Anda di halaman 1dari 1

Gender akan terus menjadi persoalan sebab hal ini terkait dengan ketidakadilan antara peran laki-laki

dan perempuan. Seperti contoh ketika seorang perempuan memutuskan untuk menggeluti di ranah
politik maka kesetaraan perempuan dengan laki-laki akan berbeda. Dalam hal ini perempuan akan
berada pada level dua dibawah laki laki. Selain itu perempuan sering mengalami stereotype pandangan
negatif, misalnya ketika ada pelecehan seksual pada perempuan. Seringkali kita jumpai adanya
pandangan yang menyalahkan perempuan karena ia yang memancing nafsu laki laki. Padahal sudah jelas
perempuanlah yang menjadi korban.

Permasalahan ini juga terjadi karena adanya budaya yang menganggap kaum laki-laki secara kodrat
memiliki superioritas atas kaum perempuan. Adanya pandangan bahwa politik itu keras, penuh debat,
serta pikiran yang cerdas sehingga diasumsikan sebagai dunia laki-laki bukan milik perempuan. Hal ini
yang menyebabkan area public menjadi milik laki-laki sedangkan area domestic menjadi milik
perempuan.

Permasalahan gender ini juga mengganggu bidang pendidikan dialami perempuan. Dikarenakan adanya
pemikiran bahwa perempuan bersekolah hanya untuk dapat membaca dan menulis saja karena pada
akhirnya perempuan akan menjadi ibu rumah tangga. Hal tersebut sangat menghambat kesempatan
perempuan untuk berpendidikan tinggi. Masih sedikit pengakuan pada kaum perempuan ketika mereka
sukses karena masyarakat menganggap aktivitas ekonomi yang dijalani perempuan hanya sekedar
sampingan bukan kerja yang prestisius seperti yang dilakukan laki-laki.

Persoalan gender akan menjadi isu yang sangat sensitif ketika isu itu dikaitkan dengan pesoalan agama.
Perlu adanya kebijakan dalam memikirkan isu gender ini, sebenarnya isu gender ini hanya terkait
dengan kesetaraan yang dialami oleh laki-laki dan perempuan. “Kesetaraan itu, adanya kemudahan
akses yang diberikan oleh laki-laki dan perempuan untuk memajukan dirinya. Hal ini penting karena
dengan diberikan akses yang mudah maka perempuan memiliki tempat yang sama untuk bisa
meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki
ruang yang sama untuk bisa berpartisipasi,“ paparnya.

Permasalahan terkait dengan gender ini akan berubah seiring dengan waktu dan budaya yang
berkembang di masyarakat. Karena itu, tentunya perlu adanya perubahan mindset yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar, yang masih mengganggap perempuan itu sangat lemah dan hanya mengurus
domestik sedangkan laki-laki berurusan pada publik. “Masyarakat masih banyak yang beranggapan
bahwa kodrat seorang perempuan itu adalah memasak, mencuci, dan mengurus anak. Padahal secara
pengertian, kodrat adalah sesuatu hal yang muncul dari Tuhan dan tidak bisa diubah misalnya
mengandung dan melahirkan. Perlu ditekankan bahwa memasak dan mengurus anak itu bukan kodrat
tetapi keterampilan.

Dalam urusan rumah tanggapun, antara suami dan istri itu harus bisa saling membantu satu sama lain.
Tak ada lagi pandangan ‘aneh’ tentang suami yang melakukan pekerjaan rumah. Budaya dan pola pikir
inilah yang harus kita terapkan, dari hal kecil agar terbiasa dengan perubahan yang lebih besar. Dengan
begitu, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kegiatan lain di luar
untuk memenuhi kebutuhan bermasyarakat dan mengembangkan diri. Keadilan gender itu sesuai
dengan kebutuhan yang dimiliki oleh keduanya. Saat ini, masyarakat Indonesia perlu untuk mengetahui,
mengerti dan mau menjunjung kesetaraan agar dapat mewujudkan pembangunan nasional dalam hal
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta mewujudkan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai