“KETIDAKADILAN GENDER”
OLEH:
RESKI
G2B122004
JURUSAN AGRIBISNIS
MINAT PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KETIDAKADILAN GENDER
Reski (G2B122004)
gender tidak saja berlaku bagi perempuan, tetapi juga berlaku bagi laki-laki.
gender semakin langgeng. Dalam tingkat keluarga, figur ayah juga sering
harta benda. Sedangkan ibu, dipandang sebagai figur yang lebih identik
yang memiliki wewenang dalam masyarakat disebut patriarki. Budaya ini juga
terjadi pada tingkat yang lebih luas seperti dalam bidang politik, pendidikan,
kekerasan yang dialami oleh perempuan. Budaya patriarki akan terus ada
jika kita semua tidak berusaha mengubahnya. Sejak dahulu, budaya patriaki
sudah muncul dan dilakukan sejak kecil. Contohnya, anak laki-laki diberikan
mainan mobil-mobilan dan anak perempuan bermain boneka. Kita juga sering
terhadap perempuan.
hubungan perempuan dan laki-laki yang hirarkis, dianggap sudah benar dan
gereja, organisasi atau tempat kerja, keluarga dan diri sendiri (Nunuk P.
Murniaty, 2000). Dalam pengertian positif yang ingin dicapai adalah keadilan
gender. Keadilan gender adalah proses yang adil bagi perempuan dan laki-
laki. Agar proses yang adil bagi perempuan dan laki-laki terwujud diperlukan
laki-laki secara berbeda. Oleh karena itu, keadilan gender tidak berfokus
sebagai hasilnya.
dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih utama atau lebih penting dari
yang lain. Dengan kata lain, sebuah posisi atau peran yang
merendahkan nilai peran yang lain. Salah satu jenis kelamin dianggap
dibandingkan laki-laki.
dibandingkan laki-laki.
pekerjaan domestik.
reproduksinya.
Perempuan tidak setara dengan laki-laki di depan hukum dalam hal
c. Beban ganda: artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis
di luar rumah.
stereotipe:
e. Kekerasan: artinya bentuk perilaku baik verbal maupun non verbal yang
efek negatif secara fisik, emosional dan psikologis terhadap orang yang
menjadi sasarannya. Indikasi bahwa perempuan mengalami kekerasan
dapat dilihat dari contoh berikut ini: pemukulan terhadap isteri, karena
Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh
suami-isteri atau kekerasan oleh orang tua terhadap anak, untuk diatur
dengan suatu undang-undang. Hal ini mengingat bahwa KDRT adalah suatu
interpersonal, yang bisa dilakukan oleh teman dekat, bisa pacar, atasan
dengan bawahan, pasangan hidupnya atau antar anggota keluarga baik yang
terikat dalam suatu perkawinan yang sah maupun di luar perkawinan.
perempuan dan anak, dan kekerasan tersebut dapat terjadi di tempat umum,
Data dari hasil Survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Tahun
anak/cucu dan famili, dan menyusul pelaku adalah atasan/majikan. Hal ini
yang menimpa dirinya. Karena bukan saja pada saat itu belum ada payung
mengungkap hal yang terjadi dalam rumah tangga adalah suatu hal yang
tabu, aib, dan sangat privat, yang tidak perlu intervensi dari pihak luar,
termasuk jika masalah rumah tangga itu sebetulnya sudah merupakan bentuk
keyakinan sebagai suatu aib atau tabu dan akhirnya KDRT menjadi hal yang
sangat tertutup atau ditutup-tutupi. Korban pun hanya diam seribu bahasa
baik secara fisik maupun psikis atau perasaan-perasaan lain yang pada
dasarnya suatu hal yang sangat tidak adil terhadap hak-hak asasi dirinya dan
perlindungan hukum.
Dalam hal ada suatu pelaporan atau pengaduan atas KDRT, hal ini
belum ada payung hukum. Sementara hukum yang ada (KUHP) hanya
dalam hal ini kekerasan psikis atau bentuk lain. Demikian halnya bahwa
namun pandangan masyarakat bahwa KDRT adalah suatu aib atau hal yang
sangat pribadi juga melingkupi cara pandang para penegak hukum, yang
ikhwal KDRT bukan lagi menjadi sesuatu yang dianggap privat tetapi sudah
korban dan penanganan terhadap pelaku. Hal ini pun sudah dijamin
hal ini ditekankan pada terutama perempuan. Unsur lain yang diindikasi ada
Pasal 28G ayat (1) menentukan bahwa: ”Setiap orang berhak atas
sesuatu yang merupakan hak asasi”. Pasal 28H ayat (2) Undang-Undang
nyata sekali bahwa hubungan satu dengan yang lain saling berkaitan,
aman, tenteram dan damai adalah dambaan setiap orang dalam suatu rumah
tangga. Ungkapan ini merupakan baris pertama pada Alinea Pertama dari
masyarakat sekitar kita, hal ini perlu adanya langkah-langkah lebih lanjut baik
dalam upaya pencegahan maupun upaya yang bersifat represif melalui
kebijakan-kebijakan operasionalnya.
isu KDRT serta menetapkan standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif
gender.
melakukan koordinasi lintas bidang atau sektor dan masyarakat yang peduli
pemulihan korban KDRT. Untuk hal itu, upaya-upaya tersebut bukan hanya
dilingkungannya.
juga akan tetap dan terus tercipta kepedulian sosial yang tinggi serta
hingga Maret 2008 paling tidak telah tercatat sebanyak 18 kebijakan, sejak
diundangkannya UU-PKDRT.
Republik Indonesia Nomor Pol.10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata
dibuat dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) atau Surat Keputusan (SK),
Anak. Provinsi Sulawesi Utara (SK Gubernur Nomor 268 Tahun 2006 tentang
Peraturan Desa Sunda Kelapa, Bengkulu Utara Nomor 2 Tahun 2006 tentang