Anda di halaman 1dari 2

PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA SECARA VERTIKAL DAN HORISONTAL

Dalam bukunya yaitu dasar-dasar ilmu politik Prof. Miriam Budiardjo menjelaskan pembagian
kekuasaan negara secara vertikal dan horisontal, yaitu pada Bab VIII.
Beliau menjelaskan bahwa undang-undang dasar antara lain merupakan pencatatan pembagian
kekuasaan di dalam suatu negara. Dalam Bab ini beliau juga menjelaskan pembagian kekuasaan dapat
dibagi dengan dua cara yaitu secara vertikal dan horisontal.

a. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal ini yang
dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl J. Friedrich
memakai istilah pembagian kekuasaan secara teritorial (territorial division of power).
Pembagian kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan kalau kita bandingkan antara
negara kesatuan, negara federal, serta konfederasi .1
b. secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara
horizontal. Pembagian ini menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat
legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politika atau pembagian kekuasaan
(division of powers).2

Dapat diketahui bahwasannya pembagian kekuasaan secara vertikal dan horisontal memiliki
ciri-ciri yang berbeda, pembagian kekuasaan secara vertikal memiliki ciri yaitu negara
kesatuan, konfederasi, dan negara federal. Sedangkan pembagian kekuasaan secara horisontal
lebih menunjukan pembedaan atau pemisahan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif atau yang lebih terkenal dengan sebagai trias
politika.
Masih dalam buku yang sama, prof miriam budiardjo menjelaskan bahwasannya pembagian
kekuasaan menurut tingkat dapat dinamakan pembagian kekuasaan secara vertikal, yaitu
pembagian kekuasaan secara teritorial, mislnya antara pemerintah federal dan pemerintah
negara bagian suatu negara federal. Pembagian kekuasaan semacam ini terutama banyak
menyangkut persoalan federalisme. Hans kelsen dalam bukunya yang berjudul general
theory of law and state memakai kata istilah forms of organization baik untuk federasi dan
konfederasi maupun negara kesatuan yang desentralistis.
Secara vertikal ada pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, dalam hal ini Carl J. Friedrich
memakai istilah pembagian kekuasaan secara teritorial, diantaranya ada negara kesatuan,
negara federal, serta konfederasi.
 Konfederasi

Mengutip pada buku prof. Miriam budiardjo, beliau menulis pendapat L. Oppenheim
tentang konfederasi, menurut L. Oppenheim Konfederasi terdiri dari beberapa negara
yang berdaulat penuh yang untuk mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern,
bersatu atas dasar perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan
beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu terhadap
negara anggota konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara negara-negara itu (A
1
Budiardjo, Miriam. “dasar-dasar ilmu politik.” Bab viii. PT Gramedia pustaka utama, Jakarta: januari, 2008. Hal- 267
2
Ibid, hal-267
confederacy consists of a number of full sovereign states linked together for the
maintenance of their external and internal independence by a recognized international
treaty into a union with organs of its own, which are vested with a certain power over
the membersstates, but not over the citizens of these states).3

 Negara kesatuan

“Negara kesatuan ialah bentuk negara dimana wewenang legislatif tertinggi


dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional atau pusat” menurut C.F. Strong
dalam buku yang di tulis beliau.;

3
Lihat Edward M. Sait, Political Institutions: A Preface (New York: Appleton Century Crofts
Inc., 1938), hlm. 385.

Anda mungkin juga menyukai