Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357564136

Penyelesaian Hukum Hak Asasi Manusia ( Bom Bali Melenyapkan Hak Untuk
Hidup )

Conference Paper · January 2022

CITATIONS READS

0 8,304

2 authors, including:

Al Gifari Perdana Solihin


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Al Gifari Perdana Solihin on 04 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penyelesaian Hukum Hak Asasi Manusia

( Bom Bali Melenyapkan Hak Untuk Hidup )

Oleh:

Al Gifari Perdana Solihin (201806103380)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan merupakan bagian dari kehidupan sosial dan tidak dapat

dipisahkan dari aktivitas sehari-hari di kehidupan individu.1 Salah satu kejahatan

yang paling berat adalah kejahatan terorisme yang mengakibatkan banyaknya

korban. Aksi dari pelaku terorisme ini telah terjadi di berbagai tempat sepanjang

sejarah manusia sehingga terdapat empat tipologi terorisme, yaitu pertama aksi

terorisme yang didasari perlawanan terhadap pemerintah, yang kedua kekerasan

dan aksi terorisme yang didukung oleh negara untuk menumpas serta

mengalahkan lawan politik negara, yang ketiga adalah aksi terorisme yang

berdasarkan Gerakan ratu adil atau milenarianisme, dan yang terakhir adalah aksi

terorisme atas nama agama.2

Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak seseorang yang telah melekat

pada dirinya sedari lahir sehingga seseorang diakui keberadannya tanpa

membedakan ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan

dan tanpa adanya deskriminasi dari siapapun. Menurut UU No. 39 Tahun 1999

1
Mien Rukmini, 2006, “Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi”, Alumni, Bandung.
2
Jajang Jahroni, 2016, “Memahami Terorisme : Sejarah, Konsep, dan Model”, PT Balebat
Dedikasi Prima, Jakarta.

1
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang sudah berada pada diri manusia

sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang mana hak ini adalah anugrah

yang wajib untuk dihargai dan dilindungi oleh tiap orang untuk dapat melindungi

harkat martabat manusia.”3 Di Indonesia sendiri Hak Asasi Manusia sudah

memiliki landasan hukum yang dijadikan untuk dasar menjamin terpenuhinya

HAM dari setiap masyarakat Indonesia. Dimana isi dalam landsan hukum itu

sendiri menjelaskan tentang hak yang didapatkan setiap masyarakat Indonesia.

Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) banyak sekali terjadi di Indonesia

maupun di dunia. Dimana salah satunya yaitu tindak kriminal terorisme yang

dilakukan individu ataupun kelompok/komunitas. Tindak kriminal terorime tidak

termasuk dalam kejahatan luar biasa “extra ordinary crime” melainkan masuk

dalam katagori kejahatan serius/kejahatan khusus, dan kejahatan terhadap

kemanusiaan yang mendapat kecaman keras dari Indonesia begitupun dunia.

Seluruh bentuk dari terorisme sendiri merupakan kejahatan berat dapat

mengancam nilai kemanusiaan, merusak keamanan umum, orang, dan barang

disekitarnya, juga seringkali mengoprasikan militer pertahanan dan Lembaga

nasional yang ditujukan kepada para pemimpin.4

Adanya Hak Asasi Manusia (HAM) dan keadilan untuk membangun

komunitas nasional ataupun internasional dengan menggunakan jaringan sosial

yang kuat. Dengan bermacam ras, suku, budaya, agama, keyakinan politik, dapat

3
Melati Maharani, “Penegakan Hukum Kasus Hak Asasi Manusia ( Study Kasus Munir ),” no.
January (2021).
4
Suntoro Agus, “Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Rancangan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
Tentang Pemberant,” Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD
Kota Semarang, 2015.

2
menghormati nilai-nilai hak asasi manusia dan keadilan memungkinkan kita untuk

dapat hidup rukun dalam komunitas berbangsa dan bernegara. Pemikiran dan

tentang mengevaluasi lingkungan untuk alasan ini, semua kejahatan hak asasi

manusia harus dibawa kedalam pengadilan. Dengan adanya Hukum Hak Asasi

Manusia dapat memberikan moralitas untuk melindungi dan menjamin martabat

manusia.5 Pelanggaran hak asasi manusia sendiri dapat juga dilakukan oleh

lembaga non pemerintah, seperti pembunuhan warga sipil oleh pemberontak dan

serangan bersenjata satu pihak ke pihak lain, pengeboman terhadap warga sipil

dengan berkedok keagamaan dan masih banyak lagi.6

Kejahatan terorisme, bersama dengan berbagai bentuk radikalisme

lainnya, digolongkan sebagai kejahatan ekstrim. Selain itu, kejahatan diatas

merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dikutuk keras oleh negara

manapun di dunia. Terorisme dalam segala bentuknya adalah pelanggrana serius

yang mengancam nilai-nilai kemanusiaan, melanggar kemaslahatan umum orang

serta barang, sering menargetkan pemerintah atau militer, dan mengoperasikan

Lembaga pemerintah, seperti berbicara dengan kepala negara, sering kali

menyamar. Umumnya situs penting dan strategis penting dan pusat-pusat padat

lainnya.7

Salah satu contoh kasus terorisme yang terkenal ditahun 2002 dan sempat

heboh didunia karna terjadi 2 kali, yang bertempat di Bali pada tahun 2002 silam,

5
Go Lisnawati, “Pendidikan tentang Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dalam Dimensi
Kejahatan Siber”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta, Vol. 9, No.1, Januari 2014.
6
Abdul Haris Semendawai and LLM Ketua LPSK, “Perlindungan HAM Dan Penegakan Hukum
Dalam Penanganan Tindak Pidana Terorisme,” 2016.
7
Muhammad Ali Zaidan, “Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme: Pendekatan Kebijakan
Kriminal,” Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 2017.

3
yang mengakibatkan kerusakan, banyaknya warga sipil meninggal dunia, dan

terluka oleh komplotan teroris yang melakukan bom bunuh diri. kasus bom bali

terjadi 2 kali, pertama terjadi pada 12 Oktober 2002 dan kedua pada 1 Oktober

2005. Bom bali 1 terjadi di daerah kuta memakan korban sebanyak 202 orang

meninggal dunia serta 209 orang luka – luka, sedangkan Bom bali 2 terjadi

dengan 3 ledakan dimana ledakan pertama terjadi di daerah kuta dan 2 ledakan

terakhir di daerah Jimbaran yang memakan korban 23 orang meninggal dunia

serta 196 lainnya luka – luka. Kasus bom bali ini dapat digolongkan menjadi

kasus pelanggaran HAM yang berat dikarenakan telah merampas hak hidup para

korban yang meninggal pada kejadian tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa motif yang mendasari para pelaku Melakukan Bom Bunuh diri 1 dan

2 di Bali?

2. Bagaimana penyelesaian Hukum terhadap kasus Bom Bunuh diri yang

terjadi di Bali?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Motif yang mendasari para pelaku melakukan bom bunuh diri 1 dan

2 di bali

Ditahun 2002 adalah satu searangan teroris terbesar yang pernah ada di

Indonesia yang dinamakan Bom Bali I. peristiwa ini merupakan rangkaian

pengeboman di 3 titik lokasi di Bali. Tragedi tersebut terjadi tanggal 12

Oktober 2002 di kecamatan Kuta, Bali. Diaman menyebabkan 220 orang

4
tewas serta 209 luka-luka, Sebagian besar warga asing. Insiden tersebut

dikenal sebagai insiden kriminal terorisme terbesar yang pernah ada

diIndonesia seperti tindak kejahatan kemanusiaan. Peristiwa ini

menyebabkan banyak trauma bagi semua masyarakat bali dan dapat

menyebabkan konflik antar ras.

Media luar Indonesia tak lupa menyorot kasus ini karna banyak

menelan warga asing yang memang kebetulan denag melakukan liburan

dipulai Bali. Dibalik peristiwa ini tentu ada penyebabnya, terdapat 4

penyebab aksi bom bunuh diri ini: 8

a. Bali wilayah yang di tandai sebagai salah satu daerah bebas

Teroris melihat Bali adalah tempat yang kurang mengikuti ajaran

Islam. Dimana banyaknya yang mengatakan ada tindakan yang tidak

mengikuti ajaran agama islam. Biasanya teoris menyerang tempat yang

memang dianggap sebagai sarang perlaku amoral. Tindakan

pengeboman sendiri tentu tidak dibenarkan, karna banyak korban yang

berjatuhan dimana orang-orang yang tidak mengerti sama sekali, dan

bisa dikatakan tidak bersalah sama sekali, dimana mereka merenggut

hak asasi manusia dari oaring-orang yang menjadi korban atas

peristiwa ini.

8
Puput Purwanti, “4 Penyebab Peristiwa Bom Bali 2002”,

https://hukamnas.com/penyebab-peristiwa-bom-bali, diakses pada 17 desember 2021,

diakses pukul 17:19 wib

5
Pulau bali yang inda dan menawa telah berubah menjadi lautan

darah dan air mata yang membuat duka mendalam melanda semua

keluarga korban yang terkena bom ini. Tentu saja, kepentingan teroris

ini tidak ada yang membenarkan di dalam agama manapun. Bahkan

agama tidak ada yang merendahkan manusia, melainkan melakukan

manusia dengan cara memanusiakannya.

b. Serangan Teror telah disusun secara terorganisir

Salah satu penyebab bom bali 2002 adalah aktivitas teroris yang

semakin terorganisir. Mereka juga memiliki jumlah anggota yang relatif

banyak. Bahkan kemungkinan adanya anggota ini, sadar atau tidak,

mungkin tinggal didaerah kita. Setiap anggota memilki nilai loyalitas yang

relative tinggi terhadap organisasi. Organiasi teroris memiliki struktur

organiasi yang relative ketat. Bahkan mereka sendiri mempunyai ilmu

untuk merakit bom sendiri. Bom medium yang digunakan juga memiliki

daya ledak yang tinggi, sehingga banyak memakan korban jiwa. Mereka

juga memiliki rencana relative baik untuk dapat melancarkan serangan

mereka.

Kesetiaan ini atas nama jihad untuk mengambil alih surganya

Allah. Hal inilah kemudian menjadikan kedua memperlai itu nama pelaku

bom bunih diri yang sengaja meledakkan dirinya dengan bom. Tentu saja,

didalam agama islam itu adalah tindakan yang tidak baik dan tidak tepat.

Kita tidak boleh menyakiti hewan apalagi dengan membunuh orang yang

tidak bersalah. Islam bahkan tidak pernah mengajarkan untuk melakukan

6
tindakan yang dilakukan pelaku bunuh diri itu, Isalam merupakan agama

rahmat, yang menyebarkan cinta untuk seluruh umat manusia.9

c. Sebagian besar daerah dihuni oleh non muslim

Teroris hampir selalu berhasil menyebarkan doktrin bahwa tujuan

mereka hidu di dunia yaitu untuk menciptakan negara Islam dari konflik

agama. Tujuan mereka adalah untuk dapat menggantikan pangkalan

negara Indonesia. Sejak era kemerdekaan demokrasi, nilai-nilai perbedaan

dan kebhinekaanlah yang dapat membuat bangsa mandiri dan bertahan

sampai saat ini. Indonesia memiliki 6 agama yang telah diresmikan oleh

pemerintah, artinya nilai-nilai yang dipercaya para teroris adalah nilai-nilai

yang bertentangan dengan dasar dari negara Indonesia.

Dilihat secara kultural, bali meruapkan daerah yang mayoritasnya

penduduknya beragama hindu, dan banyak warga negara asing yang layak

untuk dilakukan pengeboman. Hal ini yang melatarbelakangi dari

peristiwa bom bali ditahun 2002. Dimana bali jadi temapt yang cocok

untuk dilakukan pengeboman.10

d. Kelompok teroris ini didukung oleh kelompok al-qaeda.

Beberapa pendapat menyebutkan bahwa Al Qaeda terlibat dalam

bom bali 2002. Mengingat serangan teroris direncanakan dan dengan

penggunaan bom yang sangat eksplosif, asumsi tentang keterlibatan

jaringan teroris besar. Bom bali 2002 adalah serangan teroris yang terbsar

dalam sejrah. Setelah penyidikan panjang, nama orang yang bertanggung

9
Ibid.
10
Ibid.

7
jawab segera diketahui. Dibalik kejadian itu, tiga orang yang dieksekusi di

Nusa Kambangan. Terorisme saat ini masuk dalam daftar kejahatan

terhdap kemanusiaan yang secara aktif diperangi. Kejahatan ini sangat

kuat dan bahkan dapat menghancurkan sebuah negara.11

Tentu saja, agama bukanlah alat yang dapat digunakan untuk

membernakan apa yang telah dilakukan oleh pelaku dalam peristiwa ini,

agama ialah kepercayaan yang mengajarkan arti dari nilai kebaikan dan

kedaiaman, apapun itu agamanya. Akibatnya, terorisme sembunyi dibalik

kata agama dengan cepat dikritik oleh agama dan tidak digeneralisasikan

di kalangan pemeluknya. Tapi salahkan teroris yang mempunyai ide

radikal tapi bersembunyi dengan kata agama.

Dua tahun kemudian, pada 1 Oktober 2005, Bali Kembali menjadi

sasaran serangan teroris ketika 3 bom diledakan di tempat wisata Bali :

Kafe Nyoman, Kafe Menega, dan Restoran R.AJA, menewaskan 23 orang

dan 196 terluka dalam kejadian ini. Motif utama melakukan pengeboman

ini sama dengan motif di peristiwa bom bali tahun 2002 diatas.12

Berdasarkan uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa terdapat

beberapa motif yang melatarbelakangi peristiwa bom bunuh diri di Bali

tahun 2002 diantaranya para teroris menggunakan strategi bom bunuh diri

agar masyarakat merasakan efek ketakutan yang luar biasa dibanding

dengan bom biasa; Bali menjadi lokasi target pengeboman karena Bali

merupakan tempat yang terkenal di dunia internasional dan banyak turis


11
Ibid.
12
Nyoaman Ananda Try Saputra and Et.al, “Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Di
Provinsi Bali,” Binamulia Hukum, 2018.

8
asing terutama orang Amerika sehingga efeknya akan mendunia; para

teroris menganggap Bali sebagai pusat maksiat yang tidak sesuai dengan

ajaran agama Islam; dan para teroris memiliki paham radikal untuk

menciptakan negara sesuai keinginannya. Ketika ada kondisi yang

dianggap menyimpang dari tujuannya, maka mereka tidak akan segan-

segan untuk menghilangkannya meski menggunakan kekerasan atau

bahkan merugikan orang banyak.

Para teroris berpikir bahwa tindakan mereka merupakan suatu jihad

untuk membela agama Islam. Jihad tersebut dijadikan pembenaran akan

aksi-aksi kekerasan tersebut dan menghalalkan jatuhnya korban untuk

tercapainya kebaikan yang lebih besar. Oleh karena itu, pemerintah harus

mampu menanamkan semangat cinta tanah air pada bangsa Indonesia

sejak dini serta mampu meminimalisir hal-hal yang berkaitan dengan

terorisme. Aksi Bom Bunuh diri di Bali menjadi cermin bagi bangsa

Indonesia agar seluruh lapisan bangsa Indonesia dibekali pemahaman

tentang empat pilar bangsa serta pemahaman agama yang sehingga aksi-

aksi terorisme tidak akan terulang kembali.

2. Penyelesaian Hukum terhadap kasus Bom Bunuh diri yang terjadi di

Bali

Kasus bom bali 1 dan 2 merupakan kasus terbesar terorisme yang

terjadi di Indonesia, karna peristiwa ini menyebabkan banyak trauma bagi

semua masyarakat bali dan dapat terjadinya konflik antar ras. Hingga

media luar negri pun tak lupa untuk menyorot kasus ini karna menelan

9
banyak warga asing yang memeng kebetulan sedang melakukan liburan di

pulau Bali.

Unsur dari terorisme tertuang dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,

dilakuakn secara sistematis; hal itu dilakukan untuk tujuan menghancurkan

kedaulatan negara. Penggunaan atau ancaman kekerasan; perbuatan yang

menimbulkan suasana ketakutan atau menimbulkan korban massal pada

orang perampasan kemerdekaan, hilangnya nyawa dan harta benda orang

lain, perusakan tempat penting yang startegis, lingkungan, fasilitas umum

atau tempat-tempat internasional.13

Terorisme sendiri pasti mempunyai jaringan yang sangat luas dan

dapat mengancam perdamain dan keamanan nasional maupun

internasional, dan harus mempunyai penanaganan serius dan perlunya

kerja sama antar negara. Untuk memerangi aksi teroris khususnya di

Indonesia, peran apparat penegak hukum dengan menitikberakan pada

aparat keamaan seperti: kepolisian, sebagai sebagai bentuk keseriusan

pemerintah dalam menangani serangan dan ancaman teroris. Sementara

polisi memilki kekuatan untuk memerangi terorisme, mereka juga

memiliki Batasan actual yang mengatur aspek-aspek tertentu dari

kepolisian sendiri. Kebijaksanaan yang melekat dalam misi mereka juga

13
Hery Firmansyah, “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia,” Mimbar
Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2011.

10
harus mengikuti yang disepakati dalam standar hak asasi manusia yang

diakui secara internasional.14

Tantangan yang akan datang dan di hadapi oleh polisi harus ada

dikoridor hukum dan standar hak asasi manusia internasional. Terorisme

lebih dari sekedar melindungi hak asasi manusia dan bersifat fundamental

karena merupakan masalah prinsip. Ada aspek praktis yang perlu

dipertimbangkan. Indonesia adalah negara demokrasi yang minjung tinggi

nilai-nilai dalam menangani terorisme, termasuk perampokan,

penganiayaan, pembunuhan, dan penangkapan oleh aparat keamanan.15

Pemberantasan terorisme ini merupakan bagian dari pemenuhan

kewajiabn dari resolusi Dewan Keamanan PBB (DKPBB) yang mengutuk

dan menyerukan kepada seluruh negara anggota PBB untuk mencegah dan

memberantaskan terorisme. Tindakan terorisme merupakan tindakan yang

sangat melanggar hak asasi manusia, tetapi karena masalah hak asasi

manusia mengganggu upaya kontra-terorisme, maka aspek hak asasi

manusia harus diprioritaskan dalam perlakuan terhadap pelaku teroris.16

Guna mencapai kehidupan yang aman damai dan sejahtera dalam

kehidupan bermasyarakat maka perlunya beberapa cara atau tindakan yang

dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak kriminal terorisme di

14
Yordan Gunawan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta,
LP3M UMY, hlm.196.
15
Apriza Megawati, “Penegakan Hukum dan HAM dalam Menanggulangi Terorisme di
Indonesia”, https://jurnalintelijen.net/2015/12/17/penegakan-hukum-dan-ham-dalam-
menanggulangi-terorisme-di-indonesia/, diakses 19 desember 2021, diakses pukul 15:36 wib.
16
Mala, “Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan Integrasi Nasional”,
https://www.silentandlisten.com/2019/08/contoh-kasus-dan-penyelesaian-ancaman.html, diakses
19 desember 2021, diakses pukul 18.00 wib.

11
Indonesia. Sosialisasi terhadap bahaya terrorism merupakan salah satu

cara untuk memberikan informasi yang actual kepada masyarakat guna

mencegah terjadi Kembali aksi kriminal terorisme, peningkatan keamanan

di beberapa fasilitas umum juga merupakan salah satu cara untuk

mencegah terjadi kembalinya tindak kejahatan terorisme. 17

Beberapa orang Indonesia dijatuhi hukuman mati sebab ikut serta

dalam serangan itu. Abu Bakar Baathir, yang dikenal karena

keterlibatannya dalam kasus pengeboman, dibebaskan pada Maret 2005

dari konspirasi untuk menyerang bom dan hanya dihukum karena

pelanggaran imigrasi. Hal ini yang membuat publik bertanya mengapa

seorang Abu Bakar Baasyir tidak terkena hukuman mati padahal beliau

diketahui sebagai pemimpin spiritual Jemaah Islamiah (JI), yaitu sebuah

kelompok yang terinspirasi dari al-Qaeda.

Kasus Bom Bali 1 meibatkan puluhan orang, dan diantara mereka

ada tujuh orang yang memiliki profil mencolok. Bahkan Hukuman yang

diterima para pelaku Bom Bali 1 berbeda-beda, seperti terdakwa Amrozi

bin Nurhasyim dijatuhi Vonis hukuman mati oleh Pengadilan Negri

Denpasar, Bali pada tanggal 7 Agustus 2003. Ia terbukti sebagai otak dari

tragedy Bom Bali 1. Terdakwa Imam Samudra, yang diVonis hukuman

mati di Pengadilan Negri Denpasar, Bali pada 10 september 2003.

Menurut pernyataan majelis hakim I Wayan Sugawa bahwa tidak ada hal

yang dapat meringankan terdakwa dikarenakan Terdakwa Imam Samudra

17
Soedjono, 1983,Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung.

12
dinilai mendanai aksi terror tersebut. Terdakwa Ali Imron diVonis

hukuman penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negri Denpasar Bali,

dikarenakan Majelis hakim yang diketuai Mulyani menyimpulkan

bahwasanya adik Amrozi memiliki keterkaitan yang sah dan persuasive

dalam serangan teroris dan diyakini terlibat dalam rencana dan

pengeboman di Legian.

Terhindarnya Ali Imron atas hukuman mati karena ia menyesal

serta bersedia bekerja sama dengan pihak kepolisian. Terdakwa

selanjutnya ialah Ali Gufron. Dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan

Negri Denpasar, Bali pada tanggal 2 Oktober 2003. Dikarenakan ia secara

sah menjadi koordinator umum kasus pengemboman di Bali. Dan

ditambah bukti yang menguatan dengan Majelis hakim mengeluarkan

pernyataan bahwa Terdakwa Ali Gufron memiliki senjata api beserta

amunisinya tanpa hak. Terdakwa Dr Azhari bin Husin tewas dalam

penyergapan aparat di Batu, Jawa Timur pada 9 November 2005.

Kemudian Terdakwa Dulmatin, ia tewas di tangan Detasemen

Khusus ( Densus ) 88 Antiteror Mabes Polri di Pamulang, Tanggerang

Selatan, Banten pada tanggal 9 Maret 2010. Yang terakhir Terdakwa Umar

Patek alias Hisyam bin Alizein alias Syekh alias Mike, divonis 20 tahun

penjara oleh Pengadilan Negri Jakarta Barat pada tanggal 12 Juni 2012.

Hal-hal yang meringankan Terdakwa Umar Patek ialah terdakwa

mengakui perbuatannya, berlaku sopan saat persidangan, dan telah

13
menyesali perbuatannya. Ia juga sudah meminta maaf kekeluarga korban

dan dunia internasioal serta memiliki tanggungan keluarga.

Beberapa hukuman yang dijatuhi kepada terdakwa telah

dipertimbangkan secara matang oleh pihak Pengadilan Negri.18 Demi

untuk menjaga keamanan dan keberlangsungan kehidupan di Negara

Indonesa,. Kasus yang menyebabkan Hak Asasi Manusia terkhusunya Hak

untuk Hidup yang secara nyata dirampas oleh para Terdakwa. Sangat

disayangkan pernah terjadi dan berharap tidak terjadi dikemudian hari

berikutnya. Banyak dampak yang terjadi disebabkan oleh peristiwa kasus

pengeboman di Bali, seperti perekonomian yang menyebabkan banyak

turis mengurungkan niat untuk berkunjung ke Bali karena masih di hantui

oleh kasus Pengeboman yang terjadi. Pengamanan menjadi salah satu yang

harus di perkuat dan di perhatikan secara detail.19

PENUTUP

Kesimpulan

Kasus terorisme memang menjadi salah satu kasus yang sangat

parah terjadi di Indonesia khusunya di Bali pada saat tragedi Bom Bali 1

dan 2. Sisi yang harus diperkuat serta diperketat adalah dari sisi keamanan,

dikarenakan pada saat ini mulai banyaknya kelompok – kelompok yang

18
Yordan Gunawan, Verocha Jayustin Sastra, Adyatma Tsany Prakosa, Mutia Ovitasari, Lathifah
Yuli Kurniasih, 2020, “The Validity of Turkey-Libya’s Agreement on Maritime Boundaries in
International Law”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 9 No. 2, hlm. 170-185.
19
Yogi Bayu Aji,”Nasib 7 Teroris Bom Bali I: Penjara Seumur Hidup Hingga Tewas di Tangan
Eksekuto”, https://www.medcom.id/nasional/hukum/eN4ZZayk-nasib-7-teroris-bom-bali-i-
penjara-seumur-hidup-hingga-tewas-di-tangan-eksekutor, diakses 20 desember 2021, pukul
20.00 wib

14
mengatas namakan agama dan menghalalkan segala cara untuk mencapai

tujuan mereka tanpa memikirkan adanya Hak Asasi Manusia. Terutama

hak yang paling vital adalah Hak untuk hidup, dimana Hak tersebut sangat

amat berharga bagi setiap umat manusia yang hidup dibumi.

Penegakan Hukum juga harus sangat diperhatikan disetiap daerah,

mengingat banyaknya individu yang keluar maupun masuk tanpa diketahui

maksud dan tujuannya. Kesadaran akan adanya Undang-Undang yang

berlaku sangat amat harus diperhatikan oleh setiap warga negara demi

terciptanya kehidupan yang aman dan tentram. Tidak terlepas dari adanya

Hak Asasi Manusia yang juga harus dijunjung dan dihormati oleh setiap

masing-masing individu.

15
Daftar Pustaka
Agus, Suntoro. “Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Rancangan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang

Pemberant.” Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat

Jalan Di RSUD Kota Semarang, 2015.

Apriza Megawati, 2015, “Penegakan Hukum dan HAM dalam Menanggulangi

Terorisme di Indonesia”, https://jurnalintelijen.net/2015/12/17/penegakan-

hukum-dan-ham-dalam-menanggulangi-terorisme-di-indonesia/, 19

desember 2021, diakses pukul 15:36 wib.

Firmansyah, Hery. “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Di

Indonesia.” Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,

2011.

Go Lisnawati, “Pendidikan tentang Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan

dalam Dimensi Kejahatan Siber”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta, Vol. 9,

No.1, Januari 2014.

Gunawan Y, Sastra VJ, Prakosa AT, Ovitasari M, Kurniasih LY, 2020, “The

Validity of Turkey-Libya’s Agreement on Maritime Boundaries in

International Law”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 9 No. 2, hlm. 170-

185.

Gunawan Y, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern,

Yogyakarta: LP3M UMY.

16
Haris Semendawai, Abdul, and LLM Ketua LPSK. “Perlindungan HAM Dan

Penegakan Hukum Dalam Penanganan Tindak Pidana Terorisme,” 2016.

Jajang Jahroni, 2016, “Memahami Terorisme : Sejarah, Konsep, dan Model”, PT

Balebat Dedikasi Prima, Jakarta.

Maharani, Melati. “Penegakan Hukum Kasus Hak Asasi Manusia ( Study Kasus

Munir ),” no. January (2021).

Mala, 2019, “Ancaman Tantangan Hambatan, Gngguan Integrasi Nasional”,

https://www.silentandlisten.com/2019/08/contoh-kasus-dan-penyelesaian-

ancaman.html, diakses 19 desember 2021, diakses pukul 18.00 wib.

Mien Rukmini, 2006, “Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi”, Alumni,

Bandung.

Puput Purwanti, 2018, “4 Penyebab Peristiwa Bom Bali 2002”,

https://hukamnas.com/penyebab-peristiwa-bom-bali, diakses pada 17

desember 2021, diakses pukul 17:19 wib

Saputra, Nyoaman Ananda Try, and Et.al. 2018, “Penanggulangan Tindak Pidana

Terorisme Di Provinsi Bali.” Binamulia Hukum.

Soedjono, 1983,Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung.

Yogi Bayu Aji, 2020, “Nasib 7 Teroris Bom Bali I: Penjara Seumur Hidup

Hingga Tewas di Tangan Eksekutor”,

https://www.medcom.id/nasional/hukum/eN4ZZayk-nasib-7-teroris-bom-

bali-i-penjara-seumur-hidup-hingga-tewas-di-tangan-eksekutor, diakses 20

desember 2021, pukul 20.00 wib

Zaidan, Muhammad Ali. “Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme: Pendekatan

17
Kebijakan Kriminal.” Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri

Semarang, 2017.

18
al gifari perdana solihin_20180610338_ham
ORIGINALITY REPORT

15 %
SIMILARITY INDEX
13%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
www.msn.com
Internet Source 4%
ojs.unud.ac.id
2 Internet Source 3%
sejarahlengkap.com
3 Internet Source 2%
Submitted to Sriwijaya University
4 Student Paper 1%
rajayendrilaw.blogspot.com
5 Internet Source 1%
e-prosiding.encounterunsa.com
6 Internet Source 1%
download.garuda.ristekdikti.go.id
7 Internet Source 1%
id.wikisource.org
8 Internet Source 1%
Submitted to University of East London
9 Student Paper 1%
10
Submitted to Universitas Siswa Bangsa
Internasional
1%
Student Paper

Exclude quotes On Exclude matches < 1%


Exclude bibliography Off

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai