Anda di halaman 1dari 13

UMBARA

Indonesian Journal of Anthropology


Volume 3 (1) Juli 2018 || eISSN 2528-1569 | pISSN 2528-2115 || http://jurnal.unpad.ac.id/umbara
DOI : 10.24198/umbara.v3i1.25576

Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunungan Tengger

Maria Novita Sitanggang

Program Studi Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran


marianovitas656@gmail.com

Abstract

Women play double roles in the society, in the public sphere as worker who earn income for the house-
hold, and in the domestic sphere as housewives. This research discusses women’s roles in peasant fami-
ly. This research applies qualitative method. Data collection technique includes participant observation,
in-depth interview, and archival study. Data were analysed using AGIL’s theory of social change (Adap-
tation, Goal, Integration, Latency) by Talcott Parson; and Harvard-Moser gender analytical frameworks.
This study suggests that women in peasant family have multiple roles; as a spouse and housewives in
domestic sphere, and as farmer and as member of the community in public sphere. Women take responsi-
bility in educating children in the domestic sphere; while in the public sphere, as farmer, they contribute
significantly to their family income.

Keywords:Women, roles, farmer, family, AGIL, Harvard and Moser’s gender analysis

Abstrak

Perempuan seringkali harus memainkan dua peran sekaligus; di ranah publik sebagai pekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, dan di ranah domestik sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini bertu-
juan menggambarkan ragam peran yang dilakoni perempuan dengan menampilkan kasus perempuan
di dalam keluarga petani. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sampel dipilih secara purpo-
sive. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan data
sekunder. Hasil penelitian dianalisis mengikuti prinsip analisis data kualitatif. Teori perubahan sosial
AGIL (Adaptation, Goal, Integration. Latency) yang digagas oleh Talcott Parson dan teknik analisis
gender Harvard dan Moser yang digunakan sebagai kerangka untuk menganalisis peran perempuan. Ha-
sil penelitian menunjukkan bahwa peran perempuan di dalam masyarakat dan keluarga sangat beragam
dan penting yaitu sebagai ibu rumah tangga, sebagai petani sebagai anggota masyarakat. Perempuan
juga merupakan aktor yang turut menopang ekonomi keluarga, sebagai aktor yang bertugas mencurah-
kan afeksi pada anak, serta aktor yang bertanggung jawab dalam proses sosialisasi dan pendidikan anak
di dalam keluarga.

Kata kunci: Perempuan, peran, petani, keluarga, AGIL, dan analisis gender Harvard Moser

1
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

Pendahuluan

Keluarga adalah kumpulan individu yang sejak emansipasi perempuan diperjuangkan


hidup dalam satu rumah tangga dan terikat oleh Raden Ajeng Kartini. Kini perempuan
oleh pertalian darah, ikatan perkawinan, di Indonesia pun memiliki kesempatan untuk
atau adopsi (pengangkatan). Di dalam rumah melakukan kegiatan di sektor publik, seperti
tangga, anggota keluarga saling berinteraksi bekerja, yang biasanya didominasi oleh la-
dan menjalankan perannya masing-masing ki-laki.
menurut nilai dan norma kebudayaan setempat
(Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Hartono, et Perempuan adalah obyek studi yang kompleks
al., 2009). Keluarga memiliki beberapa fungsi dan menarik untuk dikaji dengan perspektif gen-
di masyarakat, yaitu: 1) fungsi sosialisasi 2) der. Kajian gender pada perempuan seringkali
fungsi pendidikan dan 3) fungsi afeksi. Fung- menyoroti isu mengenai peran gender terutama
si sosialisasi merujuk pada keluarga sebagai peran perempuan di masyarakat. Di dalam ka-
tempat pembelajaran interaksi pada anak. jian mengenai peran gender, perempuan sela-
Fungsi pendidikan merujuk pada keluarga se- lu erat dengan peran domestik yaitu peran di
bagai tempat pendorong individu mempelajari wilayah rumah tangga. Di dalam rumah tang-
aneka hal yang berkaitan dengan pendidikan ga, peran perempuan sangatlah penting yaitu
untuk mempersiapkan anak menjadi anggota sebagai istri, yang dituntut untuk bijak serta
masyarakat yang baik. Fungsi afeksi merujuk menjadi mitra suaminya dalam mengurus ru-
pada keluarga sebagai tempat penyedia kasih mah tangga dan sebagai ibu yang mengurus
sayang bagi anggotanya (Silalahi dan Eko, anak-anaknya (Triana dan Kristiani, 2018).
2010). Selain peran domestik, perempuan juga memi-
liki peran dalam ranah publik, yaitu perempuan
Di dalam keluarga terjadi proses sosialisasi berperan dalam membantu perekonomian ru-
mengenai aneka hal, salah satunya sosialisasi mah tangga dengan menjadi seorang pekerja
mengenai peran gender. Gender adalah perbe- (Sukesi, 1991).
daan karakteristik, peran, fungsi, hak, tang-
gung jawab, dan perilaku antara laki-laki dan Seringkali, perempuan mengalami konflik aki-
perempuan yang dibentuk oleh nilai sosial, bat multi peran yang dilakoninya. Konflik peran
budaya, dan adat istiadat masyarakat. Konsep biasanya dialami perempuan urusan pekerjaan
gender bersifat dinamis, berubah dan beragam (publik) bertemu urusan berkeluarga (domes-
menurut waktu serta setting budaya (Fakih, tik). Perempuan pekerja seringkali dituntut mengu-
2008 dalam Puspitawati, 2013). Sosialisasi rangi waktu yang dihabiskan dalam pekerjaan dan
mengenai peran gender di dalam keluarga bi- menyediakan lebih banyak waktu untuk keluarga
asanya berisi penanaman pengetahuan tentang (Forrest, et al., 1975 dalam Akbar, 2017). Peneli-
perbedaan peran sesuai dengan karakter, yaitu tian Rahayuningsih (2013) menemukan bahwa
feminin dan maskulin (Mackie, 1991 dalam 33 persen perempuan mengalami konflik peran.
Warmiyati, et al., 2018). Pada kasus konflik peran, perempuan memer-
lukan dukungan keluarga maupun masyarakat
Pembagian peran gender bagi laki-laki dan
luas untuk mengatasinya. Kaufmann dan Beehr
perempuan di Indonesia sebagian besar ma-
(1989) dalam Apollo dan Cahyadi (2013)
sih mengikuti ideologi gender klasik, laki-la-
ki di sektor publik dan perempuan di sektor menjelaskan bahwa perempuan memerlukan
domestik. Namun, seiring perubahan sosial, dukungan sosial dari keluarga untuk mengatasi
peran ini mulai dipertukarkan. Perempuan mu- masalah konflik peran tersebut.
lai turut memasuki sektor publik untuk beker- Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran
ja memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya perempuan yang beragam dan jamak dengan
(Triana dan Kristiani, 2018). Gejala partisi- menampilkan contoh kasus perempuan dalam
pasi perempuan di sektor publik telah mulai keluarga petani di pegunungan Tengger. Pada

2
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

keluarga petani, perempuan menjalankan per- kan di sisi lain mereka sebagai pekerja terikat
an dalam dua ranah sekaligus, yaitu domestik pada jam kerja yang mengharuskan mereka
(rumah tangga) sebagai ibu bagi anaknya serta berada di tempat kerja dan meningkatkan etos
istri dan mitra bagi suami, dan di ranah publik, kerja (Rahmaharyati, Wibhawa, dan Nurwa-
ti, 2017). Selain persoalan pengaturan waktu,
perempuan bekerja sebagai petani di ladang.
keterlibatan perempuan untuk bekerja juga
Penelitian ini menggunakan teori Parson ten- menimbulkan persoalan tambahan, yaitu be-
tang Tahapan Perubahan Sosial AGIL (Adap- ban perempuan. Di tempat kerja, perempuan
tation, Goal, Attainment, Integration, dan La- dihadapkan pada tuntutan pekerjaan demi pe-
tency) sebagai kerangka analisis (Parson, 1946 menuhan fungsi kebutuhan ekonomi keluar-
dalam Wirawan, 2012). Teori ini digunakan ga, sedangkan ketika sudah berada di rumah,
untuk menjelaskan tahapan perempuan dalam perempuan masih dihadapkan pada peran
beradaptasi dengan perannya di masyarakat. domestik yaitu pemenuhan fungsi kebutuhan
Selain teori AGIL, penelitian ini juga meme- keluarga. Di dalam menjalankan peran terse-
takan peran perempuan dalam keluarga dengan but, perempuan memerlukan keterampilan
metode analisis gender Harvard dan Moser cukup dan dukungan sosial dari suami dan
untuk memetakan pembagian peran gender di anak-anaknya untuk menghindari terjadinya
dalam keluarga, terutama pembagian waktu an- konflik yang menyulitkan. Perempuan yang
tara laki-laki dan perempuan. memiliki keterampilan membagi waktu dan
dukungan sosial tinggi cenderung lebih mam-
pu memenuhi peran dan mengatasi implikasi
Kajian Pustaka
negatif dibanding perempuan yang condong
Tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah pada salah satu peran saja dan kurang mem-
mendorong perempuan dari kelas bawah turut peroleh dukungan sosial.
memasuki sektor publik untuk bekerja menam-
Greenhaus dan Beutell (1985) dalam Ramadhani
bah penghasilan keluarga dan meningkatkan
(2016) memaparkan tiga macam konflik peran
kemandirian ekonomi. Beberapa penelitian
ganda yang sering dialami perempuan di antara-
menyebutkan mengenai partisipasi perempuan
nya: 1) time-based conflict yaitu waktu yang
dalam sektor kerja serta dampaknya. Perempuan
dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tun-
pemetik teh turut bekerja untuk membantu sua-
tutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga), 2)
mi mereka mencari nafkah. Profesi sebagai pe-
strain-based conflict yaitu tekanan dari salah satu
metik teh membantu perempuan menjadi lebih
peran yang memengaruhi kinerja peran lainnya, dan
mandiri secara ekonomi dan memiliki peran da-
3) behavior-based conflict yang berhubungan
lam pengambilan keputusan di keluarga meski
dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan
pekerjaan mereka itu berupah rendah dan tidak
yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau
meningkatkan kesejahteraan secara signifikan
keluarga).
(Kusumawati, 2012). Perempuan buruh tani
di Magelang Jawa Tengah, melakoni multi Dukungan sosial adalah aneka bentuk tindakan
peran karena dorongan kebutuhan ekonomi yang bersifat membantu dalam melibatkan emo-
dan rendahnya pendidikan serta keterampilan si, pemberian informasi, dan penilaian positif
yang mereka miliki (Dewi dan Lestari, 2017). pada individu dalam menghadapi permasala-
Keterlibatan perempuan dalam dua ranah han (Cohen dan Syme, 1985 dalam Apollo
sekaligus menempatkan mereka sebagai ibu dan Cahyadi, 2013; House dan Khan, 1985
rumah tangga dan sebagai pencari nafkah dalam Indriani dan Sugiasih, 2018; Robert dan
sekaligus. Seringkali, perempuan menghadapi Greene, 2009 dalam Pramana dandan Wilani,
dilema karena mereka diharuskan melakoni 2018). Sumber-sumber dukungan sosial adalah
peran itu pada saat yang bersamaan. Di satu orangtua, saudara kandung, anak-anak, kera-
sisi, sebagai aktor rumah tangga mereka ha- bat, pasangan hidup, sahabat rekan sekerja, dan
rus siap sedia kapan saja di rumah, sedang- tetangga sekitarnya (Apollo dan Cahyadi, 2013).

3
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

Lebih lanjut, Robert dan Greene (2009) dalam lam lingkungan itu. Attainment Goal (pen-
Pramana dandan Wilani (2018) menyebut bah- capaian tujuan) adalah konsep yang merujuk
wa dukungan sosial meliputi dukungan emo- pada sebuah sistem yang menentukan cara
sional, dukungan informasional, dan dukungan mencapai tujuan. Konsep integration (integra-
konkret. Dukungan emosional berupa kese- si) merujuk pada pengaturan hubungan antar
diaan menyimak dan mendengarkan perasaan komponen-komponen agar dapat berfung-
seseorang guna memberikan motivasi serta si secara efektif dan maksimal. Perempuan
kesan positif. Dukungan informasional beru- menjalankan konsep integrasi dengan cara
pa pemberian informasi untuk menyelesaikan mengatur keselarasan perannya dengan nilai
masalah atau mengambil keputusan. Dukungan dan norma yang telah terstruktur sehingga ia
konkret berupa pemberian bantuan dalam ben- dapat berfungsi dengan baik. Konsep latency
tuk barang atau tindakan. atau pemeliharaan merupakan tahapan akhir
dari proses perubahan sosial. Hal ini merujuk
Anggriana, Margawati, dan Wardani (2016) pada pola-pola yang sudah ada di masyarakat
menunjukkan pengaruh signifikan dari dukungan yang harus terus dipertahankan, diperbaiki, dan
sosial keluarga terhadap konflik peran ganda diperbaharui; misal motivasi individu-individu
perempuan dalam keluarga. Semakin tinggi maupun pola-pola budaya yang menciptakan
dukungan sosial keluarga maka semakin rendah dan mempertahankan motivasi tersebut.
konflik peran ganda, dan sebaliknya semakin
rendah dukungan sosial keluarga maka semakin Kerangka analisis gender Harvard dikenalkan
tinggi konflik peran ganda. Wibowo (2011) juga oleh Overholt, et al. (1984) dalam Puspitawati
menyatakan bahwa persoalan peran ganda (2013). Metode ini bertujuan memetakan tugas
perempuan terjadi karena sektor domestik dan perempuan dan laki-laki untuk melihat perbe-
publik dilihat sebagai dua sisi yang terpisah daan tugas dan aktornya pada tiga peran utama.
secara diametral. Padahal jika itu dipandang Tiga peran utama itu mencakup peran publik
sebagai dua titik yang terhubung secara kon- dengan kegiatan produktifnya, peran domes-
tinum, tentu dikotomi tidak akan muncul. Hal tik dengan kegiatan reproduktifnya, dan peran
yang terpenting bagi laki-laki dan dan perem- kemasyarakatan dengan kegiatan sosial bu-
puan bukan untuk mengetahui di mana ia ha- dayanya (Puspitawati, 2013). Ketiga peran ini
rus paling banyak menghabiskan waktu dan digambarkan melalui pemetaan aktivitas yang
konsentrasinya, tetapi sejauh mana keduanya melibatkan laki-laki dan perempuan dalam ru-
mempunyai pengabdian yang tinggi bagi ru- mah tangga selama periode 24 jam. Analisis
mah dan memperluas pengabdian melampaui pola pembagian kerja berdasarkan profil kegia-
fisik rumah. tan dan waktu dipetakan menggunakan metode
analisis gender Moser (Puspitawati, 2013).
Parson (1946) dalam Wirawan (2012) menya- Kedua metode ini digunakan dalam penelitian
takan tahapan dalam perubahan sosial untuk ini untuk menggambarkan peta peran dan alo-
melihat strategi yang dilakukan oleh para perem- kasi waktu untuk menjalankan peran gender
puan dalam upaya menjalankan peran mereka dalam keluarga petani.
yang beragam melalui AGIL (Adaption, Goal,
Attainment, Integration, dan Latency) sebagai Metode
sebuah proses di mana individu berupaya un-
tuk menjalani peran sosialnya. Teori ini men- Penelitian ini menggunakan metode peneli-
jelaskan bahwa demi keberlangsungan hidup tian kualitatif untuk menyelidiki dan meng-
manusia yang seimbang, maka masyarakat gambarkan dinamika multi peran perempuan
harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut. dalam keluarga petani. Penelitian ini dilaku-
kan di Desa Wonotoro dan Desa Ngadisari,
Konsep adaptation (adaptasi) merujuk pada Kecamatan Sukapura, Kabupaten Proboling-
kemampuan individu yang menyesuaikan di- go, Provinsi Jawa Timur. Kedua desa ini ter-
rinya dengan lingkungan dan bertahan di da- letak di dataran tinggi Bromo.

4
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

Data yang dikumpulkan dalam tulisan ini me- san gunung berapi yang berupa pasir dan batu,
liputi: 1) faktor-faktor yang mendorong multi lumpur bercampur dengan tanah liat yang ber-
peran perempuan, 2) pola pembagian waktu warna kelabu kekuning-kuningan. Sifat tanah
dan kegiatan perempuan di ranah domestik semacam ini memiliki tingkat kesuburan yang
dan publik, 3) peran perempuan pada pemenu- tinggi, sehingga sangat cocok untuk ditanami
han kebutuhan ekonomi keluarga, 4) peran sayur-sayuran.
perempuan pada pemenuhan afeksi anak, 5)
peran perempuan pada pemenuhan sosialisasi Selain itu, Kecamatan Sukapura merupakan
dan pendidikan anak, 6) dinamika kehidupan wilayah yang dikenal dengan eko-wisatanya. Hal
multi peran perempuan dalam waktu 24 jam. tersebut karena letak kecamatan ini merupakan
Pengumpulan data pada penelitian ini meng- jalur yang dilalui untuk menuju Taman Nasional
gunakan teknik pengamatan terlibat, wawan- Bromo Tengger Semeru, tidak jarang kesempa-
cara mendalam, dan studi data sekunder. Data tan ini dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk
sekunder didapatkan dari studi pustaka atas menunjang kebutuhan hidup.
artikel, jurnal, dan skripsi. Faktor Pendorong Multi Peran Perempuan
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilaku- Perempuan di kedua lokasi penelitian ini mayori-
kan dengan teknik purposive sampling; yaitu tas telah menikah pada umur 19-20 tahun. Perem-
teknik mengambil sampel data sesuai dengan puan di kedua desa tersebut cenderung menikah
tujuan penelitian (Creswell, 2013). Kriteria di usia muda dan kurang memiliki keinginan
informan antara lain: a) perempuan bersua- untuk merantau atau melanjutkan pendidikan.
mi petani, memiliki anak, dan turut bekerja Mereka lebih memilih tinggal di tempat lahir
di ladang sebagai petani, b) perempuan ber- mereka, menjadi istri, ibu rumah tangga, dan
suami, memiliki anak, dan profesi suaminya bekerja di ladang sebagai petani.
sebagai selain petani, dan c) perempuan yang
menjadi single parent atau orang tua tunggal Bagi masyarakat di Desa Ngadisari dan Wono-
karena suaminya telah meninggal. Informan toro, profesi sebagai petani adalah sebuah tra-
berjumlah tiga orang dan masing-masing in- disi yang dipelihara dan diwariskan. Mereka
forman mewakili setiap kriteria informan meyakini bahwa petani bukanlah jenis peker-
jaan yang rendah. Mereka bahkan mencintai
Analisis data diawali dengan mengumpul- peran sebagai petani karena dianggap sebagai
kan semua data primer yang didapatkan dari pekerjaan yang mulia untuk mensyukuri
pengamatan, wawancara, dan data sekunder kekayaan alam yang diberi oleh Tuhan Yang
yang berasal dari monografi desa dan lapo- Maha Esa. Selain itu, menjadi petani juga
ran-laporan. Data primer diolah dan dikategori- menjadi sumber penghasilan sehari-hari.
sasi untuk mendapatkan pola isu dan gejala di
lokasi penelitian. Selanjutnya pola-pola ini diin- Petani perempuan di kedua desa ini melaku-
terpretasi untuk menjawab pertanyaan penelitian. kan pekerjaan bertani sebagai wujud kesetiaan
mereka pada suami. Mereka berpikir bahwa
Hasil dan Pembahasan tanah yang telah diwariskan oleh keluarganya
harus tetap diolah dan lestari. Oleh karena itu,
Desa Ngadisari dan Desa Wonotoro terletak di kebanyakan perempuan yang telah menikah
Kecamatan Sukapura, Kabupaten Proboling- akan mengikuti suaminya untuk bertani. Bagi
go, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Sukapu- para perempuan, pekerjaan menjadi petani
ra memiliki luas 102.08 km2. Kecamatan ini dianggap menyenangkan. Sebab, jika perem-
terletak di kawasan kaki pegunungan Tengger puan hanya menjadi ibu rumah tangga saja
sekitar 33 kilometer dari pusat Kabupaten maka kehidupan mereka terasa sangat mem-
Probolinggo. Jenis tanah di Kecamatan Su- bosankan. Mereka juga beranggapan bahwa
kapura adalah tanah mekanis yang banyak hidup seorang perempuan haruslah diimbangi
mengandung mineral yang berasal dari letu- dengan bekerja. Perempuan yang telah me-

5
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

nikah dan hanya berdiam diri di rumah tan- kebanyakan memiliki pekerjaan selain bertani
pa pergi ke ladang dianggap sebagai hal yang yaitu sebagai pengantar wisatawan (pemandu
kurang baik. Pemikiran seperti inilah yang wisata).
kemudian mendorong para perempuan memi-
liki lebih dari satu peran. Mereka menjadi is- Peran Perempuan pada Pemenuhan Afeksi
tri, ibu, sekaligus petani. Anak

Peran Perempuan pada Pemenuhan Kebu- Perempuan memiliki peran penting dalam
tuhan Ekonomi pemenuhan kebutuhan afeksi anak. Pemenu-
han perempuan pada peran ini terlihat dari
Kebutuhan dasar manusia adalah pangan, san- intensitas dan kedekatan hubungan mereka
dang, dan papan. Demi pemenuhan kebutu- dengan anak. Apabila suami sedang melaku-
han itu, suami, istri, dan anak membagi peran kan pekerjaan lain, biasanya anak membantu
mereka di dalam keluarga. Perempuan atau atau mengantarkan ibunya ke ladang. Apabila
istri berperan menyiapkan kebutuhan pangan anak masih balita, petani perempuan menitip-
dan sandang. Mereka memasak, mencuci pa- kan anaknya pada sanak keluarga. Apabila
kaian, dan merapikan pakaian. Suami bertu- tidak ada saudara yang dititipi anak, perem-
gas untuk memperbaiki rumah apabila terjadi puan membawa anaknya ikut ke ladang. Apa-
kerusakan. Di ladang, pembagian kerja dibuat bila anak telah dewasa, ia dapat memilih ikut
berdasarkan jenis kelamin. Mayoritas laki-la- membantu orang tua di ladang atau bekerja
ki bertugas mencangkul (gulitan), memberi- di tempat lain. Orang tua terutama ibu, tidak
kan pupuk, memberikan obat pada tanaman, memberikan pembatasan berlebihan pada pi-
dan membuat bedengan. Perempuan bertugas lihan pekerjaan anaknya. Menurut mereka,
menanam dan menyiangi tanaman, termasuk pembatasan justru menimbulkan dampak ku-
mencabut gulma, dan tanaman yang rusak. rang baik bagi hubungan orang tua dan anak.

Perempuan dan laki-laki bekerja secara ber- Ibu Sudi, salah satu warga desa, menuturkan
gantian. Laki-laki memulai pekerjaan tani bahwa anaknya memiliki rasa empati yang
dengan mempersiapkan lahan dan termasuk tinggi pada orang tua. Ia menduga, hal itu
membuat bedengan. Kegiatan dilanjutkan muncul karena ia selalu mencurahkan kasih
oleh perempuan yaitu menanam. Laki-laki sayang dan perhatian pada anaknya sedari
melanjutkan kegiatannya setelah proses ta- kecil. Ia tidak pernah memarahi anaknya. Se-
nam selesai, yaitu memupuk. Beberapa hari bab memarahi anak, menurutnya, justru akan
setelah pemupukan, laki-laki lanjut bekerja membuat anak menjadi nakal. Oleh karena itu
yaitu melakukan pengobatan pada tanaman. ia selalu memberikan perhatian dan kasih sayang
pada anaknya.
Perempuan dan laki-laki memang telah memi-
liki masing-masing peran dalam pekerjaan di Pemenuhan kasih sayang orang tua terhadap
ladang, tetapi menurut penuturan warga se- anaknya diberikan oleh orang tua sejak anak
tempat, baik laki-laki dan perempuan juga masih balita. Salah satu warga yang memiliki
harus mampu melakukan seluruh jenis peker- anak yang berusia lima tahun, selalu menjad-
jaan di ladang secara keseluruhan. Tujuannya walkan rekreasi dengan anaknya setidaknya
agar laki-laki maupun perempuan dapat saling sekali setiap tahun. Tujuan rekreasi, selain un-
menggantikan pekerjaan ketika salah satu pi- tuk memanjakan anak, juga bertujuan mem-
hak tidak dapat mengerjakan tugasnya, misal perkuat ikatan di antara anggota keluarga
karena sakit atau ada pekerjaan lain. yang seringkali sulit dilakukan karena kesibu-
kan mereka sehari-hari.
Ada kalanya para suami di kedua desa ini ti-
dak dapat melakukan tugasnya di ladang kare- Perempuan di kedua desa tempat penelitian
na ia mendapatkan panggilan pekerjaan lain. ini mengatakan bahwa hubungan anak dan ibu
Laki-laki yang ada di Ngadisari dan Wonotoro sangatlah dekat. Mereka biasa menghabiskan

6
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

waktu bersama untuk menonton televisi atau a. Pertanian


berbincang-bincang atas kejadian-kejadian
1. Pembersihan lahan x
yang mereka alami. Kecanggihan teknologi (Mencangkul)
saat ini tidak mengurangi intensitas kedekatan
2. Persiapan benih x
mereka, karena mereka jarang menggunakan
gawai ketika sedang bersama-sama. Gawai 3. Penanaman x x
hanya mereka gunakan sesekali ketika ingin 4. Penyiangan/pem- x
menghubungi orang yang jaraknya relatif bersihan
jauh. 5. Pemupukan x
6. Panen x
Peran Perempuan dalam Sosialisasi dan
7. Pengeringan/ x
Pendidikan Anak
penyimpanan
Perempuan berperan dalam pemenuhan ke- 8. Perawatan tana- x x
butuhan sosialisasi dan pendidikan anak. Ia man/pemusnahan
mengajarkan kebiasaan interaksi yang baik hama atau penya-
dan memberikan dukungan pada anak untuk kit
tekun menuntut ilmu. Seorang perempuan b. Pariwisata
yang telah menjadi ibu mulai memberikan 1. Pengantar tamu x
tatanan nilai dan norma anaknya sedari kecil, ke tempat wisata
termasuk menasihati anak apabila melakukan Reproduksi
tindakan yang kurang baik, mengajarkan nilai 1. Membangunan x
sopan santun anak pada orang lain terlebih anak
pada orang yang lebih tua. Apabila anak akan
2. Mengantar anak x
bepergian ke luar rumah, ia harus meminta
ke sekolah
izin terlebih dahulu pada orang tua. Selain
3. Menjaga anak x
itu, anak tidak diizinkan pergi jauh dari rumah
dan dalam waktu yang lama. Apabila anak 4. Memasak dan x
mengalami masalah, maka ibu akan mem- penyiapan
berikan ruang dan waktu bagi anaknya untuk makanan
bercerita. Anak pun tidak segan untuk berbagi 5. Intensitas kedeka- x
masalahnya pada ibu mereka. Mayoritas anak- tan dengan anak
anak di desa ini selalu menyampaikan keluh ke- 6. Memberikan x x
sah mereka pada ibu. ajaran nilai dan
norma pada anak
Peta Multi Peran Perempuan dalam 24 7. Memberikan x x
Jam dukungan pada
pendidikan anak
Berdasarkan analisis Harvard pada kegiatan
Sosial (Kemasyaraka-
perempuan dan laki-laki selama 24 jam di
tan)
kedua desa, diperoleh gambaran bahwa perem-
puan memiliki jumlah kegiatan rumah tangga 1. Interaksi dengan x x
yang lebih banyak dibandingkan dengan la- tetangga
ki-laki. Bu Laras selalu bangun pada pukul 04.00 pagi
a) Ibu Laras dan memulai kegiatan mengurus rumah tang-
ga; seperti membangunkan anak, menyiapkan
sarapan, dan mencuci piring; serta mengan-
Kegiatan Perem- Laki-laki tar dan menemani anaknya bersekolah. Pada
puan pukul 10.00, setelah anaknya pulang sekolah,
ia memulai pekerjaannya sebagai petani di
Produksi

7
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

ladang bersama suaminya. Biasanya ia bekerja 6. Memberikan ajaran x x


di ladang hingga pukul 15.00. Berbeda dengan nilai dan norma pada
dirinya, suaminya lebih banyak menghabiskan anak
waktu dengan bercengkerama dengan tetangga 7. Memberikan dukungan x x
atau rekan kerjanya dibanding untuk bekerja. pada pendidikan anak
Sosial (Kemasyarakatan)
Pada sore hari, rutinitas Bu Laras adalah
1. Interaksi dengan x x
menyiapkan makan malam. Selain itu, ia juga tetangga
membantu pekerjaan rumah anaknya. Bu
Laras biasanya berangkat tidur pada pukul Bu Sudi melakukan pekerjaan bertani seorang
21.00. Setiap hari, ia masih menyempatkan diri. Hanya sesekali saja suaminya memban-
waktu untuk berbincang-bincang dengan sesa- tu. Ia lebih banyak dibantu oleh tetangga atau
ma pekerja petani perempuan di sela-sela ruti- sanak keluarga yang bekerja di lahan yang
nitasnya yang padat. dimilikinya. Bu Sudi memulai kegiatannya
pada pukul 03.00 pagi. Kegiatan pertama yang
b) Ibu Sudi
ia lakukan setelah bangun tidur adalah mencuci
pakaian, membangunkan anaknya, menyiapkan
sarapan, dan menyapu rumah. Pada pukul 08.00,
Kegiatan Perem- Laki-la-
puan ki
ia pergi ke ladang untuk bekerja hingga pukul
16.00. Pekerjaan utama suami Bu Sudi adalah
Produksi
bekerja di sektor wisata. Pada pukul 06.00,
a. Pertanian suaminya mengantar wisatawan berkeliling.
1. Pembersihan lahan x Apabila tidak ada panggilan mengantar tamu,
(Mencangkul)
barulah suami Bu Sudi turut bekerja di ladang,
2. Persiapan benih x tetapi hanya sampai pukul 12.00 siang saja.
3. Penanaman x Setelah pukul 12.00 siang, biasanya suami Bu
4. Penyiangan/pembersi- x Sudi menghabiskan waktunya untuk berceng-
han kerama dengan rekan kerja atau tetangganya.
5. Pemupukan x Sepulang dari ladang, Bu Sudi menyiapkan
6. Panen x makan malam dan merapikan pakaian, dan
7. Pengeringan/penyim- x bercengkerama dengan tetangga dan keluar-
panan ganya. Pada pukul 21.00, ia beristirahat, disusul
8. Perawatan Tanaman/ x oleh anaknya dan suaminya pada pukul 23.00.
pemusnahan hama atau
penyakit c) Ibu Sri
b. Pariwisata
1. Pengantar tamu ke x
Kegiatan Perem- Laki-laki
tempat wisata
puan
Reproduksi
Produksi
1. Membangunan anak x a. Pertanian
2. Mengantar anak ke x 1. Pembersihan lahan x x
sekolah (Mencangkul)
3. Menjaga anak x 2. Persiapan benih x
4. Memasak dan penyia- x 3. Penanaman x
pan makanan
4. Penyiangan/pem- x
5. Intensitas kedekatan x bersihan
dengan anak
5. Pemupukan x
6. Panen x

8
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

7. Pengeringan/penyim- x mereka pun tidur.


panan
Dukungan Sosial Keluarga pada Perem-
8. Perawatan tanaman/ x
pemusnahan hama
puan
atau penyakit
Tiga peran yang dimiliki perempuan di lokasi
b. Pariwisata penelitian yaitu sebagai petani, ibu rumah tang-
1. Pengantar tamu ke x ga, dan anggota masyarakat. Para perempuan
tempat wisata di sana menjalankan tiga peran sekaligus dan
Reproduksi tidak mengalami konflik peran. Hal ini kare-
1. Membangunkan anak x na perempuan mendapatkan dukungan sosial
2. Mengantar anak ke x yang cukup dari keluarga maupun orang di
sekolah sekitarnya yaitu sesama pekerja petani mau-
3. Menjaga anak x pun tetangga rumahnya. Sumber dukungan so-
4. Memasak dan x sial yang paling berpengaruh pada para perem-
menyiapkan puan di lokasi penelitian adalah pasangan hidup
makanan dan anaknya. Fenomena ini sesuai dengan
5. Intensitas kedekatan x pendapat Robert dan Greene (2009) dalam
dengan anak Pramana dandan Wilani (2018) yang men-
6. Memberikan ajaran x jelaskan dukungan sosial meliputi tiga bentuk
nilai dan norma pada di antaranya dukungan emosional, dukungan
anak informasional, dan dukungan konkret. Setiap
7. Memberikan dukungan x kali perempuan pulang dari ladang, ia bersa-
pada pendidikan anak ma keluarganya memanfaatkan waktu beristi-
Sosial (Kemasyarakatan) rahat untuk berbincang-bincang mengenai ke-
1. Interaksi dengan x x giatan mereka masing-masing sambil makan
tetangga malam bersama. Para perempuan ini juga
menganggap anak sebagai salah satu hiburan
Bu Sri adalah seorang single parent. Ia ting- mereka ketika rasa lelah mulai dirasakan.
gal bersama anak laki-laki satu-satunya yang
masih bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Dukungan informasional pun dirasakan oleh
Kejuruan (SMK). Sebelum Bu Sri mulai beker- perempuan di lokasi penelitian. Ketika perem-
ja, ia memiliki tanggung jawab untuk menguru- puan mempunyai masalah, maka ia selalu mem-
si rumah dan anaknya terlebih dahulu. Bu Sri bicarakan masalah ini dengan keluarga terutama
memulai aktivitas pada pukul 05.00 pagi. Ia dengan pasangannya. Masalah yang dialami
membangunkan anaknya untuk bersiap-siap oleh perempuan biasanya mengenai pekerjaan
sekolah, Bu Sri membereskan pekerjaan ru- di ladang, dan mengenai anak anaknya. Begi-
mah seperti mencuci pakaian dan menyapu tu pula dengan dukungan konkret. Perempuan
rumah setelah anaknya berangkat sekolah se- memiliki peran yang jamak dalam keluarga.
belum pukul 07.00 pagi. Seringkali, perempuan kehabisan energi dan
kelelahan, terutama perempuan petani yang
Pada pukul 07.00 hingga pukul 16.00, Bu Sri telah berusia di atas 40 tahun, tenaga mere-
bekerja di ladang. Anak Bu Sri bersekolah ka telah berkurang. Saat anak-anak mereka
mulai pukul 07.00 hingga 15.00. Sepulang tumbuh dewasa, anak-anak itu memahami
sekolah, anak Bu Sri menjemput ibunya di dan mendukung multi peran yang dimiliki
ladang. Pada hari libur, anak Bu Sri bekerja ibunya. Sesekali anak-anak itu membantu ibu
sebagai pengantar tamu menggunakan kuda dan ayah mereka mengerjakan pekerjaan di
ke puncak Gunung Bromo. Sepulang dari ladang dan saat di rumah, anak-anak tersebut
ladang, Bu Sri memasak makan malam. Ia bi- membantu pekerjaan rumah ibunya.
asanya berbincang sebentar dengan anaknya
setelah makan malam, dan pada pukul 21.00, Para perempuan yang menjadi orang tua

9
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

tunggal (single parent) memiliki pengalaman Proses integrasi merujuk pada upaya pe
tersendiri. Mereka menganggap bahwa anak rempuan mengatur hubungan di antara
berperan memberikan dukungan setelah sua- komponen-komponen sosial. Perempuan
mi tiada. Anak memberikan dukungan baik mematuhi nilai dan norma di masyarakat.
emosional, informasional, dan dukungan Mereka beranggapan bahwa perempuan yang
konkret. Melalui kecukupan dukungan sosial tidak bekerja dan hanya bermalas-malasan di
ini, perempuan di lokasi penelitian sama seka- rumah adalah suatu hal yang tabu. Anggapan
li tidak mengalami konflik akibat multi peran yang demikian kemudian memunculkan se-
itu. buah pola terstruktur yang disebut latency atau
pemeliharaan pola-pola yang sudah ada. Nor-
Multi Peran Perempuan ma yang berkembang di masyarakat berfungsi
Para perempuan petani di Desa Ngadisari dan dalam mempertahankan, memperbaiki, dan
Desa Wonotoro ini melewati seluruh aspek membaharui motivasi individu-individu mau-
hidup sesuai tatanan struktur yang telah ada di pun pola-pola budaya yang menciptakan dan
masyarakat. Mereka melewati seluruh proses mempertahankan motivasi-motivasi tersebut.
AGIL: Adaption, Goal, Attainment, Integration, Berdasarkan hasil analisis Harvard, perem-
dan Latency dalam upaya melakoni peran-peran puan membagi waktunya dan peran dalam 24
sosial yang beragam. jam dengan seksama. Sebelum menjadi peker-
Para perempuan menjalani proses adaptasi ja di ladang, ia menjalankan peran sebagai ibu
setelah mereka menikah. Sebelum menikah, rumah tangga terlebih dahulu. Apabila peker-
kebanyakan para perempuan menghabiskan jaan rumah tangga telah selesai, barulah ia
waktunya dengan belajar di sekolah dan di akan melakoni perannya sebagai pekerja di
rumah serta sesekali membantu orang tua ladang.
bekerja di ladang, jika ia berasal dari kelu- Petani perempuan yang telah menikah tidak
arga petani. Kebiasaan membantu orang tua meninggalkan tanggung jawabnya sebagai
di ladang, membuat para perempuan yang ibu rumah tangga. Para perempuan sangat
menikah dengan petani, mudah beradaptasi terampil membimbing anak-anaknya. Mere-
dengan kehidupan barunya sebagai keluarga ka mempercayai pepatah “apa yang kau ta-
petani setelah menikah. Selain beradaptasi nam itu yang kau tuai” sehingga mereka juga
dengan kehidupan mengolah lahan pertani- berpikir jika anak ditinggalkan karena sibuk
an setelah menikah, para perempuan juga bekerja, maka di kemudian hari, anaknya akan
beradaptasi dengan peran barunya sebagai sibuk bekerja dan melupakan orangtuanya.
ibu dan istri. Mereka yang sudah berkeluar-
ga menjalankan multi peran sekaligus, baik Para perempuan juga berupaya memenuhi tu-
sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai gas memberikan afeksi (kasih sayang), mena-
petani. Ibu rumah tangga dalam keluarga ber- namkan nilai-nilai, melakukan sosialisasi, dan
fungsi sebagai aktor yang mengurus segala memberikan pendidikan terhadap anaknya
urusan rumah tangga, dan juga berperan se- agar anak senantiasa tumbuh sesuai dengan
bagai petani yang berfungsi sebagai pencari didikan orang tua. Di dalam hal pewarisan
nafkah. lahan, para perempuan cenderung menyerah-
kan keputusan kepada anaknya. Mereka pun
Goal atau pencapaian tujuan hidup para perem- tidak memaksa anaknya untuk menjadi petani
puan pun berubah setelah menikah. Pada saat mengikuti pekerjaan orang tuanya.
sebelum menikah, para perempuan bekerja
untuk tujuan membantu orangtua, sedangkan Kerja sama antara suami dan istri (laki-laki
setelah menikah ia bekerja sebagai petani un- dan perempuan) seringkali dilakukan dalam
tuk tujuan memenuhi kewajibannya sebagai keluarga petani. Mayoritas keluarga petani
istri dan ibu. memiliki dua sumber mata pencaharian, yaitu
sebagai pengantar tamu dan petani. Apabila

10
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

suami sedang menerima panggilan sebagai menjadi single parent, perempuan tersebut
pengantar tamu, maka tugas dan tanggung harus mengerahkan seluruh waktu dan tenaga
jawab ladang diserahkan pada istrinya sam- karena ia satu-satunya pencari nafkah di kelu-
pai pekerjaan pengantar tamu tersebut selesai arga.
dilakukan.
Pada keluarga petani di Desa Ngadisari dan
Serupa dengan teori Strukturalisme-Fung- Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, laki-la-
sionalisme AGIL Talcott Parson, isu multi ki menduduki peran sebagai kepala keluar-
peran gender ini menarik untuk dikaji lebih ga, yang memiliki hak yang melekat untuk
dalam menggunakan Model Analisis Gender mengambil keputusan dan mengontrol uru-
Harvard dan Model Analisis Gender Moser. san keluarganya, baik mengenai kebutuhan
Analisis gender dibutuhkan untuk menganalisis pokok maupun kebutuhan anaknya. Namun,
kesenjangan gender, dengan analisis ini diharap- para kepala keluarga juga memberikan hak
kan mampu menginterpretasi kesenjangan gen- suara pada istrinya. Laki-laki dan perem-
der pada konsep multi peran petani perempuan puan memiliki akses yang sama pula terhadap
di desa ini. sumber daya fisik yang mereka miliki seperti
motor trail. Petani perempuan dan laki-laki
Pada hasil analisis Harvard dan Moser di atas, memiliki peluang yang sama untuk meng-
tampak pola aktivitas selama 24 jam pada gunakan aset motor tersebut untuk memban-
keluarga petani menunjukkan bahwa peran tu mobilitas mereka dari satu lahan ke lahan
produktif lebih banyak dilakukan oleh perem- yang lain. Pada urusan rumah tangga, perem-
puan. Petani perempuan menghabiskan waktu puan memiliki hak untuk menentukan pendi-
untuk melakukan peran produktif selama ku- dikan anak-anaknya walaupun pada akhirnya
rang lebih 13 jam di ladang. Selama di ladang, keputusan akan dikembalikan kembali pada
para petani perempuan saling memahami peran
suaminya sebagai kepala keluarga mereka.
sebagai rekan kerja dan memiliki kedekatan so-
sial. Perempuan petani menggunakan waktu Simpulan
bekerja di ladang untuk menjalin ikatan sosial
Penelitian ini menyimpulkan bahwa fak-
di antara mereka, sebab mereka akan kembali
tor-faktor yang memengaruhi peran perempuan
disibukkan dengan kegiatan reproduktif mere-
menjadi seorang petani di Desa Ngadisari dan
ka ketika sampai di rumah. Selain di ladang,
Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Ka-
mereka hanya dapat bercengkerama dan bupaten Probolinggo, adalah adanya sebuah
menghabiskan waktu bersama dalam waktu tradisi masyarakat yang mewajibkan perem-
yang cukup lama di hari-hari besar saja seperti puan untuk menjadi mitra suaminya dalam
dalam upacara-upacara adat. bekerja; adanya istilah tabu bagi perempuan
yang telah menikah akan tetapi tidak beker-
Di keluarga petani, para suami rata-rata memi-
ja dan hanya berdiam diri di rumah. Hal
liki pekerjaan ganda, yaitu sebagai petani dan
tersebut akan menurunkan statusnya sebagai
juga sebagai pengantar tamu. Perbedaan je-
seorang istri dan ibu. Selain menjadi seo-
nis kerja sama yang mereka lakukan, misal- rang pekerja, seorang perempuan yang telah
nya apabila suami-istri tersebut sama-sama berkeluarga tidak boleh melupakan tugasnya
merupakan petani, maka pembagian tugas menjadi seorang istri bagi suaminya dan ibu
yang ada pun terkait dengan ladang, biasanya bagi anaknya. Perempuan berpartisipasi dan
anak akan dititipkan pada sanak keluarga. Hal berkontribusi pada pendapatan keluarga, teta-
ini berbeda apabila suami-istri mempunyai pi tugas pemenuhan kebutuhan keluarga tetap
pekerjaan yang satu sama lain berbeda, yai- menjadi tanggung jawab seorang perempuan,
tu sebagai pengantar tamu, maka kerja sama istri, dan ibu dalam keluarga. Sebagai seorang
yang mereka lakukan adalah semata-mata un- ibu, perempuan petani memiliki tugas mem-
tuk mendapatkan pendapatan keluarga. Lain berikan afeksi, sosialisasi dan pendidikan pada
halnya dengan petani perempuan yang telah anaknya walaupun sibuk bekerja. Pada proses

11
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

penanaman sosialisasi dan pendidikan, anak Dewi, O. K., dan Lestari, P. (2017). Peran Gan-
diajarkan mampu bersosialisasi dengan kelu- da Perempuan Buruh Tani di Desa Bojong,
arga dan orang lain berasaskan sopan santun. Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Di dalam aspek pendidikan, orang tua teruta- E-Societas, 6(5).
ma seorang ibu harus mempedulikan perkem- Hartono, C., Marsito, Asti, dan Arnika, D. (2009).
bangan anaknya. Mereka selalu menganjur- Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga
kan anaknya lulus sekolah dua belas tahun. dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat
Setelah selesai menyelesaikan pendidikan di Inap di RSU PKU Muhammadiyah Gom-
Sekolah Menengah Atas, mereka tidak akan bong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
5(1), 34–42.
memaksa anaknya, karena di tahap ini anak
Indriani, D., dan Sugiasih, I. (2018). Dukungan
akan diberi hak suara untuk memutuskan ke-
Sosial dan Konflik Peran Ganda terhadap
hidupannya kelak. Kesejahteraan Psikologis Karyawati PT. SC
Seluruh tahapan AGIL yaitu Adaption, Goal, Enterprises Semarang. Proyeksi: Jurnal Psi-
kologi, 11(1), 46–54.
Attainment, Integration, dan Latency dapat
Kusumawati, Y. (2012). Peran Ganda Perempuan
dilalui oleh perempuan di Desa Ngadisari Pemetik Teh. Komunitas, 4(2), 157–167.
dan Desa Wonotoro ini untuk menyeimbang- Pramana, A. K., dan Wilani, N. (2018). Hubungan
kan multi peran mereka. Selain itu, mereka Dukungan Sosial dengan Motivasi Belajar
juga mendapat dukungan sosial yang meli- Siswa di SMA Negeri Bali Mandara. Jurnal
puti dukungan emosional, informasional, dan Psikologi Udayana, 5(1), 189–196.
konkret yang memungkinkan mereka mence- Puspitawati, H. (2013). Konsep, Teori, dan Anali-
gah terjadinya konflik akibat multi peran. sis Gender. Bogor.
Rahayuningsih, I. (2013). Konflik Peran Gan-
Analisis Gender Harvard dan Moser yang di- da pada Tenaga Kerja Perempuan. Jurnal
gunakan untuk analisis peran perempuan di Psikosains, 5(1), 73–86.
wilayah penelitian, menemukan tiga jenis peran Rahmaharyati, A., Wibhawa, B., dan Nurwati,
perempuan, yaitu peran produktif, peran repro- N. (2017). Peran Ganda Buruh Perempuan
duktif, dan peran sosial masyarakat. Perempuan Sektor Industri dalam Keluarga. Prosiding
membagi waktu 24 jam yang dimiliki untuk Penelitian Dan Pengabdian Kepada Mas-
dapat menyeimbangkan kewajiban dan tang- yarakat, 230–234.
gung jawabnya. Di antara ketiga peran yang Ramadhani, N. (2016). Implikasi Peran Gnada
dimiliki perempuan, peran sosial masyarakat Perempuan dalam Kehidupan Keluarga dan
cenderung memiliki waktu yang sedikit. Lingkungan Masyarakat. Sosietas, 6(2).
Silalahi, K., dan Eko, A. (2010). Keluarga Indo-
nesia: Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta:
Daftar Pustaka Raja Graindo Persada.
Akbar, D. (2017). Konflik Peran Ganda Karyawan Sukesi, K. (1991). Status dan Peranan Perempuan:
Wanita dan Stres Kerja. An-Nisa’a, 12(1), Apa Implikasinya bagi Studi Perempuan.
33–48. Dalam Warta Studi Perempuan. Jakarta:
Anggriana, T., Margawati, T., dan Wardani, S. PDII-LIPI.
(2016). Konflik Peran Ganda pada Dosen Triana, A., dan Kristiani, H. (2018). Peran Ganda
Perempuan Ditinjau dari Dukungan Sosial Ibu Rumah Tangga Pekerja K3L Unpad dalam
Keluarga. Counsellia: Jurnal Bimbingan Rangka Menunjang Perekonomian Keluarga.
Dan Konseling, 5(1). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Apollo, dan Cahyadi, A. (2013). Konflik Peran Masyarakat, 188–197. Sumedang: Universitas
Ganda Perempuan Menikah yang Beker- Padjadjaran.
ja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga Warmiyati, M. T., Wijayanti, S. H., dan Darmoyo,
dan Penyesuaian Diri. Widya Warta, 36(2), S. (2018). Pemahaman tentang Sosialisasi
254–271. Gender pada Siswa SMA di Jakarta. Jurnal
Creswell, J. (2013). Qualitative Inquiry and Re- Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni,
search Design: Choosing Among Five Ap- 2(1), 411–419.
proaches (3rd ed.). Los Angeles: SAGE Wibowo, D. E. (2011). Peran Ganda Perempuan
Publications Inc. dan Kesetaraan Gender. Muwazah Jurnal

12
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Sitanggang, Peran Perempuan dalam Keluarga Petani Pegunu ...

Kajian Gender, 3(1), 356–364.


Wirawan, I. (2012). Teori-Teori Sosial dalam Tiga
Paradigma: Fakta Sosial, Definisi Sosial.
Jakarta: Predamedia Group.

13

Anda mungkin juga menyukai