Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BENTUK DAN SUSUNAN NEGARA, SERTA SISTEM


PEMERINTAHAN

Disusun Oleh:
Elvitha Rosemalila 043453031
Erik Hardiansyah 043451228

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Terbuka
2021.1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Bentuk dan Susunan Negara,
Serta Sistem Pemerintahan" dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang Bentuk dan Susunan
Negara, Serta Sistem Pemerintahan. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui modul maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada Ibu
Kemuning Senja Ramadhana,S.H, M.KN selaku Tutor Hukum Tata Negara , yang telah
membimbing dalam penulisan makalah ini. Harapan kami, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Jakarta, 10 November 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk dan susunan negara, serta sistem pemerintahan merupakan hal yang harus
dipahami tidak saja dalam rangka memahami mengenai organisasi negara, akan tetapi
terutama dalam rangka memahami mengenai organisasi negara, akan tetapi terutama dalam
rangka memahami bagaimana sebuah negara diselenggarakan. Bentuk dan susunan negara,
serta sistem pemerintahan menentukan pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga negara
dan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, atau antara
pemerintah federal dengan negara bagian.

Pada awalnya, bentuk negara dari negara-negara yang ada adalah kerajaan. Dalam
perkembangannya, bentuk kerajaan pada negara tertentu berubah menjadi republik karena
berbagai hal seperti Negara Prancis dan Federal Jerman, walaupun demikian, negara-negara
tertentu tetap bertahan dengan bentuk monarki, seperti Inggris dan Belanda. Pada negara-
negara yang baru merdeka, umumnya menggunakan bentuk republik yang dipimpin oleh
seorang Presiden.

Berbeda dengan negara-negara yang saat ini dikenal, dahulu, jumlah penduduk dalam
sebuah negara tidak sebanyak sekarang, demikian pula dengan wilayah negara, tidak terlalu
luas. Dalam perkembangannya, baik secara sukarela dalam bentuk perjanjian, maupun secara
terpaksa karena penjajahan, beberapa negara akhirnya bergabung menjadi satu negara.
Wilayah yang luas menyebabkan perlunya pengaturan tertentu mengenai pembagian
kewenangan antara bagian-bagian dari negara. Susunan negara yang dipilih oleh negara-
negara tersebut secara umum adalah negara kesatuan atau negara federal.

Pemilihan negara kesatuan atau negara federal sangat beragam pada setiap negara. Pada
negara tertentu didasarkan pada sejarah terbentuknya negara, sedangkan pada negara lain,
dapat disebabkan pengalaman sebuah negara terhadap bentuk negara tertentu. Pemilihan
susunan negara tertentu (federal atau kesatuan) merupakan hal yang penting dalam negara
konstitusional, sebagimana dikemukakan oleh C.F. Strong.

Sebagimana halnya dengan bentuk negara dan bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan
juga bervariasi pada berbagai negara. Secara umum, sistem pemerintahan juga bervariasi
pada berbagai negara. Secara umum, sistem pemerintahan terbagi dalam sistem pemerintahan
parlementer, sistem pemerintahan presidensial, dan sistem pemerintahan semi, baik sistem
pemerintahan semi presidensial maupun sistem pemerintahan semi parlementer. Setiap sistem
pemerintahan memiliki karakteristik mendasar, walaupun demikian, dalam praktik
ketatanegaraan, terdapat kekhasan dari negara-negara tertentu yang membedekannya dari
negara lain walaupun sistem pemerintahan yang digunakan secara umum adalah sama.
1.2 Rumusan Masalah

a) Apa pengertian dan macam-macam bentuk negara?


b) Pengertian susunan negara dan contoh susunan negara!
c) Pengertian dan istilah sistem pemerintahan!
d) Penerapan sistem pemerintahan presidensil, parlementer, dan semi?

1.3 Tujuan Penulisan

a) Menjelaskan pengertian dan macam-macam bentuk negara.


b) Menjelaskan susunan negara dan contoh susunan negara.
c) Menjelaskan sistem pemerintahan.
d) Mengetahui penerapan sistem pemerintahan presidensil,parlementer, dan semi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Macam-Macam Bentuk Negara

Bentuk negara secara umum terdiri atas bentuk republik dan bentuk kerajaan
(monarki). Perbedaan antara bentuk negara republik dan bentuk kerajaan (monarki)
mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut adalah bahwa semula perbedaan antara bentuk
negara republik dan bentuk kerajaan (monarki) berdasarkan pada pemegang kekuasaan,
bergeser berdasarkan pada metode pengangkatan kepala negara.

Terdapat perbedaan mendasar antara bentuk negara republik dan bentuk kerajaan
(monarki), yaitu baha dalam bentuk kerajaab (monarki) kekuasaan didasarkan atas keturunan-
keturunan tertentu yang bersifat tradisional dan karismatik, dan dikendalikan oleh raja,
keluarga-keluarganya bangsawan dan pemimpin agama, sedangkan rakyat tidak memiliki hak
dalam penyelenggaraan negara, sedangkan dalam bentuk republik, kekuasaan didasarkan atas
kehendak rakyat, langsung dikendalikan oleh rakyat atau oleh badan-badan yang dipilih oleh
rakyat melalui pemilihan berkala dan bersifat lebih rasional.

Setelah terjadinya praktik ketatanegaraan di beberapa negara, maka terjadi pergeseran


pengertian bentuk negara republik dan bentuk kerajaan (monarki). Praktik ketatanegaraan di
Inggris setelah the Glorious Revolution (1689) menyebabkan walaupun Inggris dipimpin oleh
seorang Raja atau Ratu, akan tetapi rakyat memegang peranan penting dalam
penyelenggaraan organisasi negara. Parlemen di Inggris melewati berbagai tahapan sebelum
akhirnya seperti sekarang sejak the Glorious Revolution, yaitu bahwa raja hanyalah sebagai
kepala negara, sedangkan kekuasaan pemerintahan berada pada parlemen berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Douglas V. Verney menjelaskan tiga tahapan tersebut, yaitu
bahwa pada awalnya, pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang bertanggung jawab atas
seluruh sistem politik atau sistem kenegaraan. Kemudian muncul sebuah majelis dengan
anggota yang menentang hegemoni raja, dan terakhir, majelis mengambil alih tanggung
jawab atas pemerintahan dengan bertindak sebagai parlemen maka raja kehilangan sebagian
besar kekuasaan tradisionalnya.

Pergeseran pengertian bentuk negara republik dan bentuk kerajaan (monarki), yaitu
bahwa tidak lagi didasarkan pada pemegang kekuasaan, akan tetapi pada metode
pengangkatan kepala negara, terjadi karena pembentukan negara konstitusional.
Pembentukan negara konstitusional dimulai dari Inggris (undocumentary constitution),
kemudian menyebar ke negara-negara lainnya. Pada negara konstitusional, kekuasaan raja
menjadi sangat terbatas. Konstitusi merupakan kontrak sosial antara negara dan warga
negara.

Pergeseran pengertian bentuk negara republik dan bentuk kerajaan (monarki), yaitu
bahwa tidak lagi didasarkan pada pemegang kekuasaan, akan tetapi pada metode
pengangkatan kepala negara, pada negara kerajaan (monarki), pengangkatan kepala negara
didasarkan pada garis keturunan atau hubungan darah dan biasanya berlangsung seumur
hidup, sedangkan dalam bentuk negara republik tidak didasarkan pada garis keturunan atau
hubungan darah akan tetapi dipilih oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam jangka waktu tertentu.

2.2 Susunan Negara dan Contoh Susunan Negara

Pemilihan susunan negara tertentu (federal atau kesatuan) merupakan hal yang
penting dalam negara konstitusional. Hal ini dikemukakan oleh C.F. Strong, yaitu “ Every
modern constitutional state belongs to one of two great classes-unitary or federal---“ baik
dalam negara federal maupun negara kesatuan, diselenggarakan dengan asas penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu asas sentralisasi dan asas desentralisasi. Pada hakikatnya asas sentralisasi
dan asas desentralisasi adalah sebuah kontinum bukan sebuah dikotomi, di mana tidak ada
negara yang hanya diselenggarakan secara sentralisasi saja, dan sebaliknya tidak ada satu
pemerintahan yang menyelenggarakan pemerintahannya secara desentralisasi saja sehingga
tidak terdapat pengaturan yang bersifat sentral nasional.

1. Negara Kesatuan

C.F. Strong menjelaskan pengertian negara kesatuan, yaitu bahwa negara kesatuan
adalah negara yang diorganisir dibawah satu pemerintahan pusat; artinya kekuasaan
apa pun yang dimiliki berbagai distrik di dalam wilayah yang dikelola sebagai suatu
keseluruhan oleh pemerintah pusat harus diselenggarakan berdasarkan diskresi dari
pemerintah pusat, dan kekuasaan pemerintah pusat adalah kekuasaan tertinggi tanpa
adanya pembatasan yang di tetapkan undang-undang yang memberikan kekuasaan
khusus pada bagian-bagian dari negara kesatuan.

2. Negara Federal

C.F. Strong menjelaskan pengertian negara federal, yaitu bahwa negara federal adlah
negara dengan sejumlah negara sederajat yang bersatu untuk tujuan-tujuan bersama.
Dalam negara federal, konsep yang dibangun adalah hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan, dan dalam derajat tertentu, negara-negara yang bersepakat
harus menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada pemerintah federal untuk
mengatur dan mengurus kewenangan bersama.

3. Negara Konfederal

Jellinek membedakan negara federal dan negara konfederal berdasarkan letak


kedaulatannya, yaitu pada negara federal, kedaulatan ada pada keseluruhannya,
sedangkan pada negara konfederal kedaulatan ada pada negara-negara bagiannya.
Kriteria lainnya untuk membedakan negara federal dan negara konfederal adalah pada
sejauh mana pemerintah pusat dapat secara langsung mempengaruhi rakyat dari
negara-negara bagian melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkannya.
2.3 Pengertian Dan Istilah Sistem Pemerintahan

Sistem " memliki suatu penegertian, suatu keseluruhan terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik dari bagian - bagian maupun
hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sedangkan "pemerintahan" dalam arti
luas adalah segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyatnya dan kepemtingan negaranya. Secara umum dikenal istilah
sistem pemerintahan parlementer. Sistem pemerintahan presidensial dan sistem
pemerintah semi, baik sistem pemerintahan presidensial semi presidensial, maupun
sistem presidensial sistem pemerintahan parlementer.

2.4 Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensil, Parlementer, Dan Semi

Pada Negara yang melakukan pemisahan kekuasan dengan bentuk Negara Republik.
Maka sistem pemerintahan adalah sistem pemerintahan presidensial atau sistem pemerintahan
semi. Dalam hal Negara tersebut tidak melakukan pemisahan kekuasaan, walaupun berbentuk
Republik, maka sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem pemerintahan
parlementer, jadi inti dari sistem pemerintahan presidensial adalah pada pemisahan
kekuasaan.

bagi negara yang melakukan penyatuan kekuasaan dalam bentuk negara monarki
(kerajaan), maka yang digunakan adalah sistem pemerintahan parlementer atau sistem
pemerintahan semi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bentuk negara secara umum terdiri atas bentuk republik dan bentuk kerajaan
(monarki). Perbedaan antara bentuk negara republik dan bentuk kerajaan
(monarki) mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut adalah bahwa semula
perbedaan antara bentuk negara republik dan bentuk kerajaan (monarki)
berdasarkan pada pemegang kekuasaan, bergeser berdasarkan pada metode
pengangkatan kepala negara.

Terdapat perbedaan mendasar antara bentuk negara republik dan bentuk


kerajaan (monarki), yaitu baha dalam bentuk kerajaab (monarki) kekuasaan
didasarkan atas keturunan-keturunan tertentu yang bersifat tradisional dan
karismatik, dan dikendalikan oleh raja, keluarga-keluarganya bangsawan dan
pemimpin agama, sedangkan rakyat tidak memiliki hak dalam penyelenggaraan
negara, sedangkan dalam bentuk republik, kekuasaan didasarkan atas kehendak
rakyat, langsung dikendalikan oleh rakyat atau oleh badan-badan yang dipilih oleh
rakyat melalui pemilihan berkala dan bersifat lebih rasional.

Setelah terjadinya praktik ketatanegaraan di beberapa negara, maka terjadi


pergeseran pengertian bentuk negara republik dan bentuk kerajaan (monarki).
Praktik ketatanegaraan di Inggris setelah the Glorious Revolution (1689)
menyebabkan walaupun Inggris dipimpin oleh seorang Raja atau Ratu, akan tetapi
rakyat memegang peranan penting dalam penyelenggaraan organisasi negara.
Parlemen di Inggris melewati berbagai tahapan sebelum akhirnya seperti sekarang
sejak the Glorious Revolution, yaitu bahwa raja hanyalah sebagai kepala negara,
sedangkan kekuasaan pemerintahan berada pada parlemen berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Douglas V. Verney menjelaskan tiga tahapan tersebut, yaitu
bahwa pada awalnya, pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang bertanggung
jawab atas seluruh sistem politik atau sistem kenegaraan.

3.2 Daftar Pertanyaan Presentasi Hukum Tata Negara

1. Penanya : Chintya Putri Amelia – 043362493


Yang menjawab : Elvitha Rosemalila – 043453031

Pertanyaan : Negara apa saja yang berbentuk confederal?


Jawaban : Spanyol, Italia, Jepang, Meksiko, Uruguay, Tahiti,
Nigeria, Brazil.
2. Penanya : Ginaru Putra - 043453049
Yang menjawab : Erik Hardiansyah - 043451228

Pertanyaan : Perbedaan Negara Federal dengan Konfederal?


Jawaban : Negara Federal memiliki serikat-serikat/persatuan
antara bagian negara berdaulat untuk membentuk suatu negara federal
sedangkan negara konfederal persatuan antar negara yang berdaulat
merdeka membentuk sebuah konfederasi, contohnya: kalo dikita asean
karena di asean ini merasa satu budaya, satu rumpun sehingga membentuk
konfederal.

3. Penanya : Ashafani Diarfanieta - 043452932


Yang menjawab : Elvitha Rosemalila – 043453031

Pertanyaan : Mengapa sebuah negara memerlukan susunan negara


serta apa tujuan dari susunan negara tersebut?
Jawaban : Karena, beberapa kelompok manusia yang bersama-
sama mendiami wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia. Tujuan dari susunan negara, yaitu
melaksanakan penertiban, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya, pertahanan, menegakkan keadilan.

4. Penanya : Muhammad Dzulhaji H. - 043452989


Yang menjawab : Erik Hardiansyah - 043451228
Elvitha Rosemalila- 043453031

Pertanyaan : Apa konsep negara federal dapat mengancam NKRI?


Jika iya, lebih baik mempertahankan NKRI tapi tidak terancam dengan
konsep tersebut atau merubah NKRI dengan konsep federal?
Jawaban : Erik Hardiansyah : Iya, karena negara federal itu setiap
provinsi akan di sebut sebagai negara bagian sehingga setiap provinsi
tersebut berhak memiliki lambang negara dan perdana mentrinya hal ini
rawan jadi konflik jika terjadinya perselisihan atau tak sejalan dengan
atasan.
Elvitha Rosemalila: Bahwa Indonesia sulit untuk mewujudkan negara
federasi karena beberapa daerah-daerah di Indonesia sangat miskin, seperti
NTT, Bengkulu dan beberapa daerah lainnya di Indonesia, sehingga perlu
‘penyeragaman’ (kesatuan). Yang menjadi pertanyaan, apakah Timor-
Timor ketika menjadi wilayah NKRI adalah daerah kaya? Kita tahu
bersama bahwa suplay RI terhadap Timor-Timor saat itu sangat istimewa
dibanding provinsi lainnya di Indonesia. Tetapi ketika wilayah ini menjadi
negara tersendiri Timor Leste juga mampu bertahan hingga saat ini,
bahkan sejumlah fakta membuktikan bila Timor Leste hingga saat ini
merasa bangga bisa sejajar dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Pemerintah pusat tak boleh lamban dalam menciptakan pemerataan
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai