Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : RIWANTON SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043594523

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4201/ HUKUM TATA NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 21/ JAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
1. Sebenarnya konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang Dasar (Grundgezets),
dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-
negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan Undang-
Undang Dasar. Kekhilafan ini disebabkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki
agar semua peraturan hukum ditulis, demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum
dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham kodifikasi, sehingga setiap peraturan
hukum karena penting itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu adalah Undang-Undang
Dasar.

Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu:


1) Konstitusi tertulis dan
2) Konstitusi tak tertulis.

Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan di dalam
konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannyaStaatsrecht over
Zee. Ia membagi kekuasaan menjadi empat macam yaitu:

1. Pemerintahan (bestuur)
2. Perundang-undangan
3. Kepolisian
4. Pengadilan.

Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan karenanya perlu dipecah
menjadi dua jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan kepolisian.
Menurutnya kepolisian memegang jenis kekuasaan untuk mengawasi hal berlakunya hukum
dan kalau perlu memaksa untuk melaksanakan hukum.

Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia


mendukung gagasan Van Vollenhoven ini, bahkan ia mengusulkan untuk menambah dua lagi
jenis kekuasaan negara yaitu kekuasaan Kejaksaan dan Kekuasaan Pemeriksa Keuangan untuk
memeriksa keuangan negara.

2. A. Bentuk Negara
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bentuk suatu negara
dapat dibedakan menjadi, yakni negara kesatuan dan serikat (federal).

Negara kesatuan

Dalam negara kesatuan, kedaulatan negara bersifat tunggal dan di dalamnya tidak terdapat
negara bagian. Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi.
Sementara wilayah-wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang
dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Contoh negara yang memiliki bentuk
kesatuan, seperti Spanyol, Brunei Darussalam, dan Indonesia.
Negara serikat
Kedaulatan di negara serikat atau federal berasal dari negara bagian. Di mana sebagian
kedaulatan tersebut diserahkan kepada negara federal. Sehingga pada hakikatnya kedaulatan
berada pada negara bagian. Contoh negara yang berbentuk serikat seperti Amerika Serikat,
India, dan Jerman. Ciri-ciri negara serikat, yakni: Mempunyai lebih dari satu kepala negara
Memiliki lebih dari satu konstitusi Memiliki lebih dari satu kabinet Memiliki lebih dari satu
lembaga perwakilan.

B. Bentuk pemerintahan
Bentuk pemerintahan negara dapat dibedakan ada beberapa jenis, yakni otokrasi, oligarki,
monarki dan republik.
a. Otokrasi
Otokrasi adalah negara yang diperintah dengan kekuasaan tunggal seperti raja atau
diktator yang tidak dapat di ganggung gugat.
b. Oligarki
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Oligarki adalah pemerintahan yang
dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
c. Monarki
Monarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang seorang raja atau
kaisar. Pada sistem pemerintahan tersebut biasanya akan berlangsung sepanjang hayat
sang raja, ratu, atau sultan. Selanjutnya akan digantikan oleh penerusnya yang berasal dari
keluarga kerajaan.
d. Republik
Republik adalah negara yang dijalankan berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara demokratis melalui pemilihan umum.
Dalam buku Bentuk Negara dan Pemerintah RI (2010) karya Muh. Nur El Ibrahim, jika
kita berbicara mengenai bentuk negara maka tengah membicarakan bagaimana sifat atau
hubungan antara kekuasaan pusat saat berhadapan dengan daerah.
Hubungan seperti itu disebut pula sebagai hubungan vertikal, artinya pusat yang
diasumsikan berada di atas daerah.
Jika berbicara mengenai bentuk pemerintahan, maka tengah berbicara mengenai
kekuasaan dalam arti horizontal khsususnya seputar hubungan antara legislatif dengan
eksekutif.

3. Di Indonesia sendiri, sistem pemerintahan semi parlementer pernah diterapkan, berlangsung


selama pemerintahan RIS (Republik Indonesia Serikat).
Sistem pemerintahan parlementer semi sejak (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Sistem semi-presidensial adalah bentuk pemrintahan negara yang mencoba mengatasi


kelemahan-kelemahan sistem parlementer mau pun sistem presidensial. Kelemahan pokok
sistem parlementer ialah sifatnya yang sangat tidak stabil karena setiap saat pemerintah, baik
seluruh kabinet mau pun setiap menteri, dapat menerima mosi tidak percaya dari parlemen.
Akibatnya pemerintah jatuh dan terjadi pergantian pemerintah. Selama 4 tahun menggunakan
sistem parlementer, Indonesia mengalami pergantian pemerintah sebanyak 33 kali (Feith,
1962).

Anda mungkin juga menyukai