Anda di halaman 1dari 14

Tafsir Alqur`an dan Isu tentang Terorisme

Fahmi Zakiyuddin dan Rahmat Ali Hidayat

Abstrak

Serangkaian aksi terorisme membuat citra agama Islam di masyarakat menjadi kurang baik
karena pelaku melakukan aksi teror dengan mengatasnamakan jihad. Aksi terorisme seperti
ini tak jarang membuat masyarakat mengalami Islamophobia. Selain membuat masyarakat
mengalami Islamophobia, aksi terorisme mengakibatkan sejumlah fasilitas mengalami
kerusakan dan membuat orang-orang di sekitar kejadian terluka. Aksi terorisme ini muncul
karena pelaku salah dalam memahami ajaran agama Islam. Agama Islam tidak pernah
mengajarkan umatnya untuk melakukan terorisme, Islam mengajarkan umatnya untuk
berbuat baik kepada setiap makhluk. Terorisme merupakan tema yang mengundang perhatian
banyak kalangan utamanya para akademisi untuk mengkaji dari aspek ideologi, teologi,
jaringan dan gerakan. Pada saat ini, terorisme telah menjadi fenomena global. Gerakan
terorisme telah merambah hampir semua negara di dunia ia juga memiliki dasar-dasar teologi
dan ideologi serta jejaring sehingga memiliki daya tahan yang kuat. Artikel ini ingin
mengkaji isu terorisme, makna dan pemahaman yang memfokuskan pada aspek teologi,
ideologi dan gerakan.

Kata Kunci : terorisme teologi, ideologi

Pendahuluan

Sejak tragedi runtuhnya gedung kembar WTC (World Trade Centre) di Amerika
Serikat pada tanggal 11 September 2001, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa ribuan
jumlahnya. Kejadian yang dahsyad ini mengagetkan manusia di seluruh belahan dunia dan
mengutuknya sebagai perbuatan keji dan tidak berperikemanusiaan, karena orang-orang yang
tidak berdosa telah menjadi korban tanpa mengetahui ujung pangkal persoalannya. Kejadian
yang serupa juga terjadi di Indonesia, seperti tragedi bom bali pada tanggal 12 Oktober 2002.
Sesuai data yang diperoleh dari POLRI bahwa sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002
bom yang meledak tercatat di Indonesia telah mencapai 195 buah, dengan korban meninggal
dunia ratusan jumlahnya, dan kerugian harta yang tidak sedikit nilainya.

Perbuatan jahat kemudian menjadi fenomena sosial yang senantiasa ada dalam
kehidupan masyarakat dan akan selalu terjadi dan dihadapi oleh seluruh masyarakat di dunia
ini, dan hal itu dirasakan sangat meresahkan dan mengganggu ketentraman hidup masyarakat.
Pada hakekatnya suatu masyarakat selalu menginginkan adanya kehidupan yang tenang dan
teratur, harmonis dan tenteram serta jauh dari gangguan kejahatan yang mengancam
kehidupan masyarakat. Kejahatan terorisme merupakan salah satu bentuk kejahatan
berdimensi internasional yang sangat menakutkan masyarakat. Di berbagai negara di dunia
telah terjadi kejahatan terorisme baik di negara maju maupun negara-negara sedang
berkembang, aksi-aksi teror yang dilakukan telah memakan korban tanpa pandang bulu, yang
menyebabkan Perserikatan Bangsa Bangsa dalam kongresnya di Wina Austria tahun 2000
mengangkat tema The Prevention of Crime and The Treatment of Offenders, antara lain
menyebutkan terorisme sebagai suatu perkembangan perbuatan dengan kekerasan yang perlu
mendapat perhatian.1

Terlepas dari apakah by design atau muncul dengan sendirinya, peristiwa teror bom di
dalam maupun luar negeri belum tergambar akan berakhir. Memasuki tahun 2000, aksi teror
bom di Tanah Air terjadi. Bom Bali I (2002), bom Bali II (2004), bom Hotel JW Marriott I
(2005), bom Kuningan (Kedubes Australia/2004), hingga bom Marriott II dan Ritz-Carlton
(2009), bahkan di tahun 2016 ini pun telah terjadi lagi di beberapa tempat. Mungkin saja bagi
para pelaku, peledakan bom adalah salah satu cara bagi mereka untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Bahkan mungkin saja bagi mereka dengan teror bom yang diciptakan maka itu
akan dapat menjadi solusi bagi masalah tersebut. Oleh karena ide teror bom itu dianggap
menjadi solusi maka layak mereka disebut sebagai penganut terorisme. Aparat keamanan
khususnya Indonesia telah melakukan upaya-upaya nyata untuk memberantas dan
mengantisipasi terulangnya aksi serupa, antara lain dengan melakukan penangkapan terhadap
para pelakunya. Hanya saja belum terlihat upaya-upaya selain itu. Oleh karenanya tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa apa yang dilakukan aparat adalah lebih pada aksi
memberantas pelaku teror ketimbang memadamkan terorisme sebagai sebuah ideologi.

Oleh karenanya bisa jadi aksi teror ini takkan pernah berhenti dan memang belum
menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, sebab ideologinya masih terus hidup dan
berkembang. Oleh karena itu memberantas pelaku teror tidak hanya dengan pendekatan
keamanan. Bahkan bisa jadi hal itu tidak tepat dilakukan pada upaya pemberantasan
terorisme. Pemberantasan terorisme juga harus dilakukan dengan sesuatu yang lebih bersifat
penyadaran, dan pelurusan pemahaman bahkan sampai pada tingkat tertentu adalah aksi
edukasi berupa pemberian pemahaman yang terus menerus dan berkesinambungan tentang
hakikat ajaran Islam yang sebenarnya.2 Dalam makalah ini akan menelaah makna dari
Terorisme serta penafsiran para mufassir Al-Qur`an terkait isu Terorisme

Pengertian Terorisme dan Sejarah Terorisme

1. Pengertian Terorisme

Pada dasarnya, istilah terorisme merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi
yang sangat sensitif karena terorisme menyebabkan terjadinya pembunuhan dan
penyengsaraan terhadap orang-orang yang tidak berdosa.3 Secara leksikal teror berarti
kekacauan; tindak kesewenang-wenangan untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat;
1
Hamzah Junaid, Pergerakan Kelompok Terorisme dalam Perspektif Barat dan Islam dalam Jurnal
Sulesana, vol 8, no 2, 2013. Hal 118-119.
2
Ahmad Mukhlasin, Ideologi Terorisme dan Ayat 60 Surat Al-Anfal dalam Jurnal Hijri, vol. 6 no. 2,
2017.
3
Abdul Wahid dkk. Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum. Bandung: Refika
Aditama, 2004, hal. 22.
tindakan kejam dan mengancam.4 Dalam pengertian yang berbeda, ia juga bisa diartikan
sebagai the ability to cause such fear; yakni kemampuan untuk menimbulkan ketakutan, atau
mengancam, atau memaksa dengan teror atau ancaman teror (to intimidate or coerce by terror
or by threats of terror).

Secara etimologis, terorisme memiliki beberapa pengertian yakni:

a. Attitude d’intimidation (sikap menakut-nakuti).

b. Use of violence and intimidation, especially for political purposes (penggunaan kekerasaan
dan intimidasi, terutama untuk tujuan-tujuan politik).

c.Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan


(terutama tujuan politik); praktek-praktek tindakan teror.

d.Setiap tindakan yang menimbulkan suasana ketakutan dan keputusasaan (fear and dispear).5

Secara terminologis terorisme dikemukakan oleh beberapa ahli:

a. Menurut Fauzan Al-Anshari, terorisme adalah tindakan yang menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang berlatar belakang politik atau kekuasaan dakam suatu pemerintah
Negara6

b. Menurut Majma’ al-Buhus al-Islamiyah al-Azhar al-Syarif (organisasi pembahasan fiqih


dan Ilmiyah al-Azhar) yaitu tindakan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan masyrakat,
kepentinagan umum, kebebasan dan kemanusiaan serta merusak harta dan kehormatan karena
ingin berbuat kerusakan di muka bumi. 7

c. Dalam literatur sosiologi Barat, terorisme adalah salah satu bentuk aksi bermotif politik
yang menggabungkan unsur-unsur psikologis (seperti mengancam: kondisi akibat diancam)
dan fisik (aksi kekerasan) yang dilakukan oleh individu atau kelompok kecil dengan tujuan
pengajuan tuntutan teroris terpenuhi. 8

Dalam pengertian lain yang lebih terminologis, terorisme juga bisa diartikan sebagai
penggunaan kekerasan secara sistematis seperti pembunuhan yang dilakukan oleh
sekelompok atau segolongan orang untuk memelihara, menegakkan atau mengurus
kekuasaan, atau mempromosikan kebijakan politik dan sebagainya.9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teror diartikan dengan:

4
Purtanto P. dan Al-Barry, M.D. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:Arkola. 1994, hal. 278.
5
Kasjim Salenda. Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam. Badan Litbang dan Diklat,
2009, hal 79.
6
Abdul Wahid dkk. Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum. Bandung: Refika
Aditama, 2004, hal. 31.
7
Kasjim Salenda. Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam. Badan Litbang dan Diklat,
2009, hal 79.
8
Suriati. Dakwah dan Terorisme, vol. 1, no. 1, dalam Jurnal Retorika, 2019, hal. 3.
9
Pribadi, A. dan Rayyan,A. Membongkar Jaringan Teroris.Jakarta:Abdika Press, 2009, hal. 10.
a. Perbuatan (pemerintahan dan sebagainya) yang sewenang-wenang (kejam, bengis dan
sebagainya).

b. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan
Terorisme berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik); praktik-praktik tindakan terror.10

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat


dipahami bahwa terorisme adalah setiap tindakan atau ancaman yang dapat mengganggu
keamanan orang banyak baik jiwa, harta, maupun kemerdekaannya yang agama. Dengan
demikian, ‚muslim fundamental adalah seorang muslim yang sangat disiplin dalam
menjalankan ajaran Islam, seperti shalat lima waktu secara berjamaah dan menghindari
sesuatu yang tidak jelas kehalalannya. Termasuk ‚muslim fundamental ini adalah para ‚zahid,
orang-orang yang menjaga diri dan agamanya dan juga para sufi. Dalam konteks pengertian
ini, umat Islam diserukan untuk melaksanakan ajaran agamanya secara fundamental.
Sedangkan, radikalisme dalam bahasa Arab disebut‚ syiddah al-tanatu’. Artinya, keras,
eksklusif, berpikiran sempit, rigid, serta memonopoli kebenaran. Muslim radikal adalah orang
Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif dalam
memandang agama-agama lainnya.11 Puncak radikalisme dalam sejarah islam adalah ketika
konflik Sahabat 'Ali dan Mu'awiyah. Ketika itu Sahabat 'Ali menerima tawaran arbitrase
(taḥkim) dari kelompok Mu'awiyah. Sebagaimana telah diketahui, beberapa orang yang
mulanya mendukung Sahabat 'Ali berbalik melawannya di samping juga Mu’āwiyah dan
serta menyeru agar berhukum dengan hukum Allah. La ḥukma illa lillah, kata mereka. Sambil
mengutip surah Al-Mā`idah ayat 44 yang berbunyi :

ِ ‫اس تُ ْح ِفظُْوا ِم ْن كِت‬


‫ٰب ال ٰلّ ِه‬ ‫مِب‬ ِ َّ ‫اِنَّٓا اَْنزلْنَا التَّو ٰرىةَ فِيها ه ًدى َّونُو ۚ ٌر حَي ُكم هِب ا النَّبُِّيو َن الَّ ِذين اَسلَموا لِلَّ ِذين ه ادوا و‬
ْ ‫الربّٰنُّي ْو َن َوااْل َ ْحبَ ُار َا‬ َ ُْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ْ ُ َْ ْ َ
‫ك ُه ُم الْ ٰك ِف ُر ْو َن‬ ۤ ٰ ِ ِ
َ ‫اخ َش ْو ِن َواَل تَ ْشَت ُر ْوا بِاٰيٰيِت ْ مَثَنًا قَلْياًل ۗ َو َم ْن مَّلْ حَيْ ُك ْم مِب َٓا اَْنَز َل اللّهُ فَاُوٰل ِٕى‬
ْ ‫َّاس َو‬ ۚ
َ ‫َو َكانُ ْوا َعلَْيه ُش َه َداۤ َء فَاَل خَتْ َش ُوا الن‬
Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya.
Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas
perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena
itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu
jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.

mereka menyerang kelompok yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka


mengafirkan siapa saja yang melakukan dosa besar. Ini dilakukan agar perlawanan mereka
terhadap para Sahabat Nabi mendapat legitimasi syariat. Sehingga mereka pembunuhan
terhadap Sahabat 'Ali legal menurut syariat sebab menerima taḥkim. menganggap beliau
dianggap melakukan dosa besar dengan Kelompok ini dinamakan kaum Khawārij. Khawarij
mungkin kini sudah tiada. Namun ia meninggalkan pola dasar bagi gerakan-gerakan ekstrem
di masa selanjutnya. Karena bagaimana pun Khawarij merupakan gerakan yang tidak pernah
10
Machasin. Islam Dinamis dan Islam Harmonis. Yogyakarta: LKiS, 2011, hal. 213.
11
Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial. Bandung Mizan dan Yayasan Ikhlas, 2006, hal. 100.
diabsahkan oleh para ulama. Kemudian pada abad ke-18, di Semenanjung Arabia terdapat
sebuah kelompok yang dijuluki Wahabi. Mereka adalah para pengikut gerakan purifikasi
(pemurnian) ajaran agama Islam.

Muḥammad bin Abd al-Wahhab (pendiri Wahabi) adalah seorang yang gelisah atas
keadaan muslim di zamannya. Ia merasa banyak ritus yang sudah keluar dari jalan (manhaj)
ulama salaf dan mengakibatkan agama Islam semakin terpuruk. Pada beberapa titik, gerakan
ini seringkali disebut dengan salafi. Mereka sangat anti terhadap gerakan-gerakan tasawuf
dan tarekat. Tak segan mereka melemparkan tuduhan bidah, syirik bahkan kufur. Lebih
lanjut, ia meniru pola gerakan Khawarij yang sangat ekstrem dan mudah mengafirkan.
Kelompok ini menjalankan laku pemahaman yang sangat literal terhadap teks-teks fundamen
agama Islam (Alquran dan Hadis). Literalisme ini dilakukan agar agama Islam terbebas dari
nalar-nalar rumit penuh teori dan ritual-ritual yang tak berdasar. Bagi mereka, semua ini
dilakukan agar bisa berhukum kepada Sunah Nabi secara murni. Maka bisa ditebak, pada
akhirnya mereka sangat mudah mengafirkan dan mensyirikkan kelompok yang tak sepaham
dengan mereka. Selanjutnya kelompok ini bekerja sama dengan penguasa tempat daerah
mereka tinggal, 'Uyainah. Penguasa tersebut bernama 'Utsman bin Mu'ammar. Untuk
memperkuat dukungan, Ibn Abd al-Wahhab menikahi bibi 'Utsman bin Mu'ammar. Aksi
radikal pertama mereka adalah penghancuran makam Zaid bin Al-Khaththab, saudara
kandung Khalifah 'Umar bin khaththab dan termasuk salah seorang Sahabat Nabi. Karena
kepala suku kabilah ini mencium bahaya gerakan Wahabi, mereka memutuskan berhenti
bekerja sama dengan mereka. Lalu Wahabi berkolaborasi dengan keluarga Ibn Sa’ud dalam
menjalankan aksinya. Ibn Abd al-Wahhab mendapat dukungan militer dari keluarga Ibn
Sa'ud yang ingin memanfaatkan ideologi puritan Wahabi untuk menguasai Semenanjung
Arab. Pada 1746 M, Wahabi memproklamirkan jihad terhadap kelompok-kelompok lain.
Demikianlah, gerakan puritan Wahabi dan ekstremitas kaum Khawarij menjadi pola bagi
gerakan-gerakan radikal berikutnya.

Aliran ini, Imam Al-Shawi berkata saat menafsiri Surah -Kahfi ayat 104:

‫هذه اآلية نزلت يف اخلوارج الذين حيرفون تأويل الكتاب والسنة ويستحلون بذلك دماء املسلمني وأمواهلم كما هو مشاهد‬
‫اآلن يف نظائرهم وهم فرقة بأرض احلجاز يقال هلم الوهابية حيسبون أهنم على شيء أال إهّن م لكاذبون‬

"Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi
penafsiran Alquran dan sunah serta menghalalkan darah dan harta benda kaum muslimin
sebagaimana yang terjadi sekarang ini kepada kelompok yang mirip mereka, yaitu kelompok
yang ditanah hijaz yang disebut aliran wahabi . mereka mengira bahwa mereka berada atas
sesuatu (kebenaran), padahal mereka orang-orang pendusta.12

Irhab dan Irhabi

Kata al-irhab seakar dengan kata turhibun di dalam surah al-anfal ayat 60. Dalam
istilah jurnalistik bahasa Arab dewasa ini, kata teror atau teroris ditunjuk dengan kata yang
seakar dengan kata “turhibun”, yakni “irhab”. Kata “irhab” dipakai untuk menunjuk aksi
12
Afkar, Kritik Idiologi Radikal, Kediri: Lirboyo Fress, 2019, hal. 09.
terorisme, dan pelakunya disebut dengan irhabi. Penyebutan ini pula melahirkan kesan bahwa
tindakan terror semacam itu ada dalam doktrin dan ajaran Islam Memahami Kata “Turhibun”
Dalam QS al-Anfal 60, kata yang dijadikan sebagai dasar pembenaran bagi aksi terorisme
adalah kata “turhibun” yang diterjemahkan dengan “teror”.

‫اط اخْلَْي ِل ُتْر ِهُب ْو َن بِهٖ َع ُد َّو ال ٰلّ ِه َو َع ُد َّو ُك ْم َواٰ َخ ِريْ َن ِم ْن ُد ْوهِنِ ۚ ْم اَل‬ ِ ‫واَ ِعدُّوا هَل م َّما استَطَعتُم ِّمن ُق َّو ٍة َّو ِمن ِّرب‬
َ ْ ْ ْ ْ ْ ُْ ْ َ
‫ف اِلَْي ُك ْم َواَْنتُ ْم اَل تُظْلَ ُم ْو َن‬ َّ ‫َت ْعلَ ُم ْونَ ُه ۚ ْم اَل ٰلّهُ َي ْعلَ ُم ُه ۗ ْم َو َما تُْن ِف ُق ْوا ِم ْن َش ْي ٍء يِف ْ َسبِْي ِل ال ٰلّ ِه يُ َو‬

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah,
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).( Al-Anfal/60)
Menurut Quraish Shihab, kata “turhibun” terambil dari kata “rahiba” yang berari
takut atau gentar. Tapi, kata “turhibun” bukan berari melakukan teror. Dalam perkembangan
bahasa Arab dewasa ini, kata teror atau teroris ditunjuk dengan kata yang seakar dengan kata
“rahiba”, yakni “irhab”. Kata “irhab” dipakai untuk menunjuk aksi terorisme. Namun,
menurut Quraish Shihab, pengertian simantik “rahiba” bukan seperti yang dimaksud oleh
kata itu sekarang ini. Quraish Shihab menyatakan bahwa yang digentarkan atau dibuat takut
(turhibun), sebagaimana yang dimaksud QS al-Anfal 60, bukanlah masyarakat umum, bukan
juga orang-orang yang tidak bersalah. Tetapi mereka yang menjadi musuh Allah Swt dan
musuh masyarakat 13

Menurut Shihab lagi, dari segi hubungan QS al-Anfal 60 dengan ayat-ayat


sebelumnya adalah bertujuan menampik kesan yang dapat muncul akibat pernyataan ayat 59
yang menegaskan bahwa musuh Allah Swt tidak akan lolos dari siksa. Ayat 59 boleh jadi
menimbulkan kesan bahwa kaum Muslim boleh berpangku tangan menghadapi musuh karena
mereka tidak akan bisa meloloskan diri dari siksa Allah Swt. Maka untuk menghapus kesan
ini Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk mempersiapkan diri menghadapi musuh
Allah Swt dan menghimpun kekuatan yang bisa menggetarkan atau menakuti musuh Allah
Swt. Sebab dalam al-Quran, Allah Swt menjanjikan kemenangan bagi kaum Muslimin. Dari
janji inilah bisa muncul sikap pasrah dalam menghadapi peperangan. Buat apa
mempersiapkan perang, toh Allah Swt telah menjanjikan kemenangan? Maka QS al-Anfal 60
mengkritisi sikap tersebut. Tujuan mempersiapkan kekuatan adalah menggentarkan musuh
Allah Swt, baik yang diketahui atau tidak, agar mereka berpikir seribu kali sebelum
menyerang umat Islam.

Dari pengertian tersebut terlihat bahwa fundamentalis Islam atau muslim fundamental
sangat dianjurkan dalam menjalankan perintah-perintah agama sesuai dengan al-Qur’an dan
sunnah. Sedangkan radikalisme bertentangan dengan ajaran agama Islam yang menganjurkan
bagi pemeluknya untuk berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang latar belakang
suku bangsa dan agama (pluralisme). Pada tahun 35 H, khalifah Usman bin Affan terbunuh
secara mengenaskan oleh sekelompok umat Islam yang ekstrem. Peristiwa ini kemudian
13
Quraish Shihab.Tafsir al-Mishbah, Tangerang: Lentera Hati, 2000, hal. 486.
terulang pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang juga terbunuh oleh kalangan ekstrem
dari umat Islam. Komunitas ekstrem tersebut, sungguhpun pada mulanya bernuansa politik,
berkembang menjadi sebuah ideologi yang dikenal dengan paham Khawarij. Dari sini
gelombang umat Islam radikal yang berkembang saat ini memang harus diakui eksistensinya.
Mereka sebenarnya terpengaruh pada pola-pola khawarij pada masa periode awal sejarah
umat Islam.14

Gelombang revivalisme (kebangkitan) Islam di timur tengah muncul pada dekade ke


tujuh abad ke-20 M. Kurun waktu yang bertepatan dengan momentum abad baru hijriah, abad
ke-15 M. Sebuah momentum yang terkait dengan kepercayaan umat Islam, bahwa setiap abad
baru akan melahirkan seorang pembaharu (mujaddid) keyakinan umat dan perbaikan kondisi
komunitas umat Islam. Sejak dekade inilah gerakan-gerakan Islam berada di panggung
utama, dari Malaysia sampai Senegal, dari Soviet atau Rusia sampai daerah-daerah pinggiran
di Eropa yang dihuni oleh para imigran.

Fenomena gerakan terorisme di Indonesia tidak terlepas dari hadirnya kelompok-


kelompok radikal dalam Islam yang merasakan ketidakadilan terhadap umat Islam oleh barat
terutama Amerika dan sekutu-sekutunya baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun
budaya. Dominasi barat terhadap negara-negara Islam dirasakan sebagai upaya untuk
melemahkan kekuatan Islam secara menyeluruh. Secara politis tindakan terorisme pada
dasarnya lebih disebabkan oleh ketidakadilan, imperialisme, dan kolonialisme yang telah
lama terjadi dan terus bercokol dalam dunia Islam. Oleh karena itu, secara teoritis dapat
dikatakan selama ketimpangan-ketimpangan dan pelanggaran HAM masih terjadi reaksi yang
berupa terorisme akan tetap bermunculan. Maka, perlu adanya upaya yang bersifat terpadu,
menyeluruh, dan berkelanjutan dari berbagai elemen dan bangsa-bangsa di dunia atas dasar
persamaan atau kesetaraan (humanisasi).15

Karakteristik Terorisme

Kriteria terorisme di sini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam suatu perbuatan
sehingga tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme. Secara eksplisit,
suatu tindakan kejahatan yang dikategorikan sebagai tindakan terorisme jika memenuhi
kriteria antara lain:

1. Adanya tindakan berupa ancaman ataupun kekerasan yang ilegal.

2. Tindakan tersebut berdampak pada masyarakat baik fisik, psikis, harta benda
mereka maupun fasilitas umum baik yang berskala domestik maupun internasional.

3. Menimbulkan ketakutan dan kepanikan suatu kelompok atau masyarakat.

4. Adanya tujuan atau kepentingan yang ingin dicapai pelaku, pada umumnya
bernuansa politik.

14
Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial. Bandung Mizan dan Yayasan Ikhlas, 2006, hal. 102.
15
Suriati. Dakwah dan Terorisme, vol 1, no. 1, dalam Jurnal Retorika, 2019, hal. 4.
5. Korban tindakan tidak selalu berkaitan langsung dengan tujuan yang hendak
dicapai.

6. Pelakunya dapat berupa perorangan, kelompok terorganisir ataupun penguasa


dalam suatu pemerintahan yang sah.16

Faktor Penyebab Munculnya Terorisme

Terorisme tentu bukan sesuatu yang muncul dari ruang hampa. Dia memerlukan
kultur tertentu untuk tumbuh. Beberapa penyebab terorisme, di antaranya:

1. Kesukuan, Nasionalisme/Separatism (Etnicity, Nationalism/Separatism)

Tindak teror ini terjadi di daerah yang dilanda konflik antar etnis/suku atau
pada suatu bangsa yang ingin memerdekan diri. Menebar teror akhirnya digunakan
pula sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat perjuangan. Sasarannya jelas,
yaitu etnis atau bangsa lain yang sedang diperangi. Bom-bom yang dipasang di
keramaian atau tempat umum lain menjadi contoh paling sering. Aksi teror semacam
ini bersifat acak, korban yang jatuh pun bisa siapa saja.

2. Kemiskinan dan Kesenjangan dan Globalisasi (Poverty and Economic


Disadvantage, Globalisation)

Kemiskinan dan kesenjangan ternyata menjadi masalah sosial yang mampu


memantik terorisme. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 macam: kemiskinan
natural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan natural bisa dibilang ‚miskin dari
sononya‛. Orang yang tinggal di tanah subur akan cenderung lebih makmur dibanding
yang berdiam di lahan tandus. Sedang kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
dibuat. Ini terjadi ketika penguasa justru mengeluarkan kebijakan yang malah
memiskinkan rakyatnya. Jenis kemiskinan kedua punya potensi lebih tinggi bagi
munculnya terorisme.

3. Non Demokrasi (Non-Democracy)

Negara non-demokrasi juga disinyalir sebagai tempat tumbuh suburnya


terorisme. Di negara demokratis, semua warga negara memiliki kesempatan untuk
menyalurkan semua pandangan politiknya. Iklim demokratis menjadikan rakyat
sebagai representasi kekuasaan tertinggi dalam pengaturan negara. Artinya, rakyat
merasa dilibatkan dalam pengelolaan negara. Hal serupa tentu tidak terjadi di negara
non-demokratis. Selain tidak memberikan kesempatan partisipasi masyarakat
penguasa non-demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan represif terhadap
rakyatnya. Keterkungkungan ini menjadi kultur subur bagi tumbuhnya benih-benih
terorisme.
16
Kasjim Salenda. Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam. Badan Litbang dan Diklat,
2009, hal 85.
4. Pelanggaran Harkat Kemanusiaan (Dehumanisation)

Aksi teror akan muncul jika ada diskriminasi antar etnis atau kelompok dalam
masyarakat. Ini terjadi saat ada satu kelompok diperlakukan tidak sama hanya karena
warna kulit, agama, atau lainnya. Kelompok yang direndahkan akan mencari cara agar
mereka didengar, diakui, dan diperlakukan sama dengan yang lain. Atmosfer seperti
ini lagi-lagi akan mendorong berkembang biaknya teror.

5. Radikalisme Agama (Religion)

Butir ini nampaknya tidak asing lagi. Peristiwa teror yang terjadi di Indonesia
banyak terhubung dengan sebab ini. Radikalisme agama menjadi penyebab unik
karena motif yang mendasari kadang bersifat tidak nyata. Beda dengan kemiskinan
atau perlakuan diskriminatif yang mudah diamati. Radikalisme agama sebagian
ditumbuhkan oleh cara pandang dunia para penganutnya. Menganggap bahwa dunia
ini sedang dikuasi kekuatan hitam, dan sebagai utusan Tuhan mereka merasa
terpanggil untuk membebaskan dunia dari cengkraman tangan-tangan jahat.

6. Kerusakan Media Massa

Media masa terhitung sebagai sarana yang paling banyak mempengaruhi


pemikiran, akhlak, dan kehidupan manusia. Kebanyakan pemberitaan media masa
telah menjadi tunggangan syaitan dalam menyebarkan fitnah, kesesatan, dan
kerusakan di tengah manusia.

7. Dihalang-halanginya Dakwah yang Haq

Memunculkan rintangan terhadap dakwah yang benar, seperti tuduhan-


tuduhan jelek yang tertuju pada umat Islam secara umum atau kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang menyudutkan umat Islam akan menyebabkan kemunculan
terorisme.17

Pandangan mufasir terhadap ayat-ayat yang terkait dengan isu terorisme

Menurut El Sayid Amin bahwa proyek mengkaji terorisme dalam perspektif Islam harus
berangkat dari analisis teks-teks yang membedah konsep irhab (teror), quwwah (kekuatan),
’aduuw (musuh), khususnya dalam kandungan Q.S Al Anfal: 60.

‫وْ نَهُ ۚ ْم هّٰللَا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ۗ ْم‬dd‫ ِر ْينَ ِم ْن ُدوْ نِ ِه ۚ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬d‫ ُد َّو ُك ْم َو ٰا َخ‬d‫ ُد َّو هّٰللا ِ َو َع‬d‫ه َع‬dٖ dِ‫وْ نَ ب‬ddُ‫َواَ ِع ُّدوْ ا لَهُ ْم َّما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن قُ َّو ٍة َّو ِم ْن ِّربَا ِط ْال َخ ْي ِل تُرْ ِهب‬
َّ ‫َو َما تُ ْنفِقُوْ ا ِم ْن َش ْي ٍء فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ يُ َو‬
ْ ُ‫ف اِلَ ْي ُك ْم َواَ ْنتُ ْم اَل ت‬
َ‫ظلَ ُموْ ن‬

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah,
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

17
Dzulqarnain M Sanusi. Antara Jihad dan Terorisme. Makasar: Pustaka As-Sunnah, 2011. Hal. 301.
Penting sekali meluruskan makna kata-kata kunci itu sesuai konteks dan semangat awalnya
guna mematikan justifikasi aksi terorisme atas nama perintah Al-Quran, seperti klaim Al
Qaedah,dan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).

Dan seperti pemahaman ekstrem Sayyid Qutb terhadap sejumlah konsep kunci tersebut telah
berkontribusi besar pada disalahpahaminya ayat-ayat jihad oleh kelompok-kelompok
berideologi teror. Ada penyimpangan. Akibatnya, mereka percaya telah diberi otoritas untuk
membunuh dan melakukan kerusakan terhadap orang yang berkeyakinan berbeda. Para
penganut paham ekstrim cenderung mengabaikan prinsip dasar Al Quran, yaitu mengambil
nyawa manusia dengan cara-cara melanggar hukum dan tidak adil merupakan bentuk utama
kerusakan seperti diingatkan firman Tuhan, Q.S. 17: 33:

ِّ ۗ َ‫س الَّيِت ْ َحَّر َم ال ٰلّهُ اِاَّل بِاحْل‬


‫ق‬ َ ‫الن ْف‬
َّ ‫َواَل َت ْقُتلُوا‬

”Dan, janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu
yang benar”.18

Dalam memahami ayat ini, ahli tafsir klasik Al-Razi berpandangan, tindakan merampas hak
hidup seseorang tanpa ada sebab yang adil merupakan dosa terbesar setelah menyekutukan
Tuhan. Konsekuensi hukum dan moral Pendapat keras penulis Tafsir Mafatih al-Ghaib ini
mencerminkan tingginya pemuliaan Islam terhadap keberlangsungan kehidupan dan hak
hidup manusia. Dalam bahasa Al Quran, satu nyawa manusia setara dengan alam semesta.
Adanya unsur kesengajaan menghilangkan nyawa, baik dilakukan negara maupun kelompok,
dan melakukan kerusakan (fasad) merupakan dua ciri mendasar yang melekat pada tindakan
yang disebut terorisme dalam kacamata Al Quran.

Demikianpula salahsatu pemicu tindakan teroris disebabkan paham Al-hakimiyyah yaitu


paham kedaulatan Allah dengan berlandaskan QS. Al-Maidah ayat:44

ِ ‫اس تُ ْح ِفظُْوا ِم ْن كِت‬


‫ٰب ال ٰلّ ِه‬ ‫مِب‬ ِ َّ ‫اِنَّٓا اَْنزلْنَا التَّو ٰرىةَ فِيها ه ًدى َّونُو ۚ ٌر حَي ُكم هِب ا النَّبُِّيو َن الَّ ِذين اَسلَموا لِلَّ ِذين ه ادوا و‬
ْ ‫الر ٰبّنُّي ْو َن َوااْل َ ْحبَ ُار َا‬ َ ُْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ْ ُ َْ ْ َ
‫ك ُه ُم الْ ٰك ِف ُر ْو َن‬ ۤ ٰ ِ ِ
َ ‫اخ َش ْو ِن َواَل تَ ْشَت ُر ْوا بِاٰ ٰييِت ْ مَثَنًا قَلْياًل ۗ َو َم ْن مَّلْ حَيْ ُك ْم مِب َٓا اَْنَز َل اللّهُ فَاُوٰل ِٕى‬
ْ ‫َّاس َو‬ ۚ
َ ‫َو َكانُ ْوا َعلَْيه ُش َه َداۤ َء فَاَل خَتْ َش ُوا الن‬
Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya.
Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas
perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena
itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu
jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.

Konsepsi hakimiyah yang digagas sayid qutb dari pemaknaan literal Al-Maidah ayat 44 :

18
https://amp.kompas.com/nasional/read/2016/05/09/05200061/fikih-anti-terorisme
ً‫ وينطلق حكماً عاما‬، ‫وهبذا التعميم الذي حتميله (من) الشرطية ومجلة اجلواب حبيث خيرج من حدود املالبسة والزمان واملكان‬
. ‫ ومن أي قبيل‬، ‫ يف أي حيل‬، ‫ على كل من مل حيكم مبا أنزل اهلل‬،
‫ وليس هلذه املماحك ة من قيم ة وال أث ر يف‬.. ‫التأوي ل والت أول يف مث ل هذا احلكم ال يع ين إال حماول ة حتري ف الكلم عن مواض عه‬
. ‫صرف حكم اهلل عمن ينطبق عليهم بالنص الصريح الواضح األكيد‬
Menurutnya kata min bermakna umum dan tidak terbatas mencakup seluruh individu disegala
kondisi,tempat dan zaman. Sedangkan kata kafirun , dimaknai secara literal , sebagai kafir
yang telah keluar dari agama islam. Kemudian dilihat dari ungkapan selanjutnya sayyid quthb
menentang keras interpretasi para ulama salaf yang berupaya men-tawil ayat tersebut ia
menyatakan : Pentakwilan dan usaha mentakwili dalam hukum semacam ini dalam hukum
tidak lain adalah upaya untuk mengubah pemaknaan kalimat dari tempatnya,upaya
mempertentangkan semacam ini sangatlah tidak bernilai dan tidak berpengaruh dalam
mengalihkan hukum Allah dari individu yang telah menjadi sasaran nash yang jelas dan
kokoh. (sayyid qutb, fizilalil quran )
Adapun disini penulis menampilkan perbedaan pendapat para ulama soal ayat tersebut :

‫ أما من عرف بقلبه كونه حكم اهلل‬،‫ قوله ﴿ومن مل حيكم مبا أنزل اهلل﴾ إمنا يتناول من أنكر بقلبه وجحد بلسانه‬:‫قال عكرمة‬
‫ فال يلزم دخوله حتت هذه‬،‫ ولكنه تارك له‬،‫ إال أنه أتى مبا يضاده فهو حاكم مبا أنزل اهلل تعاىل‬،‫وأقر بلسانه كونه حكم اهلل‬
.‫ وهذا هو اجلواب الصحيح واهلل أعلم‬،‫اآلية‬
Artinya “Firman Allah: ‘Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah …’ hanya mengarah kepada orang yang mengingkari hukum Allah dengan hati dan
lisannya. Sedangkan orang yang tetap meyakini dengan hatinya dan mengikrarkan dengan
lisannya bahwa hukum Allah tetaplah hukum Allah, namun ia justru melakukan hal-hal yang
berlawanan dengannya, maka statusnya tetap merupakan orang yang berhukum dengan
hukum yang diturunkan oleh Allah Ta’ala,  namun ia berstatus sebagai orang yang
meninggalkannya, sehingga tidak secara otomatis masuk dalam cakupan ayat ini.” Penafsiran
terakhir inilah yang kemudian dianggap paling benar oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi dengan
menyatakan: “Ini adalah jawaban yang benar (dari permasalahan tafsir ayat ini). Wallahu
a’lam.” (Ar-Razi, Mafatihul Ghaib)

.. ‫ بل إذا فعله فهو به كافر وليس كمن كفر باهلل واليوم اآلخر‬، ‫ ليس بكفر ينقل عن امللة‬: ‫وقال ابن عباس وطاوس‬
‫ص يَ ٍة؛ ال‬ ِ ‫اُألم ِة ُك ْف ر مع‬ ِِ ِ ِ ‫مِب‬ ِ ِ ‫وقالَت مَج اع ةٌ ع ِظ‬
ْ َ ُ َّ ‫ اَآْل يَةُ ُمتَنا ِولَ ةٌ ُك َّل َمن مَلْ حَيْكم ا أ ْن َز َل اهللُ ؛ ولَكنَّهُ يف َُأم راء َه ذه‬:‫يم ةٌ من ْأه ِل الع ْل ِم‬ َ َ َ ْ
ِ
.‫اإلميان‬ ‫خُيْ ِر ُجهم َع ِن‬
ِ َ‫ ومن َأَقَّر بِِه ومَل حَي ُكم بِِه َفهو ظَامِل ف‬،‫اح ًدا بِِه َف َق ْد َك َفر‬
.‫اس ٌق‬ ِ ‫ ومن مَل حَي ُكم مِب َا َأْنز َل اللَّه ج‬:‫وقَ َال ِع ْك ِرمةُ معنَاه‬
ٌ َُ ْ ْ ْ َ ْ ََ َ َ ُ َ ْ ْ ْ ْ ََ ُ َْ َ َ
ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِئ‬
‫ فَ ُك ُّل َم ْن مَلْ حَيْ ُك ْم‬،‫ ن ََّه ا َت َق ُع َعلَى مَج ي ِع َم ا َأْن َز َل اللَّهُ اَل َعلَى َب ْعض ه‬:‫ َف َق َال‬،‫َو ُس َل َعْب ُد الْ َع ِزي ِز بْ ُن حَيْىَي الْكنَ ايِن ُّ َع ْن َه ذه اآْل يَات‬
‫ مُثَّ مَلْ حَيْ ُك ْم [جِب َ ِمي ِع] َم ا َأْن َز َل‬،‫الش ْر ِك‬
ِّ ‫يد َوَت ْر ِك‬ ِ ‫ فَ ََّأما من ح َكم مِب ا َأْن ز َل اللَّه ِمن التَّو ِح‬،‫اس ق‬ ِ ‫ِ مِل‬ ِ ‫جِب‬
ْ َ ُ َ َ َ َ َْ ٌ َ‫َمي ِع َما َأْنَز َل اللَّهُ َف ُه َو َكافٌر ظَا ٌ ف‬
‫ فَ ََّأما َم ْن َخ ِف َي َعلَْي ِه َْأو‬،‫ص ُح ْك ِم اللَّ ِه ِعيَانًا َع ْم ًدا‬ ِ ‫اللَّه ِمن الشَّراِئ ِع مَل يسَتو ِجب حكْم ه ِذ ِه اآْل ي‬
َّ َ‫ َه َذا ِإذَا َر َّد ن‬:ُ‫ َوقَ َال الْعُلَ َم اء‬.‫ات‬ َ َ َ ُ ْ ْ َْْ َ َ ُ
. ‫َأخطََأ يِف تَْأ ِو ٍيل فَاَل‬ْ

Artinya: Ibnu Abbas dan Thawus berkata: Bukan kafir keluar dari agama tetapi apabila
melakukannya maka dia kufur tapi tidak seperti orang yang kufur pada Allah dan Hari Akhir.
Ikrimah berkata: Makna ayat ini adalah barangsiapa tidak memakai hukum Allah karena
ingkar maka kafir, tapi barang siapa yang tetap mengakui hukum Allah tapi tidak
memakainya maka ia disebut zhalim dan fasiq.

Abdul Aziz bin Yahya Al-Kinani ditanya tentang ayat ini, ia menjawab: Ayat ini berlaku
apabila tidak melakukan seluruh yang diturunkan Allah bukan pada sebagian. Maka setiap
orang yang tidak menghukumi dengan semua yang diturunkan Allah maka ia kafir, zhalim
dan fasiq. Barangsiapa yang memakai hukum Allah seperti tauhid dan meninggalkan syirik
lalu tidak menghukumi dengan seluruh syariat yang diturunkan Allah maka tidak terkena
hukum ayat ini. Ulama berkata: ini apabila menolak teks hukum Allah secara sengaja dan
terang-terangan. Apabila diam-diam atau tidak sengaja dalam menafsiri maka tidak apa-apa.
( Al-Baghawi, Ma’alim al-tanzil fi tafsiril Quran )

‫ ألن ما قبلها وما‬،‫ نزلت هذه اآليات يف ك ّف ار أهل الكتاب‬:‫قول من قال‬


ُ ،‫ وأوىل هذه األقوال عندي بالصواب‬:‫قال أبو جعفر‬
‫خربا عنهم أوىل‬
ً ‫ فكوهُن ا‬،‫سياق اخلرب عنهم‬
ُ ‫ وهذه اآليات‬.‫ وهم املعنيُّون هبا‬،‫بعدها من اآليات ففيهم نزلت‬

“Pendapat yang paling benar dari berbagai pendapat ini menurutku adalah pendapat
mufassirin yang menyatakan bahwa ayat 44, 45 dan 47 surat al-Maidah ini turun bagi orang-
orang kafir dari golongan Ahli Kitab (Yahudi). Sebab ayat sebelum dan sesudahnya juga
turun bagi mereka. Ayat-ayat ini berada dalam runtutan pemberitaan tentang mereka,
sehingga lebih utama diposisikan sebagai kabar berita tentang mereka.” ( (At-Thabari,
Jami’ul Bayan ).

Kesimpulan

- Terorisme merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sangat sensitif
karena terorisme menyebabkan terjadinya pembunuhan dan penyengsaraan terhadap
Orang-orang yang tidak berdosa. Secara leksikal teror berarti kekacauan; tindak
kesewenang-wenangan untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat; tindakan
kejam dan mengancam. Dalam pengertian yang berbeda, ia juga bisa diartikan
sebagai the ability to cause such fear; yakni kemampuan untuk menimbulkan
ketakutan.
- Dalam istilah jurnalistik bahasa Arab dewasa, kata teror atau teroris ditunjuk dengan
kata yang seakar dengan kata “turhibun”, yakni “irhab”. Kata “irhab” dipakai untuk
menunjuk aksi terorisme, dan pelakunya disebut dengan irhabi. Penyebutan ini pula
melahirkan kesan bahwa tindakan terror semacam itu ada dalam doktrin dan ajaran
Islam Memahami Kata “Turhibun” Dalam QS Al-Anfal 60.
- Dalam penafsiran ayat-ayat tentang isu terorisme salah stu tokoh mufassir Sayyid
Qutb cenderung mengarah ke penafsiran ekstrimis dan tekstual, berbeda dengan para
mufassir lainya yang mentakwil ayat-ayat tersebut.
Daftar Pustaka

.
A , Pribadi. dan Rayyan,A. Membongkar Jaringan Teroris.Jakarta:Abdika Press, 2009.

Junaid, Hamzah. Pergerakan Kelompok Terorisme dalam Perspektif Barat dan Islam vol 8,
no 2, dalam Jurnal Sulesana, , 2013.

Machasin. Islam Dinamis dan Islam Harmonis. Yogyakarta: LKiS, 2011.

Mukhlasin, Ahmad .Ideologi Terorisme dan Ayat 60 Surat Al-Anfal dalam Jurnal Hijri, vol.
6 no. 2, 2017.

P, Purtanto. dan Al-Barry, M.D. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:Arkola. 1994.

Salenda, Kasjim. Terorisme dan Jihad dalam Perspektif Hukum Islam. Badan Litbang dan
Diklat, 2009.

Sanusi, Dzulqarnain M. Antara Jihad dan Terorisme. Makasar: Pustaka As-Sunnah, 2011.

Shihab , Quraish.Tafsir al-Mishbah, Tangerang: Lentera Hati, 2000.

Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial. Bandung Mizan dan Yayasan Ikhlas, 2006.

Suriati. Dakwah dan Terorisme, vol. 1, no. 1, dalam Jurnal Retorika, 2019.
Wahid , Abdul dkk. Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum. Bandung:
Refika Aditama, 2004.

Afkar, Kritik Idiologi Radikal, Kediri: Lirboyo Fress,2019

Anda mungkin juga menyukai