Anda di halaman 1dari 20

IDENTITAS DIRI PEREMPUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

(STUDI FENOMENOLOGI KESADARAN PEREMPUAN MEMILIH PROFESI


PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURABAYA

Ridho Akbar Tirto Prakoso


Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
ridho.17040564062@mhs.unesa.ac.id
Refti Handini Listyani
reftihandini@unesa.ac.id
Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Dunia pelacuran adalah suatu wadah yang memiliki usia sangat tua, pelacuran merupakan tingkah
laku bebas tanpa adanya kendali dalam konteks sesksual, karena adanya pelampiasan nafsu seks
terhadap lawan jenis tanpa kenal batas-batas kesopanan. Pelacuran di masyarakat seringkali
menjadi masalah sosial serta menjadi menjadi perhatian dalam urusan hukum, agama, dan tradisi
(norma). Faktanya aktifitas tersebut ternyata susah untuk dihilangkan. Faktor yang mempengaruhi
adalah ekonomi terkait tuntutan hidup yang menjadi alasan mengapa seorang perempuan ingin
melakukan apapun termasuk menjadi Pekerja seks Komersial, meskipun merupakan perbuatan
yang rendahan atau hina di mata masyarakat. Selama ini masyarakat selalu menganggap bahwa
perempuan Pekerja Seks Komersial adalah manusia hina dan sampah, tanpa berusaha untuk mau
mengenal para PSK tersebut lebih dalam. Pada dasarnya kehidupan Pekerja Seks Komersial
memiliki kehidupan yang sama dengan masyarakat pada umumnya, yang menjadi pembeda adalah
penilaian masyarakat itu sendiri terhadap mereka yang menganggapnya sebagai manusia yang
terpinggirkan atau biasa disebut sampah masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Perspektif teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Fenomenologi Husserl dan motif sebab dan tujuan Schutz sebagai pisau analisis penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa identitas yang dimiliki para memiliki identitas yang
beragam, sebagai hiburan, sebagai perbuatan dosa, dan pekerjaan pelarian. Kemudian yang kedua
adalah motif dari para PSK. Motif sebab sebagai rasa kekecewaan dan keyakinan memperoleh
penghasilan lebih. Motif tujuan sebagai hiburan, pekerjaan, dan mencukupi kebutuhan keluarga,
Kata Kunci : Identitas, Motif, Fenomenologi, Pekerja Seks Komersial
Abstract
The world of prostitution is a place that has a very old age, prostitution is a free behavior without
any control in a sexual context, because of the impingement of sexual desire against the opposite
sex without knowing the boundaries of decency. Prostitution in society is often a social problem
and becomes a concern in legal, religious and traditional matters (norms). In fact, these activities
are difficult to eliminate. The influencing factor is the economy related to the demands of life
which is the reason why a woman wants to do anything including becoming a commercial sex
worker, even though it is an act that is lowly or despicable in the eyes of society. So far, society
has always considered that female commercial sex workers are despicable and trashy human
beings, without trying to get to know the prostitutes more deeply. Basically, the lives of
commercial sex workers have the same life as society in general, what makes the difference is the
community's own assessment of those who consider them to be marginalized human beings or so-
called scum of society. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach.
The theoretical perspective used in this research is Husserl's Phenomenology and Schutz's motives
and causes as the analytical knife of this research. The results of this study indicate that the
identities of the people have various identities, as entertainment, as sinful acts, and runaway jobs.
Then the second is the motive of the prostitutes. The motive for the cause as a sense of
disappointment and belief in earning more Purpose motives as entertainment, work, and meet the
needs of the family.
Keywords : Identity, Motive, Profession, Commercial Sex Worker
PENDAHULUAN untuk sebuah pengambilan keputusan,
bahkan sekalipun dirinya memilih pilihan
Tuhan menciptakan manusia yaitu
yang berat yang bahkan dianggap tabu bagi
laki-laki dan perempuan, secara jasmani
masyarakat. Perempuan yang mengambil
tampak jelas perbedaan antara laki-laki dan
keputusan dalam memilih pekerjaan yang
perempuan. Dalam sebuah keluarga, laki-laki
dianggap tabu oleh sebagian masyarakat
pada umumnya adalah sebagai kepala rumah
pastilah memiliki alasan, salah satunya yaitu
tangga yang perannya mencari nafkah,
sulitnya mencari pekerjaan. Kesulitan ini
menjadi pemimpin atas keluarganya, menjadi
muncul dari berbagai faktor meliput usia,
contoh atas istri dan anak-anaknya,
pendidikan, pendapatan yang harus
sedangkan perempuan dalam keluarga
memikirkan besarnya tanggungan keluarga.
berperan sebagai istri bagi suaminya dan ibu
Salah satu pekerjaan yang dianggap tabu bagi
bagi anak-anaknya, megasuh, merawat,
masyarakat yaitu Pekerja Seks komersial.
menyusui, dan mendidik anak-anaknya. Dari
Mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik
semua peran baik perempuan maupun laki-
Kota Surabaya tingkat pengangguran terbuka
laki perlu memiliki bekal ilmu pengetahuan
pada tahun 2018 6,01%, 2019 5,76%, dan
untuk menjalankan kedua peran tersebut
2020 9,79%.
dengan baik (Musyafaah & Jasminto, 2020).
Mengenai peran perempuan, berarti berbicara Salah satu penyakit masyarakat atau
kemarjinalitasannya dan ketidakberdayaan biasa disebut dengan penyimpangan norma
dari pria. Cukup banyak peran dilakukan oleh dan nilai dalam masyarakat sebagai contoh
perempuan, namun hasilnya belum cukup mengenai prostitusi memiliki sejarah panjang
memberikan posisi dan status yang setara serta selalu ada di setiap negara. Dalam hal
bagi perempuan itu sendiri. Hal ini juga ini ditunjukan bahwa pelacuran atau
berhubungan dengan latar belakang prostitusi sebagai pertukaran yang
pendidikan perempuan yang dapat menjadi berasumsikan bahwa transaksi pertukaran
bekal atau menjadi dasar pengetahuan, serta sosial yang terjadi antar kedua individu
pengalaman dalam menjalankan perannya. kemudian mendapat keuntungan-keuntungan
Dalam arti lain, kehidupan adalah pendidikan dari pertukaran tersebut. Pada penelitian ini
dan pendidikan adalah kehidupan peneliti memilih sasaran khususnya kepada
(Wismayanti, 2009). Selain peran domestik, pekerja seks komersial yang terdapat pada
peran produktif perempuan yang bekerja tempat hiburan malam seperti karaoke, klub,
untuk keluarganya, sangat kecil dan terbatas atau tempat-tempat terselubung lainnya yang
toleransinya terhadap posisinya dalam terdapat aktivitas yang berhubungan dengan
keluarga. Untuk peran pemenuhan kebutuhan seksualitas. Pelacuran di masyarakat
ekonomi baik dirinya sendiri atau seringkali menjadi masalah sosial serta
keluarganya, perempuan mengalami menjadi menjadi perhatian dalam urusan
hambatan pada urusan kebutuhan domestic hukum, agama, dan tradisi . Faktor yang
(Musyafaah & Jasminto, 2020). Menjadi mempengaruhi adalah ekonomi terkait
ironi bagi perempuan ketika semangat dan tuntutan hidup yang menjadi alasan mengapa
kesetaraannya dijunjung tinggi, namun tidak seorang perempuan ingin melakukan apapun
termasuk menjadi Pekerja seks Komersial, KAJIAN PUSTAKA
meskipun merupakan perbuatan yang
Fenomenologi Husserl
rendahan atau hina di mata masyarakat.
Selama ini masyarakat selalu menganggap Fenomenologi adalah pendekatan
bahwa perempuan Pekerja Seks Komersial ilmiah yang bertujuan untuk menelaah dan
adalah manusia hina dan sampah, tanpa mendeskripsikan sebuah fenomena yang
berusaha untuk mau mengenal para PSK dialami secara langsung oleh manusia dalam
tersebut lebih dalam. Kota Surabaya kehidupan sehari hari, fokus telaah
merupakan kota metropolitan terbesar kedua fenomenologi adalah pengalaman kehidupan
di Indonesia, seperti kota metropolitan pada manusia sehari-hari. Fenomenologi berupaya
umumnya Surabaya memiliki permasalahan untuk menelaah dan mendeskripsikan
dengan intensitas yang tinggi. Prostitusi pengalaman hidup manusia apa adanya tanpa
memiliki Pekerja Seks Komersial yang proses intrepretasi dan abstraksi (Asih,
berperan sebagai aktor dalam bisnis tersebut. 2014). Menurut Husserl makna bukanlah
Pada penelitian ini peneliti mendapati objek kajian ilmu-ilmu empiris. Bagi Husserl
beberapa pekerja dalam industri hiburan fenomenologi merupakan suatu bentuk ilmu
malam di Surabaya menyediakan jasa dalam mandiri yang berbeda dengan ilmu alam
konteks seksual dan hanya orang-orang maupun ilmu sosial. Husserl menyebutkan
tertentu yang dapat mengetahui keberadaan bahwasanya fenomenologi sebagai ilmu
serta sistem dari PSK tersebut. pengetahuan transendental yang dibedakan
dengan ilmu pengetahuan naturalistik.
Artikel ini membahas penelitian
Adapun perbedaan yang utama antara
tentang identitas perempuan memilih
fenomenologi dengan ilmu-ilmu alam,
pekerjaan sebagai PSK dan motif perempuan
termasuk psikologi positivistik adalah peran
memilih pekerjaan sebagai PSK. Tujuan dari
makna di dalam pengalaman manusia
penelitian ini adalah mengidentifikasi latar
(Kockelmans, n.d.). Dalam konteks
belakang sosial-ekonomi keluarga
fenomenologi, Husserl membedakannya
perempuan PSK, mengidentifikasi latar
dengan tingkat kesadaran. Pada tingkat
belakang perempuan menjadi PSK,
kesadaran, fokus fenomenologi bukanlah
mengidentifikasi kesadaran perempuan
pengalaman spesifik, tetapi struktur
sebagai PSK, mengidentifikasi pengalaman
pengalaman kesadaran manusia, yaitu
perempuan sebagai PSK, dan menganalisis
realitas objektif berdasarkan manusia.
identitas perempuan sebagai PSK. Rumusan
Pertama-tama, setiap pengalaman manusia
masalah dalam penelitian ini adalah
sebenarnya adalah ekspresi yang diturunkan
bagaimana identitas diri perempuan yang
dari kesadaran ini. Seseorang akan
memilih pekerjaan sebagai pekerja seks
mengalami sesuatu sehingga mereka sadar
komersial dan bagaimna motif sebab dan
akan pengalamannya yang bersifat subjektif.
tujuan perempuan yang memilih pekerjaan
Inilah yang disebut Husserl intensionalitas,
sebagai pekerja seks komersial.
yang artinya kesadaran adalah kesadaran.
Dapat dikatakan bahwa itu sengaja untuk
mengeksekusi perilaku seseorang, tetapi dilakukan tentu memiliki kesadaran dan
dalam fenomenologi Husserl, konsep maksud tertentu.
keintiman memiliki nutrisi yang lebih dalam.
Intersubjektivitas
Kesadaran
Intersubjektiv adalah kebenaran yang
Kesadaran adalah kemampuan untuk dihasilkan oleh interaksi individu dengan
memperlakukan subjek untuk menjadi objek individu lain disekitar atau lingkungan
bagi dirinya sendiri, atau menjadi objektif seperti orang tua, guru, teman yang
tentang dirinya sendiri. Individu menjumpai mengajarkan apa yang benar dan apa yang
hakikat kesadaran bila menemukan kembali salah, saat hal tersebut tertanam secara
kehadiran individu terhadap indvidu itu mendalam dalam diri individu, individu akan
sendiri (Bertens, 1981). Kesadaran adalah melakukannya tanpa berpikir panjang.
ketika individu berpikir, melihat, menilai dan Sebagai suatu penalaran yang praktis dalam
mendengarkan maka individu tersebut sadar. kehidupan sehari-hari ego tersebut tidak
Menjadi objek kesadaran individu tersebut mempertanyakan lagi secara rinci apa yang
tidak sendiri, individu lain tentu memiliki ada disekitar. Contoh seperti makan dengan
penilaian yang berbeda atau mereka sadar tangan kanan, bersikap sopan kepada orang
akan kehadiran individu tersebut. tua, dan lain sebagainya.
Intensionalitas Epoche
Menurut Husserl, kesadaran adalah Epoche adalah bahasa Yunani, yang
intensi, dan intentionality adalah struktur memiliki arti jangan mudah untuk
penting kesadaran manusia. Oleh itu, menghakimi. Melalui penilaian kita
fenomena mesti difahami sebagai perkara mendapatkan suatu pengetahuan dalam
yang sudah nyata. Dalam sebuah kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam
fenomenologi, intentionality merujuk memandang kita harus menyaksikan sendiri
terhadap sebuah proses menyadari sesuatu, tanpa adanya sudut pandang dari orang lain
bahwa semua perlakuan atau kesadaran (Hasbiansyah, 2008). Epoche adalah keluar
memiliki sifat-sifat semua objek (Bertens, dari rutinitas sehari-hari, keluar dari apa yang
1981). Kesadaran selalu diarahkan dan biasa dipikirkan. Individu tidak menilai atau
ditujukan kepada sesuatu, setiap tindakan menjustifikasi individu lain dengan apa yang
yang sadar dan mempunyai maksud. Saat dipahami sebagai kebenaran. Peneliti
seseorang melakukan sesuatu selalu berhenti dengan pemahaman, pengetahuan,
mempunyai maksud tertentu, misalnya atau teori-teori yang dikuasai melainkan
mahasiswa sengaja bangun pagi untuk fokus kepada pengalaman subjek penelitian.
berangkat ke kampus untuk menjemput salah Peneliti hanya dapat membuktikan akurasi
satu mahasiswi yang disukai. Oleh karena itu dari asumsi awal, dengan demikian
saat melihat atau memahami sesuatu fenomenologi mengajarkan untuk bersikap
tanamkan terlebih dahulu bahwa apa yang empati kepada subjek penelitian dan tidak
menilai realitas tetapi membiarkan realitas Pekerja Seks Komersial
berbicara tentang dirinya sendiri.
Dunia pelacuran merupakan suatu
Untuk teori kedua, peneliti profesi yang sangat tua usianya. Adanya
menggunakan teori Alfred Schutz untuk nafsu seks yang dilampiaskan terhadap lawan
menganalisis motif dari subjek penelitian. jenisnya tanpa mengenal batas-batas moral
Schutz beranggapan bahwa sosiologi harus dan kesopanan Pelacuran selalu ada di semua
memahami bagaimana aktor sosial negara, pelacuran merupakan masalah sosial
meggunakan tipifikasi untuk mengorganisasi yang menjadi objek hukum dan norma,
pengetahuan umum dari dunia kehidupannya namun aktivitas tersebut sangat sulit untuk
yang digunakan untuk memahami perbedaan dihilangkan. Seseorang mau melakukan
dasar antara rasionalitas sehari-hari dengan apapun demi mendapat pemasukan untuk
rasionalitas ilmiah. Stock knowledge yang mencukupi kebutuhan hidupnya (Hidayah,
digunakan oleh aktor menjadi bagian 2018). Pekerja Seks Komersial adalah
pengetahuan yang tidak di sadari untuk pekerja yang bertugas melayani ativitas
mengetahui bagaimana orang menandai seksual dengan tujuan untuk mendapatkan
makna dalam lingkungannya (Lailiyah, upah atau imbalan dari yang memakai
2015). jasanya. Negara Indonesia memiliki beberapa
istilah untuk PSK, seperti pelacur, lonte,
1. Because Motive
sundal, purel, dan kupu-kupu malam. Pekerja
Merupakan faktor yang Seks Komersial merupakan gejala
menyebabkan seseorang melakukan tindakan masyarakat dimana wanita menjual diri
tertentu dimana tindakan seseorang tidak dengan melakukan hubungan seks pada laki-
muncul begitu saja malainkan melalui proses laki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang panjang untuk dievaluasi dan dan sebagai mata pencaharian (Hidayah,
mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, 2018).
budaya, dan norma etika agama atas dasar
Adapun ciri-ciri Pekerja Seks
tingkat kemampuan pemahaman sendiri
Komersial adalah sebagai berikut (Suryadi,
sebelum tindakan itu dilakukan (Lailiyah,
2011):
2015).
1. Cantik, rupawan, aktraktif, dan menarik
2. In Order To Motive
baik wajah maupun tubuhnya. Dapat
Berkaitan dengan alasan seseorang merangsang selera seks kaum laki-laki
melakukan suatu tindakan sebagai usahanya
2. Masih muda. 75% dari jumlah PSK di
menciptakan situasi dan kondisi yang
kota-kota besar dan terbanyak kisaran umur
diharapkan di masa datang. Tindakan yang
17-25 tahun.
dilakukan oleh individu tersebut merupakan
tindakan subjektif yang memiliki tujuan dan 3. Memiliki pakaian yang sangat mencolok,
keberadaannya tidak terlepas dari beraneka warna, dan eksentrik dengan tujuan
intersubjektivitas (Lailiyah, 2015). untuk menarik perhatian kaum laki-laki
4. Menggunakan Teknik-teknik seksual yang masyarakat. Di pihak lain, pengakuan
mekanistis, cepat, tanpa emosi, dan afeksi. masyarakat merupakan syarat mutlak bagi
suatu profesi, jauh lebih penting dari
5. Memiliki mobilitas yang tinggi, kerap
pengakuan pemerintah. Kedua, Profesi
berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat
menuntut keterampilan tertentu yang
lain. Seringkali PSK tersebut memakai nama
diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang
samaran.
“lama” dan intensif serta dilakukan dalam
Pada umumnya, para pelanggan tidak lembaga tertentu yang secara social dapat
dianggap berdosa atau bersalah dan tidak dipertanggung jawabkan (accountable).
menyimpang. Sebab perbuatan mereka di Proses pemerolehan keterampilan itu bukan
dorong utnuk memuaskan kebutuhan seks, hanya rutin, melainkan bersifat pemecahan
Pekerja Seks Komersial digunakan sebagai masalah. Jadi dalam suatu profesi,
korban yang dianggap masyarakat sebagai independent judgment berperan dalam
masalah dan tidak bermoral. Tugas Pekerja mengambil putusan, bukan sekadar
Seks Komersial yang memberikan layanan menjalankan tugas. Ketiga, profesi didukung
seks memiliki fungsi yaitu: oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of
knowledge), bukan sekadar serpihan atau
1. Menjadi mata pencaharian bagi sebagian
hanya commonsense. Keempat, ada kode etik
orang
yang menjadi pedoman perilaku anggotanya
2. Menjadi kesenangan bagi masyarakat beserta sanksi yang tegas dan jelas terhadap
khususnya laki-laki yang berpisah dengan pelanggar kode etik. Pengawasan terhadap
istrinya dan memiliki masalah dengan hasrat ditegakkannya kode etik dilakukan oleh
seksualnya. organisasi profesi. Kelima, sebagai
konsekwensi dari layanan yang diberikan
3. Menjadi sumber pelayanan dan hiburan
kepada masyarakat, maka anggota profesi
bagi laki-laki yang memiliki hasrat seksual
secara perorangan ataupun kelompok
yang tinggi.
mendapat imbalan financial atau materiil
Profesi adalah pekerjaan yang (Amir, 2019).
memerlukan persyaratan tertentu, dengan
METODE PENELITIAN
kata lain profesi merupakan pekerjaan orang-
orang tertentu, bukan pekerjaan sembarang Penelitian ini menggunakan
orang. Dalam kehidupan sehari-hari pendekatan penelitian kualitatif dengan
masyarakat seringkali tidak dapat metode fenomenologi, Fenomenologi
membedakan istilah pekerjaan dan profesi. Husserl dan Motif Alfred Schutz. Pendekatan
Profesi adalah jabatan yang menuntut kualitatif dengan metode fenomenologi
seseorang utnuk memiliki keterampilan atau bertujuan untuk mengidentifikasi serta
keahlian tertentu (Amir, 2019). Profesi menganalisis identitas diri dan motif
memiliki ciri-ciri pertama, pekerjaan itu perempuan pekerja hiburan malam
mempunyai fungsi dan signifikansi social khususnya pekerja seks komersial (PSK).
karena diperlukan mengabdi kepada Metode ini digunakan untuk meneliti
fenomena yang bersifat mendalam dengan yang sedikit bisa berkembang dengan luas
teknik wawancara dan observasi (Sugiyono, tanpa terbatas lokasi.
2011). Penelitian ini dilaksanakan di dua
Dalam penelitian ini menggunakan
tempat karaoke dan satu klub malam di Kota
dua sumber data, data pertama didapatkan
Surabaya. Alasan peneliti memilih tempat
oleh peneliti melalui proses obervasi,
tersebut karena terindikasi memiliki pekerja
wawancara dengan subyek dan proses
yang memilih pekerjaan sebagai pekerja seks
dokumentasi atau dikenal dengan data
komersial sebagai penghasilan tambahan.
primer. Sedangkan data yang kedua atau
Peneliti tidak menyebutkan lokasi secara
yang dikenal sebagai data sekunder
detail karena peneliti berfokus pada informan
bersumber dari berbagai media yang ada
yang kedapatan memiliki pekerjaan di tempat
seperti internet, buku, artikel jurnal, maupun
tersebut dan tidak ingin menyinggung pihak
skripsi yang sejenis dengan penelitian ini.
manapun, serta peneliti tidak memiliki izin
Dalam penelitian ini metode analisis data
dari tempat tersebut karena hanya berfokus
fenomenologi Van Manen. Menurut Van
pada urusan pribadi dari informan. Hal ini
Manen untuk analisis pada penelitian
sangat beresiko sehingga peneliti
kualitatif dengan cara mengindentifikasi
memutuskan tidak menyebutkan lokasi
fenomena yakni objek dari pengalaman
secara detail.
manusia (Sugiyono, 2011). Pengalaman yang
Subyek dari penelitian ini adalah berupa fenomena misalnya kebahagiaan,
perempuan pekerja hiburan malam kemarahan, dukacita, kesendirian,
khususnya pekerja seks komersial (PSK) pengalaman pekerjaan yang dipilih serta
yang berstatus lajang. Teknik penentuan pengalaman kehidupan yang lain.
subyek ini menggunakan Teknik Snowball, Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data
peneliti memilih teknik tersebut karena dari individu yang telah di dapat dari
peneliti memiliki banyak pertimbangan fenomena subyek penelitian dan
tertentu. Adapun pertimbangan penentuan mengembangkan deskripsi. Pendekatan ini
subyek dalam penelitian ini sebagai berikut : dirasa tepat untuk peneliti, sebab
pembahasan mengenai identitas perempuan
1. Subyek berstatus lajang/belum menikah
pekerja hiburan malam yang memilih
2. Mengambil subyek berjumlah 3 orang pekerjaan sebagai PSK saat tentu
namun mendapatkan data secara mendalam menghadirkan fenomena baru terutama pada
subjek penelitian. Peneliti fenomenologi
Alasan peneliti memilih subyek penelitian
berusaha menggali lebih dalam ke dunia
yang berstatus lajang karena ingin
subyek yang ditelitinnya.
mengungkap identitas diri mereka serta
pengalaman pekerjaan yang dipilih apakah HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki pengaruh terhadap status mereka.
Latar Belakang Memilih Pekerjaan
Subyek penelitian ini menggunakan teknik
Sebagai PSK
SnowBall sebagai teknik pengambilan
sample, karena dengan teknik ini subyek
Data dari penelitian ini diperoleh dari di sarkem merasa bahwa penghasilan di
para subjek penelitian yang berjenis kelamin tempat tersebut kurang untuk mencukupi
perempuan dengan usia sekitar 20-25 tahun kebutuhannya dan keluarganya. Kemudian
yang berprofesi sebagai pekerja seks merantau ke Kota Surabaya bersama
komersial. Subjek penelitan berjumlah tiga tetangganya untuk menjalankan profesi yang
orang dan menekuni pekerjaan sebagai PSK sama. Subjek beranggapan bahwa Kota
dengan latar belakang yang berbeda. Setiap Surabaya dapat memberikan penghasilan
individu dapat menemukan makna hidup yang lebih tinggi sesuai yang diharapkan.
dengan menerapkan dan memenuhi nilai-
Kesadaran Perempuan Sebagai PSK
nilai dari pekerjaannya. Subjek penelitian
yang telah memilih hidupnya untuk Subjek penelitian memiliki kesadaran
pekerjaan ini juga telah menemukan identitas yang berbeda sebagai Pekerja Seks
diri mengenai cara pandang yang subjek pilih Komersial. Menurut subjek pertama, dunia
mengenai pemilihan pekerjaannya serta prostitusi adalah sebuah tempat yang menjual
tujuan dan pedoman hidup yang telah mereka paras dan tampilan fisik. Jika tidak memiliki
tetapkan untuk hidupnya. tubuh yang seksi dan wajah atau paras yang
cantik PSK tersebut sedikit memiliki
Setiap subjek memiliki pemahaman
pelanggan dan peminat. Subjek memilih
diri dan latar belakang yang berbeda dalam
pekerjaan sebagai pekerja seks komersial
mengambil keputusan sebagai pekerja seks
adalah mengisi waktu luang yang dimilikinya
komersial, seperti yang diungkapkan oleh
dan mengatasi rasa kesepian karena orang tua
subjek pertama yang memilih pekerjaan
sibuk bekerja. Terkait resiko tentang
menjadi pekerja seks karena masalah
pekerjaannya yang lebih utama adalah
hubungan dengan seseorang, sering
memiliki ketakutan jika orang tua
melakukan hubungan seks, dan kesepian.
mengetahui memilih pekerjaan sebagai PSK,
Dari hal tersebut subjek mencoba dengan
kemudian resiko lain adalah ketika
menggunakan aplikasi dating untuk
menjalankan pekerjaannya terkena razia.
menyalurkan keresahannya dan mendapatkan
Subjek merasa menikmati pekerjaannya
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
karena sejauh ini belum mendapatkan
hidupnya tanpa bergantung dari orang tua.
masalah yang serius.
Menurut subjek kedua, memilih pekerjaan ini
sebagai alasan untuk memenuhi kebutuhan Subjek penelitan kedua mengatakan
hidupnya di tanah perantauan. Subjek merasa bahwa dunia prostitusi adalah tempat dimana
dengan penghasilan dari pekerjaan yang individu membutuhkan penghasilan secara
dimiliki sekarang tidak cukup, kemudian instan dan hanya bermodalkan penampilan
subjek disarankan oleh temannya untuk fisik. Subjek memilih pekerjaan tersebut
mencoba sistem BO dan akhirnya menekuni karena pekerjaan yang dimilikinya tidak
pekerjaan tersebut karena merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
penghasilan yang didapat lebih banyak. di perantauan. Merasa tidak nyaman dengan
Subjek ketiga memilih profesi sebagai PSK pekerjaannya dan terkesan terpaksa. Dalam
adalah ketika memiliki kenalan yang bekerja hal resiko kedua subjek memiliki jawaban
yang sama yakni takut ketika orang tua tarif cukup mahal. Dalam pekerjaannya jam
mengetahui pekerjaannya. kerja yang dilakukan oleh subjek yakni sore
sampai malam. Subjek terkadang merasa
Subjek penelitian ketiga mengatakan
jenuh dan solusinya ia berhenti sejenak
bahwa adalah sebuah ladang pekerjaan yang
dalam alasan tertentu. Selama menjalani
seharusnya dilegalkan dan mendukung
pekerjaan sebagai pekerja seks komersial,
adanya prostitusi, karena jika sebuah tempat
subjek lebih banyak mendapatkan materi
memiliki sifat khusus untuk sebuah pekerjaan
berupa uang daripada relasi dari para
pengeloalaan menjadi lebih mudah dan
pelanggannya.
pemerintah juga dapat mengetahui kondisi
yang ada di tempat tersebeut serta cepat Subjek kedua memiliki pengalaman
tanggap saat terjadi hal-hal yang tidak yang hampir sama dengan subjek penelitian
diinginkan. Subjek menyadari resiko tentang pertama. Suka dan duka yang dimiliki oleh
profesi yang dijalaninya. Subjek mengetahui yakni merasa senang ketika memiliki banyak
tentang cara bagaimana terhindar dari pelanggan sehingga penghasilannya semakin
penyakit menular dari sudut pandang bertambah untuk memenuhi kebutuhan
medis/kesehatan. hidupnya di Kota Surabaya. Kemudian
dukanya adalah sering mendapatkan
Pengalaman Perempuan Sebagai PSK
pelanggan yang memiliki fantasi seks yang
Ketiga subjek penelitian memiliki aneh dan berlebihan, hal tersebut membuat
pengalaman yang berbeda. Subjek pertama subjek merasa sedikit ketakutan. Dalam
memiliki suka dan duka saat menjadi PSK, melakukan perkerjaannya, subjek merasa
merasa senang ketika memiliki banyak tidak nyaman karena terpaksa menjalani hal
pelanggan sehingga penghasilannya semakin tersebut. Pengalaman terburuk adalah ketika
bertambah. Kemudian dukanya adalah ditipu pelanggan membayar tidak sesuai tarif yang
oleh pelanggan. Subjek merasa aman saat ditetapkan. Tarif yang ia tetapkan yakni
menjalankan pekerjaannya karena memiliki sejumlah Rp.700.000 short time dan
pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Rp.1.500.000 untuk long time. Kriteria
Subjek memiliki pengalaman terburuk yakni pelanggan yang paling penting adalah tidak
ketika tidak ingin menjalankan pekerjaan berbohong dan bayar sesuai dengan tarif
salah satu pelanggan memaksa. Kemudian yang ditetapkan. Dalam hal aturan, subjek
ditolak dengan alasan tertentu dan pelanggan mewajibkan pelanggan memakai pengaman
tersebut melontarkan kata kasar melalui dan sama halya dengan subjek pertama tidak
sosial media. Terkait kriteria pelanggan, menerima fantasi yang aneh dari para
subjek memilih pelanggan yang wangi dan pelanggan. Tidak seperti subjek pertama,
bersih. Memiliki aturan untuk menetapkan subjek kedua tidak memiliki pelanggan yang
pelanggannya untuk menggunakan setia selama menjalani pekerjaannya. Untuk
pengaman dan tidak menerima fantasi yang jam kerja, mulai dari pukul 20.00 WIB dan
aneh dari pelanggan. Subjek memasang tarif sampai dini hari sebelum adzan subuh setiap
Rp.1.200.000 untuk kategori long-time, hari. Ketika hari tertentu atau capek subjek
memiliki pelanggan loyal meskipun memiliki selalu memberikan informasi lewat status di
media aplikasi dating yang ia gunakan belakang keluarga yang mampu. Profesi dari
kepada para pelanggan nya. Dengan latar kedua orang tuanya adalah sebagai pebisnis
belakang keluarga yang religius, subjek properti. Keluarganya memiliki tingkat
merasa jenuh dan terbebani oleh pekerjaan Pendidikan yang cukup tinggi, ayah memiliki
menjadi pekerja seks komersial. tingkat Pendidikan terakhir D3 Perhotelan di
salah satu univeritas yang ada di Surabaya.
Subjek ketiga, memiliki suka dan
Ibu menempuh Pendidikan tinggi di salah
duka saat menjadi PSK, sukanya dapat hidup
satu universitas swasta yang ada di Jakarta
dengan enak karena penghasilan yang
dengan jurusan ekonomi. Keluarga subjek
didapatkan melalui profesinya sebagai PSK.
hidup di lingkungan perumahan yang
Dukanya ketika mendapatkan pelanggan
notabene masyarakatnya memiliki tingkat
yang rumit dan bertele-tele. Selama
individualistis yang tinggi. Subjek
menjalankan profesinya subjek merasa
menganggap bahwa kondisi keluarganya
nyaman, namun merasa tidak aman karena
tidak harmonis karena kurangnya interaksi
tidak ada tempat pasti yang memiliki
yang dilakukan oleh keluarga. Sistem
perlindungan khusus untuk profesinya
Pendidikan yang dilakukan di keluarganya
tersebut. Rata-rata pelanggan yang ia layani
adalah orang tua membebaskan dan selalu
sekitar umur 30-40 tahun dan biasanya
memberikan apapun yang diinginkan oleh
mendapat pelanggan muda yang masih
subjek, dapat disimpulkan bahwa orang tua
kuliah. Status ekonomi yang dimiliki oleh
FA tidak terlalu mengekang dan membatasi
para pelanggannya termasuk kelas atas
apa yang ingin dilakukan oleh subjek.
dengan harga yang dibilang tinggi. Subjek
memiiliki aturan, yang pertama saat Subjek kedua memiliki latar belakang
memesan pelanggan harus membayar uang keluarga yang religius. Ayah berprofesi
muka 50%. Kedua, pelanggan dengan subjek sebagai guru mengaji dan ibu sebagai ibu
bertemu di salah satu tempat yang dijanjikan rumah tangga. Orang tua subjek bersekolah
kemudian pelanggan membayar lunas. Untuk di MA Kabupaten Jombang. Menurut
tarif yang ia tetapkan bervariasi, seperti sepengetahuan subjek, keluarganya memiliki
menemani di tempat karaoke ia memasang tingkatan ekomoni menengah kebawah dan
tarif Rp. 6.000.000, short time Rp. penghasilan hanya mampu untuk memenuhi
12.000.000 dengan waktu 4 jam, dan long kebutuhan pokok sehari-hari. Keluarga
time Rp. 20.000.000. Subjek memilki subjek berada di Kabupaten Jombang dan
pelanggan yang loyal dan bisa mendapatkan hdiup di lingkungan yang religius. Keluarga
hubungan sebagai teman. Jam kerja yang subjek dipandang oleh masyarakat sebagai
dimiliki oleh subjek yakni pukul 13.00 WIB keluarga religius karena selain profesi
– 03.00 WIB. ayahnya sebagai guru mengaji, keluarganya
aktif dalam setiap acara keagamaan di
Latar Belakang Keluarga
lingkungan tempat tinggalnya. Subjek
Terkait latar belakang keluarga, dari beranggapan bahwa keluarganya masih
data yang diperoleh dari subjek penelitian dalam keadaan harmonis.
bervariasi. Subjek pertama memiliki latar
Subjek ketiga memiliki latar belakang kepada sikap yang alamiah, memusatkan ke
keluarga broken home. Sejak SD orang tua permasalahan mikro serta memperhatikan
subjek berpisah dan ikut dengan ibunya. pertumbuhan, perubahan dan proses
Profesi ibu subjek sekarang adalah sebagai tindakan. Fenomenologi Husserl lebih
TKW di Taiwan. Keluarga subjek hidup di bersifat terbuka dari sisi kesadaran,
lingkungan yang aman dan normal, menurut pemikiran Husserl tentang fenomenologi
subjek aman dan normal adalah ketika ada menapaki pemikiran pengalaman yang
seseorang didalam keluarga merantau untuk dihasilkan oleh kegiatan dan susunan
mencari pekerjaan, masyarakat di lingkungan kesadaran manusia. Husserl menitik beratkan
tersebut menanggapi dengan santai dan biasa makna dari pengalaman hidup dari kesadaran
saja. Terkait tingkatan ekonomi, subjek dan sudut pandang orang pertama. Husserl
menjelaskan bahwa dulu saat hanya ibunya menempatkan fenomenologi dalam struktur
yang bekerja didalam keluarga subjek pengalaman sadar, dalam struktur kesadaran
memiliki tingkatan ekonomi menengah ini Husserl melihat adanya esesnsi kesadaran
kebawah. Namun sekarang keluarganya yang dikenal intensionalitas. Proses
memiliki tingkatan ekonomi menengah intensionalitas adalah proses menyadari
keatas karena ditunjang oleh profesi yang sesuatu. Selain itu Husserl menenpatkan
sekarang dijalani dan mencukupi untuk beberapa istilah penting dalam fenomenologi
kebutuhan pokok serta keinginan yang ingin yaitu kesadaran, intensionalitas,
dicapai. Subjek beranggapan bahwa status intersubjektif, epoche, dan makna, dari
sosial yang dimiliki oleh keluarganya di konsep pemikiran Husserl tersebut peneliti
lingkungan tempat tinggalnya biasa saja dapat menganalisis identitas pekerjaan
seperti masyarakat pada umumnya. Setelah pekerja seks komersial dari subjek peneltian.
perceraian ayah dan ibunya kondisi
A. Kesadaran
keluarganya sekarang sangatlah harmonis.
Kemudian sistem pendidikan yang Kesadaran adalah kemampuan untuk
diterapkan oleh keluarga khususnya ibu memperlakukan subjek untuk menjadi objek
mendidik dengan tegas, bebas, dan bagi dirinya sendiri, atau menjadi objektif
bertanggung jawab. tentang dirinya sendiri. Individu menjumpai
hakikat kesadaran bila menemukan kembali
Identitas Diri Perempuan Pekerja Seks
kehadiran individu terhadap indvidu itu
Komersial
sendiri. Kesadaran adalah ketika individu
Teori fenomenologi yang menganut berpikir, melihat, menilai, merasakan dan
paradigma definisi sosial ini memfokuskan mendengar maka individu tersebut sadar.
terhadap persoalan pokok ilmu sosial sendiri Menjadi objek kesadaran individu tersebut
dimana menanyakan bagaimana kehidupan tidak sendiri, individu lain tentu memiliki
bermasyarakat itu dapat terbentuk. Terdapat penilaian yang berbeda atau mereka sadar
empat unsur pokok dalam teori fenomenologi akan kehadiran individu tersebut.
yaitu perhatian terhadap aktor, memusatkan
perhatian kepada kenyataan yang penting dan
1). Kesadaran Tentang Profesi 2). Kesadaran Resiko
Subjek penelitian memiliki kesadaran Subjek penelitian memiliki kesadaran
yang berbeda sebagai pekerja seks resiko. Subjek penelitian pertama memiliki
komesrsial. Dunia prostitusi adalah sebuah rasa takut apabila orang tua mengetahui
tempat yang menjual paras dan tampilan memilih profesi sebagai PSK, kemudian
fisik, jika tidak memiliki tubuh seksi dan resiko lain adalah ketika menjalankan
wajah atau paras yang cantik maka PSK profesinya terkena razia. Dapat disimpulkan
tersebut memiliki pelanggan dan peminat. bahwa subjek sadar resiko tentang profesi
yang dipilih. Melalui kesadarannya subjek
Subjek penelitian kedua memiliki
dapat berpikir bahwa jika orang tuanya
penilaian yang berbeda dengan subjek
mengetahui profesi yang dijalani akan
pertama. Dunia prositusi adalah tempat
merasa kecewa dan marah.
dimana seseorang membutuhkan penghasilan
dan hanya bermodalkan penampilan fisik. Subjek kedua beranggapan bahwa
Profesi sebagai pekerja seks komersial adalah resiko yang paling utama adalah takut jika
sebuah keterpaksaan, karena terpaksa saat orang tua mengetahui profesi yang dijalani
menjalani profesinya seperti melayani Kemudian yang kedua, memiliki latar
pelanggan ia merasa tidak nyaman. Subjek belakang keluarga yang religius ia takut jika
sadar dengan profesi yang dijalani. Melalui profesinya diketahui oleh orang tuanya maka
pengalamannya saat awal terjun di dunia akan merasa malu. Subjek kedua dapat
prostitusi khususnya pekerja seks komersial, disimpulkan bahwa subjek sadar resiko
subjek dapat berpikir, menilai dan merasakan tentang profesi yang ia pilih. Melalui
tentang profesinya. Subjek merasa berdosa kesadarannya subjek dapat berpikir dan
karena telah membohongi orang tua atas menyadari latar belakang keluarganya jika
profesi yang terpaksa ia pilih. orang tua mengetahui maka akan merasa
malu dan gagal dalam mendidik agama untuk
Subjek penelitian ketiga berpendapat
anaknya.
bahwa dunia prostitusi adalah sebuah ladang
pekerjaan yang seharusnya dilegalkan dan Subjek penelitian ketiga menyatakan
mendukung adanya prostitusi, karena jika bahwa menyadari resiko tentang profesi yang
sebuah tempat memiliki sifat khusus untuk dijalaninya. Ia mengetahui tentang cara
sebuah pekerjaan pengeloalaan menjadi lebih bagaimana terhindar dari penyakit menular
mudah dan pemerintah juga dapat dari sudut pandang kesehatan. Dari
mengetahui kondisi yang ada di tempat pernyataan subjek ketiga diatas dapat
tersebeut serta cepat tanggap saat terjadi hal- disimpulkan bahwa subjek menyadari resiko
hal yang tidak diinginkan, subjek sadar tentang profesi yang dijalaninya. Melalui
dengan profesi yang dijalani. Melalui kesadarannya subjek dapat berpikir, dan
pengalamannya saat terjun di dunia prostitusi menyadari bahwa ia memiliki cukup
khususnya pekerja seks komersial subjek pengetahuan untuk mengantisipasi resiko
dapat berpikir, menilai dan merasakan saat ia memilih profesi tersebut.
tentang profesinya.
B. Intensionalitas Subjek kedua memiliki tujuan atas
kesadarannya memilih profesi sebagai
Menurut Husserl, kesadaran adalah
pekerja seks komersial. Subjek memilih
intensi, dan intentionality adalah struktur
profesi pekerja seks komersial karena untuk
penting kesadaran manusia. Oleh itu,
memenuhi kebutuhan hidupnya di tanah
fenomena mesti difahami sebagai perkara
perantauan yakni Kota Surabaya, mengingat
yang sudah nyata. Dalam sebuah
subjek berasal dari Kabupaten Jombang yang
fenomenologi, intentionality merujuk
merantau ke Surabaya untuk mencari
terhadap sebuah proses menyadari sesuatu,
pekerjaan dan tidak dapat kiriman uang dari
bahwa semua perlakuan atau kesadaran
orang tuanya. Memilih profesi ini sebagai
memiliki sifat-sifat semua objek (Bertens,
alternatif karena pekerjaan yang ia miliki
1981). Kesadaran selalu diarahkan dan
sebelum menjadi PSK dirasa kurang untuk
ditujukan kepada sesuatu, setiap tindakan
kebutuhan hidupnya di Kota Surabaya.
yang sadar dan mempunyai maksud. Saat
subjek merasa bahwa ia menjadi pekerja seks
seseorang melakukan sesuatu selalu
komersial mendapat penghasilan yang
mempunyai maksud tertentu, misalnya
lumayan banyak untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa sengaja bangun pagi untuk
yang ia rasa kurang.
berangkat ke kampus untuk menjemput salah
satu mahasiswi yang disukai. Oleh karena itu Subjek penelitian ketiga memiliki
saat melihat atau memahami sesuatu tujuan atas kesadarannya memilih profesi
tanamkan terlebih dahulu bahwa apa yang sebagai pekerja seks komersial. Subjek
dilakukan tentu memiliki kesadaran dan memilih profesi pekerja seks komersial
maksud tertentu. karena untuk meningkatkan status ekonomi
dan memenuhi kebutuhannya serta keluarga
1). Intensionalitas Memilih Pekerjaan
seperti menyekolahkan adiknya sampai
Subjek penelitian memiliki tingkat perguruan tinggi.
intensionalitas yang berbeda memilih sebagai
C. Intersubjektivitas
pekerja seks komesrsial. Subjek pertama
memiliki tujuan atas kesadarannya memilih Intersubjektiv adalah kebenaran yang
profesi sebagai pekerja seks komersial. dihasilkan oleh interaksi individu dengan
Subjek memilih profesi ini karena memiliki individu lain disekitar atau lingkungan
masalah hubungan dengan seseorang, sering seperti orang tua, guru, teman yang
melakukan hubungan seks, dan kesepian. mengajarkan apa yang benar dan apa yang
salah, saat hal tersebut tertanam secara
Subjek menambahkan selain faktor
mendalam dalam diri individu, individu akan
masalah hubungan, sering berhubungan seks,
melakukannya tanpa berpikir panjang.
dan kesepian, subjek menambahkan pemicu
Sebagai suatu penalaran yang praktis dalam
karena memilih profesi tersebut karena
kehidupan sehari-hari ego tersebut tidak
menanggapi dengan serius chat iseng dari
mempertanyakan lagi secara rinci apa yang
salah satu pengguna sosial media tersebut.
ada disekitar. Contoh seperti makan dengan
tangan kanan, bersikap sopan kepada orang memandang kita harus menyaksikan sendiri
tua, dan lain sebagainya tanpa adanya sudut pandang dari orang lain
(Hasbiansyah, 2008). Epoche adalah keluar
1). Intersubjektivitas melalui lingkungan
dari rutinitas sehari-hari, keluar dari apa yang
Subjek penelitian pertama dan ketiga biasa dipikirkan. Individu tidak menilai atau
memiliki proses intersubjektivitas yang sama menjustifikasi individu lain dengan apa yang
memilih sebagai pekerja seks komersial. dipahami sebagai kebenaran. Peneliti
Subjek memiliki interaksi dengan lingkungan berhenti dengan pemahaman, pengetahuan,
atau teori-teori yang dikuasai melainkan
Subjek penelitian ketiga memiliki
fokus kepada pengalaman subjek penelitian.
interaksi dengan tetangga di lingkungan
Peneliti hanya dapat membuktikan akurasi
tempat tinggalnya yang sebelumnya
dari asumsi awal, dengan demikian
memiliki profesi yang sama kemudian
fenomenologi mengajarkan untuk bersikap
menjadi sebab memilih profesi tersebut.
empati kepada subjek penelitian dan tidak
Interaksi dengan lingkungan tempat tinggal
menilai realitas tetapi membiarkan realitas
menjadi sebab subjek memilih profesi
berbicara tentang dirinya sendiri.
tersebut dan memberikan dampak yang
besar. 1) Identitas diri profesi perempuan pekerja
seks komersial
2). Intersubjektivitas melalui pertemanan
Subjek penelitian memiliki
Subjek kedua memiliki
pemaknaan atau defenisi yang berbeda atas
intersubjektivitas yang berbeda dengan
profesinya. Subjek pertama memaknai
subjek pertama. Subjek memiliki interaksi
profesinya sebagai pekerja seks komersial
dengan teman yang satu tempat tinggal
merupakan bentuk kekecewaan terhadap
dengannya kemudian diperkenalkan oleh
orang tua nya yang sibuk bekerja tanpa
temannya yang sebelumnya memiliki profesi
memperhatikan dia. Subjek memaknai dan
pekerja seks komersial, untuk mendukung
mendefinisikan pekerjaannya sebagai
pekerjaan nya sebagai PSK subjek
pekerjaan serta hiburan. Hiburan adalah
menggunakan aplikasi chatting seperti Mi-
ketika merasa kesepian dan pemasukan
Chat, dengan sistem yang berbayar dengan
menurun serta teman-temannya yang tidak
tujuan memudahkan dalam mencari
setiap hari datang ke rumah atau nongkrong
pelanggan. Subjek merasa bahwa
di tempat kesukaanya, merasa senang dan
diperkenalkan oleh teman nya merasa
terhibur ketika melakukan pekerjaannya
kurang.
sebagai PSK
D. Epoche
Subjek penelitian kedua memaknai
Epoche adalah bahasa Yunani, yang atau mendefinisikan profesinya sebagai
memiliki arti jangan mudah untuk pekerja seks komersial merupakan sebagai
menghakimi. Melalui penilaian kita perbuatan dosa. Subjek juga memaknai atau
mendapatkan suatu pengetahuan dalam mendefinisikan pekerjaannya sebagai
kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam pekerjaan pelarian yang dimana
membutuhkan mental yang kuat untuk pengelompokkan pemaknaan dari fenomena
menipu diri sendiri dan bagaimanapun yang terjadi. Teori fenomenologi
pekerjaan tersebut termasuk dosa serta haram membedakan dua realitas antara lain realitas
menurut agama. objektif (realitas dalam masyarakat sosial
yang semestinya) dan realitas subjektif
Subjek penelitian ketiga memiliki
(realitas yang bersifat senyatanya). Realitas
pernyataan yang hampir sama dengan subjek
subjetif ini diyakini Schutz melahirkan
pertama yakni mendefinisikan profesinya
konsep because motive atau motif sebab dan
sebagai pekerjaan serta hiburan. Hiburan
in order to motive atau motif tujuan (Ritzer,
menurutnya adalah ketika ia membutuhkan
2012). Teori yang digagas oleh Schutz
kebutuhan biologis, kemudian mendapatkan
tentang makna tindakan dapat mengkaji
penghasilan yang dirasa cukup untuk
motif sebab dan tujuan memilih profesi
mencukupi keluarganya. Subjek merasa
sebagai pekerja seks komersial:
senang dan terhibur ketika melakukan
profesinya sebagai PSK. A. Motif Sebab Perempuan Memilih Profesi
Sebagai Pekerja Seks Komersial
Motif Perempuan Memilih Profesi
Pekerja Seks Komersial Motif sebab atau because motive
adalah proyeksi dari pengalaman aktor yang
Teori fenomenologi yang menganut
terdapat makna di dalam tindakannya dan
paradigma definisi sosial ini memfokuskan
mampu dipahami oleh individu lain. Hal
terhadap persoalan pokok ilmu sosial sendiri
tersebut berlaku pada perempuan pekerja
dimana menanyakan bagaimana kehidupan
seks komersial, melalui motif sebab mereka
bermasyarakat itu dapat terbentuk. Terdapat
hendak memberikan makna tindakan yang
empat unsur pokok dalam teori fenomenologi
dilakukannya terhadap individu yang lain.
yaitu perhatian terhadap aktor, memusatkan
Tindakan memilih profesi pekerja seks
perhatian kepada kenyataan yang penting dan
komersial digunakan dengan alasan yang
kepada sikap yang alamiah, memusatkan ke
berbeda yang dilakukan oleh subjek
permasalahan mikro serta memperhatikan
penelitian didasari oleh beberapa motif sebab
pertumbuhan, perubahan dan proses
yang berkaca pada pengalamannya.
tindakan. Schutz mengungkapkan
Berdasarkan data yang diperoleh, para
bahwasannya tindakan seorang aktor akan
informan mempunyai berbagai alasan
menghasilkan sebuah hubungan sosial jika
sebagai faktor pendorong untuk melakukan
tindakannya memilik sebuah makna tertentu
profesinya sebagai pekerja seks komersial
yang dapat dipahami oleh aktor yang lain.
antara lain:
Inti pemikiran Schutz berada pada konsep
intersubjektivitas yakni struktur kesadaran 1). Kekecewaan yang dirasakan
yang digunakan kelompok atau individu
Subjek penelitian memiliki rasa
untuk bertindak dan berinteraksi dalam
kecewa terhadap orang tuanya yang sibuk
memahami antar sesama umat manusia.
bekerja dan jarang memperhatikan. Oleh
Pemaknaan fenomena yang didapatkan dari
karena itu ia merasa kecewa, kesepian dan
interaksi akan memunculkan
bosan tidak memiliki pemasukan sendiri. menjadikan seks sebagai profesi. Motif
memiliki masalah hubungan dengan tujuan atau in order to motive adalah tujuan
seseorang dan sering melakukan hubungan yang ingin dicapai oleh individu dalam
seks. Kemudian subjek secara tidak sengaja melakukan suatu tindakan. Terdapat
melakukan interaksi dengan salah satu beberapa motif tujuan yang hendak dicapai
pengguna sosial media. Dalam percakapan, menjadikan seks sebagai profesi yakni:
penggunak akun tersebut menanyakan
1). Profesi pekerja seks komersial sebagai
apakah ia membuka jasa open bo. Akhirnya
hiburan dan pekerjaan
subjek menanggapi dengan serius pertanyaan
dari salah satu pengguna akun sosial media Profesi sebagai pekerja seks
tersebut dan membenarkan pertanyaan komersial merupakan profesi yang
tersebut. menyimpang dari kaidah, nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat dan agama serta
2). Keyakinan untuk memperoleh
terdapat resiko yang harus dihadapi. Suatu
penghasilan lebih
keadaan tertentu memiliki pengaruh untuk
Subjek penelitian memiliki individu memilih profesi sebagai pekerja
keyakinan bahwa bekerja di kota besar seks komersial. Subjek penelitian pertama
adalah sesuatu yang menjanjikan. Ketika memilih profesi sebagai pekerja seks
berada di Kota Surabaya, selama tiga bulan komersial hanya dianggap sebagai hiburan
melamar pekerjaan tidak kunjung dan pekerjaan. Meskipun latar belakang
mendapatkan panggilan. Bulan berikutnya keluarganya yang memiliki status eknomomi
subjek diterima di Karaoke. Dari menengah keatas namun, dengan kesibukan
pekerjaannya tersebut subjek merasa kurang orang tuanya bekerja menimbulkan rasa
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di kesepian dan bosan tanpa pemasukan. Dari
Kota Surabaya dan membantu biaya sekolah hal tersebut, subjek berkeinginan untuk
dari adiknya. Kemudian subjek memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
diperkenalkan dan direkomendasikan oleh bergantung dari orang tuanya. Subjek adalah
salah satu temannya yang memiliki profesi pribadi yang memiliki kebiasaan untuk
sebagai pekerja seks komersial. Akhirnya berhubungan seks. Sama halnya dengan
mencoba dan melihat adanya peluang subjek penelitian ketiga menganggap profesi
bertambahnya pemasukan atas profesi ini sebagai hiburan dan pekerjaan. . Hiburan
sebagai pekerja seks komersial, dengan menurutnya adalah ketika ia membutuhkan
terpaksa dan membohongi diri sendiri dan kebutuhan biologis dan penghasilan yang
orang tuanya, subjek pun menekuni profesi dirasa cukup untuk mencukupi untuk
tersebut hingga sekarang. keluarganya. Subjek merasa senang dan
terhibur ketika melakukan profesinya sebagai
B. Motif Tujuan Perempuan Memilih Profesi
PSK.
Sebagai Pekerja Seks Komersial
Selain motif sebab terdapat pula motif
tujuan yang hendak dicapai dalam
2) Mencukupi kebutuhan keluarga menyekolahkan adiknya. Subjek memiliki
keinginan bahwa adiknya dapat melanjutkan
Subjek penelitan kedua memiliki
pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
tujuan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
dan membantu biaya sekolah adiknya. Hal Kerangka Berpikir Identitas Diri PSK Dalam Perspektif Fenomenologi Husserl

tersebut dipicu karena mengingat latar


Fenomenologi
belakang orang tuanya khususnya ayah
berprofesi sebagai guru mengaji di
lingkungan tempat tinggalnya yang berada di
Kabupaten Jombang. Profesi ayahnya Kesadaran Intensionalitas Motif Intersubjektivitas

sebagai guru mengaji dianggap hanya bisa


untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesadaran Profesi 1. Memiliki Because Motive Intersubjektivitas
Melalui
Kemudian subjek merantau ke Kota 1. Prostitusi
masalah
1. Kekecewaan yang
Lingkungan
hubungan dengan dirasakan.
Surabaya dengan maksud untuk Merupakan
seseorang, sering 1. Interaksi pada
tempat yang 2. Keyakinan untuk
mencukukupi kebutuhan keluarganya. melakukan tempat biasa subjek
menjual paras dan memperoleh
hubungan seks, berkumpul dengan
Masalah pun datang ketika pertama kali fisik. penghasilan lebih.
dan kesepian. teman-temannya.
2. Prostitusi In Order To Motive
datang ke Kota Surabaya, selama tiga bulan 2. Memenuhi 2. Interaksi dengan
adalah tempat tetangga yang
kebutuhan hidup 1. Profesi PSK
tidak mendapat pekerjaan. Setelah subjek orang-orang yang
di tanah sebagai hiburan dan memiliki profesi
membutuhkan yang sama.
berusaha melamar pekerjaan subjek diterima penghasilan.
perantauan. pekerjaan.
2. Mencukupi .
disalah satu tempat karaoke. Pekerjaan 3. Prostitusi
3. Mencukupi dan
meningkatkan kebutuhan
tersebut menurutnya dirasa kurang untuk adalah ladang
status ekonomi
keluarga.
pekerjaan yang
memenuhi kebutuhan hidupnya di Kota harus dilegalkan.
keluarga.

Surabaya, apalagi untuk membantu orang


Kesadaran Resiko Intersubjektivitas
tuanya dan membiayai adiknya sekolah. melalui pertemanan
1. Rasa takut
Subjek kemudian diperkenalkan dan kepada orang tua Interaksi dengan
direkomendasikan oleh temannya yang dan razia. teman yang bekerja
sebagai PSK dan
2. Merasa takut dan
berprofesi sebagai pekerja seks komersial. malu kepada orang
mengenalkan dunia
prostitusi
Mencoba hal tersebut dan ternyata tua.
.
penghasilan yang diperoleh cukup besar 3. Penyakit menular

namun dengan terpaksa melakukannya. Dari


pengalaman tersebut subjek menekuni Identitas Diri Profesi Perempuan PSK

profesi sebagai pekerja seks komersial dan 1. PSK sebagai bentuk kekecewaan terhadap orang tua yang tidak peduli pada subjek
dan sebagai hiburan ketika subjek merasa kesepian.
dapat membantu mencukupi kebutuhan 2. PSK sebagai perbuatan dosa dan haram menurut agama.
hidup keluarganya dan membantu biaya 3. PSK sebagai hiburan ketika membutuhkan kebutuhan biologis dan penghasilan
sekolah adiknya. Sebenarnya subjek ingin yang dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

memberangkatkan haji kedua orang tuanya


namun, tidak memiliki nyali karena PENUTUP
pengahsilan yang didapat dari profesi pekerja Pekerja seks komersial merupakan
seks komersial. Sama halnya dengan subjek profesi yang dianggap tabu oleh masyarakat
ketiga yang memiliki tujuan untuk umum. Secara umum profesi pekerja seks
mengangkat status ekonomi keluarga dan komersial adalah menyerahkan diri kepada
seseorang yang tidak dikenal dengan seks komersial. Dua motif sebab yang
melakukan perbuatan-perbuatan seksual peneliti temukan adalah pertama yakni
untuk mendapatkan upah untuk kebutuhan kekecewaan yang dirasakan. Kedua yakni
ekonomi. Masyarakat memandang rendah keyakinan untuk memperoleh penghasilan
profesi pekerja seks komersial karena lebih.
tindakan berhubungan seks secara bebas
DAFTAR PUSTAKA
antara pria dan wanita tanpa ada ikatan suatu
perkawinan yang sah dianggap sebagai Amir, S. (2019). Profesi, Profesional, dan
tindakan yang menyimpang. Seiring Pekerjaan. Jurnal Pendidikan
berkembangnya zaman dan teknologi, profesi Teknologi, 2(1), 68.
ini dapat dilakukan dimana pun dan kapan Asih, I. D. (2014). Fenomenologi Husserl:
pun dengan menggunakan media pribadi baik Sebuah Cara “Kembali Ke Fenomena.”
melalui laptop dan smartphone. informan Jurnal Keperawatan Indonesia, 9(2).
yang ada dalam penelitian ini rata-rata Bertens, K. (1981). Filsafat Barat Abad
menggunakan aplikasi seperti Mi-Chat, XXI: Inggris-Jerman. Gramedia.
Tinder, dan Twitter sebagai pendukung untuk
Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan
menjalankan profesi sebagai pekerja seks Fenomenologi : Pengantar Praktik
komersial. Penelitian dalam Ilmu Sosial dan
Komunikasi. Mediator, 9(1), 169.
Para pekerja seks komersial tentunya
memiliki problematika, tantangan untuk Hidayah. (2018). Perilaku Sosial Pekerja
kebutuhan hidup pribadi dan keluarganya. Seks Komersial (PSK) di Dunia
Kemudian pekerja seks komersial memiliki Pelacuran. Ijtimaiya, 2(1), 112–113.
identitas yang berbeda dalam memaknai Kockelmans, J. J. (n.d.). Edmund Husserl’s
profesi yang dipilihnya. Didalam penelitian Phenomenology. Purdue University
ini yang menggunakan perspektif teori Research Foundation, 3(1), 1999.
fenomenologi Husserl sebagai pisau analisis, Lailiyah, A. N. (2015). PENGAJIAN
peneliti menemukan identitas dari profesi VIRTUAL (Studi Tetang Motif Sebab
perempuan pekerja seks komersial sebagai dan Tujuan Ngaji dalam Dunia Virtual
pekerjaan serta hiburan. Selanjutnya, adalah Bagi ODOJers di Komunitas One Day
sebagai perbuatan dosa dan pekerjaan One Juz). Paradigma, Volume 03, 1–8.
pelarian yang dimana membutuhkan mental Musyafaah, S., & Jasminto, J. (2020). Peran
yang kuat untuk menipu diri sendiri dan Perempuan Berpendidikan Dalam
bagaimanapun pekerjaan tersebut termasuk Kesejahteraan Keluarga: Studi Kasus di
dosa serta haram menurut agama. Desa Cukir Gg 1 Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang. AL-MISBAH
Didalam penelitian ini, peneliti juga (Jurnal Islamic Studies), 8(1), 25.
menggunakan teori fenomenologi Schutz Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi. Pustaka
untuk menemukan because motif (motif Pelajar.
sebab) dan in order to motive (motif tujuan
Sugiyono, 2011, S. (2011). Metode
perempuan memilih profesi sebagai pekerja Penelitian. Metodologi Penelitian,
2009, 46–63. Perempuan di Pinggiran Kali Code,
Kelurahan Terban, Kota Yogyakarta.
Suryadi, S. A. (2011). Interaksi Sosial Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
antara Pekerja Seks Komersial ( PSK ) Kesejahteraan Sosial, 14(01), 12–20.
dengan Masyarakat ( Studi Kasus di
Kawasan Resosialisasi Argorejo Sunan
Kuning Kota Semarang ).
Wismayanti, Y. F. (2009). Potret Perempuan
Miskin; Studi Kasus Peran Ganda

Anda mungkin juga menyukai