Anda di halaman 1dari 3

Nama : Afiatul Azizah

Nim : 231D10108
Matkul : Kesetaraan Gender
Dosen : Supriyono, S.H.M

Kesetaraan gender dan ketidakadilan gender


Dalam kehidupan sosial, masalah gender juga meliputi kesetaraan dan ketidakadilan. Berikut
pengertian dari gender, kesetaraan gender dan ketidakadilan Gender
Gender secara umum adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki
dan Perempuan yang merupakan haasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Banyak orang yang mengartikan atau mencampurkan ciri-ciri manusia
yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan non kodrati (gender) yang bisa berubah
sepanjang zaman. Sedangkan menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA) Gender adalah hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan
dan bagaimana hubungan sosial ini dikonstruksikan. Peran gender bersifat dinamis dan
berubah antar waktu. Hubungan ini termasuk antara laki-laki dewasa dan perempuan dewasa,
serta anak laki-laki dan anak perempuan.
Kesetaraan Gender adalah hasil dari ketidakadaan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin
atas kesempatan, alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan.
Ketidakadilan Gender adalah perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan.
Memberdayakan perempuan bukan berarti usaha untuk menggantikan peran laki-laki karena
yang diusahakan adalah kesetaraan, Dimana laki-laki dan perempuan bisa berkembang
dengan saling bekerja sama.
Pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan gender, kesetaraan gender, dan ketidakadilan
gender diharapkan membuka kesadaran bahwa kesempatan yang sama antara laki-laki dan
perempuan akan berpengaruh pada perbaikan kualitas hidup bangsa.
Keadilaan dan kesetaraan gender diindonesia dipelopori oleh RA Kartini sejak tahun 1908.
Perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan Perempuan khususnya dalam bidang
pendidikan dimulai oleh RA Kartini sebagai wujud perlawanan atas ketidak adilan terhadap
kaum Perempuan pada masa itu. Dalam perjalanan selanjutnya, semangat perjuangan RA
Kartini ditindak lanjuti pada tanggal 22 Desember 1928 oleh kongres Perempuan Indonesia
yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Perempuan berhak diperlakukan adil dan sama di ruang publik, mulai dari hal sederhana
sampai hal yang lebih kompleks. Intinya adalah tidak ada penindasan bagi kaum perempuan
untuk semua hal. Berikut contohnya:
1. Posisi di masyarakat sama dengan laki-laki
Perempuan tidak disubordinasi oleh laki-laki di masyarakat, walaupun masih ada kasus
dimana posisi perempuan tidak terlalu penting dalam masyarakat. Misalkan saja, perempuan
tidak ikut andil dalam menentukan suatu kebijakan di desa. Perempuan tetap memiliki posisi
penting di masyarakat untuk menentukan keputusan, demi keadilan bagi perempuan maupun
laki-laki.
2. Mendapatkan kesempatan pendidikan formal setinggi-tingginya
Kalau dahulu di masa abad ke-18 dan sebelumnya, perempuan tidak boleh sekolah setinggi
mungkin atau bahkan tidak diperbolehkan sekolah. Perempuan dianjurkan cepat menikah
walaupun masih berumur belasan tahun dan belum memiliki kesiapan fisik dan mental. Fakta
ini masih dijumpai pada masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah.

Pada masa kini perempuan memiliki akses yang sama untuk sekolah setinggi mungkin.
Seperti contoh beberapa selebritas perempuan yang menempuh pendidikan hingga jenjang S-
2 dan S-3. Kenyataan ini juga bisa kita lihat secara keseluruhan, perempuan sudah
diperbolehkan menempuh pendidikan formal sampai tingkat tertinggi.

3. Tidak diperlakukan kasar

Perempuan sering kali menjadi objek, bukan subjek, oleh laki-laki yang melakukan
kekerasan. Hal ini biasa terjadi dalam lingkup rumah tangga dan hubungan pacaran. Bahkan
dalam kasus pelecehan seksual pun sering dilakukan kekerasan fisik terhadap perempuan.

Tentu ini merupakan melanggar hak seseorang untuk diperlakukan baik oleh sesama.
Perempuan dan laki-laki tetap memiliki kesetaraan, keadilan satu sama lain. Tidak
diperlakukan kasar sudah menjadi wujud kesetaraan gender maupun kesetaraan seksual.

4. Tidak ada kesenjangan di dunia pekerjaan

Dalam dunia pekerjaan terkadang masih kerap ditemui diskriminasi bagi perempuan. Mulai
dari jam kerja, sampai gaji. Bahkan dalam pendaftaran di suatu pekerjaan pun perempuan
kerap dikategorikan untuk bidang tertentu, misalnya harus terlihat menarik, cantik, berbadan
tinggi, langsing, sampai berwarna kulit tertentu.

Untuk meraih kesetaraan gender di dunia pekerjaan, pemimpin perusahaan harus mengerti
juga seksualitas pada manusia. Misalkan perempuan yang sedang hamil diberi toleransi jam
kerja atau cuti beberapa waktu sampai kondisinya memungkinkan untuk bekerja lagi. Bukan
malah beralasan jika diberi waktu cuti akan mengganggu produktivitas perusahaan.

5. Mendapatkan ruang untuk berpolitik

Perempuan masa kini sudah menempati posisi di bidang pemerintahan, birokrasi, dan politik.
Hal ini sudah menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan kesetaraan gender.
Namun mungkin saja posisi pejabat perempuan untuk andil dalam membuat kebijakan masih
kurang diperhatikan.

Tidak hanya itu, perempuan juga berhak untuk menjadi seorang pemimpin organisasi bahkan
negara.
6. Memiliki hak kepemilikan yang sama

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menjelaskan bahwa


perempuan memiliki hak kepemilikan yang sama. Hukum Perdata di Indonesia menetapkan
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak kepemilikan yang sama. Perempuan di
Indonesia memiliki hak hukum untuk akses ke properti, tanah, dan memiliki akses ke
pinjaman bank dan kredit.

Sebuah keputusan ini dibuat untuk keadilan dan menghindari tidak diuntungkannya
perempuan atas dominasi laki-laki yang memanfaatkan kelemahan hukum yang ada. Namun
sampai saat ini Perempuan sering dianggap sebagai sosok pelengkap. Ketidakadilan gender
ini sering terjadi dalam keluarga dan Masyarakat, bahkan dalan dunia pekerjaan pun terjadi
diskriminatif atau ketidakadilan gender dalam berbagai bentuk.

Persoalan kesetaraan gender di masyarakat harus tetap diberi penerangan dan edukasi. Agar
tidak ada lagi bias gender dan ketidakadilan terhadap perempuan. Ini menegaskan bahwa
manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, setara di setiap
segi kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai