Anda di halaman 1dari 12

A.

Identitas Bahan Analisis


1. Judul Novel : Aku Lupa bahwa Aku Perempuan
2. Penulis : Ihsan Abdul Qudus
3. Penerjemah : Syahid Widi Nugroho
4. Penerbit : Alvabet
5. Tebal : 248 halaman

B. Masalah Kesetaraan Gender


Novel ini bercerita tentang sosok seorang perempuan yang berambisi
besar menjadi politisi sukses di Mesir bernama Suad. Tokah utama dalam
cerita ini, mulai berkenalan dengan dunia politik saat masih duduk di bangku
SMA. Pada tahun 1935, ketika banyak gerakan nasionalis Mesir berunjuk rasa
memerdekakan diri dari Inggris, ia mengkoordinir teman-teman sekolahnya
untuk turut terlibat. Pertemuannya dengan salah seorang sepupu, mahasiswa
dan pentolan gerakan nasioalisme Mesir, mengawalinya berkenala dengan
dunia politik secara lebih matang.
Sejak kecil Suad adalah anak yang tomboy, berbeda dengan kakak
perempuannya yang sejak kecil telah menyiapkan dirinya menjadi wanita
tulen. Saat Suad menikmati permainan dengan teman-teman lelakinya,
kakaknya asyik berlatih memasak, menjahit, mendekorasi rumah. Bahkan,
tatkala beranjak dewasa, banyak teman lelaki datang menawarkan cinta
padanya. Tapi tak satu pun diterimanya, ia memilikki konsep tersendiri
mengenai cinta dan perkawinan.
“Mereka datang, tetapi aku selalu menolaknya karena dengan
menerimanya aku masih menjadi manusia biasa. Aku menolak mereka juga
mungkin karena mereka, laki-laki yang datang tidak ada yang mampu
membawaku menjadi manusia luar biasa.”
Begitulah Suad, cerdas dan berambisi. Keaktifannya dalam politik
diimbangi dengan prestasi yang memuaskan disekolah, pun ketika menjadi
mahasiswa. Menjadi orator, menghadiri pertemuan-pertemuan politik, sebagai
pelajar ia selalu duduk di peringkat pertama. Ketika akhirnya Suad jatuh cinta
pada pria bernama Abdul Hamid, dari sinilah bermunculan peperangan antara
ego poltisi dan ego perempuannya. Kiprahnya dalam berbagai organisasi
politik maupun pergerakan perempuan menghanyutkanya dalam linkar elit
politik. Berbanding terbalik dengan kehidupan pribadinya. Semakin dekat
dunia politik dengannya, semakin ia jauh dari suaminya, perceraian pun tak
terelakkan. Faizah anak semata wayangnya, memanggilnya dengan Suad.
Padahal dalam hatinya ia begitu merindukan sebutan ibu untuk dirinya.
Sejak dahulu wanita diidentikkan sebagai makhluk lemah. Meski pada
kenyataanya, banyak wanita lebih cerdas dan kuat ketimbang laki-laki di luar
sana. Sejatinya, wanita dan laki-laki terlahir berbeda, namun itu bukan alasan
tepat untuk menciptakan pembedaan yang merugikan spesies tertentu.
Karena yang berbeda hanya anatomi biologis saja. Ada sejuta Suad yang
menyuarakan keadilan dan kemerdekaan untuk bangsangnya, juga untuk
kaumnya. Kiprahnya sudah pasti diakui, namun belum tentu kenyataan bahwa
ia seorang wanita diakui.
“Karena apa? Karena aku hamil? Begitu?”
Betapa kesalnya Suad saat para dosen dan mahasiswanya akan
mengadakan pertemuan penting dengan perdana menteri terkait revolusi di
negaranya, tapi ia tidak diajak. Padahal selama ini, Suad
merupakan masterminder mereka. Dan alasan yang mereka kemukakan klise,
mereka malu pertemuan dengan perdana menteri dihadiri wanita hamil.
Dalam kehidupan pernikahan, Suad pernah dua kali jatuh bangun.
Hubungan wanita dan pria adalah hubungan kemitraan dan hubungan yang
saling melengkapi. Bukannya hubungan antara majikan dan pelayan, dalam
hal ini, acap kali wanita yang berperan sebagai pelayan. Mulai dari melayani
suami, anak, hingga mengurusi segala tetek bengek keluarga. Hidup dengan
laki-laki yang besar dalam budaya patriarki seperti Abdul Hamid dan Doktor
Kamal, sulit baginya untuk mewujudkan konsep ini. Apalagi dengan kondisi
sosial yang masih menjunjung tinggi budaya patriarki. Bagi mereka, dalam
institusi pernikahan suami harus lebih dominan dari isteri. Alih-alih
membangun keluarga yang harmonis, pernikahan malah menjadi tameng
baginya. Jika ia bisa sukses dalam berkarir, ia juga ingin menunjukkan pada
publik bahwa segudang aktivitasnya tidak menghabat keharmonisan
keluarganya.
Novel ini menuturkan kisah pergolakan kehidupan Suad yang
memperjuangkan kesetaraan jender dan menghadapi keluarganya, saat
dimana Suad berusaha menjaga eksistensi karir politiknya tanpa merusak
hubungan dengan suaminya. Tanpa bisa dipungkiri Suad tetap membutuhkan
kehadiran lelaki dalam hidupnya. Meski pada akhirnya selalu berakhir dengan
perceraian. Kemudian novel ini menceritakan juga tentang Suad yang begitu
terpukul mengetahui anaknya lebih dekat dengan ibu tirinya, Samirah. Faizah
lebih dekat dan terbuka dengan Samirah, daripada dengan dirinya. Suad
berhasil mencapai karier politik yang sangat tinggi tetapi gagal membangun
kehidupan pribadi. Tanpa disadari ia telah meremehkan perasaan, peran
sebagai ibu rumah tangga, rumah, dan suami.
Pada usia lima puluh tahun Suad membunuh kebahagiaannya sebagai
perempuan, ia melakukan apa saja untuk melupakan bahwa ia adalah
perempuan. Suad masih berada pada lingkar kepemimpinan di organisasi
pergerakan perempuan di usianya yang telah lima puluh lima tahun. Ia
dianggap sebagai fenomena aktivis perempuan sejak revolusi berkibar.

C. Teori Kesetaraan Gender dalam Keluarga dan Politik


1. Pengertian Gender
Secara umum gender digunakan untuk mengidentifiksai perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, sedangkan seks
mengidentifikasi perbedaan dari segi anatomi dan biologi. Studi mengenai
gender lebih ditekankan pada aspek maskulinitas atau feminitas
seseorang, sedangkan penekanan studi seks adalah aspek anatomi biologi
dan komposisi kimia dalam tubuh. Dalam analisis feminisme menurut
Mansour Fakih, sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan
terjadi melalui sebuah proses yang sangat panjang. Karena itu,
terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan secara sosial,
kultural melalui ajaran keagamaan bahkan oleh negara.
Kesetaraan gender berarti adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki
maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya
sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan dan
keamanan sosial.
2. Kesetaraan Gender dan Keluarga
Keluarga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki
struktur sosial dan sistemnya sendiri. Sebagai sub sistem dari masyarakat,
keluarga memiliki fungsi strategis dalam menanamkan nilai-nilai kesetaraan
dalam setiap aktivitas dan pola relasi antar anggota keluarga karena dalam
keluargalah semua struktur, peran dang fungsi sebuah sistem berada.
Keluarga merupakan institusi yang pertama kali dirasakan manusia
ketika mereka hidup. Keistimewan keluarga tidak terlepas dari fungsinya
yang besar dalam kehidupan manusia. Diantaranya fungsi afektif dan
reproduksi, keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan.
Fungsi religius, keluarga memberikan pendidikan dan pengalaman
keagamaan kepada anggota-anggotanya. Fungsi rekreatif, keluarga
merupakan pusat rekreasi bagi anggotanya. Fungsi protektif, keluara
melindungi diri dari rasa takut, khawatir, ancaman fisik, ekonomi dan
psikososial. Fungsi edukatif dan sosial, keluarga merupakan tempat
pendidikan dan pelatihan proses sosialisai nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat kepada anggotanya.
Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Didalam
undang-undang perkawinan ditetapkan bahwa peran suami adalah sebagai
kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Suami wajib
melindungi istri, dan memberikan segala sesuatu sesuai dengan
keperluannya, sedangkan kewajiban istri adalah mengatur urusan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya. Dengan pembagian peran tersebut, berarti
peran perempuan yang resmi diakui yaitu peran mengatur urusan rumah
tangga seperti membersihkan rumah, mencuci baju, memasak, merawat
anak.
Berdasarkan pemahaman budaya tradisional bahwa perbedaan
peran antara laki-laki dan perempuan berdasarkan gender dapat dibagi
menjadi 4, yaitu :
a. Pembedaan peran dalam hal pekerjaan, misalnya laki-laki dianggap
pekerja yang produktif yakni jenis pekerjaan yang menghasilkan uang,
sedangkan perempuan disebut sebagai pekerja reproduktif yakni kerja
yang menjamin pengelolaan seperti mengurusi pekerjaan rumah tangga
dan biasanya tidak menghasilkan uang.
b. Pembedaan wilayah kerja, laki-laki berada diwilayah publik atau luar
rumah dan perempuan hanya berada didalam rumah atau ruang pribadi.
c. Pembedaan status, laki-laki berperan sebagai aktor utama dan
perempuan hanya sebagai pemain pelengkap.
d. Perbedaan sifat, perempuan dilekati dengan sifat dan atribut feminin
seperti halus, sopan, penakut, “cantik” memakai perhiasan dan
cocoknya memakai rok. dan laki-laki dilekati dengan sifat maskulinnya,
keras, kuat, berani, dan memakai pakaian yang praktis.
Akan tetapi pada kenyataan saat ini sudah tidak adanya
pembedaan peran gender seperti yang telah disebutkan. Saat ini peran
antara laki-laki dan perempuan hampirlah sama, tidak ada pembedaan
siapa yang harus memberi nafkah siapa yang harus mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Hal tersebut dikarenakan pada faktanya banyak
perempuan yang dapat menafkahi keluarganya sendiri, dan atau antara
suami dan istri sama-sama mencari nafkah.
Dewasa ini kedudukan wanita sudah semakin maju, mereka tidak
puas hanya sebagai pendamping suami tapi mereka telah dapat
mensejajarkan peran yang sama dengan kaum pria. Tetapi kebijakan
pembangunan yang memberi bobot lebih pada peran tradisional
perempuan, yaitu sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung-jawab
penuh terhadap keluarga sesuai dengan nilai budaya yang berlaku, telah
menyebabkan terabaikannya peran perempuan dalam ekonomi karena
dianggap sebagai kegiatan sampingan atau kegiatan tambahan.

3. Kesetaraan Gender dan Politik


Kata politik berasal dari bahasa Yunani yaitu politikos yang berarti
dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga Negara. Politik merupakan
proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun non-konstitusional.
Gender dalam birokrasi dan tata pemerintahan mulai di pertanyakan
dan mendapat perhatian secara khusus, terutama oleh kelompok yang
menanamkan dirinya sebagai kelompok feminis, terutama di negara barat.
Peran perempuan dalam organisasi politik perlu kesempatan yang sama
antara laki-laki dan perempuan. Halnya seperti sejarah di Perancis dalam
hal pendidikan kaum perempuan tidak mendapat perlakuan yang sama
dengan laki-laki meskipun sekolah guru khusus wanita telah berdiri sejak
tahun 1838, tapi pendidikan dasar wajib bagi perempuan baru tahun 1881.
Di tahun 1920 mereka diizinkan masuk partai atas keinginannya sendiri
dari situlah muncul hak-hak perempuan dan banyak pemimpin wanita. Hal
tersebut membuat pemikiran orang-orang menjadi terbuka dengan masalah
perbedaan gender dalam sebuah kepemimpinan terutama pada wanita
Dalam proses demokratisasi, persoalan partisipasi politik
perempuan lebih besar, representasi dan persoalan akuntabilitas menjadi
persyaratan mutlak bagi terwujudnya kehidupan politik yang lebih
bermakna. Demokrasi yang bermakna adalah demokrasi yang
memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan mayoritas penduduk
Indonesia yang terdiri dari perempuan. Ide bahwa politik bukan wilayah
bagi perempuan adalah ide yang selalu di dengungkan selama berabad-
abad dan ternyata memang sangat efektif untuk membatasi perempuan
untuk tidak memasuki wilayah ini.
Terminologi publik dan privat yang erat kaitannya dengan konsep
gender, peran gender, dan stereotype telah menciptakan ketidaksetaraan
dan ketidakadilan diantara perempuan dan laki-laki. Akibat yang paling
jelas dari situasi politik seperti itu adalah marginalisasi dan pengucilan
perempuan dari kehidupan politik formal. Untuk itu, diperlukan berbagai
upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dalam kehidupan politik,
yang nantinya diharapkan akan memberikan perubahan pandangan
tentang budaya bagi masyarakat, sehingga kemungkinan terpilihnya
pemimpin politik perempuan akan sama dengan kemungkinan terpilihnya
pemimpin politik laki-laki. Sehingga kesetaraan gender dalam dunia
perpolitikan akan semakin maju dan efek sampingnya untuk kemajuan
bangsa Indonesia sendiri.
Dasar pemikiran bahwa persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan merupakan hak asasi manusia dan merupakan prasyarat bagi
terciptanya keadilan sosial. Wanita dituntut untuk berperan ganda, di satu
pihak wanita sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai persoalan untuk
menciptakan keluarga sejahtera dan bahagai, dipihak lain wanita ikut
berperan serta dalam pembangunan sesuai dengan kemampuan dan
kesempatan dalam situasi dan kondisi masing-masing. Tuntutan itulah
yang mengakibatkan wanita banyak dihadapkan dengan permasalahan
dilematis dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Nursyahbani (1999), perempuan didorong untuk
berpartisipasi aktif disektor public, sekaligus tetap harus menjalankan
fungsinya sebagai istri dan ibu. Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar
menuntut persamaan hak, tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai
arti bagi pembangunan dalam masyarakat di suatu negara.

4. Pandangan Islam Terhadap Wanita Karir


Konteks prinsip pokok ajaran islam sesungguhnya adalah
persamaan dan kesejajaran diantara pria dan wanita, apapun suku dan
bangsanya, dalam hak maupun kewajibannya. Islam datang dengan ajaran
egaliter, tanpa ada diskriminasi terhadap jenis kelamin yang berbeda. Yang
membedakan diantara merka hanyalah ketaqwaan dan pengabdiannya
kepada Allah SWT. Menurut hukum islam sisi kemanusiaan universal yang
dibawa oleh islam adalah bahwa islam merupakan agama yang Rahmatan
lil’ A’lamin bukan hanya Rahmatan lil Muslimin aja, maka misi islam adalah
upaya membebaskan manusia dari segala bentuk diskriminasi atas dasar
status sosial, penindasan dan perbudakan manusia selain kepada Allah
SWT.
Al-Qur’an mengakui perbedaan anatomi antara pria dan wanita , al-
Qur’an juga mengakui bahwa anggota masing-masing gender berfungsi
dengan cara merefleksikan perbedaan yang telah dirumuskan dengan baik
yang telah dipertahankan oleh budaya mereka. Al-Qur’an tidak berusaha
untuk meniadakan pebedaan antara pria dan wanita atau menghapuskan
hal fungsional dari perbedaan gender yang membantu agar setiap
masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan dapat memenuhi
kebutuhannya.
Jika dipahami secara benar, tidak ada satupun ayat-ayat al-Qur’an
dan hadist Nabi yang menginformasikan bahwa wanita adalah bawahan
pria. Di dalam al-Qura’an jelas dinyatakan dengan jelas, bahwa di hadapan
Allah semua manusia adalah sama, baik pria maupun wanita mempunyai
kedudukan yang setara, yang membedakan hanyalah ketaqwaan (Al-
Hujurat : 13). Dalam surat At-Taubah : 1 juga tersirat bahwa prinsip
hubungan kemitraan antar pria dan wanita demikian jelas dan nyata tidak
hanya berlaku bagi kaum wanita dn pria sebagai individu, tapi juga dalam
konteks kehidupan berkeluarga antara suami isteri.
Surat an-Nahl aayat 97 menurut Zaitunah Subhan bahwa islam
dengan ajarannya mengangkat dan artabat perempuan, tidak ada satupun
ayat yang atau firman Tuhan (al-Quran) yang merendahkan wanita
demikian Rasulullah Saw tidak menganggap wanita sebagai makhluk yang
tidak sempurna atu inferior. Demikian juga dengan peran domestik yang
mesti diakui bahwa peran ini merupakan suatu kehormatan.
Dalam al-Quran surat an-Nissa: 34, lafadz qowwamun pada ayat
tersebut para mufaasir menafsirkan bahwa suami adalah pelindung,
pemimpin, penanggunng jawab, pengatur konteks keluaraga, kadang ayat
tersebut dijadikan sebuah landasan pengharaman bagi perempuan untuk
diwilayah publik (lingkungan kerja) padahal menurut Amina Wadul, Azizah
al-Hibri dan Riffat Hasan bahwa qowwamun mempunyai arti pencari nafkah
atau orang-orang yang menyediakan sarana pendukung atau sama
kehidupan, wlaupun demikian wanita juga tidak ada larangan untuk
bekerja, selagi mereka mampu dan tidak meninggalkan kewajibannya
sebagi perempuan yang harus mengabdi kepada suami dan merawat anak.
Menurut Nasrudin Umar, kesetaraan gender dipandang sebagai
salah satu wujud keadilan yang harus diperjuangkan. Tidak ada toleransi
terhadap segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis,
warna kulit, suku bangsa, dan kepercayaan, maupun yang berdasarkan
jenis kelamin. Islam memiliki banyak prinsip kesetaraan gender,
diantaranya:
a. Laki-laki dan permpuan sama-sama sebagai hamba
Mengambil dari surah Az- Zarriyat ayat 56, Nassarudin berpendapat
bahwa dalam kapasitasnya sebagai hamba, laki-laki dan perempuan
masing-masing akan mendapat ganjaran dari Tuhan berdasarkan kadar
pengabdiannya. Ketakwaan adalah modal utama untuk menjadi hamba
yang ideal terhadap Tuhan. Jika perempuan menjalankan amal
keagamaannya, demikia pula dalam kiprah sosialnya, mereka akan
diberi ganjaran sebagaimana seharusnya, dan begitu pula laki-laki.
b. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di bumi
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, diciptakan untuk saling
tolong menolong dan saling melengkapi.perbedaan yang dimiliki oleh
masing-masing individu merupakan pembuktian bahwa setiap manusia
memiliki potensi yang tidak dimiliki individu lain.
c. Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primodial. Perjanjian
primodial merupakan perjanjian seorang anak manusia dengan
Tuhannya menjelang keluar dari rahim ibunya. Laki-laki dan perempuan
sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primodial
dengan Tuhan. Menurut Umar, islam memang memiliki tradisi bahwa
ayah dan suami memiliki otoritas khusus dalam keluarga, namun tidak
termasuk mencampuri urusan komitmen perempuan dengan Tuhannya.
Hak-hak perempuan didunia adalah sebagaimana hak-hak yang
diperoleh laki-laki.
d. Adam dan Hawa, terlibat secara aktif dalam drama kosmis
salah satu ayat yang menggambarkan keterlibatan Adam dan Hawa
dalam drama kosmis adalah penciptaan keduanya di surga yang
disebutkan dalam QS al-Baqarah ayat35 yang artinya :” Dan Kami
berfirman : “ Hai Adam diamlah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah maknan-makanan yang banyak lagi baik di mana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang zalim”.
e. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi
Setiap orang berpotensi meraih prestasi yang maksimum baik laki-laki
maupun perempuan. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki setiap
individu merupakan kehendak Allah agar manusia saling melengkapi
dan komplementer dalam segala segmen dan dapat saling membantu.
Dalam QS An-Nissa Ayat 124 Allah telah menjanjikan surga baik bagi
laki-laki dan perempuan beriman yang melakukan amal-amal saleh.

5. Upaya Agar Terciptanya Kesetaraan Gender dalam Keluarga dan Politik


Dalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya upaya
penyadaran pemahaman hak dan kewajiban antara peran laki-laki dan
perempuan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender baik dalam
keluarga maupuun kehidupan politik , yang tujuannya untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, wawasan, kesadaran dan kecakapan hidup
dalam berbagai hal, antara lain :
a. Perilaku adil dan setara gender terhadap laki-laki dan perempuan dalam
keluarga dan politik.
b. Saling menghormati perbedaan dalam keberagaman dan
menyelesaikan berbagai persoalan rumah tanngga melalui dialog.
c. Kesadaran terhadap hak-hak dasar terutama dalam bidang pendidikan.
d. Melindungi kesehatan ibu dan anak, mencegah kematian ibu melahirkan
dan bayi, mencegah penelantaran dan kekerasan terhadap anak dan
memberikan perlindungan terhadap anak.
e. Penguatan kesejahteraan keluarga.
Kesetaran gender dapat dimanifestasikan dalam beberapa bentuk, yakni :
a. Kesempatan yang sama dalam aktualisasi diri
Laki-laki dan perempuan memmpuanyai akses yag sama dalam
mengaktualisasikan diri dan berpartisipasi terhadap pembangunan.
b. Akses yang sama dalam peningkatan kualitas diri
Laki-laki dan perempuan harus diberi kesempatan yang sama untuk
meningkatkan SDM baik melalui pendidikan maupun lapangan
pekerjaan.
c. Terciptanya hubungan kemitraan baik di ruang publik maupun di ruang
domestik serta mewujudkan hubungan yang saling menghormati agar
terciptanya keharmonisan.
D. Hasil Diskusi Kelompok
Berdasarkan hasil analisis dan diskusi terhadap novel Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan, berikut ini merupakan pandangan kami megenai cerita
dalam novel tersebut.
1. Menurut kelompok kami bahawa tokoh utama suad dalam novel tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tokoh suad yang dapat
diambil pelajaran untuk kita semua adalah ambisi yang kuat dan kerja
keras dalam mengejar cita-citanya, menunjukan pula bahwa seorang
perempuan juga bisa setara dengan laki-laki dalam hal berpolitik.
Pencapaian prestasi di berbagai bidang tidak diragukan lagi dimana suad
adalah seorang dosen,doktor, anggota parlemen dan pimpinan berbagai
organisasi. Kekurangan dari tokoh suad adalah merasa dirinya sanggup
melakukan segala hal tetapi pada kenyataannya dia telah
mengesampingkan peran sebagai istri dan sebagai ibu. Bisa dibuktikan
bahwa suad telah dua kali bercerai dan tidak mendapatkan pengakuan
sebagai seorang ibu oleh anaknya.
2. Keluarga seharusnya memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak
dari kecil mengenai perannya sebagai laki-laki dan perempuan, agar ketika
sudah dewas dapat berperan sesuai jenis kelaminnya. Dalam kasus
tersebut Suad kecil yang berperilaku tomboy tidak diarahkan oleh orang
tuanya untuk bersikap seperti anak perempan pada umumnya.
3. Ketika akan membangun rumah tangga, sebaiknya melakukan diskusi
terlebih dahulu terhadap pasangan mengenai visi misi kehidupan nanti,
agar terciptanya keharmonisan. Dalam kasus Suad, mereka tidak
melakukan diskusi secara jernih untuk menentukan tujuan hidupnya,
sehingga Suad mengalami 2kali kegagalan dalam pernikahan.
4. Meskipun jabatan sudah tinggi, tapi seorang perempuan tetaplah seorang
perempuan yang tidak bisa menggalkan kewaajibannya dalam rumah
tangga, terutama untuk mengurus anak. Tokoh Suad membiarkan anaknya
di rawat oleh orang tuanya, sehingga dia tidak dekat dengan anaknya
sendiri, hal itu diperparah ketika Faizah yang sudah remaja justru dekat
dengan ibu tirinya dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri.
5. Suad tidak belajar dari pernikahannya yang pertama, sehingga mnaglami
kegagalan dalam pernikahannya yang kedua. Selain itu, seharusnya Suad
tidak menyerah begitu saja dengan melupakan kodratnya sebagai
perempuan.

Anda mungkin juga menyukai