidik anak dan pencari nafkah. Indikator for Sustainable Development .
hasilnya dapat dilihat dari:
a. Meningkatnya pengetahuan dan Khudori, D., (2002). Menuju Kampung
keterampilan tentang pembuatan abon Pemerdekaan. Yogyakarta: Yayasan
ikan, dimana anggota kelompok WRSE Pondok Rakyat.
menjadi terampil secara berkelompok
memproduksi abon. Namun demikian Jurnal Perempuan, (2004). Perempuan dan
masih memrlukan bimbingan lebih Pemulihan Konflik, Jakarta, Yayasan
lanjut dari pihak-pihak terkait Jurnal Perempuan
b. Tersedianya lapangan kerja baru bagi Drayton Bill, (2006). Everyone a Changemaker,
WRSE Sosial Entrepreunership’s Ultimate
c. Dimanfaatkannya ikan sebagai Goal, Innovations, MIT Press
sumberdaya nagari untuk peningkatan
pendapatan Prasetyo Eko. (2005). Orang Miskin Tanpa
Subsidi, Yogyakarta, Resist Book
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan Hastuti, dkk., (2009). Model Pemberdayaan
agar: Perempuan Miskin Berbasis
Pemanfaatan Sumberdaya Perdesaan;
1. Kementerian Sosial, khususnya direktorat Upaya Pengentasan Kemiskinan di
yang mempunyai kegiatan pemeberdayaan Perdesaan (Studi di Lereng Merapi
wanita rawan sosial ekonomi (WRSE), Daerah Istimewa Yogyakarta),
dinas sosial provinsi dan kabupaten/kota
Jogjakarta, Universitas Negeri
sebagai leading sector penanggulangan
Jogjakarta
kemiskinan dapat menerapkan model hasil
penelitian ini Iqbal, Pirzada, (2010). dalam artikelnya
2. Dalam penanggulangan kemiskinan yang berjudul Mendorong Sosial
perlu adanya sinkronisasi dan koordinasi Enterpereneurship dalam www//
antar SKPD terkait karena tidak mungkin kampus.okezone.com, diakses tanggal
penanggulangan kemiskinan hanya 14 November 2011.
dilakukan oleh satu Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD). Miles, MB dan Huberman, AM, (1992). Analisis
3. Untuk ketuntasan penerapan model ini data Kualitatif, Jakarta Universitas
penelitian aksi ini perlu dilanjutkan. Indonesia.

Megawangi, (1997). Gender Perspective in


*** Early Childhood Care and Development
in Indonesia. Report Submitted to The
Consultative Group on Early Childhood
Care and Development, M A, USA.

250 Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012


Soetrisno R., (2001). Pemberdayaan
Masyarakat dan Upaya Pembebasan
Kemiskinan, Yogyakarta, Philosophy
Press.

Santosa, Setyanto, (2007). dalam artikelnya


tentang Peran Sosial Enterpreneurship
dalam Pembangunan, Jakarta

Yunus, Muhammad, (2011). Bisnis Sosial;


Sistem Kapitalisme Baru yang Memihak
kaum Miskin, Jakarta, Gramedia

Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 03 2012 251

Anda mungkin juga menyukai