Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PENYEIMBANGAN PERAN GANDA PEREMPUAN

(STUDI KASUS PADA PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


PEREMPUAN BEKERJA DI DUSUN KAPLINGAN, KECAMATAN JEBRES,
KOTA SURAKARTA)
Dania Nurul Aini
ABSTRAK
Dania Nurul Aini. K8412014. STRATEGI PENYEIMBANGAN PERAN
GANDA PEREMPUAN (STUDI KASUS PADA PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PEREMPUAN BEKERJA DI DUSUN KAPLINGAN,
KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA). Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, November
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengambilan keputusan
perempuan bekerja dan strategi penyeimbangan peran ganda. Penelitian ini
dilaksanakan di Dusun Kaplingan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta dengan subyek
penelitian perempuan yang bekerja sekaligus memiliki peran ganda sebagai ibu
rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Sumber data berasal dari wawancara mendalam, observasi
dan dokumentasi. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan kunci yaitu
perempuan yang bekerja sekaligus memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga,
dan suami dari perempuan yang bekerja tersebut. Observasi berkaitan dengan
perilaku, situasi dan suasana dalam penyeimbangan peran yang dilakukan perempuan
setelah bekerja ketika berada di rumah. Dokumentasi yang digunakan berupa foto
ketika wawancara sedang berlangsung dengan informan dan interaksi serta kedekatan
informan dengan keluarganya. Teknik pengambilan informan yaitu menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai
alasan yang mendasari dalam proses pengambilan keputusan perempuan bekerja yaitu
sebagai ajang untuk aktualisasi diri, sarana ibadah, membantu perekonomian
keluarga, keinginan dari diri sendiri, bosan di rumah, serta adanya kesempatan
bekerja yang dirasa sayang jika dilewatkan begitu saja.
Berbagai alasan tersebut masing-masing tidak selalu memiliki fungsi laten
(fungsi yang diharapkan) tetapi juga terdapat fungsi manifest (fungsi yang tidak
diharapkan). Sehingga, dalam mengatasinya, terdapat strategi penyeimbangan peran
yang diterapkan oleh perempuan bekerja di Dusun Kaplingan yaitu dengan
menitipkan anak pada orang terdekat, menghabiskan waktu bersama keluarga saat
hari libur kerja, tetap memantau perkembangan dan pendidikan anak, memberikan
pengertian kepada anak tentang pekerjaan yang dilakukan, dan membagi waktu sesuai
pada ruangnya. Strategi yang dilakukan adalah sebagai mekanisme alternatif
fungsional yang digunakan untuk menjaga keseimbangan peran sehingga keteraturan
sistem tetap dapat tercapai.

Kata Kunci : Strategi, Peran Ganda, Proses Pengambilan Keputusan, Perempuan.

A. Pendahuluan semakin terlihat. Perempuan mulai


Di era zaman modern ini telah masuk ke ruang publik untuk berbagai
membawa perubahan sosial yang macam alasan, entah sebagai
begitu pesat, baik dalam bidang ilmu keinginan dari dalam diri sendiri
pengetahuan dan teknologi, ataupun untuk sebuah keharusan yang
ketersediaan pasar kerja maupun membuatnya meninggalkan ruang
tuntutan penyesuaian hak dan domestik yang pada akhirnya disebut
kewajiban bagi setiap warga sebagai kemajuan perempuan.
masyarakat dunia termasuk negara Ada beberapa hal yang
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, mendasari perkembangan kemajuan
Indonesia sebagai salah satu negara perempuan seperti yang disebutkan
berkembang juga ikut merasakan oleh Abdullah (2001:104) yaitu
peningkatan terhadap tingkat pergeseran dalam diri perempuan
partisipasi angkatan kerjanya. sendiri dan pergeseran nilai, norma
Tingkat partisipasi angkatan yang menyangkut perubahan peran
kerja yang semakin meningkat, tidak kelembagaan. Pembagian peran secara
hanya berpengaruh pada angkatan seksual antara laki-laki dan perempuan
kerja laki-laki saja, namun juga pada merupakan sebuah lembaga
perempuan. Apalagi dengan seiringnya kemasyarakatan yang tertua dan
kemajuan modernisasi dan globalisasi terkuat serta telah terkontruksi sejak
dimana hal tersebut juga menjadikan lama. Pembagian peran tersebut
perubahan tuntutan peran pada menempatkan perempuan berada di
perempuan. Perubahan tuntutan ini sekitar rumah tangga, dengan tugas
akhirnya membuat kesetaraan gender utama melahirkan dan membesarkan
anak-anaknya, melayani suami dan mendominasi, namun dengan selisih
anak-anaknya supaya rumah yang sedikit dapat tergambarkan
tangganya tenteram. Namun kini, sejak bahwa jumlah angka bekerja
munculnya masa transformasi perempuan juga mencerminkan angka
perempuan, khususnya dalam yang lebih dari cukup menjelaskan
mengenyam pendidikan yang tinggi, partisipasi perempuan bekerja di
kaum perempuan akhirnya dituntut publik.
untuk belajar dan memiliki sikap Sebagai perempuan bekerja,
mandiri untuk mengembangkan maka tingkat partisipasinya di publik
dirinya sebagai manusia yang sesuai tidaklah mudah begitu saja. Selain
dengan bakat yang dimilikinya. karena didasari oleh berbagai alasan
Pendidikan merupakan yang melatarbelakangi dirinya bekerja,
strategi yang tepat karena pendidikan juga dipengaruhi oleh suatu proses
merupakan bidang yang paling pengambilan keputusan dan
strategis dalam memperjuangkan pertimbangan untuk memasuki dunia
kesetaraan gender. Pendidikan juga kerjanya tersebut. Daulay (2015:280)
merupakan salah satu faktor yang akan mengemukakan bahwa perempuan
bisa mengubah sistem nilai budaya harus mendapatkan izin dan ridha dari
dalam masyarakat serta akan bisa suami untuk meninggalkan
memberikan kesempatan yang lebih domestiknya ke publik. Perempuan
bagi perempuan untuk juga harus mempertimbangkan
mengaktulisasikan diri. kembali akan pengasuhan anak-
Surakarta, sebagai salah satu anaknya apabila dirinya yang berstatus
kota di Provinsi Jawa Tengah juga sebagai ibu juga sebagai perempuan
mulai mengadopsi kesetaraan gender bekerja di luar rumah. Inilah yang
perempuan dan laki-laki melalui kemudian memunculkan fenomena
tingkat pendidikan. Meski memang rasa dilema bagi perempuan untuk
tidak memungkiri bahwa jumlah angka tetap bekerja dengan berbagai alasan
bekerja pada laki-lakinya tetaplah yang yang mendasarinya ataukah hanya
dirumah saja memegang peranannya ruang domestik untuk menjadi ibu
sebagai ibu rumah tangga disertai rumah tangga dan saat berada diruang
tugas keseharian untuk mengurus publik untuk bekerja. Seperti yang
pekerjaan domestik atau bahkan pada dikemukakan Endah Susilantini
akhirnya harus memegang kedua (2006:103):
perannya tersebut sebagai peran ganda. Banyak alasan mengapa
akhirnya wanita bekerja, selain
B. Kerangka Teori
karena tuntutan akan kebutuhan
Pendefinisian bagi perempuan kehidupan juga karena peningkatan
taraf pendidikan kaum wanita.
yang berhasil ke publik untuk bekerja Perjalanan peran ganda perempuan
dalam masyarakat tertentu ditetapkan di Indonesia telah berjalan puluhan
tahun dan para wanita, terutama
oleh kelas, gender dan suku. Tetapi yang berpendidikan, tidak pernah
sebagian besar perempuan juga hidup merasakan adanya suatu tekanan
atau paksaan agar mereka bekerja
dalam keluarga dan hubungan gender sekaligus berperan sebagai ibu
didalam keluarga itu mewakili aspek rumah tangga. Akan tetapi bagi
wanita yang belum berpendidikan,
penting tentang cara bagaimana apakah sedikit demi sedikit wanita
perempuan mengalami dunia. telah meninggalkan tugasnya
sebagai ibu rumah tangga? Perlu
Pembuatan keputusan, akses terhadap diketahui, peran-peran yang
sumber daya, pembagian kerja, dan dimiliki wanita merupakan dampak
dari kemajuan atau perubahan
hubungan diluar keluarga bisa jadi kultur.
semuanya diputuskan oleh hubungan
gender didalam unit keluarga itu Pandangan seperti itu

sendiri (Mosse, 1996:9). Hal tersebut menjelaskan bahwa perempuan

akhirnya melahirkan peran ganda khususnya yang memiliki peran ganda

perempuan di era industri ini. Apalagi ketika mereka keluar dari ranah

ditambah dengan perubahan sosial domestiknya ke publik, disebabkan

budaya yang terjadi, dari sinilah oleh banyak alasan seperti tuntutan

dimulai suatu pemisahan secara tajam kebutuhan kehidupan, ataupun

antara peran perempuan saat berada di peningkatan taraf pendidikan yang


mana alasan-alasan tersebut tidaklah
menjadi suatu momok dan tekanan dapat dilihat, apapun motivasi
bagi mereka untuk memainkan peran perempuan bekerja, kini mereka sudah
ganda tersebut. Perubahan peran mendapatkan peran ganda sekaligus,
tersebut yang tadinya perempuan saat dirumah dan diluar rumah dimana
setelah menikah hanya fokus dalam peran diluar rumah tidak lagi identik
rumah tangga mengurus suami dan dengan peran laki-laki.
anak, membersihkan rumah dan Peran ganda yang dilakukan
sebagainya, kini karena perubahan perempuan tidak lepas dari proses
sosial maupun budaya akhirnya pengambilan keputusan yang
membuat mereka juga menuntut didalamnya menggambarkan
kesetaraan untuk bisa sama dengan bagaimana struktur dan pola
laki-laki merasakan memiliki peran di kekuasaannya bisa diambil dengan
luar ranah domestiknya, menjadi sebaik-baiknya yang merupakan suatu
perempuan yang bekerja di publik. kesepakatan bersama. Weber (1978)
Seperti yang telah disinggung dalam (Farihah, 2009:147) bahwa
diatas, perempuan bekerja diluar suatu pengambilan keputusan dalam
rumah sudah lazim ditemui diberbagai keluarga selalu dikaitkan dengan
kelompok masyarakat. Perempuan struktur kuasa dalam keluarga. Kuasa
pada strata menengah ke bawah disini didefiniskan sebagai
bekerja disektor publik kebanyakan kemungkinan didalam suatu hubungan
atas dasar ekonomi, sedangkan bagi sosial seseorang mampu untuk
perempuan menengah ke atas, bekerja merealisasikan kehendaknya,
bagi mereka adalah bagian dari sekalipun itu terdapat tantangan.
aktualisasi diri. Hal ini semakin terkait Perempuan yang berhasil ke
dengan semakin terbukanya peluang publik dengan cara melepaskan diri
bagi perempuan untuk memasuki dari kekuasaan patriarkal apabila
sektor-sektor yang pada awalnya berperan secara ekonomi mendapatkan
diperuntukkan hanya untuk laki-laki suatu kebenaran. Artinya, peranan
(Sastriyani, 2008:236-237). Sehingga perempuan dalam ekonomi keluarga
jauh lebih berarti dibandingkan suami menawar diantara orang-orang yang
maka disini perempuan akan saling berinteraksi yaitu antara suami
mempunyai kekuasaan, pengaruh, dan anggota keluarga lainnya untuk
kekuatan, posisi tawar menawar yang bersama-sama mengambil langkah
baik serta kebebasan yang sama yang lebih matang menentukan suatu
dengan suaminya tersebut. (Handayani keputusan terakhir yang harus diambil.
dan Novianto, 2008:13). Meski tidak Dengan begini, akan terlihat pola
dipungkiri tetaplah ada perbedaan struktur pengambilan keputusan atau
yaitu seperti yang dijelaskan oleh struktur kuasa dalam keluarga tersebut.
Koentjoroningrat (2007:187) fokus Perempuan yang memiliki
peranan perempuan sebagai istri dalam peran ganda, tetap di tuntut untuk terus
manajemen anggaran pendapatan dan berada pada keseimbangan perannya.
belanja rumah tangga. Mereka tidak Dalam mengatasi hal ini, terdapat
bisa dipisahkan dari sistem nilai yang strategi yang diterapkan dalam
mengikatnya selama ini yaitu norma- keseharian mereka yaitu dengan
norma yang merupakan ciri-ciri strategi adaptasi. Strategi ini secara
kepribadian perempuan. kodrati sebagai sebuah kecenderungan
Ide-ide dan gagasan-gagasan untuk hidup dalam kebersamaan yang
manusia banyak yang hidup bersama
tak bisa dilepaskan dari makhluk sosial
dalam suatu masyarakat, memberi jiwa
kepada masyarakat itu. Gagasan- lainnya.
gagasan itu tidak bisa lepas dari yang
Manusia sebagai makhluk
lain, melainkan selalu berkaitan,
menjadi suatu sistem. Dalam bahasa sosial sebisa mungkin harus mampu
Indonesia, terdapat juga istilah lain
menyesuaikan dirinya terhadap
yang sangat tepat untuk menyebutkan
wujud ideal dari kebudayaan ini yaitu lingkungan disekitarnya, hal ini dapat
adat-istiadat.
dilakukan dengan kemampuan yang
Memandang hal tersebut,
dimiliki setiap masing-masing individu
penjabaran mengenai sebuah tantangan
satu dengan individu lainnya yaitu
dalam pengambilan keputusan adalah
dengan interaksi sosial. Interaksi sosial
suatu refleksi antara proses tawar-
adalah bagian dari adaptasi yang dapat
dimaknai sebagai hubungan sosial Individu lebih mengarah pada
dinamis yang menyangkut hubungan kemampuan untuk mengatasi
antara perorangan, kelompok maupun hambatan dalam lingkungan alam
perorangan dengan kelompok. sebagai alat pemuas kebutuhan,
Strategi adaptasi yang sedangkan pada kelompok lebih
dikemukakan Bennet terbagi menjadi mengarah pada kemampuan dalam
tiga bagian yaitu adaptasi perilaku mengatasi hambatan untuk
(adaptive behavior), adaptasi siasat mempertahankan hidup. Setiap indvidu
(adaptive strategy), dan adaptasi yang hidup bersama dalam suatu
proses (adaptive processes). 1.) lingkungan sosial, pada dasarnya
Adaptasi perilaku adalah perilaku yang mencoba berusaha untuk
muncul biasanya digunakan sebagai mempertahankan hidup dengan
alat untuk dapat mempertahankan diri mengatasi permasalahan yang ada
terhadap lingkungan yang berubah dan dengan cara membutuhkan keberadaan
mencoba mengikuti alur yang ada orang lain. Oleh sebab itu, didalam
didalam perubahan tersebut. 2.) strategi Bennet ini, penting sekali
Adaptasi siasat adalah perilaku yang adanya interaksi dan proses sosial
dilakukan untuk menyiasati perubahan yang menjadi bagian utama untuk
yang ada di lingkungan sekitar. terus menjadi bagian yang tak dapat
Meskipun memang perubahan tersebut terpisahkan dari adaptasi.
tidak selalu menimbulkan suatu hal Dilihat dari teori
yang sifatnya negatif namun adaptasi strukturalisme fungsionalisme yang
ini tetap perlu dilakukan agar dalam diungkapkan oleh Robert K Merton
menyesuaikan diri didalam perubahan memusatkan perhatiannya pada
bisa berada pada posisi yang tepat kelompok, organisasi, masyarakat, dan
sehingga dapat mempertahankan kultur. Setiap objek yang dijadikan
hidup. 3.) Adaptasi proses adalah sasaran dalam konsepnya ini adalah
adaptasi yang terbagi menjadi dua terpola dan berulang. (Merton,
level yaitu individu dan kelompok. 1949/1968:104-105). Lebih lanjut
Merton menjelaskan didalam sedangkan fungsi tersembunyi adalah
sasarannya antara lain mengenai peran fungsi yang tak tampak, atau bisa
sosial, pola institusional, proses sosial, dikatakan sebagai konsekuensi (akibat)
pola kultur, emosi yang terpola secara yang tidak diharapkan”. (Merton,
kultural, norma sosial, organisasi 1949/1968:105).
kelompok, struktur sosial, dan Setiap fungsi yang tak
perlengkapan untuk pengendalian diharapkan tersebut, terdapat upaya
sosial. Perhatiannya terpusat pada untuk mengintergrasikannya yaitu
fungsi sosial dimana dalam dengan sebuah elemen fungsional.
pendefinisian fungsi sebagai Elemen ini juga untuk menghindari
konsekuensi-konsekuensi yang dapat terjadinya ketidakstabilan potensial
diamati sehingga menimbulkan (integrasi) didalam diri individu yang
adaptasi atau penyesuaian diri dari memiliki banyak peran.
sistem tertentu. C. Metode Penelitian
Adaptasi yang dikemukakan Penelitian dilakukan di Dusun
Merton tidak selalu mempunyai akibat Kaplingan, Kecamatan Jebres, Kota
positif, sehingga dalam studinya ini, Ia Surakarta dikarenakan di daerah ini
juga mengemukakan mengenai akibat ditemukan banyak perempuan yang
negatifnya terhadap fakta sosial lain. bekerja dengan berbagai alasan dan
Hal ini akhirnya menjadi suatu telah melalui proses pengambilan
pengembangan gagasan yang keputusan yang juga melalui izin serta
disebutnya sebagai disfungsi. ridha dari suami. Sebagai perempuan
Merton juga memperkenalkan bekerja, mereka juga berperan sebagai
fungsi nyata (manifest) dan fungsi ibu rumah tangga sehingga akhirnya
tersembunyi (latent). Fungsi nyata peran dimiliki adalah peran ganda.
disini adalah fungsi yang tampak, atau
bisa didefinisikan sebagai konsekuensi D. Teknik Pengumpulan Data

(akibat) yang diharapkan dari suatu Data dalam penelitian ini


tindakan maupun situasi sosial, terdiri atas data primer dan data
sekunder. Menurut Sugiyono Teknik pengumpulan data
(2012:225) sumber data primer adalah yang akan digunakan dalam penelitian
sumber data yang langsung ini adalah wawancara mendalam (in-
memberikan data kepada pengumpul depth interviews), observasi dan
data. Data primer dalam penelitian ini dokumentasi. Wawancara menurut
diperoleh melalui observasi dan Stewart dan Cash dalam Herdiansyah
wawancara dengan sejumlah informan. (2010:118) adalah sebuah interaksi
Dalam menentukan informan, peneliti yang didalamnya terdapat pertukaran
melakukan pertimbangan tertentu yang atau berbagi aturan, tanggung jawab,
mana dianggap dapat memberikan data perasaan, kepercayaan, motif dan
sesuai dengan yang dibutuhkan. informasi. Dalam wawancara ini,
peneliti mencoba menggali dan
Data sekunder merupakan
mencari alasan informan terkait proses
data yang diperoleh bukan dari sumber
pengambilan keputusannya untuk
pertama sebagai sarana untuk
bekerja sehingga dirinya memegang
memperoleh data atau informasi untuk
peran ganda di domestik dan publik.
menjawab masalah yang diteliti,
Selain itu, peneliti juga mencoba
melainkan melalui data yang bersifat
memancing apakah terdapat konflik
dokumentasi atau studi kepustakaan
mengenai hasil keputusannya sehingga
yang berkaitan dengan informasi
dirasa perlu memiliki strategi-strategi
dalam penelitian. Sumber data
apa saja untuk tetap menyeimbangkan
sekunder dalam penelitian ini adalah
peran gandanya tersebut.
data statistik mengenai jumlah
perempuan yang bekerja yang Observasi adalah suatu proses
diperoleh dari Kantor Kelurahan melihat, mengamati, dan mencermati
Jebres, situs resmi Badan Pusat serta merekam perilaku secara
Statistik, dan beberapa hasil penelitian sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
yang terkait dengan jenis penelitian Perilaku yang muncul dalam
ini. pengamatan langsung (observasi)
dapat berupa perilaku yang langsung data menurut Miles dan Huberman
dilihat oleh mata, dapat didengar, (1992) dalam Afrizal (2014:178)
dapat dihitung dan dapat diukur. adalah proses analisa dengan tiga
(Herdiansyah, 2010:132). Pelaksanaan tahap yaitu kodifikasi data
observasi dalam penelitian ini (pengumpulan data), penyajian data
menggunakan observasi berperan pasif dan penarikan kesimpulan atau
dimana peneliti hanya mendatangi verifikasi.
lokasi penelitian sebagai pengamat
D. Pembahasan
pasif dan tidak mengambil peran
1. Deskripsi Lokasi
tertentu dalam situasi yang diamati
Penelitian
namun tetap benar-benar hadir dalam
Jumlah penduduk Dusun
konteksnya. Peneliti perlu mengamati
Kaplingan tercatat 2292 jiwa dengan
situasi dan suasana penyeimbangan
659 kepala keluarga. Jumlah penduduk
peran perempuan ganda di Dusun
laki-laki sebanyak 1143, sedangkan
Kaplingan.
penduduk perempuan 1149 (Bank data
Dokumentasi digunakan Dusun Kaplingan (RW 20) Kelurahan
untuk melengkapi dan memperjelas Jebres, Kecamatan Jebres, Kota
hasil informasi dari wawancara dan Surakarta Bulan April Tahun 2016).
observasi. Menurut Sutopo (2006:61), Mayoritas penduduk Dusun Kaplingan
dokumentasi merupakan bahan tertulis di dominasi oleh agama Islam,
yang berhubungan dengan suatu sedangkan minoritasnya adalah agama
peristiwa atau aktivitas tertentu, dapat Hindu dan Budha.
berupa rekaman tertulis, gambar atau Dalam hal segi pendidikan,
benda peninggalan yang berkaitan penduduk Dusun Kaplingan masih
dengan aktivitas atau peristiwa tergolong kategori rendah. Hal ini
tertentu. terbukti dengan lulusan pendidikan
mereka adalah SLTP/ sederajat
Tahap analisa data dalam
sebanyak 394 dan SLTA/ sederajat
penelitian ini menggunakan analisa
sebanyak 484. Sedangkan untuk mendasari hal tersebut, banyak
Diploma dan tingkat Sarjananya masih ragamnya dan tidak bisa di
minoritas yaitu 154 (DIII sebanyak 56 interpretasikan oleh satu alasan saja.
siswa, DIV sebanyak 98) dan 14 (S2 Perempuan yang berhasil ke
sebanyak 11, S3 sebanyak 3). Selain ruang publik, dimaknai dengan alasan
itu, ada juga penduduk yang tidak/ dasar yang bukan hanya terkait
belum sekolah sebanyak 256, belum kebutuhan ekonomi, namun juga untuk
tamat SD sebanyak 106, tidak tamat aktualisasi ilmu pengetahuan yang
SD sebanyak 163, dan Tamat SD telah didapatkannya semasa
sebanyak 544. mengenyam pendidikan tinggi, sarana
Untuk soal pekerjaan, mereka ibadah semata-mata untuk
sudah mendapatkan pekerjaan yang menyalurkan bakat dan minatnya
lumayan seperti karyawan dan buruh. didalam bidang pekerjaannya, serta
Sedangkan untuk bidang pekerjaan keinginan dalam dirinya sendiri.
lainnya di Dusun Kaplingan, mereka Pola pemikiran perempuan di
bekerja sebagai guru/ dosen, PNS, Dusun Kaplingan, Jebres, Surakarta
TNI, Polri dan Wiraswasta. Sisanya sudah semakin maju dan mengalami
adalah ibu rumah tangga dan pelajar/ internalisasi perubahan sosial masa
mahasiswa. kini mengenai persamaan hak dan
2. Proses Pengambilan kewajiban seperti laki-laki dalam
Keputusan Perempuan ruang publik. Mereka mempunyai
Bekerja kesempatan yang sama dalam
Membahas mengenai proses keseteraan gender, meskipun memang
pengambilan keputusan seorang tidak sepenuhnya berada pada posisi
perempuan bekerja, erat kaitannya atau jabatan yang tinggi seperti laki-
dengan alasan yang mendasari laki, namun mereka tetap
mengapa akhirnya perempuan memilih memperjuangan dan menikmati
untuk keluar dari ruang domestik ke pekerjaannya di publik seperti menjadi
ruang publik. Alasan-alasan yang guru, perawat, pegawai pns, pedagang
dan juga buruh. Keputusan untuk untuk anak-anaknya. Alasan bekerja
bekerja, tidaklah begitu saja mengalir yang dijelaskan oleh setiap perempuan
dengan mudahnya, namun harus di Dusun Kaplingan, juga harus
melalui beberapa proses yaitu izin dari dimaknai dengan beberapa lapis
suami serta pemberian pengertian makna berdasarkan pengalaman-
kepada anak bahwa mereka akan pengalaman hidup mereka.
bekerja. Perannya sebagai ibu dan istri, Sebagai suami yang
mengharuskan mereka untuk tetap bisa memperbolehkan dan juga ikut serta
memegang keseimbangan peran saat memberikan keputusan kepada istrinya
mereka sudah berada di publik dan untuk bekerja, bukanlah suatu hal yang
sepulangnya atau bahkan sebelum asing lagi. Pola pengambilan
berangkat bekerja, untuk memegang keputusan dalam suatu keluarga
perannya di domestik. menggambarkan bagaimana struktur
Sejak dahulu, perempuan dan pola kekuasaannya bisa diambil
sudah dikontruksikan untuk menjadi dengan sebaik-baiknya yang
perempuan yang perannya terbatas merupakan suatu kesepakatan
pada ruang domestik. Perannya bersama. Lebih lanjut dijelaskan oleh
dirumah untuk merawat anak, Weber (1978) dalam (Farihah,
mencuci, memasak serta mengurusi 2009:147) bahwa suatu pengambilan
segala urusan rumah tangga menjadi keputusan dalam keluarga selalu
peran yang sudah menjelma dalam dikaitkan dengan struktur kuasa dalam
sebuah kebudayaan dan menjadi suatu keluarga. Kuasa disini didefiniskan
sistem yang telah lama melekat di sebagai kemungkinan didalam suatu
masyarakat. Hal ini mempengaruhi hubungan sosial seseorang mampu
keputusan perempuan untuk bekerja, untuk merealisasikan kehendaknya,
sehingga ketika mereka sudah berhasil sekalipun itu terdapat tantangan.
di publik, mereka dituntut untuk tidak Tantangan dihadapi bisa berupa
mengabaikan perannya di domestik kesiapan peran perempuan memikul
baik sebagai menjadi istri dan ibu peran ganda. Selain itu juga sebagai
sebuah konsekuensi dalam pembagian yang tidak diharapkan”. (Merton,
kerja meski tidak disadari atau 1949/1968:105). Jika dikaitkan dengan
direncanakan sebelumnya. Suami hal tersebut, fungsi manifest untuk
mengambil alih peran sementara istri perempuan yang bekerja dengan alasan
ketika istri pulang larut karena lembur utama ekonomi adalah agar bisa
sehingga mengharuskan suami untuk mensejahterakan kehidupan
merawat, mengawasi dan memasak keluarganya yang kekurangan,
untuk anak. sehingga segala kebutuhan hidup
Penghargaan mengenai untuk sehari-harinya bisa selalu
keputusan perempuan untuk bekerja tercukupi. Meskipun juga tak dapat
tidak seharusnya di kungkung begitu dipungkiri jika disisi lainnya akan
saja, melainkan harus di dukung. muncul fungsi laten yaitu perempuan
Perempuan yang bekerja dengan yang bekerja bisa saja mengabaikan
alasan utama untuk membantu perannya dirumah karena sudah
perekonomian rumah tangga, justru merasakan lelah dan ingin segera
memiliki fungsi manifest seperti yang beristirahat untuk keesokan harinya
di kemukakan oleh Robert K Merton. sehingga peran gandanya bisa
Dalam teori strukturalisme terbengkalai, kemudian muncul lah
fungsionalismenya, Merton disfungsional dalam keluarga.
memperkenalkan fungsi nyata Untuk membahasnya lebih
(manifest) dan fungsi tersembunyi dalam lagi, Merton mengembangkan
(latent). Fungsi nyata disini adalah konsep “keseimbangan bersih”yang
fungsi yang tampak, atau bisa menyatakanantara fungsi positif dan
didefinisikan sebagai konsekuensi disfungsi tak akan pernah mampu
(akibat) yang diharapkan dari suatu menentukan mana yang lebih banyak
tindakan maupun situasi sosial, karena masalahnya sedemikian
sedangkan fungsi tersembunyi adalah kompleks dan banyak penilaian
fungsi yang tak tampak, atau bisa subjektif yang melandasinya sehingga
dikatakan sebagai konsekuensi (akibat) tak mudah dihitung dan
ditimbang.Seperti yang telah Perempuan disana banyak yang mulai
dikemukakan pada pembahasan meninggalkan budaya patriarki dan
sebelumnya, perempuan yang bekerja keluar dari domestiknya ke publik
didasari oleh berbagai alasan dengan dengan berbagai alasan.
lapis makna dan tidak dapat Statusnya sebagai perempuan
diinterpretasikan dalam satu makna domestik mulai bergeser menjadi
saja. Sehingga dalam memahami perempuan yang bekerja dengan
perempuan bisa dilakukan dari memegang banyak peranan yang bisa
berbagai sisi, yaitu sisi kultural dan disebut role-set. (Raho, 2007:67).
strukturalnya tanpa mengabaikan Status berarti suatu posisi di dalam
pandangan dari dalam tentang alasan struktur sosial yang disertai dengan
yang mendasari suatu praktik sosial hak dan kewajibannya, sedangkan
yang diwujudkan oleh perempuan peran berarti pola tingkah laku yang
yaitu untuk bekerja dan memegang diharapkan masyarakat dari orang
peran ganda. yang menduduki status tertentu. Jika di
kaji lebih dalam, status perempuan di
3. Strategi Menyeimbangkan Dusun Kaplingan memiliki banyak hak
Peran Ganda dan kewajiban. Haknya sebagai
Konsep yang dikemukakan perempuan apalagi di era perubahan
oleh Robert K Merton mengenai sosial ini, membuat mereka bukan
strukturalisme dan fungsionalisme hanya sekedar perempuan yang berada
dapat dirasakan keberadaannya di pada ruang domestik. Mereka
Dusun Kaplingan, Jebres, Surakarta. menuntut hak kesetaraan seperti
Perhatian utamanya yang terpusat pada halnya laki-laki untuk berada di
fungsi sosial dimana dalam publik.
pendefinisian fungsi sebagai Ketika berhasil memainkan
konsekuensi-konsekuensi yang dapat peran ganda maka kesuksesan sebagai
diamati menimbulkan adaptasi atau perempuan bukan lagi dipandang dari
penyesuaian diri dari sistem tertentu. salah satu ruang saja melainkan dari
keduanya yaitu domestik dan publik. konflik. Pusat perhatian analisanya
Di rumah, selain mengerjakan urusan pada struktur sosial dan elemen
rumah tangga, merawat dan mengurus fungsional serta disfungsional. Elemen
anak, mereka juga dituntut untuk fungsional adalah elemen yang
menjadi Ibu yang baik serta sosok istri menghindari terjadinya ketidakstabilan
yang taat dan patuh kepada suami. potensial (integrasi) didalam diri
Selain itu, statusnya sebagai individu yang memiliki banyak peran.
perempuan bekerja juga juga Elemen disfungsional adalah elemen
mengharuskannya menyediakan yang secara tidak sadar menciptakan
banyak waktu untuk anak-anaknya ketidakstablilan (konflik) dalam diri
dirumah serta memenuhi keinginan invidu yang memiliki banyak peran.
untuk selalu bisa dekat dengan (Raho, 2007:69)
perasaan anak-anaknya. Aspirasinya Ketika salah satu perannya
pada kehidupan keluarga merupakan tidak seimbang dan menimbulkan
cara perempuan menyikapi dirinya konflik, maka ada usaha integrasi yang
sebagai pribadi, istri dan ibu. (Sadli, dilakukan yaitu berupa strategi-strategi
2010:195). Sedangkan di publik, penyeimbangan peran. Strategi
mereka tetap menjalankan aktivitas adaptasi yang dilakukan diatas, sesuai
pekerjaannya sesuai profesionalitas. pula dengan konsep Merton yang juga
Perempuan yang bekerja memberikan empat mekanisme yang
berusaha memiliki cara-cara atau bisa dilakukan untuk mengurangi
strategi untuk tetap dapat terjadinya konflik peranan, yaitu:
menyeimbangkan kedua perannya. Hal 1.) Intensitas keterlibatan
ini sesuai dengan konsep Merton yang dalam peran yang berbeda-
mengkaitkan perangkat peran beda.
perempuan dengan hubungan struktur Perempuan yang terlibat
sosialnya. Ia mengkhususkan untuk dalam banyak peran haruslah pandai
mengintegrasikan peran-peran yang mengatur intensitasnya sesuai dengan
banyak itu sehingga tidak terjadi prioritasnya sejauh mana. Jika sudah
menjalani peran di publik, maka sebisa semakin berusaha meyeimbangkan
mungkin intensitas peran di domestik peran gandanya.
harus lebih di porsikan lebih banyak 3.) Peran yang sedang
guna mengingat perempuan sebagai dijalankannya tersebut cukup terisolir
ratu rumah tangga dengan segala sehingga terkadang sulit diamati oleh
urusannya untuk mengurus anak, orang-orang yang berada dalam role-
memanajemen anggaran pendapatan, set itu. Dengan memaknai alasan
melayani kebutuhan yang diperlukan dilihat dari sudut pandang
suami, membersihkan rumah dan yang subjektivitas, maka setiap orang bisa
lainnya. Bukan hanya itu, keterlibatan saling memahami dan menciptakan
dalam kegiatan sosial di masyarakat keadaan nyaman untuk setiap ruang
seperti PKK juga perlu dilibatkan perempuan dengan peran ganda.
untuk membuat perempuan semakin Motivasi dan dukungan sosial yang
terbuka dengan segala peran yang tinggi juga sangat berpengaruh
terbatas dan sudah terkontruksi sejak terhadap sumber keberhasilan
lama. perempuan diruang publik dan
2.) Individu yang terlibat domestik. Sehingga keadaan yang
dalam role-set bisa bersaing satu sama tadinya terisolir, bisa menjadi alat
lain untuk memperoleh kekuasaan. untuk mengendalikan ketidakstabilan
Dalam situasi ini, keterlibatan individu peran yang dijalani setiap perempuan.
tersebut dalam konflik bisa saja 4.) Tingkat konflik yang
memberikan lebih banyak otonomi dialami oleh anggota-anggota yang
kepada orang yang mempunyai peran berada dalam role-set bisa diamati.
tertentu itu. Situasi dimana perempuan Misal memang jelas ada konflik, maka
yang terlibat konflik dengan adalah tugas dari anggota-anggota
peranannya baik di lingkungan role-set untuk menyelesaikan konflik
pekerjaan ataupun di rumah akan itu. Pembagian peran kepada suami
memberikan banyak otonomi dan baik direncanakan maupun tidak
pembelajaran kepada perempuan untuk direncanakan karena situasi yang
mendesak disebabkan istrinya masih macam profesi, serta tujuh informan
harus disibukkan dengan urusan laki-laki yang merupakan suami dari
pekerjaan, bisa menjadi salah satu para perempuan yang bekerja tersebut
upaya untuk mengatasi ketidakstabilan untuk mengetahui seberapa besar
peran andilnya dalam proses keputusan
Dari beberapa ketidakstabilan perempuan bekerja tersebut.
peran yang dialami oleh perempuan Suatu proses pengambilan
Dusun Kaplingan dan akhirnya keputusan perempuan bekerja didasari
menyebabkan ketidakseimbangan oleh macam-macam alasan yang
peran gandanya, tetap akan ada usaha dimaknai dengan berbagai lapis makna
dan alternatif lain untuk diantaranya untuk memenuhi
mengendalikan dan mengembalikan kebutuhan ekonomi keluarga,
keteraturan sosial. Dengan begitu, menambah pendapatan suami, terdapat
peran gandanya sebagai perempuan kesempatan kerja yang tak ingin disia-
yang bekerja dan mengurus rumah siakan, aktulialisasi diri sesuai bidang
tangga bisa diatasi dengan strategi- pendidikan, dan sarana ibadah
stratagi keseimbangan peran yang bisa pengabdian kepada Allah atas ilmu
disebut sebagai alternatif fungsional. yang sudah diraih. Didalam proses
E. Kesimpulan pengambilan keputusan bekerja, tidak
Pada catatan akhir yang juga hanya berdasarkan pada keputusan
sebagai penutup pada bagian ini adalah pribadi semata, melainkan juga
didapatkannya hasil penelitian dari melibatkan izin pihak keluarga seperti
strategi penyeimbangan peran ganda suami dan anak. Hal ini mengingat
dalam studi kasus proses pengambilan bahwa dirinya adalah seorang
keputusan perempuan bekerja tepatnya perempuan dengan peran sebagai istri
di Dusun Kaplingan, Kecamatan dan ibu yang tidak boleh melupakan
Jebres, Kota Surakarta. Penelitian ini tanggung jawab dan perannya saat di
mengambil tujuh orang perempuan domestik.
sebagai informan dengan berbagai
Menjadi perempuan dengan memberikan lebih banyak otonomi
peran ganda tidak sepenuhnya dapat kepada orang yang mempunyai peran
berjalan sebagaimana mestinya, oleh tertentu itu. Situasi dimana perempuan
sebab itu biasanya mereka memiliki yang terlibat konflik dengan
strategi penyeimbangan peran ganda peranannya baik di lingkungan
untuk mengatasinya konflik serta pekerjaan ataupun di rumah akan
terjadinya disfungsi yaitu dengan memberikan banyak otonomi dan
elemen fungsional yang terdiri dari pembelajaran kepada perempuan untuk
empat mekanisme: 1.) Intensitas semakin berusaha meyeimbangkan
keterlibatan dalam peran yang peran gandanya. 3.) Peran yang sedang
berbeda-beda. Dalam hal ini, dijalankannya tersebut cukup terisolir
perempuan yang terlibat dalam banyak sehingga terkadang sulit diamati oleh
peran haruslah pandai mengatur orang-orang yang berada dalam role-
intensitasnya sesuai dengan set itu. Dengan memaknai alasan
prioritasnya sejauh mana. Jika sudah dilihat dari sudut pandang
menjalani peran di publik, maka sebisa subjektivitas, maka setiap orang bisa
mungkin intensitas peran di domestik saling memahami dan menciptakan
harus lebih di porsikan lebih banyak keadaan nyaman untuk setiap ruang
guna mengingat perempuan sebagai perempuan dengan peran ganda. 4.)
ratu rumah tangga dengan segala Tingkat konflik yang dialami oleh
urusannya untuk mengurus anak, anggota-anggota yang berada dalam
memanajemen anggaran pendapatan, role-set bisa diamati. Berkaitan dengan
melayani kebutuhan yang diperlukan hal tersebut, maka pembagian peran
suami, membersihkan rumah dan yang kepada suami baik direncanakan
lainnya. 2.) Individu yang terlibat maupun tidak direncanakan karena
dalam role-set bisa bersaing satu sama situasi yang mendesak disebabkan
lain untuk memperoleh kekuasaan. istrinya masih harus disibukkan
Dalam situasi ini, keterlibatan individu dengan urusan pekerjaan, bisa menjadi
tersebut dalam konflik bisa saja
salah satu upaya untuk mengatasi memberikan pengertian kepada anak
ketidakstabilan peran. tentang pekerjaan yang dilakukan, 2.)
Selain itu, strategi strategi siasat yaitu perilaku yang
penyeimbangan peran ganda pun juga dilakukan untuk menyiasati perubahan
didukung pula oleh strategi adaptasi yang ada di lingkungan. Bentuk
Bannet yang terbagi menjadi tiga tindakan yang dilakukan berupa
bagian: Strategi menyeimbangkan menitipkan anak pada orang terdekat
peran ganda dapat dilakukan dengan seperti ibu, mertua, pengasuh anak,
stategi adaptasi yang terdiri dari: 1.) dan pembantu, 3.) strategi proses yaitu
strategi perilaku yaitu perilaku yang perilaku yang dilakukan untuk
muncul biasanya digunakan sebagai mempertahankan hidup dengan
alat untuk dapat mempertahankan diri mengatasi permasalahan yang ada
terhadap lingkungan yang berubah dan dengan cara membutuhkan keberadaan
mencoba mengikuti alur yang ada orang lain. Bentuk tindakan dalam
didalam perubahan tersebut. Bentuk strategi ini adalah dengan tetap
tindakan yang dapat dilakukan adalah memantau perkembangan dan
dengan menghabiskan waktu bersama pendidikan anak.
keluarga saat hari libur kerja dan
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta:


Tarawang Press.

Bennet, W. John. 2005. The Ecological Transition Cultural Antrhopology And


Human Adaption. USA: Washington University at st Louis.

Farihah, Irzum. 2009. Perempuan, Etos Kerja dan Pengambilan Keputusan Dalam
Keluarga Nelayan. Jurnal Studi Gender. 2 (2): 143-160

Goodman, Douglas J dan Ritzer, George. Teori Sosiologi Modern. 2005. Jakarta:
Prenada Media.
Handayani, Christina S dan Novianto, Ardhian. 2008. Kuasa Wanita Jawa.
Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Yogyakarta.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


Jakarta: Salemba Humanika.

Koentjaraningrat. 2007. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Merton, Robert K. 1949/1968. Manifest dan Latent Functions in R.K Merton, Social
Theory and Social Structure. New York: Free Press: 73-138

Mosse, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. 1996. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda Tapi Setara (Pemikiran Tentang Kajian


Perempuan). Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Sastriyani, Siti Hariti. 2008. Perempuan Di Sektor Publik. Yogyakarta: Tiara


Wacana.

Susilantini, Endah. 2006. Peran Ganda Wanita Indonesia. Jurnal Jantra (Sejarah
dan Budaya). 2 (1): 99-105.

Anda mungkin juga menyukai