Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Journal IKIP PGRI Bali

PERAN GANDA DAN STATUS SOSIAL


PEREMPUAN BALI

OLEH :
NI KETUT PURAWATI
PS. Pendidikan Sejarah FPIPS

ABSTRAK

Banyak sudah kaum perempuan yang sudah mampu meningkatkan kualitas


hidup serta mendapatkan kesamaan hak seperti halnya laki-laki seperti hak untuk
mendapatkan pendidikan, politik serta kesempatan kerja.Seiring dengan
perkembangan jaman, peran perempuan dalam keluarga dewasa ini tidak sedikit
perempuan Bali yang belum kawin (deha) mempunyai pekerjaan di luar rumah
dengan penghasilan yang baik.
Tujuan dan manfaat penelitian ini terdapat masyarakat dapat mengkaji dan
memahmi kedudukan dan peran ganda yang dilakoni oleh perempuan Bali, baik
dalam sektor domestik maupun di sektor publik. Data dikumpulkan dengan Metode
observasi dan metode dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian dapat terungkap beberapa hal dalam Peran Ganda
dan Status Sosial Perempuan Bali, peranan perempuan dalam perekonomian, peranan
perempuan dalam norma sosial, dan kedudukan perempuan Bali. Peran ganda dan
status sosial perempuan Bali Kedudukan perempuan sangat bervariasi menurut sistem
kekeluargaan yang dianut dan menurut pengaruh faktor-faktor agama, sosial,
ekonomi dan kebudayaan.

1
Pendahuluan kesetaraan dengan kaum laki-
laki.Banyak sudah kaum perempuan
Dalam kehidupan yang masih yang sudah mampu meningkatkan
tradisional, mungkin dapat didengar kualitas hidup serta mendapatkan
suara-suara yang menyatakan bahwa kesamaan hak seperti halnya laki-laki
perempuan itu adalah kurang seperti hak untuk mendapatkan
penting.Perempuan dikatakan hanya pendidikan, politik serta kesempatan
sebagai tukang urus dapur.Dalam kerja.Keberhasilan cita-cita Kartini ini
hubungan ini, orang tua sering sangat ditunjang sekali oleh kondisi
membeda-bedakan anaknya antara sosial, ekonomi dan politik negara ini
laki-laki dan perempuan.Pandangan yang sangat stabil.Kondusipnya situasi
orang tua mengenai anaknya yang sosial, ekonomi dan politik negara
perempuan tidak tidak perlu beberapa waktu yang lalu memberikan
melanjutkan sekolah.Pandangan kesempatan yang sangat baik bagi
semacam ini, tampak dalam kehidupan kalangan perempuan untuk untuk
yang masih tradisional. Seperti apa melakukan sebuah gerakan yang
yang dialami Kartini, setelah dikenal dengan sebutan rekonstruksi
menamatkan Sekolah Dasar. Sjahrir gender.
(1985) menyatakan bahwa Kartini Seiring dengan perkembangan
berbeda dengan teman-teman dari jaman, peran perempuan dalam
Eropa.Ia tidak mempunyai pilihan bagi keluarga dewasa ini tidak sedikit
masa depannya. Jika teman-teman perempuan Bali yang belum kawin
sekelasnya berencana untuk menjadi (deha) mempunyai pekerjaan di luar
guru sekolah, maka bagi Kartini adalah rumah dengan penghasilan yang baik.
menikah dengan tanpa reserve menjadi Walaupun banyak dikhawatirkan
milik suaminya. menimbulkan konflik peranan
Cita-cita seorang Kartini (Saraswati,1997:158 ; Anshori,1997:4)
dewasa ini sudah mampu dijawab oleh tidak sedikit pula perempuan yang
kalangan perempuan Indonesia dengan telah bersuami melakoni peran ganda,
keberhasilan mereka menuntut yaitu disamping tetap berperan sebagai

2
ibu rumah tangga, juga berperan dalam Peranan perempuan di dalam
pekerjaan nafkah, tidak terkecuali perekonomian keluarga terkait dengan
perempuan Bali (Suryani,1993:229). masalah perbedaan pekerjaan
Berdasarkan paparan di atas, berdasarkan jenis kelamin. Masalah ini
sangat menarik untuk dikaji dan semakin tegas seiring dengan
dipahami mengenai bagaimana munculnya hak milik individu yaitu
kedudukan dan peran ganda yang laki-laki lebih menguasai faktor-faktor
dilakoni oleh kaum perempuan Bali, produksi di luar rumah, sedangkan
baik dalam sektor domestik maupun di perempuan berfungsi di dalam rumah
sektor publik. (Budiman,1982:23). Akhirnya
perbedaan biologis ini termasuk dalam
Peran Ganda Perempuan Bali faktor-faktor cultural yang semakin
Bagi para individu yang terlibat sulit dibedakan (Sukmana,1981:10).
aktivitas dalam interaksi sosial atau Oleh sebab itu, jelaslah bahwa kita
yang menjadi anggota suatu bentuk harus berusaha menilai peranan dan
hubungan yang ada mempunyai peran status perempuan dalam setiap macam
sosial (social role) yang terkait dengan kebudayaannya (Tinker,1975:34).
peran sosial individu lainnya, yang Menurut William Goode
tergantung pada aktivitas apa (1983), menekankan betapa
hubungan tersebut berlangsung. Peran pentingnya sebuah keluarga untuk
sosial tadi memungkinkan seorang peran-peran seperti : (1) membina dan
individu memiliki hak dan kewajiban mengembangkan hubungan antar
yang sangat terbatas pada aktivitas apa sesama anggota keluarga, (2) membina
ia dituntut untuk “bermain” secara kesatuan ekonomi keluarga, (3) menata
dinamis. Memainkan peran sosial laksanakan kehidupan keluarga
tertentu memberikan kepada seorang sebagai satu kesatuan mata
individu hak untuk bermain yang pencaharian, (4) mengembangkan
dikaitkan dengan suatu imbalan dalam keturunan serta melaksanakan
bentuk kedudukan atau status dan juga pengasuhan dan pendidikan bagi
kewajiban yang dilaksanakan. generasi berikutnya, (5) melaksanakan

3
dan ikut aktif dalam aktivitas sosial yakni perempuan tidak hanya
budaya yang berlangsung, dan (6) berperanan di sector domestik tetapi
masuk dalam keanggotaan juga berperanan di sector publik
kelembagaan yang ada (Adiwati,1999:54). Menurut Pudjiwati
dimasyarakatnya. Dengan demikian, Sajogyo (1986), ada dua pola peranan
tidak akan terjadi pembagian peran perempuan yaitu : (1) peranan
yang terlalu kaku yang mengabaikan perempuan hanya dalam pekerjaan
prinsip kesetaraan dan keadilan jender rumah tangga, (2) perempuan yan
dalam rumah tangga. berperan di lingkungan rumah tangga
Berdasarkan norma sosial dan dan sekaligus berperan dalam mencari
nilai sosial budaya yang masih berlaku nafkah.
di masyarakat, perempuan berstatus Berdasarkan hasil penelitian
dan berperanan di sector domistik, dinyatakan bahwa, perempuan rumah
yakni sebagai ibu rumah tangga dan tangga petani lapisan bawah
memainkan peranan dalam pekerjaan mempunyai motivasi yang tinggi untuk
urusan rumah tangga dan menjalankan bekerja sebagai pencari nafkah, dalam
peranan dalam pekerjaan nafkah. upaya menunjang ekonomi rumah
Akibat dari norma sosial dan nilai tangga mereka, di samping juga
sosial budaya tersebut, akses dan menjalankan peranan sebagai tenaga
kontrol perempuan terhadap sumber kerja domestik, walaupun menurut
daya baik di bidang politik, ekonomi, hasil-hasil penelitian tersebut
sosial budaya, pertahan dan keamanan menyatakan bahwa sumbangan
menjadi sangat terbatas. perempuan lebih rendah daripada
Menyadari keadaan ini, maka sumbangan laki-laki terhadap
pemerintah sejak tahun 1978 telah pendapatan rumah tangga mereka.
memberikan kesempatan kepada Dalam kaitannya dengan peran
perempuan untuk berperan serta dalam ganda perempuan, dikemukakan oleh
pembangunan. Dengan demikian, Eek (1978:58), bahwa di mana sajapun
mulai saat itu telah mulai kita berjumpa dengan orang-orang Bali
diperkenalkan peran ganda perempuan, baik di rumah, di sawah atau di ladang,

4
di pasar maupun di tempat-tempat lain, Dengan memperhatikan isi
secara mencolok mata perempuan sloka tersebut di atas tampak dengan
selalu sibuk melakukan pekerjaan. jelas, bahwa peranan perempuan
Lebih lanjut dikemukakan oleh adalah sangat penting dan amat
Sudarta (1978:13-14), perempuan Bali menentukan tegaknya hukum
menjalankan peranan ganda tersebut di kebenaran (dharma) suatu masyarakat
antaranya disebabkan oleh falsafah dan bangsa sehingga dengan demikian
yang dianut, yakni bekerja merupakan secara langsung maupun tidak
dharma (susila agama dan langsung perempuan adalah soko guru
kewajiban).Dengan demikian, kehidupan masyarakat dan bangsa.
perempuan harus bekerja keras untuk Ungkapan tentang perempuan
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang masih sering digunakan oleh
mereka, supaya mereka bisa hidup orang-orang tua tentang perempuan,
secara lebih layak. seperti “luh luih, luh luhu”,
Peran ganda yang dilakoni oleh menunjukkan bagaimana komitmen
perempuan Bali juga diungkapkan mereka kaum perempuan pada tradisi
dalam kitab Manu Smerti. Secara garis yang digelutinya sebagai akar
besar dinyatakan bahwa peran budayanya, karena dalam ungkapan
perempuan antara lain : (1) perempuan tersebut terkandung makna
adalah pelanjut keturunan keluarga dan “menjadilah engkau perempuan yang
bangsa serta sebagai benang sutera berarti dan bermakna atau berharga
penyambung peredaran, (2) perempuan dengan berbuat, karena dengan
berperanan sebagai pendidik, pembina perbuatanmu juga engkau bisa menjadi
serta pembentuk kepribadian dasar perempuan yang tidak berharga.
seorang anak, (3) perempuan sebagai Dengan demikian, interpretasi
pelaksana crada agama dalam yang dapat diberikan pada perempuan
kehidupan rumah tangga maupun di dengan aktivitasnya dalam tradisi
dalam masyarakat, dan (4) perempuan budaya sebagai akar kehidupannya,
adalah sumber kebahagiaan dan serta peran yang ditunjukkannya
kesejahteraan . adalah dalam rangka menjadikan

5
dirinya bermakna dan dihargai dalam peran yang lainnya maka belum ada
lingkungan keluarga, masyarakat, gejala konflik. Sepanjang peran
negara dan bangsa. senyatanya yang seharusnya ia lakukan
Begitu pula, pemahaman dan berjalan sesuai dengan peran ideal
penghayatan terhadap status, posisi yang ada dan juga memenuhi harapan
atau kedudukan perempuan di peran yang diinginkannya, maka peran
masyarakat baru dapat diketahui atau sosial perempuan di masyarakat juga
dirasakan kalau semua prosesnya dapat sudah berjalan sebagaimana diinginkan
dilalui, misalnya, bagaimana oleh masyarakat itu sendiri.
kedudukan perempuan di keluarga
(menyama braya), di banjar Kedudukan Perempuan Bali
(mepisaga), di desa (medesa), dan pada Keluarga sebagai suatu
lingkup komunitas yang lebih luas. keseluruhan yang organis dan
Dalam proses perwujudan peran harmonis dari pasangan suami istri.
tersebut khususnya dalam aktivitas Secara genealogis dapat dibedakan
tradisi yang dilakukan ada banyak hal menjadi : (1) matrilineal, (2) patrilineal
yang tidak tampak secara kasat mata, dan (3) parental (Holleman,1971).
yaitu perempuan lebih banyak Sebagai suatu keseluruhan yang
melibatkan sikap dan emosinya yang organis dan harmonis akan mencakup
dalam, dari pada hanya sekedar tenaga ayah, ibu dan anak dalam suatu
dan curahan waktunya saja. Itu adalah kehidupan rumah tangga. Kedudukan
satu wujud bagaimana mereka perempuan secara alamiah sangat
menghayati peran mereka, menikmati dipengaruhi oleh jenisnya.Sedangkan
hak mereka dan melaksanakan secara fisik lebih lemah dari laki-
kewajiban dan juga menikmati peran laki.Jika dilihat dari konsekuensinya,
mereka. kedudukan laki-laki menjadi lebih
Tentang konflik peran sangat tinggi daripada perempuan.Pandangan
tergantung kepada pemain peran itu ini, terkadang sangat berlebihan
sendiri.Sepanjang peran yang sehingga kedudukan perempuan
dilakukannya tidak menggagalkan nampak menyedihkan. Kodratnya

6
sebagai perempuan mempengaruhi Dalam konteks budaya Bali
kedudukannya dalam keluarga, berlaku ideology patriarki yang
keadaannya sangat bervariasi menurut mengkodratkan bahwa laklaki lebih
sistem susunan kekeluargaan yang tinggi kedudukannya dibandingkan
dianut , dan pengaruh-pengaruh perempuan, bahwa perempuan harus
agama, sosial,ekonomi serta budaya. dikuasai oleh laki-laki, dan merupakan
Pada dasarnya kaum bagian dari harta milik laki-laki
perempuan dalam agama Hindu (Bhasin dan Khan,1995:25). Ideologi
menempati kedudukan yang mulia ini berintikan pada penempatan laki-
yang tidak kalah sentralnya dengan laki sebagai titik pusat dalam sistem
kaum lak-laki.Malah lebih dari itu, sosial, sedangkan perempuan berada
dalam menentukan maju mundurnya pada posisi pinggiran atau bisa pula
suatu masyarakat, perempuan laki-laki dalam posisi superordinat,
dijadikan takaran atau cermin sedangkan perempuan pada posisi
pengukur. Istilah Dewa-dewi, Semara subordinat (Atmadja,2001:10). Ada
Ratih, Purusa Pradhana, Lingga Yoni tiga istilah yang paling sering
dan sebagainya menunjukkan antara digunakan untuk menggambarkan
laki-laki dengan perempuan atau suami situasi kemunduran ini, yaitu
dan istri sebagai “roroning atunggal” marginalisasi, domestikasi, dan
dalam kehidupan keluarga atau housewifezation atau
masyarakat Hindu. Mereka sering pengiburumahtanggaan (Sadli,1997).
diumpamakan sebagai tangan kanan Dalam hukum adat, kedudukan
dan tangan kiri yang tidak dapat perempuan Bali memang sub-ordinasi
dipisahkan. Mereka mempunyai dibandingkan kaum laki-laki.Hal ini
kedudukan yang sama, namun fungsi sangat dipengaruhi oleh sistem
serta tugas dan kewajibannyayang kekeluargaan yang berlaku dalam
berbeda sesuai dengan guna karma masyarakat yang menempatkan
(kodrat dan swadharmanya) masing- perempuan pada posisi yang lebih
masing. lemah dibandingkan dengan kaum
laki-laki. Sistem kekeluargaan yang

7
dianut oleh masyarakat Bali (etnis Bali keluarganya.Bagi perempuan bekerja
beragama Hindu) seperti terungkap di adalah suatu kewajiban untuk
atas lebih dikenal dengan sistem menjalankan dharma, atas dasar inilah
kekeluargaan purusa atau kepurusa maka perempuan Bali terkenal
(Panetja,1986:39 ; Korn,1978:1). memiliki etos kerja yang sangat kuat.
Karena keturunan diteruskan melalui Para peneliti sosial khususnya
kaum laki-laki maka nilai anak studi jender melihat bahwa ada
perempuan dalam keluarga tidak korelasi yang signifikan antara
sepenting laki-laki.Dari konstruksi kontribusi perempuan terhadap
hukum ini kemudian ditentukan bahwa ekonomi keluarga dan kedudukan
anak laki-lakilah sebagai ahli waris perempuan tersebut dalam
dalam keluarga tersebut sedangkan keluarga.Akses perempuan terhadap
anak perempuan, kecuali ditetapakan pembentukan ekonomi keluarga
sebagai sentana rajeg (anak wanita mempengaruhi kedudukan dan peranan
yang dikukuhkan sebagai penerus perempuan terhadap harta harta benda
keturunan seperti anak laki-laki) tidak perkawinan. Yang dimaksud dengan
berstatus sebagai ahli waris. kedudukan disini ialah kumpulan hak-
Di sisi yang lain keberlakuan hak dan kewajiban tertentu yang
ideology patriarki memberikan dimiliki oleh seseorang dalam
dorongan yang positif bagi perempuan menghadapi atau berinteraksi dengan
untuk bekerja keras. Mereka memiliki orang lain atau suatu lembaga,
rasa “jengah pang ngelah ja sekaya” sedangkan peranan ialah tingkah laku
(semangat juang agar memiliki yang diwujudkan sesuai hak-hak dan
kekayaan sendiri atau bersama suami kewajiban suatu kedudukan tertentu
(Artadi,1993:38). Pencapaian tujuan (Dellyana,1988:110).
ini memerlukan kerja keras, sebab Sekarang ini kedudukan serta
hanya dengan demikian mereka dapat peran perempuan telah cukup
mencukupi kebutuhan hidupnya, dan kuat.Seperti, secara tradisional di Bali,
juga amat menaikkan status sosial kedudukan perempuan secara
mereka di mata suami dan lingkungan normative sangat dihormati. Hal ini

8
dapat dibuktikan pada kitab suci pengaruh faktor-faktor agama, sosial,
agama Hindu pada Menawa Dharma ekonomi dan kebudayaan. Sejalan
Castra Sloka 55 yang berbunyi : dengan kemajuan jaman, kedudukan
“Wanita harus dihormati dan disanjung perempuan berkembang dari isteri
oleh ayah mereka, kakak-kakak yang dipandang lebih rendah daripada
mereka, suami dan ipar yang suami sampai pada tingkat sebagai istri
menghendaki kesejahteraan mereka” yang mempunyai kedudukan sama
(Menawa Dharma Castra, 73 buku ke dengan laki-laki. Oleh karena itu
III tahun 1983). Begitu pula dalam peranannya pun berkembang dari
kitab Manu Smerti dinyatakan bahwa pendamping suami dengan urusan
kedudukan perempuan atau istri dapur sampai pada tingkat kepala
sebagai orang tua sebenarnya keluarga yang juga tidak mengabaikan
menempati tempat yang sama dengan urusan rumah tangga.Jadi di samping
laki-laki yaitu hidup untuk dharma urusan rumah tangga, perempuan juga
(Pudja,1969). melaksanakan tugas-tugas non
Mengacu pada petikan sloka di domestik di luar rumah tangga.Dengan
atas, secara normative pada hukum demikian, perempuan dapat dikatakan
Hindu, perempuan telah mendapatkan memiliki peran ganda dalam
kedudukan yang tinggi dan kehidupan keluarga.
diistimewakan, walaupun secara Perempuan Bali dalam
realitas masih ada ketimpangan terkait memainkan peranan dan statusnya di
dengan sistem sosial masyarakat yang masyarakat sebenarnya sudah
masih menganut sistem patrilineal, menyadari akan segenap hak dan
maupun pada sistem kekerabatan kewajibannya, baik di lingkungan
masyarakat dan lingkungannya. keluarga, banjar dan desa, serta
komunitas yang lebih luas. Peran
Kesimpulan perempuan dalam adat dan budaya,
Kedudukan perempuan sangat khususnya yang menyangkut tradisi
bervariasi menurut sistem dan upacara yang bersifat domestik,
kekeluargaan yang dianut dan menurut seharusnya tidak perlu menggagalkan

9
perannya di sector publik, karena ada Anshori, Dadang S, et al. 1997. “Dari
feminisme Hingga Feminin
banyak solusi yang dapat dipakai
Potret Perempuan di Dunia
untuk mengatasinya dengan Maskulin”. Dalam Dadang S
Anshori, et al (ed).
pemanfaatan teknologi dan komunikasi
Membincangkan Feminisme
yang efektif dan efesien. Reflleksi Muslimah Atas Peran
Sosial KaumWanita. Pustaka
Proses perubahan yang terjadi
Hidayah.
di masyarakat ternyata cukup
berpengaruh pada perubahan cara Artadi, I.K. 1993. Manusia Bali.
pandang terhadap peran perempuan, Denpasar : Bali Post.
namun tidak disertai oleh suatu proses
bagaimana cara mengubah tradisi yang Atmadja, Nengah Bawa. 2001.
“Ketidakseimbangan Nilai dan
ada dan sedang berlangsung di Sikap Budaya Prdana dan
masyarakat. Perlu adanya pemahaman Purusha : Sumber Kekerasan
dan Solusinya”. Orasi Ilmiah di
yang mendalam tentang peran sampaikan dalam rangka
perempuan di masyarakat, khususnya Pengukuhan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Sosiologi
masyarakat Bali yang berada pada Antropologi pada IKIP Negeri
lingkungan kondisi sosial budaya yang Singaraja Pada Tanggal 26 Juni
2001.
khas.Pemahaman hanya dapat
dilakukan dengan memberikan empati
Bhasin, K. dan N. S. Khan.1995.
tidak hanya sekedar simpati pada peran Persoalan Pokok Mengenai
perempuan itu sendiri. Feminisme dan Relevansinya.
(S. Herlinah Penerjemah).
Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Daftar pustaka Utama.

Adiwati. 1999. “Perlindungan Tenaga


Budiman, Arief. 1982. Pembagian
Kerja Perempuan Ditinjau dari
Kerja Secara Seksual. Jakarta :
Perspektif Perempuan”. Dalam
PT Gramedia.
Majalah Dinamika
Kebudayaan Vol. 01 No. 2
Januari 1999.Denpasar : Dellyana, Shanty. 1988. Wanita dan
Lembaga Penelitian UNUD. Anak Dimata Hukum.
Yogyakarta : Liberty.

10
Eek, Van. 1978. “Nasib Kaum Wanita Pudja, Gede. 1983. Menawa Dharma
di Bali”. Dalam Mariah Ulfah Castra.
Subadio dan T. O. Ihromi.
Peranan dan Kedudukan
Wanita Indonesia.Bunga Sadli, Saparinah. 1997. Gender Hukum
Rampai Tulisan- dan Ekonomi. Surabaya.
Tulisan.Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Saraswati, Tumbu. 1997. “Peran
Ganda Wanita Sebagai Sumber
Holleman, T.D. 1971. “Kedudukan Daya Pembangunan dan
Hukum Wanita Indonesia”. Peningkatan Kualitas Generasi
Dalam Sajogyo dan Pudjiwati Muda”. Dalam Dadang S
S (ed) Sosiologi Pedesaan Jilid Anshori, et al (ed).
2. Jakarta : Yayasan Obor Membincangkan Feminisme
Indonesia. Refleksi Muslimah AtasPeran
Sosial Kaum Wanita. Pustaka
Hidayah.
J. Good, William. 1983. Sosiologi
Keluarga. Jakarta : Bina
Aksara. Sudarta, Wayan. 1978. Peranan dan
Status Sosial Wanita Dalam
Pertanian Sawah Bersistem
Korn, VE. 1978. Hukum Adat Subak Pada Masyarakat
Kekeluargaan di Bali. Patrilineal yang Berkasta :
Terjemahan dan catatan-catan I Suatu Perubahan Sosial Budaya
Gde Wayan Pangkat.Denpasar : di Bali (Studi Kasus di Desa
Biro Dokumentasi dan Baha, Mengwi, Badung).
Publikasi Fakultas Hukum dan Bogor : Fakultas Pasca Sarjana
Pengetahuan Masyarakat IPB.
UNUD.

Suryani, Luh Ketut. 1993. “Peran


Panetja, I Gde.1986. Aneka Catatan Ganda Wanita Bali – Hindu”.
tentang Hukum Adat Dalam Daniel Tifa dan
Bali.Denpasar : CV Kayumas. Sudyatmika Sugriwa (ed).
Rahasia Pembangunan
Bali.Jakarta : Suara Karya-
Citra Budaya

11

Anda mungkin juga menyukai