DISUSUN OLEH
ASNAWI
NIM : 2224100725
PASCASARJANA
IAIAN PONTIANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pria dan wanita perlu melakukan pekerjaan yang berbeda, karena jika
tidak, mereka akan melakukan apa pun yang mereka inginkan, apa pun tujuannya.
Sejak awal rumah tangga atau pernikahan, wanita telah memainkan peran kunci
dalam cara kerja antara suami dan istri. Jika suami tinggal di rumah istri, segala
sesuatu yang berhubungan dengan rumah, sejak pertama kali didirikan, menjadi
beban istri atau pihak istri.
Dalam hal siapa mendapatkan apa, perempuan memiliki hak yang sama
dengan anggota keluarga atau kerabat laki-laki. Terserah istri dan perempuan
untuk membuat keputusan tentang warisan dan keluarga berencana, serta untuk
merawat dan mendidik anak-anak mereka. Begitu pula, tugas istri adalah
memastikan agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Asal muasal Desa Kuala Mandor menurut bapak Misri, bahwa masuknya
masyarakat ke wilayah tersebut sebagian besar terjadi pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an, yang ditandai dengan terciptanya kawasan pemukiman
baru di desa-desa yang masih banyak kawasan hutannya, seperti di Kuala Mandor.
Etnis minoritas Madura masih hidup terpisah di sebuah desa di mana mereka
diperbolehkan untuk menjalani kehidupan tradisional seperti yang mereka
lakukan di masa lalu. Melalui perkawinan antar etnis dan kerja sama ekonomi,
semakin banyak kelompok etnis yang masuk ke masyarakat seiring dengan
perkembangannya. Akibatnya, desa ini terdiri dari banyak etnis, antara lain Jawa,
Melayu, dan Madura.
Orang Madura memiliki ukuran perilaku yang dapat diterima secara sosial,
yang disebut dengan kerendahan hati (andhap asor). Hal ini menuntut kesopanan,
kesopanan, rasa hormat, dan sifat-sifat luhur lainnya yang harus dimiliki oleh
orang Madura. Oleh karena itu, bagi orang Madura, seseorang tidak dinilai dari
luarnya saja, melainkan akhlak mulianya yang tercermin dari hatinya. Dalam
kehidupan sosialnya, orang Melayu lebih mengutamakan hidup damai. Perlunya
solidaritas sosial dan anjuran untuk saling membantu juga ditonjolkan, seperti
dalam ungkapan gu'teggu'sabbu' atau song-osong lombung, yang menandakan
tanggung jawab atau gotong royong (Zubairi, 2013:4-5).
Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. (2007). Gender dan Inferioritas Perempuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ninik Rahayu. (2012). Kesetaraan Gender Dalam Aturan Hukum Dan Implementasinya
Di Indonesia (Gender Equality In The Rule Of Law In Indonesian And Implementation).
Ligelasi Indonesia. Vol. 9 No. 1 (April 2012),
Syofrianisda dan Dewi Murni, (2018). Kesetaraan Gender Menurut Al-Quran. Vol. Vi,
No. 1, April 2018
Uswatun Hasanah, perempuan dan hak asasi manusia dalam perspektif hukum islam,
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-40 No.4 Oktober-Desember 2010
Dyah Purbasari Kusumaning Putri Sri Lestari, pembagian peran dalam rumah tangga
Pada pasangan suami istri jawa,
https://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/1523/1056,
Dyah Purbasari Kusumaning Putri Sri Lestari, pembagian peran dalam rumah tangga
Pada pasangan suami istri jawa,
https://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/1523/1056,