Anda di halaman 1dari 13

ISLAM DAN HAM PERSPEKTIF DOKTRIN DAN SEJARAH

PEMBAGIAN KERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA


MADURA DI DESA KUALA MANDOR A PERSEPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA

DISUSUN OLEH

ASNAWI

NIM : 2224100725

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

IAIAN PONTIANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masyarakat masih menganggap hukum HAM tidak adil dan


mendiskriminasi laki-laki dan perempuan. Untuk memastikan bahwa hak asasi
perempuan terpenuhi, hukum harus adil atau mempertimbangkan gender. Dengan
mengikuti prinsip persamaan hak dalam segala bidang, laki-laki dan perempuan
mempunyai hak atau kesempatan yang sama untuk mengambil bagian dalam
setiap bagian kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih terlihat jelas bahwa perempuan


memiliki hak yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Laki-laki memiliki peran
paling penting dan tertinggi, dan mereka dapat mengontrol dan membatasi peran
yang dapat dimainkan perempuan di depan umum. Sebaliknya, perempuan diberi
pekerjaan atau dibatasi oleh perannya di sumur, dapur, kasur di rumah. Dengan
kata lain, perempuan hanya diharapkan mengurus suami, anak, dan anggota
keluarga lainnya.

Pria dan wanita perlu melakukan pekerjaan yang berbeda, karena jika
tidak, mereka akan melakukan apa pun yang mereka inginkan, apa pun tujuannya.
Sejak awal rumah tangga atau pernikahan, wanita telah memainkan peran kunci
dalam cara kerja antara suami dan istri. Jika suami tinggal di rumah istri, segala
sesuatu yang berhubungan dengan rumah, sejak pertama kali didirikan, menjadi
beban istri atau pihak istri.

Dalam hal siapa mendapatkan apa, perempuan memiliki hak yang sama
dengan anggota keluarga atau kerabat laki-laki. Terserah istri dan perempuan
untuk membuat keputusan tentang warisan dan keluarga berencana, serta untuk
merawat dan mendidik anak-anak mereka. Begitu pula, tugas istri adalah
memastikan agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Pada masyarakat madura, khususnya di Dusun Kuala Mandor A,


pembagian tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan masih dilakukan secara
gotong royong, dengan tujuan agar tidak membebani suami dengan pekerjaan
sebagai kepala rumah tangga. Partisipasi perempuan dalam pembagian kerja di
ruang publik dalam rumah tangga Madura. Masyarakat Kuala Mandor A tidak
hanya bermanfaat bagi kelangsungan hidup rumah tangga, karena meningkatkan
kemandirian dan status sosial dalam struktur sosial masyarakat, tetapi juga
menambah dinamika sosial ekonomi masyarakat setempat. Oleh karena itu,
perempuan (istri) tidak hanya menjadi peluang bagi pertumbuhan sosial budaya,
tetapi juga bagi perkembangan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masyarakat Suku Madura di Desa Kuala Mandor A


Awalnya, Desa Kuala Mandor A adalah komunitas kecil yang dikelilingi
oleh hutan, sawah, dan perkebunan karet. Tanaman kelapa sawit sudah mulai
memenuhi dusun seiring dengan perluasannya, memastikan keseimbangan antara
tanaman karet dan kelapa sawit. Selain itu, terdapat pabrik kelapa sawit tepat di
dusun Kuala Mandor A, sehingga sebagian warga mulai beralih dari bekerja di
ladang karet ke perkebunan kelapa sawit. Sebelum pemerintah kemudian
membuka lahan untuk perkebunan dengan jumlah tanaman yang tidak
proporsional, pemukiman Kuala Mandor A merupakan hutan yang subur. Sejak
tahun 1950-an, hal ini dilakukan karena masuknya pendatang Madura di wilayah
ini.

Asal muasal Desa Kuala Mandor menurut bapak Misri, bahwa masuknya
masyarakat ke wilayah tersebut sebagian besar terjadi pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an, yang ditandai dengan terciptanya kawasan pemukiman
baru di desa-desa yang masih banyak kawasan hutannya, seperti di Kuala Mandor.
Etnis minoritas Madura masih hidup terpisah di sebuah desa di mana mereka
diperbolehkan untuk menjalani kehidupan tradisional seperti yang mereka
lakukan di masa lalu. Melalui perkawinan antar etnis dan kerja sama ekonomi,
semakin banyak kelompok etnis yang masuk ke masyarakat seiring dengan
perkembangannya. Akibatnya, desa ini terdiri dari banyak etnis, antara lain Jawa,
Melayu, dan Madura.

B. Pembagian Tugas Laki-Laki dan Perempuan


Pada masyarakat Madura di Kuala Mandor A, pemisahan tugas antara
laki-laki dan perempuan pada hakekatnya telah berkembang menjadi kebiasaan
atau konsep orang tua yang harus ditanamkan pada anak; ketika perempuan
menikah atau memiliki anak, maka akan muncul segala aturan tentang hak
keutamaan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki suku Madura sangat
menjunjung tinggi kesetiaan perempuan kepada suaminya.
Banyak peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua kelompok: pertama, teori alam, yang berpendapat
bahwa berbagai fungsi laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh karakteristik
biologis. Gender merupakan faktor dalam salah satu pembeda mendasar antara
fungsi kerja. Istilah gender berasal dari bahasa Inggris dan digunakan untuk
merujuk pada konsep jenis kelamin laki-laki dan perempuan (Rian Nugroho,
2008: 17-18).
Hipotesis ini berpendapat bahwa sejumlah variasi biologis antara laki-laki
dan perempuan adalah yang terutama menentukan peran sosial kedua jenis
kelamin. Kedua, hipotesis pengasuhan menunjukkan bahwa variabel budaya lebih
memengaruhi peran sosial daripada peran biologis. Gagasan ini berpendapat
bahwa peran masyarakat untuk laki-laki dan perempuan tidak ditentukan oleh
perbedaan biologis melainkan oleh budaya masyarakat.
C. Tugas Laki-laki Pada Suku Madura
Dalam suku Madura, khususnya di Dusun Kuala Mandor A, tugas dan
kewajiban seorang laki-laki memegang peranan penting dalam menentukan nasib
keluarga. Secara umum, seorang suami adalah pemimpin keluarga dan tanggung
jawabnya adalah menyediakan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Suami
juga berfungsi sebagai mitra istri dengan menjadi teman yang menyenangkan dan
dapat diandalkan yang selalu ada di saat baik dan buruk dengan terus mencari
waktu untuk berkomunikasi dan menghabiskan waktu luang bersama istrinya.
Sebagai seorang suami, ia juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
istrinya selalu mengikuti jalan yang benar. Selain menjadi pasangan yang baik
bagi istri, suami dapat membantu meringankan tanggung jawabnya, misalnya
dengan mengajak anak bermain atau berekreasi dan memberikan waktu luang
yang sangat baik bagi anak di sela-sela kesibukannya. Selain pekerjaan suami,
istri juga punya pekerjaan penting.
peran perempuan sebagai pendamping suami yang setia dan ibu yang siap
merawat dan memimpin anak-anaknya sangatlah penting. Sama halnya dengan
suami, istri juga berperan sebagai pasangan hidup yang baik dan menyenangkan.
Istri dapat diminta untuk membahas banyak jenis masalah serta topik ringan. Istri
adalah penggerak dan sumber inspirasi bagi kemajuan profesional suaminya.
(Dyah Purbasari Kusumaning Putri. 2015: 2).
Pembagian tugas dan tanggung jawab keluarga yang adil antara suami dan
istri. Terkadang istri masih dipengaruhi oleh pandangan masyarakat tentang peran
gender yang memposisikan perempuan untuk tetap berperan di dalam rumah.
Menurut Rahayu (2011), pola pembagian peran dalam keluarga ditentukan oleh
berbagai variabel.
Yang pertama adalah kebijakan pemerintah yang diartikulasikan dalam
berbagai aturan. Di peraturan ini memuat langkah-langkah yang tidak sensitif
gender dan terus memperparah ideologi patriarki dalam sistem hukum Indonesia.
Kedua, faktor pendidikan. Guru tetap percaya bahwa anak laki-laki akan menjadi
pemimpin dan anak perempuan akan menjadi ibu rumah tangga. Faktor ketiga
adalah nilai. Dengan dominasi kepercayaan tradisional, status perempuan dalam
kehidupan sosial masih didiskriminasi dalam banyak hal, dengan akses
perempuan yang lebih sedikit ke pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan,
dan bidang lainnya. Aspek keempat adalah budaya, yaitu budaya patriarki. Dalam
pola pikir patriarki, kepemimpinan dipandang sebagai hak bagi laki-laki yang
jarang disertai dengan tanggung jawab dan kasih sayang. Kelima, peran media
sebagai agen utama budaya populer. Dalam budaya populer, wanita adalah hal-
hal yang nilai utamanya adalah daya tarik seksual, mempermanis, memuji, dan
memuaskan hasrat pria. Aspek keenam adalah lingkungan, yaitu maraknya
pandangan masyarakat yang rancu.
D. Tugas Perempuan Pada Suku Madura

Fungsi perempuan dalam masyarakat Madura hanya sebatas melayani


suami dan menjaga kehormatannya; juga peran perempuan dalam masyarakat
Madura ditentukan oleh suami; salah satu contoh peran yang ditetapkan oleh
suami adalah:

Pertama, mereka harus bekerja dan melakukan tugas-tugas rumah tangga,


dimulai dengan segala sesuatu yang dipandang sebagai kewajiban perempuan
sebagai bentuk pelayanan kepada suaminya. Jika seorang pria adalah seorang
petani, istrinya juga harus menjadi seorang petani.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa posisi perempuan pra-Islam pada
umumnya suram. Saat itu, perempuan yang memiliki tanggung jawab melahirkan
makhluk hidup di dunia ini dihina, diperlakukan secara brutal, dan direndahkan
martabatnya. Kadang-kadang mereka dipaksa untuk melayani suami mereka dan
diperlakukan semena-mena, dan kehadiran mereka seringkali tidak diakui
sebagaimana mestinya; karenanya, mereka tidak memiliki hak atau peran dalam
masyarakat.

Walaupun fungsi utama perempuan adalah membantu suami, namun


mereka memiliki hak dan akses yang sama terhadap pekerjaan seperti laki-laki,
khususnya dalam bidang kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi keluarga.

C. Status Sosial Perempuan Madura dalam Keluarga

Di rumah perempuan mendapat perlindungan dari kedua orang tuanya;


mereka selalu di bawah pengawasan ketat orang tua. Meskipun perempuan ini
sudah bekerja, mereka tetap diawasi oleh keluarga mereka, terutama orang tua
mereka. Jika seorang wanita sudah menikah dan menjadi seorang istri, dia
bertanggung jawab penuh untuk memelihara rumah tangga. Bahkan berkenaan
dengan pendidikan anak-anaknya, perempuan bertanggung jawab atas semua
urusan rumah tangga. Hal ini tercermin dari sistem perkawinan mereka yang
merupakan sistem perkawinan matrilokal, serta kedudukan perempuan dalam
budaya Madura. Dalam pembagian harta, perempuan memiliki hak yang sama
dengan kerabat laki-laki atau anggota keluarganya.

Dalam hal genetika, pengaturan kelahiran, serta pengasuhan dan


pendidikan anak-anak mereka, istri dan perempuan bertanggung jawab. Demikian
pula kewajiban istri untuk membentuk kepribadian seorang anak menjadi pribadi
yang baik.

Orang Madura memiliki ukuran perilaku yang dapat diterima secara sosial,
yang disebut dengan kerendahan hati (andhap asor). Hal ini menuntut kesopanan,
kesopanan, rasa hormat, dan sifat-sifat luhur lainnya yang harus dimiliki oleh
orang Madura. Oleh karena itu, bagi orang Madura, seseorang tidak dinilai dari
luarnya saja, melainkan akhlak mulianya yang tercermin dari hatinya. Dalam
kehidupan sosialnya, orang Melayu lebih mengutamakan hidup damai. Perlunya
solidaritas sosial dan anjuran untuk saling membantu juga ditonjolkan, seperti
dalam ungkapan gu'teggu'sabbu' atau song-osong lombung, yang menandakan
tanggung jawab atau gotong royong (Zubairi, 2013:4-5).

D. Satus Perempuan Dalam Islam

Dalam Islam, wanita memegang posisi penting yang sebelumnya tidak


ada. Ini karena Islam didirikan di atas gagasan kesetaraan di antara semua
manusia, termasuk pria dan wanita. Untuk menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan
tersebut, diperlukan pengetahuan yang benar tentang hak-hak perempuan dalam
Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta kesadaran dan dedikasi semua pihak untuk
memenuhi dan menjaga hak-hak perempuan. Islam telah menjadi angin segar bagi
perempuan karena wahyu Allah kepada Nabi Muhammad menekankan hak dan
tanggung jawab perempuan. Islam telah ada di muka bumi ini selama lebih dari
empat abad, namun ketentuan Al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber hukum Islam
belum sepenuhnya dilaksanakan dalam masyarakat Islam. Masih ada kebiasaan
masyarakat muslim yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak pantas.

Menurut Al-Qur'an, Allah SWT menciptakan segala sesuatu berpasang-


pasangan, dan selalu ada persamaan dan perbedaan dalam setiap pasangan. Untuk
mencapai tujuan manusia melalui kolaborasi, manusia harus memahami
persamaan dan perbedaan mereka. Harus diakui bahwa dalam budaya Islam, hak
perempuan dan laki-laki seringkali tidak setara. Pria seringkali memiliki lebih
banyak kesempatan daripada wanita. Sebagai khalifah Allah di muka bumi, peran
perempuan tidak terbatas hanya mendampingi laki-laki; dia juga harus bertugas
membangun masyarakat. Sesuai dengan kodrat dan kapasitas masing-masing, pria
dan wanita harus membangun keadaan yang harmonis dalam masyarakat. Oleh
karena itu, semua pihak harus mengetahui dan memahami keuntungan dan
kerugian dari setiap opsi. Akibat kesejajaran dan perbedaan dalam aspek-aspek
tertentu, keduanya tidak identik.

Meskipun demikian, ketidakseimbangan ini tidak mengurangi satu


pendirian sambil melebih-lebihkan yang lain. Dalam hal ini, persamaan harus
dianggap sebagai persamaan, dan jika persamaan tercapai, maka keadilan juga
akan tercapai, karena keadilan tidak serta merta berarti persamaan. Persoalannya,
sampai saat ini perempuan, bahkan perempuan muslimah, belum sepenuhnya
merasakan kesetaraan dan keadilan. Partisipasi perempuan dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara, dan bernegara masih dibatasi, dan laki-laki tetap
mendominasi. Berbagai domain, termasuk sosial, hukum, ekonomi, dan politik,
mencerminkan seluk-beluk ini. Bahkan jika ada sejumlah besar perempuan di
berbagai posisi, dibandingkan dengan laki-laki, peluang yang diberikan kepada
perempuan jauh dari harapan. (Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud,
1995:195-196.)

Konsep dan kerangka dasar kesetaraan gender adalah bahwa perempuan


memiliki hak yang sama dengan laki-laki, yang dipengaruhi oleh situasi sosial,
agama, dan hukum, serta variabel lain yang berlaku dalam budaya di mana
gagasan ini berpedoman pada norma hak asasi manusia yang bersifat universal.
bukan ajaran agama. Kesetaraan gender Barat mensyaratkan emansipasi
perempuan dari berbagai bentuk penindasan, termasuk penindasan sosial,
ekonomi, dan politik (Syofrianisda dan Dewi Murni, 2018: 158).

Gender adalah salah satu pembagian peran mendasar di tempat kerja.


Istilah gender berasal dari bahasa Inggris dan identik dengan konsep seks, yaitu
jenis kelamin laki-laki dan perempuan (Rian Nugroho, 2008: 17-18).

E. Status Prempuan HAM

Pria dan wanita mencapai kesetaraan gender sepanjang waktu. Kesetaraan


gender adalah keterlibatan, akses, kontrol, dan keuntungan yang setara antara laki-
laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan sosial. Di daerah pedesaan,
gender memainkan peran penting dalam pembagian tugas keluarga. Perempuan
dipandang lemah dan tidak mampu menjadi tenaga kerja yang produktif
(Sugihastuti, 2007:56).

Penghapusan semua jenis diskriminasi terhadap perempuan sangat penting


untuk dikaji, mengingat tidak ada satu negara pun di wilayah dunia ini di mana
perempuan tidak mengalami perlakuan (diskriminasi) yang tidak setara, meskipun
dalam derajat dan manifestasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting
untuk menangani hak-hak perempuan, mendorong pelaksanaannya, dan
menyadari tantangan dan potensinya. Hak perempuan adalah hak asasi manusia
(women's rights is human rights), yang sering dilanggar karena diskriminasi.
Karena prasangka yang mereka hadapi, perempuan adalah salah satu kelompok
yang paling rentan terhadap berbagai bentuk pelanggaran HAM (Ninik Rahayu,
2012: 15-16).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada masyarakat Madura di Kuala Mandor A, pemisahan tugas antara
laki-laki dan perempuan pada hakekatnya telah berkembang menjadi kebiasaan
atau konsep orang tua yang harus ditanamkan pada anak; ketika perempuan
menikah atau memiliki anak, maka akan muncul segala aturan tentang hak
keutamaan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki suku Madura sangat
menjunjung tinggi kesetiaan perempuan kepada suaminya.
Dalam suku Madura, khususnya di Dusun Kuala Mandor A, tugas dan
kewajiban seorang laki-laki memegang peranan penting dalam menentukan nasib
keluarga. Secara umum, seorang suami adalah pemimpin keluarga dan tanggung
jawabnya adalah menyediakan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Suami
juga berfungsi sebagai mitra istri dengan menjadi teman yang menyenangkan dan
dapat diandalkan yang selalu ada di saat baik dan buruk dengan terus mencari
waktu untuk berkomunikasi dan menghabiskan waktu luang bersama istrinya.
Sebagai seorang suami, ia juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
istrinya selalu mengikuti jalan yang benar. Selain menjadi pasangan yang baik
bagi istri, suami dapat membantu meringankan tanggung jawabnya, misalnya
dengan mengajak anak bermain atau berekreasi dan memberikan waktu luang
yang sangat baik bagi anak di sela-sela kesibukannya. Selain pekerjaan suami,
istri juga punya pekerjaan penting.

Fungsi perempuan dalam masyarakat Madura hanya sebatas melayani


suami dan menjaga kehormatannya; juga peran perempuan dalam masyarakat
Madura ditentukan oleh suami; salah satu contoh peran yang ditetapkan oleh
suami adalah:

Pertama, mereka harus bekerja dan melakukan tugas-tugas rumah tangga,


dimulai dengan segala sesuatu yang dipandang sebagai kewajiban perempuan
sebagai bentuk pelayanan kepada suaminya. Jika seorang pria adalah seorang
petani, istrinya juga harus menjadi seorang petani
Dalam Islam, wanita memegang posisi penting yang sebelumnya tidak
ada. Ini karena Islam didirikan di atas gagasan kesetaraan di antara semua
manusia, termasuk pria dan wanita. Untuk menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan
tersebut, diperlukan pengetahuan yang benar tentang hak-hak perempuan dalam
Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta kesadaran dan dedikasi semua pihak untuk
memenuhi dan menjaga hak-hak perempuan
DAFTAR PUSTAKA

Riant Nugroho. (2008). Gender dan Strategi Pengarusutamaan di Indonesia.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. (2007). Gender dan Inferioritas Perempuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ninik Rahayu. (2012). Kesetaraan Gender Dalam Aturan Hukum Dan Implementasinya
Di Indonesia (Gender Equality In The Rule Of Law In Indonesian And Implementation).
Ligelasi Indonesia. Vol. 9 No. 1 (April 2012),

Syofrianisda dan Dewi Murni, (2018). Kesetaraan Gender Menurut Al-Quran. Vol. Vi,
No. 1, April 2018

Uswatun Hasanah, perempuan dan hak asasi manusia dalam perspektif hukum islam,
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No.4 Oktober-Desember 2010

Zubairi, A. Dardiri. 2013. Rahasia Perempuan Madura (Esai-Esai Remeh Seputar


Kebudayaan Madura). Surabaya: Al-Afkar Press.

Dyah Purbasari Kusumaning Putri Sri Lestari, pembagian peran dalam rumah tangga
Pada pasangan suami istri jawa,
https://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/1523/1056,
Dyah Purbasari Kusumaning Putri Sri Lestari, pembagian peran dalam rumah tangga
Pada pasangan suami istri jawa,
https://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/1523/1056,

Anda mungkin juga menyukai