Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBAGIAN RUANG DALAM BUDAYA PARTIARKI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Gender dan Anak

Dosen Pengampu: Silvia Riskha Fabriar M.S.I

Disusun Oleh:

Luthfia Sayyidatul Fitri 2101026055

Muhamad Tamami 2101026056

Nur Ahmad Mufid 2101026059

Sukma Putri Rahayu 2101026063

Khairunnisa Eka Qurratu’Aini 2101026067

Maulana ariq al dzarify 2101026172

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sistem sosial yang berlaku di masyarakat, kita sering menjumpai kesenjangan
antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan. Kesenjangan itu tidak hanya terjadi di
dalam keluarga atau rumah tangga, tetapi juga menjadi budaya dalam masyarakat, bahkan
menjadi budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Budaya patriarki sampai
sekarang ini masih sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Kaum laki-laki masih dominan menguasai sistem sosial masyarakat
di berbagai bidang kehidupan, baik bidang ekonomi, politik, agama, maupun sosial
budaya. Akibatnya kaum perempuan menjadi kelompok yang termarginalkan. Perbedaan
gender antara laki-laki dengan perempuan sering kali menimbulkan diskriminasi dan
ketidakadilan gender, dan yang menjadi korban paling banyak adalah kaum perempuan.
Patriarki berasal dari kata patriarkat artinya struktur yang menempatkan peran laki-
laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segalanya. Sistem budaya patriarki inilah yang
menciptakan adanya kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan. Kesenjangan
tersebut kemudian berakibat pada adanya ketidakadilan yang berpengaruh pada pola
kehidupan sehari-hari antara laki-laki dan perempuan. Posisi laki-laki yang dianggap tinggi
membuat laki-laki memiliki peran kontrol sosial yang tinggi di masyarakat.sedari kecil
sudah diciptakan adanya kebebasan yang hanya boleh dilakukan anak laki-laki dan tidak
boleh dilakukan anak perempuan. Perempuan dibentuk menjadi manusia yang harus
bertutur lemah lembut, bertingkah laku sopan santun, dan tidak boleh menggunakan
pakaian terbuka.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembagian ruang sosial antara ruang publik dan domestik dalam budaya
patriarki?
2. Bagaimana pergeseran dan percampuran ruang dalam budaya patriarki?
3. perselisihan apa yang terjadi akibat adanya pergeseran dan pencampuran ruang budaya
patriarki

i
PEMBAHASAN

A. Pembagian Ruang Sosial antara Ruang Publik Dan Domestik dalam Budaya
Patriarki
a. Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung aktivitas
masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik
ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Rustam Hakim,1987).
Ruang publik dipandang tidak terbentuk dari aktivitas atau proses komunikasi, tetapi
berdasarkan adanya kasus. Untuk itu diperlukan pemahaman menganai tipologi ruang
menurut fungsi dan bentuk ruang dan aksesibilitas perlu diteliti lebih lanjut. Bentuk
ruang dan aksessibilitas kemudian dapat mengembangkan atau menurunkan sifat publik
suatu ruang.
1. Tipologi Umum Ruang Publik:
a) External Public Space, Bagian lahan yang berada di antara kepemilikan privat,
seperti alun-alun, jalan, taman, parkir, dll.
b) Internal Public Space, Ruang pada fasilitas-fasilitas umum di mana warga bebas
mengakses (Perpustakaan Umum, Museum, Terminal/Stasiun/Pelabuhan/Bandara
Umum, dll.
c) External and Internal “Quasi” Public Space, Ruang publik dengan kepemilikan
“private”. Fasilitas-fasilitas komorsial, kampus, dll.
Islam memberikan peran kepada perempuan dalam ruang public dengan batasan-
batasan yang memungkinkan mereka untuk menjalankan perannya secara maksimal,
tanpa mengabaikan fungsi intinya (kodratnya) dan tanpa melanggar ketentuan Allah
SWT (Muslikhati, 2004). Batasan yang diberikan Tuhan bukanlah untuk
mensubordinasi perempuan, tetapi hanya untuk menciptakan kebaikan bersama dalam
masyarakat. Aminah Wadud Muhsin (2000) mengemukakan interpretasi yang berbeda
dalam menafsirkan QS al-Ahzaab ayat ke-32 tentang perintah berdiam di rumah dan
dilarang keluar rumah bagi perempuan, ia menggabungkan antara perintah berdiam di
rumah dan larangan untuk berpenampilan seperti orang Jahiliyah. Karenanya, ia tidak
menyetujui pendapat para ulama yang menganggap bahwa ayat ini berisi larangan

1
perempuan keluar rumah dalam segala bentuknya. Menurutnya, yang terlarang dalam
ayat ini hanya keluar rumah dengan tujuan memamerkan diri. Larangan tersebut tidak
diarahkan kepada gender tertentu. Baik laki-laki dan perempuan dilarang ke luar rumah
untuk memamerkan diri, demi mencapai kualitas moral Qur'ani.
Di dalam sistem patriarki, ruang publik seperti kantor, ruang pertemuan, atau ruang
publik lainnya, seringkali diperuntukkan untuk laki-laki. Ruang publik ini sering
dianggap sebagai lingkungan yang cocok untuk laki-laki untuk bekerja, mengambil
keputusan, dan berpartisipasi dalam kegiatan publik lainnya. Dalam konteks ini,
perempuan seringkali dianggap kurang cocok atau bahkan tidak diizinkan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan publik seperti ini, atau harus bekerja ekstra keras untuk
diakui dan diterima dalam ruang publik yang didominasi oleh laki-laki.
2. Ruang Domestik
Ruang domestik adalah ruang yang digunakan oleh penghuni untuk beraktivitas
seharihari, sehingga memungkinkan untuk keadaan di dalamnya berubah ketika
penghuninya juga berganti. Aktivitas yang termasuk dalam ruang domestik misalnya
mencuci pakaian, memasak, menyapu rumah, mencuci piring, menyetrika, ataupun
kegiatan yang sejenis termasuk mengasuh anak. Peran domestik umumnya dilakukan
dalam kehidupan berkeluarga. Sejak beberapa puluh tahun terakhir menjadi perdebatan
seru di antara kaum klasik yang memegang teguh peran tradisional dan kaum feminis
yang memperjuangkan tentang persamaan peran gender antara laki-laki dan perempuan.
Terkait dengan kondisi perempuan bekerja, keharusan yang melakukan peran domestik
juga perempuan. Umumnya jawaban tersebut diajukan oleh laki-laki dan perempuan
yang masih memegang peran tradisional, bahkan beberapa budaya juga mengharuskan
yang melakukan adalah perempuan dibandingkan laki-laki.
Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa telah banyak laki-laki yang
menyadari bahwa dengan kondisi kehidupan yang seperti sekarang ini, keseimbangan
peran dapat dilakukan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, tidak hanya perempuan
yang melakukan peran domestik, tetapi laki-laki juga melakukannya. Beberapa
penelitian tersebut dilakukan di Indonesia, dengan menggunakan subjek yang memiliki
budaya patriarki. Berarti telah ada bukti bahwa laki-laki sudah memiliki kesadaran

2
tentang peran domestik. Hal ini sebagai kesadaran personal akan fungsi untuk
optimalisasi kehidupan keluarga.
Keluarga merupakan suatu unit organisasi yang di dalamnya mengatur tentang peran
dan fungsi setiap anggotanya. Layaknya organisasi yang kompleks, sinergi, dan
terintegrasi, terkadang setiap anggota keluarga harus siap menggantikan peran anggota
keluarga yang lain ketika anggota keluarga yang lain berhalangan untuk menjalankan
peran atau fungsinya. Sehingga yang terjadi di sini adalah complementary, yaitu saling
melengkapi fungsi anggota keluarga. Bukan ketika anggota keluarga yang lain tidak
mau menjalankan fungsi atau perannnya maka peran itu akan diambil oleh anggota
keluarga yang lain. Adanya complementary dalam keluarga memiliki pengaruh untuk
terjadinya keseimbangan dalam keluarga, terkait dengan peran, kewajiban, hak, serta
kesetaraan dalam ketidak simetrisan relasi dalam keluarga. Peran domestik bukan hanya
kewajiban atau keharusan bagi perempuan, tetapi juga dapat dilakukan laki-laki. Tidak
ada paksaan untuk melakukannya, hanya bagaimana kita menyadari kesempatan itu
dengan tujuan untuk membuat keseimbangan dalam keluarga.
Ruang domestik seperti rumah tangga, dapur, atau kamar tidur, sering dianggap
sebagai wilayah perempuan. Peran perempuan dalam ruang domestik seringkali
dianggap sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh anak-anak, dan pengurus urusan
rumah tangga lainnya. Peran-peran ini seringkali dianggap sebagai "pekerjaan
perempuan" dan seringkali diabaikan atau dianggap remeh dalam masyarakat yang
didominasi oleh laki-laki. Selain itu, perempuan seringkali mengalami kesulitan dalam
membagi tugas-tugas domestik dengan laki-laki secara adil, sehingga mereka seringkali
harus menghabiskan lebih banyak waktu dan energi untuk tugas-tugas domestik.

B. Pergeseran dan Percampuran Ruang dalam Budaya Patriarki


Budaya patriarki merupakan budaya dimana laki-laki mempunyai kedudukan lebih
tinggi dari perempuan. Dalam budaya ini, ada perbedaan yang jelas mengenai tugas dan
peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam
keluarga. Budaya patriarki secara turun temurun membentuk perbedaan perilaku, status
dan otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat.

3
Pergeseran dan pencampuran budaya merupakan bagian dari perubahan sosial
budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat. Pemikiran masyarakat yang semakin meluas,
menyebabkan adanya keinginan untuk melakukan perubahan dalam kehidupan. Dalam
budaya patriarki sendiri, perempuan selalu diidentikkan dengan sebagai ibu rumah
tanggan. Peran dan posisi tersebut menjadikan perempuan bertanggung jawab dalam ruang
domestik. Budaya patriarki menyebabkan bahwa ruang domestik itu adalah takdir dan
kodrat perempuan yang diciptakan oleh Allah SWT. Karena persepsi tersebut, peran
domestik seringkali menjadi berlawanan dengan kebutuhan perempuan akan kebebasan
mengekspresikan diri di ruang publik.
Pernyataan di atas menyebabkan terjadinya pergeseran dan pencampuran budaya
yang dimana munculnya isu kesetaraan dan keadilan gender. Dua hal ini diartikan sebagai
penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural serta suatu proses dan perlakuan
adil baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan dan keadilan gender
menjadikan laki-laki dan perempuan memiliki hak, kewajiban, peran dan kesempatan yang
dilandasi rasa saling menghormati, menghargai, dan saling mendukung di berbagai tujuan.
Dengan adanya isu kesetaraan dan keadilan gender ini, menyebabkan terjadinya
pergeseran serta pencampuran budaya patriarki. Seperti halnya dalam budaya patriarki,
perempuan hanya berperan dalam ruang domestik. Namun adanya isu kesetaraan dan
keadilan gender ini, menjadikan perempuan memiliki peran ganda. Peran ganda ini
terbentuk dari partisipasi perempuan dalam ruang publik, seperti perempuan yang memilih
untuk berkarir. Dalam Islam sendiri, perempuan diberi akses untuk berperan dalam ruang
publik dengan batasan-batasan yang memungkinkan mereka untuk menjalankan perannya
secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya dan tanpa melanggar ketentuan Allah
SWT.

C. Perselisihan Akibat dari Adanya Pergeseran dan Pencampuran Budaya Patriarki


Sistem patriarki adalah sistem sosial yang didominasi oleh laki-laki dan memberikan
kekuasaan dan kontrol atas perempuan dan keputusan-keputusan yang diambil dalam
kehidupan sosial. Pergeseran dari sistem patriarki dapat menyebabkan perselisihan dan
konflik antara individu atau kelompok yang terlibat.

4
Kontruksi perempuan di sektor domestik, yang dipandang selayaknya hanya bersih
bersih rumah, mencuci pakaian, memasak, menyetrika, dan mengasuh anak. Ini sudah
sangat selarasa dengan kehidupan feminin untuk perempuan. Pekerjan di sektor publiknya
menurut gerakan feminis liberal wanita masih sangat dekat dengan penindasan, dominasi
patriaki penyebabkan sebuah intimidasi hak seorang perempuan di ruang publik.
Berikut adalah beberapa contoh perselisihan yang dapat terjadi akibat pergeseran sistem
patriarki:
1. Perubahan Peran Gender
Perubahan dalam peran gender dapat menjadi sumber perselisihan jika terjadi
perubahan yang tidak merata antara laki-laki dan perempuan. Jika terjadi perubahan
besar dalam peran gender, misalnya perempuan yang diberikan hak-hak yang sama
dengan laki-laki, maka terkadang laki-laki merasa terancam atau kehilangan
kekuasaan yang mereka miliki sebelumnya.
2. Penolakan terhadap Perubahan
Beberapa orang atau kelompok mungkin menolak pergeseran dari sistem patriarki
karena telah menjadi bagian dari identitas mereka dan mereka merasa kehilangan
identitas tersebut. Penolakan ini dapat menyebabkan konflik antara mereka dan
kelompok yang mendukung perubahan.
3. Pertentangan dalam Keluarga
Perubahan dalam sistem patriarki dapat menyebabkan konflik dalam keluarga jika
individu atau anggota keluarga memiliki pandangan yang berbeda tentang peran
gender. Misalnya, jika perempuan dalam keluarga meminta untuk memiliki peran
yang lebih aktif di luar rumah atau dalam pengambilan keputusan keluarga, tetapi
laki-laki merasa bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan peran gender tradisional,
maka konflik dapat terjadi.
4. Persaingan di Tempat Kerja
Pergeseran sistem patriarki juga dapat menyebabkan perselisihan di tempat kerja
jika perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk
mendapatkan pekerjaan atau posisi tertentu. Persaingan di tempat kerja dapat menjadi
sumber perselisihan antara laki-laki dan perempuan.

5
Beberapa contoh masalah yang berakibat terbelenggunya mengenai budaya patriaki:
1. KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga
Sebuah tindakan kekerasan yang dilakukan dalam lingkup rumah tangga, korban
KDRT jika kita membahas psikloginya akan mengalami traumatis yang bisa
berdampak pada psikis istri maupun anak yang nantinya akan memuculkan perasaan
khawatir, takut, cemas, tidak percaya diri, dan lama kelamaan timbulnya depresi.
KDRT merupakan sebuah bukti nyata bahwa budaya patriaki tetap berlangsung
hingga saat ini, bentuk legitimasi laki- laki lebih kuat dan berkuasa pada perempuan
sehingga dari sini dapat kita lihat jika seorang istri cenderung akan mengikuti dan
menuruti kehendak suami.
2. Kekerasan seksual
Budaya telah mengkontruksi pola pikir laki- laki maskulin dan perempuan
feminim terabaikan sebagai objek lemah dan mudah ditindas. Istilah Victim blaming,
yaitu mengenai kondisi dimana korban sebagai sasaran kesalahan dari kejadian yang
terjadi. Maksudnya yaitu situasi tersebut tidak menempatkan bahwa laki- laki sebagai
pelaku.
3. Pernikahan dini
Pengaruh budaya patriaki terhadap pernikahan dini adalah menikah pertama di
usia 16 tahun atau kurang. Lalu nantinya dibentuk sebuah kontruksi sosial yaitu,
perempuan hanya menerima nafkah dan bekerja dalam wilayah domestik rumah
tangga, implikasi tersebut berarti kebebasan seorang istri atau perempuan telah
dibatasi. Contoh, suami tidak mengizinkan istrinya melanjutkan pendidikan untuk
mengembangkan potensi dan mengasah keterampilan, hanya dibolehkan menjadi ibu
rumah tangga dan tidak produktif.
4. Stigma perceraian
Sudah sangat terbaca jelas pastinya tidak jauh dari kata “janda” bagi kaum
perempuan. Perempuan janda ditempatkan sebagai individu yang lemah,
membutuhkan belas kasihan, tidak berdaya dalam kehidupan sosial dan ketidak
adilan. Tetapi realitanya bahwa seorang janda pastinya memiliki beban dan tanggung
jawab yang lebih berat, karena menjadi single parent, dengan mencari nafkah
sekaligus membesarkan anak- anaknya. Dibalik itu juga sebenarnya dampak

6
perceraian memunculkan pengalaman traumatis yang berkepanjangan sehingga
perempuan cenderung lebih memilih hidup bersama anaknya dibandingkan harus
menikah Kembali.

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat disimpulkan ruang publik adalah ruang yang berfungsi
untuk tempat menampung aktivitas masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan
massa bangunan. Di dalam sistem patriarki, ruang publik seperti kantor, ruang
pertemuan, atau ruang publik lainnya, seringkali diperuntukkan untuk laki-laki. Ruang
domestik adalah ruang yang digunakan oleh penghuni untuk beraktivitas seharihari,
sehingga memungkinkan untuk keadaan di dalamnya berubah ketika penghuninya juga
berganti. Aktivitas yang termasuk dalam ruang domestik misalnya mencuci pakaian,
memasak, menyapu rumah, mencuci piring, menyetrika, ataupun kegiatan yang sejenis
termasuk mengasuh anak. Peran domestik umumnya dilakukan dalam kehidupan
berkeluarga. Pergeseran dan pencampuran budaya merupakan bagian dari perubahan
sosial budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat. Pemikiran masyarakat yang
semakin meluas, menyebabkan adanya keinginan untuk melakukan perubahan dalam
kehidupan. contoh perselisihan yang dapat terjadi akibat pergeseran sistem patriarki,
antara lain Perubahan Peran Gender, Penolakan terhadap Perubahan, Pertentangan
dalam Keluarga, dan Persaingan di Tempat Kerja. contoh masalah yang berakibat
terbelenggunya mengenai budaya patriaki antara lain, KDRT, Kekerasan seksual,
Pernikahan dini, dan Stigma perceraian.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ajizah Nur, Khomisah. (2021). “Aktualisasi Perempuan dalam Ruang Domestik dan Ruang
Publik Perspektif Sadar Gender”. Jakarta: Az-Zahra.
Fadjar. Peran Domestik: Salah Satu Wujud Keseimbangan dalam Keluarga dalam
https://www.ubaya.ac.id/2014/04/14/peran-domestik-salah-satu-wujud-keseimbangan-
dalam-keluarga/ , diakses 26 Maret 2023.
Iqbal, M. F., & Harianto, S. (2022). Prasangka, Ketidaksetaraan, dan Diskriminasi Gender dalam
Kehidupan Mahasiswa Kota Surabaya: Tinjauan Pemikiran Konflik Karl Marx. Jurnal
Ilmiah Ilmu Sosial Volume 8, Number 2.
Maulida Hanifa. (2021). Perempuan dalam Kajian Sosiologi Gender Konstruksi Peran Sosial
Ruang Publik dan Teori Feminis. Depok: Polikrasi.
Muslikhati, S. (2004). Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam.
Jakarta: Gema Insani Press.
Susanto, N. H. (2015). Tantangan mewujudkan kesetaraan gender dalam budaya
patriarki. Muwazah: Jurnal Kajian Gender, 7 (2), 120-130.

Anda mungkin juga menyukai