Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH WAWASAN BUDI LUHUR

EKSISTENSI KEJAHATAN PADA KASUS TERORISME BOM BALI DALAM


HUKUM PIDANA

ABDUL ROHMAN(2143500540)
MELINDA DESVITA WIBOWO(2143500904)
RYAN RAFI AZIZ(2143500508)
SOFIA SALSABILA(2143500771)
YOHANES MARIA VIANNEY W(2143501092)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Budi Luhur diasuh oleh
Syahrul Awal

KELOMPOK BIJAKSANA 
PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI 
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR 

TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Di setiap Negara tidak dapat lepas dari tindakan-tindakan melanggar hukum


baik secara pidana maupun perdata. Namun yang menjadi keresahan masyarakat
adalah maraknya tindakan pidana. Tindakan yang dapat mengganggu kepentingan
orang lain ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. 
Bahkan tindakan ini dapat menghilangkan nyawa orang lain dan mengancam
stabilitas Negara. Beberapa tahun yang lalu, Indonesia dikejutkan dengan
maraknya kasus bom yang terjadi di restoran, hotel, bahkan kedutaan besar pun
tak luput dari serangan bom. Hal ini dikategorikan sebagai kasus pidana terorisme
dan mulai menjadi trademark bagi Indonesia dengan sebutan sebagai Negara
teroris. 
Peristiwa Bom Bali merupakan tindakan terorisme terburuk yang banyak
dikecam oleh internasional, dengan dalih menjalankan syariat Islam, terror demi
terror dilakukan.Tragedi bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 di
kecamatan Kuta, Bali telah menewaskan 202 orang dan mencederakan 209 orang
lainnya yang kebanyakan merupakan orang asing. Peristiwa ini dianggap sebagai
kasus pidana terorisme terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Beberapa warga
negara asing yang tengah berlibur di Bali menjadi korban dari aksi ini, antara lain
Australia, Britania Raya, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Belanda, Perancis,
Denmark, Selandia Baru, Swiss, Brasil, Kanada, serta beberapa Negara lainnya. 
Tindakan cepat segera diambil oleh kepolisian guna mengungkap sindikat
yang ada di balik tragedi berdarah ini. Ditetapkan 3 pelaku utama, yakni Imam

2
Samudra, Amrozi, dan Ali Gufron diikuti oleh anak buah mereka. Dengan adanya
kejadian ini, Indonesia dirundung masalah yang berat terkait dengan masalah
keamanan. Sebagai dampaknya kecaman terus berdatangan dari negara- negara
lainnya seperti dengan mengeluarkan travel warning dan secara tegas melarang
warganya untuk datang ke Indonesia.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dianalisis mengenai Tragedi Bom Bali
secara menyeluruh, dengan menitikberatkan pada pelaku bom Bali yakni Trio Bom
Bali, dengan keputusan-keputusan akhir yang membawa mereka pada hukuman
mati.

1.2 Rumusan masalah

Terorisme yang terjadi di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya telah


banyak membuat atau menimbulkan kerugian yang sangat besar baik secara
material maupun nonmaterial. Adapun perumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kronologi terjadinya tragedi Bom Bali 1 ? 
2. Siapa sajakah yang terlibat dalam tragedi Bom Bali 1 ?
3. Daftar korban dalam tragedi Bom Bali 1 ? 
4. Dampak dari terjadinya Bom Bali 1? 

1.3 Tujuan penelitian

.Adapun tujuan dari penulisan makalah kelompok ini antara lain sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang terorisme 
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang kronologi terjadinya Bom Bali 1
3. Mahasiswa mampu mengambil nilai-nilai moral yang terkandung dalam
tragedi ini 

3
1.4 Manfaat penelitian

Mahasiswa dapat mengambil pedoman dari nilai-nilai moral yang terkandung


dalam tragedi ini, sehingga bisa mengaplikasikannya nilai-nilai moral dan sosial
tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar tetap bisa menjaga kestabilan
keamanan negara.

1.5 Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam penulisan makalah ini adalah terorisme pada bom Bali
termasuk seluk beluknya meliputi: 
a. Pengertian terorisme 
b. Kronologi  
c. Korban 
d. Dampak terjadinya bom Bali 1

1.6 Sistematika penulisan 

BAB I PENDAHULUAN 

Dalam bab pendahuluan ini, tim penulis akan membahas latar belakang dari
kasus pidana Bom Bali I . Selain itu dijelaskan pula alasan dari tim penulis memilih
topik ini dan manfaat serta sistematika penulisan dari makalah ini, 

4
BAB II KERANGKA TEORITIS 

Dalam Bab II ini akan dijabarkan hak asasi manusia, terorisme dan hukum
pidana dengan kasus Bom Bali ini. 

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 

Dalam Bab III ini akan dianalisa dan dibahas secara mendalam mengenai
hal-hal berkaitan yang dapat menjawab daripada rumusan masalah yang telah
dibentuk oleh tim penulis berdasarkan teori hukum pidana dan teori terkait
lainnya. 

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 

Pada Bab ke- IV ini akan diulas kesimpulan dan saran di mana diharapkan
dapat memberikan informasi dan manfaat bagi masyarakat.

5
BAB 2

KERANGKA TEORITIS

2.1 Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma norma,
yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi
secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional.
Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar "yang
seseorang secara inheren berhak karena dia adalah manusia" , dan yang "melekat
pada semua manusia" terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis
atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti
yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang.
Masyarakat kuno tidak memiliki konsepsi modern yang sama dari hak asasi
manusia universal. Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi manusia adalah
konsep hak alami yang muncul sebagai bagian dari tradisi hukum alam abad
pertengahan yang menjadi menonjol selama Abad Pencerahan dengan filsuf
seperti John Locke, Francis Hutcheson, dan Jean-Jacques Burlamaqui, dan yang
menonjol dalam wacana politik Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Dari dasar
ini, argumen hak asasi manusia modern muncul selama paruh kedua abad kedua
puluh, mungkin sebagai reaksi terhadap perbudakan, penyiksaan, genosida, dan
kejahatan perang, sebagai realisasi kerentanan manusia yang melekat dan
sebagai prasyarat untuk kemungkinan menciptakan masyarakat yang adil.

6
2.2 Terorisme

Terorisme dari akar kata teror, yang berasal dari bahasa Latin, terer, yang
berarti menakuti atau membuat orang menjadi takut dan tidak aman. Banyak
definisi yang menunjukkan hal itu, yang secara moral tidak dapat dibenarkan,
misalnya terlihat dalam karya Burton M Leiser, Liberty, Justice, and Morals.
Terorisme adalah suatu sistem yang terorganisasi dari tindakan tindakan
yang dirancang secara khusus dan terencana untuk menciptakan ketakutan, untuk
menggoyahkan keyakinan masyarakat, untuk menghancurkan struktur kekuasaan,
dan menciptakan stabilitas Negara dan bangsa, dalam bentuk sabotase, bom, dan
bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Itu semua dilakukan tanpa memperdulikan
aturan hukum dan moral yang ada dalam masyarakat bangsa dan Negara. 
Beberapa karakteristik dari terorisme adalah merupakan intimidasi yang
memaksa, memakai kekerasan (pembunuhan, pengeboman) sebagai sarana untuk
mencapai tujuan tertentu, korban bukan tujuan melainkan sebagai sarana untuk
menciptakan terror . Selain itu juga terorisme gaya baru dapat menyerang apa
saja, seperti menyerang gereja atau masjid, menghantam pasar atau
supermarket, merusak kantor pemerintah atau lembaga pendidikan, nightclub,
hotel hotel, bisa juga menyerang perkampungan desa maupun kota, bisa
melakukan serangan di jalan raya, di dalam kereta api, bus, pesawat terbang, dan
juga kapal. Kekerasan dan konflik teror ini memiliki Tujuan-tujuan secara umum
diantaranya mempublikasikan suatu alasan lewat aksi kekejaman, karena dengan
demikian menebar kebencian dan konflik, menciptakan dan menghancurkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sebagainya.  
Isu terorisme membawa citra buruk bagi Indonesia pada umumnya. Hal ini
mempengaruhi perlakuan dan kepercayaan Negaranegara lain kepada Indonesia.
Selain itu isu terorisme ini juga memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungan
Indonesia dengan Australia pasca terjadinya beberapa teror bom yang terjadi di
Indonesia. Australia merasa Indonesia merupakan suatu ancaman bagi negaranya
sehingga membuat hubungan baik antara dua Negara ini menjadi renggang. 

7
2.3 HUKUM PIDANA 

Merumuskan hukum pidana ke dalam rangkaian kata untuk dapat


memberikan sebuah pengertian yang komprehensif tentang apa yang dimaksud
dengan hukum pidana adalah sangat sukar. Namun setidaknya dengan
merumuskan hukum pidana menjadi sebuah pengertian dapat membantu
memberikan gambaran/deskripsi awal tentang hukum pidana.

Istilah hukum pidana merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda


“Strafrecht”, Straf berarti pidana, dan Recht berarti hukum. Menurut Wirjono
Prodjodikoro bahwa istilah hukum pidana itu dipergunakan sejak pendudukan
Jepang di Indonesia untuk pengertian strafrecht dari bahasa Belanda, dan untuk
membedakannya dari istilah hukum perdata untuk pengertian burgerlijk recht dari
bahasa Belanda. Pengertian hukum pidana, banyak dikemukakan oleh para
sarjana hukum, diantaranya adalah Soedarto, Hukum pidana memuat aturan-
aturan hukum yang mengikatkan kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi
syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Selanjutnya Soedarto
menyatakan bahwa sejalan dengan pengertian hukum pidana, maka tidak terlepas
dari KUHP yang memuat dua hal pokok, yakni:
1. Membuat lukisan dari perbuatan-perbuatan orang yang diancam pidana,
artinya KUHP memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi yang memungkinkan
pengadilan menjatuhkan pidana.
2. KUHP menetapkan dan mengumumkan reaksi apa yang akan diterima oleh
orang yang melakukan perbuatan yang dilarang itu.

8
BAB 3

 PEMBAHASAN DAN ANALISA

3.1 Pembahasan

Tragedi kemanusiaan besar di Pulau Bali dan peristiwa terorisme paling parah
dalam sejarah sebagai peristiwa dan contohnya di Indonesia terjadi pada tahun 2002
dan 2005. Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002, 17 tahun lalu di
malam hari yang menghancurkan sebagian wilayah jantung pariwisata Indonesia
tersebut. Sejarah peristiwa  bom bali mencatat bahwa ledakan terjadi dalam waktu
yang hampir bersamaan yaitu pada pukul 23.05 WITA di Paddy’s Club dan Sari Club.
Kurang lebih sekitar 10 menit kemudian, ledakan kembali terjadi di Renon, dekat kantor
Konsulat Amerika Serikat, namun dalam ledakan ini tidak ada korban jiwa. Bom di
diskotik Paddy’s berada dalam tas punggung dan merupakan bom bunuh diri..
Bom kedua disimpan dalam mobil Mitsubishi Colt L300 yang diparkir di depan Sari
Club, meledak beberapa belas detik kemudian menggunakan pemicu jarak jauh.
Ledakan di depan Sari Club itu meninggalkan jejak berupa lubang sedalam 3 kaki. Bukti
bom bunuh diri berasal dari serpihan ransel dan tubuh manusia, namun ada juga
kemungkinan bahwa ransel – ransel itu telah disembunyikan lebih dulu sebelum
diledakkan. Komisioner Polisi Federal Australia, Mick Keelty menyatakan bahwa
kemungkinan jenis bom yang digunakan berbeda dari ledakan sebelumnya. Kebanyakan
korban meninggal terluka akibat serpihan tajam atau shrapnel, dan bukan karena
ledakan. Hasil sinar X dari pejabat medis memperlihatkan ada benda asing yang
digambarkan sebagai ‘pellet’ di dalam badan korban, juga ada korban luka yang
melaporkan bola bearing masuk ke bagian belakang tubuhnya.

9
3.2 Kronologi

●  12 Oktober 2002 :Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali
Diguncang bom. Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu
pukul 23.05 WITA. Lebih dari 200 orang menjadi korban tewas keganasan bom
itu, sedangkan 200 lebih lainnya luka berat maupun ringan. Kurang lebih 10
menit kemudian, ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul 23.15 WITA,
bom meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat.
Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
●  Oktober 2002 : saksi untuk kasus terorisme itu mulai dilakukan. Lebih dari 50
orang telah dimintai keterangan di Polda Bali. Untuk Membantu Polri, Tim
Forensik Australia ikut diterjunkan untuk identifikasi jenazah.
●  20 Oktober 2002 : Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri
yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom di Paddy's
Pub berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX
berbobot antara 50-150 kg. Sementara bom di dekat konsulat Amerika Serikat
Menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.
● 29 Oktober 2002 :Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati
Soekarnoputri terus mendesak polisi untuk menuntaskan kasus yang
mencoreng nama Indonesia. Putri Soekarno itu memberi deadline, kasus harus
tuntas pada November 2002.
● 30 Oktober 2002 : Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga sketsa
wajah tersangka pengebom dipublikasikan.
● 4 November 2002 : Polisi mendapatkan Nama dan identitas tersangka. Polisi
juga mengklaim telah mengetahui tempat persembunyian para
tersangka.Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.
● 5 November 2002 : Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin
Nurhasyim ditangkap di rumahnya di di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa
Timur.

10
● 6 November 2002 : 10 Orang yang diduga terkait ditangkap di sejumlah
tempat di Pulau Jawa. Hari itu juga, Amrozi diterbangkan ke Bali dan pukul
20.52WIB, Amrozy tiba di Bandara Ngurah Rai.
● 7 November 2002 : Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan. Sementara itu
Abu Bakar Ba’asyir yang disebut-sebut punya hubungan dengan Amrozi
Membantah. Ba’asyir menilai pengakuan Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim
Merupakan rekayasa pemerintah dan Mabes Polri yang mendapat tekanan dari
Amerika Serikat.
● 8 November 2002 : Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka dalam
tindak pidana terorisme.
● 9 November 2002 : Tim forensik menemukan residu bahan-bahan yang identik
dengan unsur bahan peledak di TKP. Sementara Jenderal Da’i Bachtiar, Kapolri
pada saat itu mengatakan kesaksian Omar Al-Farouq tentang keterlibatan
Ustad Abu Bakar Ba’asyir dan Amrozi dalam kasus bom valid.
●  10 November 2002 : Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi tim inti
peledakan. Ali Imron, Ali Fauzi, dan Qomaruddin adalah eksekutor di Sari Club
Dan Paddy’s. Sementara M. Ghufron dan Mubarok menjadi orang yang
membantu mempersiapkan peledakan. Polisi pun memburu Muhammad Gufron
(kakak Amrozi), Ali Imron (adik Amrozi), dan Ali Fauzi (saudara lain dari ibu
kandung Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir dianggap tahu seluk-beluk
mobil Mitsubishi L300 dan meminjamkan rumahnya untuk dipakai Amrozi
sebagai bengkel.
● 11 November 2002: Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas
kehutanan yang juga teman dekat Amrozi di Desa Tenggulun,
Solokuro,Lamongan. Qomaruddin diduga ikut membantu meracik bahan
peledak untuk dijadikan bom.
● 17 November 2002 : Imam Samudra, Idris dan Dulmatin diduga merupakan
peracik bom Bali I. Bersama Ali Imran, Umar alias Wayan, dan Umar alias
Patek, mereka pun ditetapkan sebagai tersangka.

11
● 26 November 2002 : Imam Samudra, satu lagi tersangka bom Bali, ditangkap
di dalam bus Kurnia di kapal Pelabuhan Merak. Rupanya dia hendak melarikan
diri ke Sumatera.
● 1 Desember 2002 : Tim Investigasi Bom Bali I berhasil mengungkap
mastermind bom Bali yang jumlahnya empat orang, satu diantaranya anggota
Jamaah Islamiah (JI).
●  3 Desember 2002: Ali Gufron alias Muklas (kakak Amrozi) ditangkap di Klaten,
Jawa Tengah.
● 4 Desember 2002 : Sejumlah tersangka bom Bali I ditangkap di Klaten,
Solo,Jawa Tengah, diantaranya Ali Imron (adik Amrozi), Rahmat, dan
Hermiyanto.Sejumlah wanita yang diduga istri tersangka juga ditangkap.
● 16 Desember 2002 : Polisi menangkap anak Ashuri, Atang, yang masih siswa
SMA di Lamongan. Tim juga berhasil menemukan 20 dus yang berisi bahan
kimia jenis potasium klorat seberat satu ton di rumah kosong milik Ashura di
Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Lamongan yang diduga milik Amrozi.
● 6 Januari 2003 : Berkas perkara Amrozi diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi
Bali.
● 16 Januari 2003 : Ali Imron dan 14 tersangka yang ditangkap di Samarinda
Tiba di Bali.
● 8 Februari 2003 : Rekonstruksi bom Bali I.
● 12 Mei 2003 : Sidang pertama terhadap tersangka Amrozi.
● 2 Juni 2003 : Imam Samudra mulai diadili.
● 30 Juni 2003 : Amrozi dituntut hukuman mati.
● 7 Juli 2003 : Amrozi divonis mati.
● 28 Juli 2003 : Imam Samudra dituntut hukuman mati.
● 10 September 2003 : Imam Samudra divonis mati.
● 28 Agustus 2003 : Ali Gufron alias Muklas dituntut hukuman mati
● 2 Oktober 2003 : Ali Gufron divonis mati.
● 30 Januari 2007 : PK pertama Amrozi cs ditolak.
● 30 Januari 2008 : PK kedua diajukan dan ditolak.
12
● 1 Mei 2008 : PK ketiga diajukan dan kembali ditolak.
● 21 Oktober 2008 :Mahkamah Konstitusi Tolak uji materi terhadap UU Nomor
2/Pnps/1964 soal tata cara eksekusi mati yang diajukan Amrozi cs.
● 9 November 2008 : Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan

3.3 Pelaku dan korban

3.3.1 Daftar Pelaku 

● Abdul Gani, didakwa seumur hidup 


● Abdul Hamid (kelompok Solo)
● Abdul Rauf (kelompok Serang) 
● Imam Samudra alias Abdul Aziz, terpidana mati. 
● Achmad Roichan 
● Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati. 
● Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup. 
● Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati. 
● Andi Hidayat (kelompok Serang) 
● Andi Oktavia (kelompok Serang) 
● Arnasan alias Jimi, tewas. 
● Bambang Setiono (kelompok Solo) 
● Budi Wibowo (kelompok Solo) 
● Azahari Husin alias Dr. Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan oleh polisi
di Kota Batu tanggal 9 November 2005) 
● Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010) 
● Feri alias Isa, meninggal dunia 
● Herlambang (kelompok Solo) 
● Hernianto (kelompok Solo) 
● Junaedi (kelompok Serang) 

13
● Makmuri (kelompok Solo) 
● Mohammad Musyafak (kelompok Solo) 
● Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo) 
● Umar Patek alias Umar Kecil (tertangkap di Pakistan) 
● Mubarok alias Utomo Pamungkas, didakwa seumur hidup  
● Zulkarnaen 
● Sedangkan Abu Bakar Ba'asyir, yang diduga oleh beberapa pihak sebagai salah
seorang yang terlibat dalam pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah atas
tuduhan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum atas dugaan konspirasi
pada Maret 2005, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian. 

Di Tetapkan 3 tersangka utama dalam kasus ini, yaitu Imam Samudra, Amrozi, dan Ali
Gufron beserta sekelompok anak buah yang mengatasnamakan Syariat Islam dalam
aksi Bom ini.

1. Amrozi bin Nurhasyim

Sidang perdana Amrozi berlangsung pada 12 Mei 2003 di Gedung Nari Graha,
Denpasar yang dipimpin oleh ketua majelis hakim PN Denpasar, I Made Karna.
Jaksa penuntut umum dalam dakwaan dibacakan Urip Tri Gunawan mendakwa
Amrozi melanggar pasal 14 jo pasal 6 Perpu No 1 Tahun 2002 jo pasal 1 UU No
15 Tahun 2003 jo pasal 1 Perpu No 2 Tahun 2002 jo pasal 1 UU No 16 Tahun
2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Ia juga dipersalahkan
melanggar pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP.

2. Abdul Aziz alias Imam Samudra ditangkap pada tanggal 21 November 2002
ketika hendak menyebrang ke Sumatera melalui kapal feri. Polisi meyakini Imam
Samudra berperan sebagai “komandan lapangan” bom Bali I. Dalam persidangan
pada tanggal 2 Juni 2003, Imam Samudra juga dijerat pasal berlapis. Pasal-pasal
tersebut yakni primer pasal 14 jo pasal 6 Perpu No 1 Tahun 2002 jo pasal 1 UU
No 15 Tahun 2003 jo pasal 1 Perpu No 2 Tahun 2002 jo pasal 1 UU No 16 Tahun
2003 yo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP. Sedangkan dakwaan subsider, jaksa

14
menggunakan yakni pasal 6 Perpu No 1 Tahunc2002 jo pasal 1 UU No 15 Tahun
2003, jo pasal 1 Perpu No 2 Tahun 2002, jo pasal 1 UU No 16 Tahun 2003 jo
pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP. Dakwaan lebih subsidair yakni pasal 15 jo pasal 6
Perpu No 1 Tahun 2002, jo pasal 1 UU No 15 Tahun 2003, jo pasal 1 Perpu No 2
Tahun 2002 jo pasal 1 UU No 16 Tahun 2003 jo pasal 1 Perpu No 2 Tahun 20022
jo pasal 1 UU No 16 Tahun 2003 jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dengan
ancaman hukuman mati.

3. Ali Gufron alias Muklas


3 Desember 2002 Ali Gufron alias Muklas alias Huda bin Abdul Haq alias Sofwan
ditangkap di Klaten, Jawa Tengah.Tim penyidik melimpahkan dua berkas atas
tersangka Muklas ke Kejaksaan Tinggi Bali. Muklas diduga sebagai perencana dan
pelaku, termasuk koordinator pelaksana di lapangan. Dia dituntut pasal 6, 11, 13
huruf a, 14 dan 15 Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak,
juncto Pasal 1 Perpu No 2/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali dengan ancaman hukuman mati.

3.3.2 Daftar korban


Kewarganegaraan para korban antara lain adalah: 

• Australia (88)  • Selandia Baru (3) 


• Indonesia (38) kebanyakan Bali  • Swiss (3) 
• Britania Raya (26)  • Brasil (2) 
• Amerika Serikat (7)  • Kanada( 2) 
• Jerman (6)  • Jepang (2) 
• Swedia (5)  • Afrika Selatan (2) 
• Belanda(4)  • Korea Selatan (2) 
• Perancis (4)  • Ekuador (1) 
• Denmark( 3)  • Yunani (1) 

15
• Italia (1)  • Portugal (1) 
• Polandia (1)  •Taiwan(1)

3.4 Analisa

Habis sudah upaya hukum yang dilakukan ketiga terpidana mati Bom Bali untuk
dieksekusi secara pancung. Pada akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK) menolak PK yang
diajukan oleh tim kuasa hukum terpidana. Atas putusan tersebut, terpidana mati bom
Bali itu tetap akan dieksekusi dengan cara ditembak. Dalam sidang putusan yang
dipimpin Mahfud M.D. tersebut, MK menilai hal-hal yang diajukan pemohon mengenai
15 pengujian tidak beralasan, sehingga harus ditolak. Rasa sakit yang dialami terpidana
mati merupakan konsekuensi logis yang melekat dalam pidana mati sebagai akibat
pelaksanaan pidana mati terhadap terpidana sesuai tata cara yang berlaku.

Dampak aksi teroris bom bali 1

3.4.1 Bidang Pariwisata

Dampak yang ditanggung oleh pemerintah daerah Bali dan masyarakatnya


relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
yang terus menurun sejak terjadinya aksi bom Bali tanggal 12 September 2002
sampai dengan akhir Desember 2003. Pada tahun 2001 jumlah wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Bali sebanyak 1.356.774 orang, tahun 2002
sebanyak 1.285.844 orang atau turun sebesar 5,23 %, tahun 2003 sebanyak
1.285.844 orang atau turun sebesar 22,77 %, baru pada tahun 2004 dengan
segala daya dan upaya Pemerintah Daerah Bali dan warganya, jumlah wisatawan
yang datang ke Bali meningkat menjadi 1.458.309 orang atau meningkat 46,85 %
dari tahun 2003.

16
3.4.2 Bidang sosial ekonomi

Setelah 4-5 bulan kejadian tragedi bom Bali I di tahun 2002 penurunan
konsumsi (9%) rumah tangga di Bali lebih kecil dari penurunan pendapatan
(25,9%). Hal ini terjadi karena rumah tangga mengadopsi sejumlah sejumlah
strategi bertahan hidup untuk melindungi kesejahteraan (konsumsinya). Selain
strategi utama menurunkan konsumsi, strategi bekerja rumah tangga merupakan
strategi bertahan hidup yang paling populer dipilih oleh rumah tangga untuk
melindungi kesejahteraan rumah tangga. Rumah tangga yang relatif kaya sebelum
tragedi cenderung lebih sedikit mengadopsi strategi bekerja dan meminjam, tetapi
lebih banyak mengatasi dengan mengambil tabungan, menjual aset dan
menggadaikan barang. Sebaliknya rumah tangga miskin, di awal-awal krisis
(2003-2004) lebih banyak mengadopsi strategi bekerja, menggunakan tabungan
dan menjual aset. Namun seiring dengan masih buruknya keadaan perekonomian
setelah 2,5 tahun tragedi di tahun 2005, justrus menjadi lebih sedikit yang mampu
mengadopsi strategi pekerjaan dan relatif dengan rumah tangga kaya juga lebih
sedikit mengadopsi strategi penyesuaian konsumsi antar waktu seperti
menggunakan tabungan, menjual aset atau menggadaikan barang. Disamping itu
faktor komposisi anggota rumah tangga dan pendidikan kepala rumah tangga juga
mempengaruhi strategi bertahan hidup yang dipilih oleh rumah tangga. 

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 kesimpulan

Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I,
mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga
negara asing, korban jiwa paling banyak adalah warga negara Australia . Sehingga
menyebabkan penerbitan kebijakan luar negeri Travel Warning oleh Australia
terhadap Indonesia. Travel Warning adalah sebuah kebijakan pelarangan
melakukan perjalanan bagi warga negara Australia ke Indonesia, kebijakan
tersebut jelas untuk meningkatkan keamanan atau kewaspadaan negara Australia
dari tindak terorisme yang terjadi di Indonesia.

4.2 saran

Mengingat kasus Bom Bali ini telah menewaskan ratusan orang, terlebih
banyak orang asing yang menjadi sasaran utama dari peristiwa naas ini. Tak luput
kita sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan bisa merasakan
kehilangan anggota keluarga yang dicintai untuk memberikan simpati terhadap
keluarga korban dari peristiwa itu. Salah satu bentuk simpati terhadap keluarga
yang ditinggal akibat tragedi 12 Oktober 2002 tersebut, tidak lain dalam wujud
konkret dengan perlu dibuatnya peraturan tentang penetapan waktu yang tegas
dalam hal waktu menanti saatnya eksekusi mati terhadap terpidana.

18
BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/12075/3/bab%20v%20pdf.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/2573/4/4_bab1.pdf

http://repository.unair.ac.id/20838/4/4.%20BAB%201.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2013-2-74201-271409122-bab1-10012014070413.pdf

https://nasional.tempo.co/read/1516501/bom-bali-12-oktober-2002-tewaskan-202-
orang-amrozi-mengaku-sebagai-pelaku

https://id.wikipedia.org/wiki/Bom_Bali_2002

https://www.merdeka.com/jatim/12-oktober-peringatan-19-tahun-pasca-peristiwa-bom-
bali-1-ini-kisahnya-kln.html

https://www.liputan6.com/news/read/2117622/12-10-2002-bom-bali-i-renggut-202-
nyawa

https://regional.kompas.com/read/2021/10/12/095900878/kilas-balik-bom-bali-2002-
19-tahun-silam-ledakan-dahsyat-guncang-kuta-dan?page=all

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/10/121011_keluarga_bombali

https://hot.liputan6.com/read/4084628/17-tahun-berlalu-ini-6-fakta-tragedi-bom-bali-
yang-guncangkan-dunia

https://www.tagar.id/faktafakta-bom-bali-12-oktober-2002

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2747/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=9&isAllowed=y

19
20

Anda mungkin juga menyukai