Anda di halaman 1dari 8

LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK) KOHATI HMI CABANG BANDUNG

PERAN PEREMPUAN DALAM BEKERJA


Alvina Puji Agustiani
Cabang Kuningan
Email: alvinapujiagustiani@gmail.com
No.Handphone: 089524193944

Abstrak: Perempuan bekerja merupakan hal yang sudah biasa di jaman sekarang ini. Alasan mereka sangat
beragam, antara lain: kondisi ekonomi, tuntutan jaman dan eksistensi diri sebagai manusia yang
memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki. Namun kultur yang masih belum berpihak
mengakibatkan perempuan bekerja dan berperan di wilayah publik sekaligus domestik. Tetapi
masih ada masyarakat yang berpandangan bahwa perempuan tidak bisa bekerja di wilayah publik
karena perempuan sering kali dilabelkan sebagai sumber daya yang lemah, kurang kompeten dan
layak dibayar murah karena tidak mempunyai tanggung jawab sebesar laki-laki dalam
kehidupannya. Namun dengan seiring perkembangan jaman peran perempuan pada jaman sekarang
ini tidak hanya membangun diri dan keluarganya, tetapi juga membangun masyarakat dan Negara.
Negara akan kuat jika ada perempuan kuat didalamnya. Oleh karena itu, tak ada kata lain selain
perempuan harus diberi peluang seluas-luasnya untuk terlibat dalam masyarakat, ekonomi dan
Negara.
PENDAHULUAN
Berkaitan dengan perkembangan zaman, masyarakat sekarang membutuhkan peran
perempuan dalam segala aspek, pendidikan, sosial ekonomi, hukum, politik dan lain-lain.
Hal tersebut dipengaruhi oleh tuntutan bangsa atas nama masyarakat bahwa kemajuan suatu
bangsa ditentukan bagaimana bangsa tersebut peduli dan memberi akses yang luas bagi
perempuan untuk beraktifitas di ranah publik. Ada sebuah sejarah yang mungkin luput dari
pandangan banyak orang saat ini, kartini pahlawan perempuan di Indonesia yang melakukan
negosiasi politik feminitas dalam salah satu perjuangannya. Dalam kultur tradisional,
memasak, dikawinkan dan di pingit adalah kegiatan yang melekat pada diri perempuan.1
Dalam masyarakat juga pemimpin sering diletakan sebagai jabatan laki-laki, sedangkan
perempuan selalu diletakkan dalam unsur pendukungnya dan biasanya perempuan
diletakkan dengan pekerjaan keluarga yang tidak di perhitungkan jerih payahnya,
perempuan sering kali dilabelkan sebagai sumber daya yang lemah, kurang kompeten dan
layak dibayar murah karena tidak mempunyai tanggung jawab sebesar laki-laki dalam
kehidupannya, serta dilekatkan dengan pekerjaan yang tidak strategis.
Namun dengan seiring perkembangan zaman peran perempuan pada masa kini tidak
hanya membangun diri dan keluarganya, tetapi juga membangun masyarakat dan Negara.
Negara akan kuat jika ada perempuan kuat didalamnya. Oleh karena itu, tak ada kata lain
selain perempuan harus diberi peluang seluas-luasnya untuk terlibat dalam pembangunan
masyarakat, ekonomi dan Negara. Perempuan sebagai kelompok penduduk yang jumlahnya
mayoritas ditantang untuk ambil bagian menghadapi perubahan yang terjadi di
lingkungannya. Dampak lain dari globalisasi adalah adanya keterbukaan dan peningkatan
peluang dan kesempatan bagi perempuan untuk berperan lebih luas. 2

1
Indah Ahdiah. 2013. “Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat”. Jurnal Academica Fisip Untad, Vol 05,
No.02 hal 1089
2
Arbaiyah Prantiasih. 2014. “Reposisi Peran dan Fungsi Perempuan”. Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Vol 27, No.01 hal 5
Secara kodrati tenaga dan kekuatan perempuan lebih lemah dari laki-laki dan secara
fisik perempuan di bawah laki-laki, maka bentuk persamaan antara laki-laki dan perempuan
dalam hak dan kewajiban adalah persamaan dalam perbedaan. Tidak ada larangan dalam
islam bagi perempuan untuk meniti karir atau bekerja dan tidak ada hambatan bagi
perempuan untuk menyenangi beberapa job, selama karir dan job itu memungkinkan untuk
diamalkan dan tidak mengganggu status keperempuanan-nya serta kedudukannya sebagai
seorang perempuan.3 Dalam islam kesetaraan kedudukan antara perempuan dan laki-laki di
hadapan Allah Swt terdapat dalam Q.S Al-Hujarat:13
Artinya: “ Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.4
Secara aksioligi perempuan merupakan makhluk ciptaan Allah yang memiliki sifat
memelihara bagi penghuni alam semesta lainnya. Dan salah satu sifat yang menjadi
fitrahnya adalah sifat ke ibu an yang telah tertanam secara alamiah. Dalam sifat ke ibu an
seorang perempuan memiliki sifat-sifat Allah yakni Rahman dan Rahim. Inilah yang
merupakan sifat ke ilahian pada perempuan. 5 tak hanya itu perempuan juga memiliki empat
peran dalam kehidupannya, keempat peran tersebut yaitu perempuan sebagai anak bagi
kedua orang tuanya, sebagai istri bagi suaminya, sebagai ibu bagi anak-anak nya dan sebagai
anggota masyarakat di lingkungannya. Islam memandang dan memposisikan perempuan
sebagai ibu di tempat yang paling luhur dan sangat terhormat. Ibu adalah satu diantara dua
orang tua yang mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan setiap individu. Ditangan
ibu lah setiap individu dibesarkan dengan kasih sayang yang tak terhingga. Secara tegas al-
Qur’an memerintahkan setiap manusia untuk mengapresiasi ibu atas jasa-jasanya dengan
berbuat baik kepadanya.

3
Ibnu Rabbani, Bukan Wanita Biasa Tuntunan Hidup Seorang Muslimah, PT Agromedia Pustaka. Bintaro, hal
29
4
Al-qur’an dan Terjemahannya, PT Syaamil Cipta Media. Bandung
5
Munas XXIV KOHATI 2021. “Hasil Musyawarah Nasional Kohati Ke XXIV”. Surabaya: KOHATI PB
HMI Periode 2021-2023, hal 85
Firman Allah dalam Q.S Luqman/31:14 yang Artinya:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya,
ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-ku lah
kembalimu.”
Peran lain dari seorang perempuan dalam kehidupan sehari-hari juga yaitu sebagai istri.
Suami dan istri adalah sepasang makhluk manusia yang atas dasar cita kasih suci mengikat
diri dalam jalinan pernikahan. Keduanya saling melengkapi dan saling membutuhkan. Q.S
al-Baqarah/2:187 menyataka yang Artinya:
“mereka itu (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka.”6 Antara suami istri diberikan hak dan kedudukan yang seimbang dalam kehidupan
rumah tangga maupun pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Adanya hak dan
kedudukan yang seimbang ini dibarengi dengan suatu kewajiban yang sama pula untuk
membina dan menegakkan rumah tangga yang diharapkan akan menjadi dasar dari susunan
masyarakat.7 perempuan diberikan kebebasan secara penuh dalam menentukan pasangan
hidupnya, bahkan walinya dilarang menikahkannya secara paksa, maka sebuah pernikahan
seorang gadis tidak akan terlaksana apabila belum mendapatkan izin dan persetujuannya. 8
Perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum, bahkan
islam memberikan hak yang sama kepada perempuan dalam mengakhiri kehidupan berumah
tangga yaitu dengan cara “khulu”.9

6
Siti Muri’ah. 2004“ Wanita Karier Dalam Bingkai Islam”. Bandung: Angkasa Bandung. hal 146-147
7
K.Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hal 33
8
Mutawally Sya’rawi, Fikih Perempuan (Terj) Jakarta: Amzah, 2009, Cet. III, hal 107-108
9
Salim Abd al-Ghani al-Rafi’I, Ahkam al-Ahwal al-Syakhsiyyah, hal 105-106
PEMBAHASAN
Pada era sekarang ini, perempuan bukan hanya mereka yang berdiam diri di dalam
rumah dan melakukan kegitan domestik, namum juga melakukan kegiatan di luar rumah
(publik) untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan. Banyaknya perempuan yang bekerja
di luar rumah (publik) ini di sebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, pendidikan
perempuan pada zaman sekarang ini sangat berbeda dengan pendidikan pada zaman dahulu.
Dimana pendidikan perempuan sekarang ini semakin tinggi sehingga meningkatkan
kemampuan mereka untuk bersaing dengan laki-laki di sektor publik karena keinginan untuk
maju dan berkembang dan karena adanya tuntutan jaman yang memang sudah berubah.
Tingginya kesadaran perempuan untuk bekerja tidak linier karena kendala yang mereka
hadapi, terutama kultur yang tidak pernah bisa berpihak pada mereka. Artiya kultur yang ada
dalam masyarakat masih menginginkan perempuan berkerja untuk berperan sebagai pekerja
(public) dan berperan sebagai ibu rumah tangga (domestik).
Perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah tangga merupakan peran mutlak yang
tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam kultur masyarakat kita. Bahkan secara tidak
langsung setiap perempuan pasti akan menjadi ibu rumah tangga dan memiliki jiwa keibuan.
Oleh Karena itu ketika perempuan bekerja, maka yang terjadi adalah mereka tetap
melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga. Perempuan juga memiliki peran yang sangat
besar baik dalam lingkungan keluarga hingga perubahan skala nasional apabila perempuan
mampu secara optimal dan sesuai kodratnya. Peran utama perempuan yang diinginkan
islam adalah mengurus rumah tangganya. Lebih-lebih mengurus dan mendidik anak-
anaknya yang dijelaskan dalam surat Al-baqarah/2:233 Allah Berfirman yang Artinya:
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna.”10

10
Ita Rosita. 2017 “Peran Perempuan Sebagai Pendidik Perspektif M.Quraish Shihab”. Skripsi. Lampung:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Raden Intan.
Dalam Sya’ir Arab “Perempuan adalah tiang Negara, bila kaum perempuannya baik
(berakhlakul karimah) maka negaranya baik dan bila perempuannya rusak (mazmumah)
maka rusaklah negaranya.”11
Maka dari itu perempuan sering disebut sebagai madrasah pertama bagi anak-anak nya
sehingga perempuan harus menempuh pendidikan yang tinggi supaya bisa melahirkan atau
mendidik anak-anak nya nanti dengan baik. Seorang ibu apabila mampu menjaga moral
anaknya maka ibu tersebut mampu menjaga moral bangsa, karena lahirnya generasi emas
penerus bangsa adalah hasil dari pendidikan seorang ibu. Ibu yang pertama kali mendidik
dan mengenalkan dunia kepada anak menjadikan suatu keutuhan.
Selain menjadi ibu rumah tangga perempuan pada jaman sekarang ini juga banyak yang
membantu menopang kondisi ekonomi keluarga. Tidak sedikit perempuan pada jaman
sekarang yang bisa menjadi seorang pemimpin,pengusaha dan pekerjaan lainnya yang dapat
di lakukan oleh perempuan. Perempuan mempunyai hak untuk bekerja selama ia
membutuhkannya atau pekerjaan itu yang membutuhkannya dan selama norma-norma
agama dan asusila tetap terpelihara. Selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana
terhormat, sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya dan dapat pula menghindarkan
dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
Di era reformasi sekarang ini, penanganan peranan pembangunan perempuan perlu
dibangun secara berkelanjutan agar lebih mampu menghadapi tantangan global dan tuntutan
nasional yang semakin berkembang. Pemikiran tersebut terangkum dalam paradigma baru
yang diharapkan mampu menggerakan perubahan cara pandang, inspirasi, langkah-langkah
strategis dan konkrit dalam upaya pemberdayaan perempuan Indonesia di segala bidang
kehidupannya. Paradigma baru itu merupakan paradigma dalam menatap fungsi dan peran
perempuan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

11
Munas XXIV KOHATI 2021. “Hasil Musyawarah Nasional Kohati Ke XXIV”. Surabaya: KOHATI PB
HMI Periode 2021-2023, hal 39
Di sektor publik banyak hal yang dapat diperankan oleh perempuan pada era global
ini.dengan terbukanya peluang dan kesempatan global maka terbuka pula peluang bagi
partisipasi perempuan dalam bidang kegiatan yang dianggap kurang lazim dilaksanakan oleh
perempuan pada saat sebelumnya. Perempuan mempunyai banyak pilihan yang menurut
evaluasi pribadi akan sesuai dengan kemampuan dirinya dan akan bermanfaat untuk
pribadinya, untuk keluarganya atau untuk masyarakatnya. Oleh sebab itulah permasalahan
yang dihadapi dalam transformasi peran ini adalah bagaimana sebagai perempuan dapat
melintasi sektor domestik ke sektor publik dan sebaliknya, sebab sekarang ini masyarakat
bahkan kaum laki-laki belum sepenuhnya menyadari dan menerima proses transformasi
peran ini dengan baik.
Dengan kesetaraan tugas dan kewajiban yang diperankan oleh perempuan dalam
menghadapi tantangan global, perempuan harus memerankan peran domestik dan publik
secara seimbang. Jangan sampai ketika perempuan berperan atau bekerja di luar rumah atau
wilayah publik perempuan tersebut tidak melaksanakan kewajibannya dan melalaikan apa
yang telah menjadi kodratnya sebagai seorang istri bahkan seorang ibu.

KESIMPULAN
Perempuan pada jaman sekarang ini bukan hanya mereka yang berdiam diri di dalam
rumah dan melakukan kegitan domestik, namum juga melakukan kegiatan di luar rumah
(publik) untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan. Perempuan memiliki peran sebagai
ibu rumah tangga merupakan peran mutlak yang tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam
kultur masyarakat kita. Bahkan secara tidak langsung setiap perempuan pasti akan menjadi
ibu rumah tangga dan memiliki jiwa keibuan.
Perempuan juga memiliki peran yang sangat besar baik dalam lingkungan keluarga
hingga perubahan skala nasional apabila perempuan mampu secara optimal dan sesuai
kodratnya. Selain menjadi ibu rumah tangga perempuan pada jaman sekarang ini juga
banyak yang membantu menopang kondisi ekonomi keluarga. Tidak sedikit perempuan pada
jaman sekarang yang bisa menjadi seorang pemimpin,pengusaha dan pekerjaan lainnya yang
dapat di lakukan oleh perempuan.
Perempuan mempunyai banyak pilihan yang menurut evaluasi pribadi akan sesuai
dengan kemampuan dirinya dan akan bermanfaat untuk pribadinya, untuk keluarganya atau
untuk masyarakatnya. Perempuan boleh memilih untuk bekerja dan berkarir di luar
pekerjaan rumah tangganya asalkan telah melaksanakan kewajibannya dan tidak melalaikan
apa yang telah menjadi kodratnya sebagai seorang istri bahkan seorang ibu.

DAFTAR PUSTAKA
Indah Ahdiah. 2013. “Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat”. Jurnal Academica
Fisip Untad, Vol 05, No.02 hal 1089
Arbaiyah Prantiasih. 2014. “Reposisi Peran dan Fungsi Perempuan”. Jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol 27, No.01 hal 5
Ibnu Rabbani, Bukan Wanita Biasa Tuntunan Hidup Seorang Muslimah, PT Agromedia
Pustaka. Bintaro, hal 29
Al-qur’an dan Terjemahannya, PT Syaamil Cipta Media. Bandung
Munas XXIV KOHATI 2021. “Hasil Musyawarah Nasional Kohati Ke XXIV”. Surabaya:
KOHATI PB HMI Periode 2021-2023, hal 85
Siti Muri’ah. 2004“ Wanita Karier Dalam Bingkai Islam”. Bandung: Angkasa Bandung. hal
146-147
K.Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hal 33
Mutawally Sya’rawi, Fikih Perempuan (Terj) Jakarta: Amzah, 2009, Cet. III, hal 107-108
Salim Abd al-Ghani al-Rafi’I, Ahkam al-Ahwal al-Syakhsiyyah, hal 105-106
Ita Rosita. 2017 “Peran Perempuan Sebagai Pendidik Perspektif M.Quraish Shihab”.
Skripsi. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Raden Intan.

Anda mungkin juga menyukai