Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ILMU NEGARA

BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM


PEMERINTAHAN DI NEGARA AMERIKA SERIKAT

Disusun Oleh :
Nama : Graciela Shellomita Soenge
NPM : 22300132
Kelas : G

Fakultas Hukum
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah merupakan bagian dari bentuk negara. Pandangan tersebut
didasarkan pada pemerintahan yang merupakan bagian dari negara. Pemerintahan
sebagai unsur negara merupakan bagian yang ada di dalam negara untuk
menjalankan kekuasaan negara. Jika berkaca dari pendapat para ahli Ilmu Negara
maka sesungguhnya ada banyak bentuk pemerintahan. Tetapi jika melihat dunia
sekarang ini, maka ada dua bentuk pemerintahan yang banyak dianut oleh negara-
negara yang ada di dunia, yaitu bentuk pemerintahan monarki dan bentuk
pemerintahan republik.

Hans Kelsen dalam Kusnardi dan Ibrahim (1983) menyatakan bahwa bentuk
pemerintahan ada dua, yaitu bentuk pemerintahan monarki menghendaki
pengisian jabatan pemimpin atau kepala negara dilakukan secara turun temurun,
berdasarkan garis keturunan. Bentuk pemerintahan republik mengharuskan
jabatan pemimpin atau kepala negara dilakukan menggunakan pemilihan umum,
dengan masa jabatan yang ditentukan (Hufron dan Hadi, 2016:157)

Berdasarkan sifat hubungan antara badan eksekutif atau kekuasaan


pemerintahan dan badan legislatif/parlemen, terdapat tiga macam sistem
pemerintahan, yaitu negara dengan sistem pemerintahan presidensil, negara
dengan sistem pemerintahan parlementer, dan sistem pemerintahan referendum.

Sistem-sistem tersebut kalau dikaitkan dengan demokrasi modern, akan


mendapatkan tipe demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang
representative, dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas, atau disebut
sisitem presidensil. Kemudian yang kedua demokrasi, atau sisitem pemisahan
kekuasaan, tetapi antara badan-badan yang diserahi kekuasaan itu, terutama antar
badan legislative dan badan eksekutif dan hubungan yang bersifat timbal balik,
dapat saling mempengaruhi, atau disebut sistem parlementer.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah di uraikan pada latar belakang, dapat di Tarik
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu sistem pemerintahan dan Bentuk pemerintahan itu?

2. Apa itu Pemerintahan Federal

3. Bagaimana Struktur Pemerintah di Negara AS?

4. Bagaimana Sistem pemerintahan Negara AS

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Pemerintahan

2. Untuk mengetahui seperti apa Bentuk-bentuk Pemerintahan

3. Untuk mengetahui Bentuk dan Sistem Pemerintahan di Negara AS

4. Untuk mengetahui dan mempelajari kasus yang terjadi di Negara AS


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian dari Bentuk Pemerintahan dan Sisitem Pemerintahan

Bentuk pemeritahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk


pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu
negara untuk menegakkan kekuasannya atas suatu komunitas politik.

Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri


atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan
memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.

2.1.2 Teori Bentuk Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan


A. Bentuk-Bentuk Pemerintahan
Ada dua bentuk pemerintahan yang banyak dianut oleh negara-negara
yang ada di dunia. Hans Kelsen dalam Kusnardi dan Ibrahim (1983) menyatakan
bahwa bentuk pemerintahan ada dua, yaitu bentuk pemerintahan monarki dan
bentuk pemerintahan republik.

Perbedaan bentuk pemerintahan dapat dilihat dari pengisian jabatan


pemegang kekuasaan. Bentuk pemerintahan monarki menghendaki pengisian
jabatan pemimpin atau kepala negara dilakukan secara turun temurun,
berdasarkan garis keturunan. Bentuk pemerintahan republic mengharuskan
jabatan pemimpin atau kepala negara dilakukan enggunakan pemilihan umum,
dengan masa jabatan yang ditentukan (Hufron dan Hadi, 2016:157)
Jimly Asshiddiqie juga berpendapat bahwa bentuk pemerintahan di
dunia hanya ada dua. Dua bentuk pemerintahan yang dimaksud adalah monarki
dan republic. Bentuk pemerintahan dalam hal ini mempunyai arti bentuk
penyelenggara negara. Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa bentuk
pemerintahan tidak terbatas pada penyelenggara negara dalam arti sempit yaitu
eksekutif saja. Tetapi bentuk pemerintahan adalah mencakup semua cabang
kekuasaan yang ada dalam suatu negara. Artinya bentuk pemerintahan atau bentuk
sistem pemerintahan yang hanya tertuju pada eksekutif saja (Asshiddiqie, 2005
(a): 203-204).

 Monarki
Pemerintahan monarki memiliki beberapa karakteristik. Salah satu
karakteristik utamanya adalah bahwa peralihan kekuasaan dalam
pemerintahan monarki, baik untuk jabatan kepala negara-negara maupun
jabatan kepala pemerintahan, dilakukan dengan mekanisme turun-
temurun, atau berdasarkan garis keturunan. Bisa pula dilakukan melalui
mekanisme penunjukkan langsung oleh penguasa sebelumnya.
Harus diingat bahwa memang benar bentuk pemerintahan tidak
terbatas pada eksekutif saja, melainkan juga kekuasaan-kekuasaan lain
yang ada di negara. Kalau demikian posisi raja atau ratu yang tidak
mempunyai kekuasaan absolut, atau hanya menjadi kepala negara yang
tidak mempunyai kekuasaan eksekutif atau legislative (kepala negara
hanya symbol negara saja)? Apakah negara tersebut masih merupakan
negara dengan bentuk pemerintahan momarki?
Penulis menjawab bahwa bentuk pemerintahan dalam negara yang
demikian adalah bentuk pemerintahan monarki konstitusional. Artinya,
raja tetap berfungsi sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan
konstitutional tertentu. Sedangkan, kepala pemerintahannya dipilih secara
langsung oleh rakyat, atau melalui cara-cara lain di luar mekanisme
kekerabatan atau penunjukan langsung oleh raja. Kekuasaan raja dalam
monarki constitutional tidak mutlak, tetapi dibatasi oleh konstitusi. Ini
berbeda dengan negara monarki biasa di mana kekuasaan raja bersifat
absolut. Contoh negara dengan bentuk monarki constitutional adalah
Jepang, Inggris, dan Malaysia.
Atas dasar ini, karakter lainnya dari monarki adalah absolut yang
dimiliki oleh raja. Dengan kata lain, raja tersebut mempunyai kekuasaan
mutlak, baik di legislative atau eksekutif atau yudikatif. Negara yang tidak
dipimpin oleh raja dengan kekuasaan yang mutlak tidak bisa disebut
negara dengan bentuk pemerintahan monarki. Begitu juga dengan raja
yang hanya menjadi kepala negara tanpa mempunyai kekuasaan di
legislative, eksekutif, dan yudikatif, juga tidak bisa disebut sebagai negara
yang mempunyai bentuk pemerintahan monarki. Karakteristik tersebut
penting mengigat bisa saja dalam sebuah negara terdapat raja tetapi tidak
mempunyai kekuasaan absolut. Mereka hanya menjadi sebagai symbol
negara saja. Pemerintahan negara tersebut berbentuk monarki, tetapi
monarki yang konstitusional.
 Republik
Bentuk pemerintahan selain monarki adalah pemerintahan republic.
Perbedaan mendasar bentuk pemerintahan ini dibandingkan monarki
adalah bahwa pemerintahan republic menjadikan rakyat sebagai pemegang
kedaulatan. Hal ini sesuai dengan istilah republic, yang artinya Kembali ke
rakyat atau masyarakat. Bentuk pemerintahan republic dapat
diidentifikasika dengan menggunakan kajian terhadap karakteristik dari
bentuk pemerintahan republilk.
Ada beberapa karakteristik dari bentuk pemerintahan republic ini.
Pertama, peralihan kekuasaan dilakukan dengan mekanisme pemilihan.
Peralihan kekuasaan, dalm hal ini jabatan kepala negara atau kepala
pemerintahan, dilakukan dengan cara pemilihan oleh rakyat, baik yang
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pemilihan dilakukan secara
langsung bila seluruh rakyat dalam negara tersebut diberi hak untuk
memilih pemimpin secara langsung. Adapun pemilihan secara tidak
langsung adalah bila rakyat memilih pemimpin melalui perwakilan yang
dipilih oleh rakyat (Asshiddiqie, 2005 (a): 204).
Kedua, pemimpin hanya kepanjangan tangan dari rakyat, karena itu
pemimpin bertanggung jawabt terhadap rakyat. Dalam konteks ini, bentuk
pemerintahan republic dapat dilihat dari bentuk pertanggungjawaban
pemimpin negara atau pemimpin pemerintahan. Jika pertanggung jawaban
pemimpin negara atau pemerintahan keapada rakyat, maka negara tersebut
menganut bentuk pemerintahan republic. Sekali lagi, bentuk
pertanggungjawaban dari pemimpin kepada rakyat ini dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung.
Ketiga, bentuk pemerintahan republic dapat diberlakukan dalam
bentuk negara kesatuan atau serikat, karena tidak mengharuskan adanya
kekuasaan mutlak negara kesatuan dan serikat, karena tidak mengharuskan
adanya kekuasaan mutlak dalam suatu negara atau pemerintahan. Selain
itu, bentuk pemerintahan republic juga dapat menerapkan konsep
pemisahan dan pembagian kekuasaan sehingga, bentuk pemerintahan
republic dapat diterapkan dalam bentuk negara federal yang desentralisasi,
atau bentuk negara kesatuan yang sentralistis.

B. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan cara penyelenggaraan pemerintahan
dalam cabang eksekutif. Pemerintahan yang dimaksud adalah terbatas pada
kekuasaaan eksekutif. Sehingga Ketika membicarakan tentang sistem
pemerintahan, maka objek kajian terletak pada eksekutif atau pemerintahan,
walaupun ada kaitan dengan cabang kekuasaan lain seperti legislative. Sistem
pemerintahan terdiri atas sistem pemerintahan presidensial, sistem pemerintahan
parlementer, sistem pemerintahan campuran, dan sistem pemerintahan collegial.
Sistem pemerintahan campuran dapat terdiri atas quasi presidensial dan quasi
parlementer atau hybrid system (Asshiddiqie, 2055 (a): 203-204).
Sistem pemerintahan di dunia yang jenisnya beragam menjadi pilihan
dari masing-masing negara di dalam menjalankan roda pemerintahan eksekutif.
Tanpa ada sistem pemerintahan yang tepat, maka roda pemerintahan tidak akan
berjalan dengan baik. Mekanisme penyelenggaraan dan pertanggungjawab
pemerintahan pun tidak dapat berjalan. Identifikasi terhadap sistem pemerintahan
dapat dilakukan dengan mengetahui dan memahami karakteristik dari sistem
pemerintahan yang diterapkan dalam negara-negara yang ada di dunia. Tanpa
mengenal karakteristik sistem pemerintahan, kita akan mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi sistem pemerintahan yang dipakai di suatu negara. Karakter
sistem pemerintahan akan berbeda-beda sesuai dengan jenis sistem pemerintahan
yang ada.

 Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem pemerintahan presidensial merupakan salah satu jenis sistem
pemerintahan yang dipakai di banyak negara. Sistem pemerintahan presidensial
mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik sistem pemerintahan menurut
Jimly Asshiddiqie antara lain: (1) Kepala negara dan kepala pemerintahan
dipimpin oleh orang yang sama; (2) Kepala negara bertanggungjawab secara
langsung kepada rakyat yang memilih, bukan kepada parleme; (3) Presiden tidak
dapat menjatuhkan atau membubarkan parlemen; (4) Kabinet bertanggungjawab
kepada presiden yang merupakan pemimpin kekuasaan pemerintahan; (5) Tidak
ada perbedaan presiden sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan; (6)
Terdapat wakil presiden yang bertugas membantu presiden (7) Presiden dan wakil
presiden mempunyai tugas, wewenang, hak, dan kewajiban masing-masing
(Asshiddiqie, 2006(b): 60).
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi di sini terkait karakteristik
sistem presidensial. Pertama, dalam sistem presidensial, kekuasaan eksekutif
dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih oleh rakyat, secara langsung atau
tidak langsung. Karakteristik paling utama dari sistem pemerintahan presidensial
adalah dipilihnya presiden oleh rakyat.

Kedua, dalam sistem presidensial, presiden bertindak sebagai kepala


pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Sebagai kepala pemerintahan,
presiden memegang penuh control kekuasaan eksekutif. Dia bertanggung jawab
atas perputaran roda-roda pemerintahan.

Ketiga, karena presiden dipilih oleh rakyat, makai a bertanggung jawab


kepada rakyat, Pertanggungjawaban tersebut dilakukan secara lagsung, melalui
mekanisme pemilihan umum, atau tidak langsung melalui sebuah badan yang
menjadi representasi rakyat.

Keempat, presiden tidak dapat diberhentikan oleh siapapun, kecuali oleh


rakyat, baik melalui pemilihan umum atau melalui mekanisme tertentu
berdasarkan konstitusi. Dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden tidak
dapat diberhentikan oleh Lembaga lain yang sejajar atau yang lebih tinggi.

Sebagai sebuah sistem pemerintahan, sistem presidensial memiliki


kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem presidensial meliputi beberapa hal.
Pertama, eksekutif dan legislative memiliki posisi yang setara. Eksekutif tidak
bertanggung jawab kepada legislative atau parlemen. Parlemen pun tidak bisa
meminta pertanggungjawaban presiden. Selain itu, eksekutif tidak bisa
membubarkan legislative, demikian pula sebaliknya.Kedua, karena posisi
eksekutif dan legislativebsetara, maka proses check and balance lebih mugkin
tercipta. Presiden dapat melaksanakan tugas tugas pemerintahan secara
independen.
Namun demikian, sistem presidensial bukan pula tanpa kelemahan.
Pertama, lantaran posisi eksekutif dan legislative sama-sama dan setara, potensi
deadlock menimpa roda pemerintahan sangat mungkin terjadi. Misalnya, dalam
hal pengesahan anggaran atau produk legislasi tertentu, Ketika eksekutif dan
legislative sama-sama bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing dan gagal
mencapai kompromi, maka keputusan tidak akan pernah tercapai. Roda
pemerintahan pun menjadi terganggu. Kedua, rakyat tidak bisa dengan mudah
mengganti presiden, jika kinerjanya buruk. Dalam sistem pemerintahan
presidensial, rakyat harus menunggu hingga datangnya pemilu berikutnya untuk
mengganti presiden. Kesulitan mengganti presiden yang kinerja buruk ini tentu
sangat problematic dan tidak menguntungkan bagi kepentingan publik.

 Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem pemerintahan parlementer pertama kali diterapkan di negara
Inggris. Tidak heran jika sistem pemerintahan di Inggris menjadi rujukan,
baik dalam kajian maupun praktek. Jika berkaca pada negara Inggris yang
parlementer sudah dijalankan sejak lama. Artinya sistem pemerintahan
parlementer merupakan sistem pemerintahan yang sudah tua. Doughlas V.
Verney berhasil mengidentifikasi tentang distribusi dan penerapan sistem
pemerintahan parlementer. Sistem pemerintahan ini merupakan sistem
pemerintahan yang paling banyak diterapkan di negara-negara yang ada di
dunia (Hufron dan Hadi, 2016: 160).
Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan di
mana kekuasaan pemerintahan berada di tangan partai, atau koalisi partai,
yang menguasai parlemen atau legislatif. Kepala pemerintahan yang
memimpin eksekutif dalam sistem pemerintahan parlementer merupakan
pemimpin legislative yang partainya menguasai mayoritas kursi di badan
legislative (parlemen), atau partainya mampu membentuk kalisi mayoritas
di parlemen. Sistem pemerintahan parlementer memberi ruang bagi kepala
pemerintahan untuk diturunkan oleh parlemen melalui mosi tidak percaya.
Sistem pemerintahan parlementer biasanya tidak memiliki bada peradilan
yang dapat menggagalkan keputusan atau Tindakan legislative (Janda,
Berry, dan Goldman, 2002; Norris, 2004).
Dalam sistem pemerintahan parlementer, kepala pemerintahan atau
kabinnet bertanggungjawab terhadap parlemen. Mekanisme pembentukan
pemerintahan adalah sebagai berikut. Pertama, pemerintahan yang
terbentuk harus mengumpulkan 50% atau lebih kursi parlemen. Kedua,
pembentukan koalisi parlemen diutamakan dibentuk oleh partai pemenang.
Ketiga, jika partai pemenang tidak dapat membentuk koalisi dengan
jumlah 50% atau lebih, maka partai lain dapat membentuk koalisi untuk
Menyusun cabinet dengan syarat dapat mengumpulkan 50% atau lebih
kursi di parlemen. Jika terjadi kekuatan yang sama 50% dengan 50%,
maka koalisi yang terdapat partai pemenang pemilihan umum yang dapat
menyusun kabinet.
Kelebihan sistem parlementer antara lain: Pertama, mudah mengganti
kepala pemerintahan jika kinerjanya buruk. Parlemen tidak perlu
menunggu hingga pemilu berikutnya untuk mengganti pemerintahan.
Kedua, sistem pemerintahan karena pemerintah dibentuk atas dasar
representasi mayoritas parlemen. Ketiga, sistem pemerintahan parlementer
juga sangat kecil kemungkinan mengalami deadlock, sebagaimana system
presidensial. Kemungkinan deadlock hanya akan terjadi apabila komposisi
koalisi parlemen 50% banding 50%.

2.2 Pembahasan
2.2.1 Bentuk Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan di Negara AS
Menurut Saldi Isra, sistem Pemerintahan Presidensi tidak dapat dipisahkan
dari AS. Dalam literatur dinyatakan, Amerika Serikat tidak saja merupakan tanah
kelahiran Sistem Presidensial, Tetapi juga contoh ideal karena memenuhi hamper
semua kriteria yang ada dalam Sistem Presidensial. Hal senada dikatakan juga
oleh Jimly Asshiddiqie, bahwa AS merupakan salah satu contoh ideal
pemerintahan presidensial di dunia.

Dalam UUD Amerika Serikat tidak ada ketentuan yang menyatakan secara
tegas bahwa AS menganut sistem Presidensial. Ciri sistem tersebut didapati
dengan menyimpulkan isi pasal-pasalnya, antara lain dalam pasal 2 ayat (1)
paragraph 1 yang menentukan:
Sistem checks dan balances Nampak dari beberapa praktik ketatanegaraan
antara eksekutif dan legislative. Sistem ini di perlukan sebagai penyeimbang
kekuasaan Presiden yang relative besar. 10 Presiden berkewajiban melaksanakan
undang-undang buatan Kongres, namu sebagai penyeimbangnya, Presiden dapat
mempengaruhi Kongres dalam pembuatan undang-undang melalui mekanisme.

Konstitusi Amerika Serikat membagi pemerintah federal menjadi tiga cabang


fungsi, untuk memastikan tidak ada individua tau kelompok yang mendapatkan
terlalu banyak kendali di pemerintah pusat.

Cabang legislative bertugas untuk membuat undang-undang (Kongres);


cabang eksekutif untuk menjalankan undang-undang (Presiden, Wakil Presiden,
Kabinet); dan cabang Yudisial untuk mengevaluasi hukum (Mahkamah Agung
dan pengadilan lainnya). Setiap cabang pemerintahan dapat mengubah Tindakan
cabang lainnya, contohnya sebagai berikut: Contoh pertama, Presiden dapat
memveto RUU legislatif yang disahkan oleh kongres sebelum menjadi undang-
undang. Contoh kedua, Kongres bisa mengkonfrimasi atau menolak penunjukan
presiden dan dapat memberhentikan presiden dari jabatanya dalam keadaan luar
biasa. Contoh ketiga, Hakim Mahkamah Agung yang dapat membatalkan undang-
undang inkonstitusioanal, diangat oleh presiden dan disahkan oleh Senat.

 Legislatif dalam Pemerintahan Federal


Cabang legislative dalam pemerintahan federal berfungsi
memberlakukan undang-undang, mengkonfirmasi, atau menolak pengajuan
presiden, dan memiliki wewenang untuk menyatakan perang. Cabang ini terdiri
dari kongres (Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat) dan beberapa Lembaga yang
memberikan layanan dukungan kepada Kogres.

 Eksekutif dalam Pemerintahan Federal


Cabang eksekutif dalam pemerintahan federal berfungsi untuk
menjalankan dan menegakkan hukum, termasuk presiden, wakil presiden,
Kabinet, 15 departemen eksekutif, lembaha independent, dewan, komisi, dan
komite lainnya.
 Yudikatif dalam Pemerintahan Federal
Cabang yudikatif dalam pemerintahan federal berfungsi menafsirkan
arti undang-undang, menerapkan undang-undang untuk kasus-kasus individu, dan
memutuskan apakah undang-undang melanggar konstitusi. Cabang yudisial terdiri
dari mahkamah aAgung dan pengadilan federal lainnya.

Struktur Pemerintahan Negara Bagian Amerika serikat


Di bawah Amandemen kesepuluh Konstitusi Amerika serikat, semua kekuasaan
yang tidak diberikan kepada pemerintah federal adalah milik negara bagian dan
rakyat. Lima puluh pemerintah negara bagian mengikuti model pemerintah federal
dan terdiri dari 3 cabang, yaitu eksekutif, legislative, dan yudikatif. Konstitusi
Amerika Serikat mengamanatkan bahwa 50 negara bagian menjunjung “bentuk
republik” pemerintahan.

2.2.2 Kasus Permasalahan Yang Terjadi Di Negara Amerika Serikat


1. Analisis Kasus di Amerika Serikat: Dampak Financial Precarity
Menurut laporan tahun 2016 oleh Federal Reserve Board, kebanyakan
orang di Amerika Serikat tidak dapat menghasilkan $400 untuk menutupi
pengeluaran tak terduga tanpa bergantung pada pinjaman (yaitu, menggunakan
kartu keredit atau sumber hutang lainnya). Rumah tangga, rata-rata, juga memiliki
kartu kredit hamper $17.000, dengan hamper separuhnya tidak mampu meluniasi
hutang ini dalam waktu dua tahun. Survei di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa, bagi orang Amerika, uang lebih sering menjadi sumber kekhawatiran
daripada masalah pekerjaan, keluarga, atau kesehatan. Kondisi ini disebut sebagai
Financial Precarity.
Diskusi tentang peran pengusaha dalam kesejahteraan finansial
karyawannya sering dibingkai sebagai masalah moral. Ahli etika bisnis
menasehati perusahaan untuk menjalankan “tanggung jawab sosial perusahaan”
terhadap karyawan. Sebaliknya, pendekatan masalah dengan membingkainnya
sebagai pertanyaan ekonomi: Apakah pengusaha menerima keuntungan dari
kesejahteraan finansial karyawannya? Temuan penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan akan mendapaatkan dampak positif, ketika biayanya dapat teratasi
baik oleh karyawan tersebut maupun oleh perusahaan. Dalam hal ini, setiap orang
berkepentingan untuk mengatasi Financial Precarity agar menjalani hidup yang
lebih baik, buat dirinya dan perusahaan tempatnya bekerja.

Pricewaterhousecoopers menemukan bahwa lebih dari separuh


karyawan yang disurvei melaporkan mengalami stress tentang keuangan di tempat
kerja. Mercer juga menemukan bahwa orang, rata-rata, menghabiskan sekitar 150
jam pertahun untuk memikirkan keuangannya saat bekerja, yang berarti sekitar
tiga minggu waktu kerja yang terganggu setiap tahun.

Studi lanjutan seorang professor terkait hal ini, bekerja sama dengan
perusahaan transportasi untuk memeriksa apakah Financial Precarity di antara
pengemudi truk mempengaruhi kemungkinan mengalami kecelakaan. Meskipun
hanya memiliki Pendidikan sekolah menengah, sebagian besar pekerja ini
memperoleh pendapatan yang menempatkannya di atas median untuk rumah
tangga di Amerika Serikat. Dengan demikian, mewakili “kelas menengah” di
Amerika, dengan harapan Financial Precarity tidak mempengaruhi orang secara
luas.
Di Amerika Serikat, desain sistem sosial sangat bergantung pada
kebijaksanaan pengusaha untuk menyediakan jaring pengaman sosial yang
penting seperti asuransi kesehatan dan tabungan pension, serta tunjangan
peningkatan kesejahteraan lainnya seperti pada saaat sakit yang dibayar dan cuti
berbayar. Dibandingkan dengan ekonomi maju lainnya, di mana manfaat sosial
dikelola terutama oleh negara, di Amerika Serikat lebih memilih dilakukan secara
mandiri daripada melalui keterlibatan pemerintah.

Keterlibatan pemerintah yang terbatas dalam penyediaan dan pengaturan


manfaat tidak secara inheren menghasilkan Financial Precarity yang meluas,
walaupun kebijakan yang diterapkan tentu dapat mempengaruhinya. Lemahnya
Financial Precarity di suatu wilayah, konsekuensinya mendorong peran
pemerintah dala memastikan keamanan keuangan untuk semua.

2. Solusi dari Kasus Dampak Financial Precarity di Amerika Serikat:


Untuk mengatasi kerawanan, mungkin sudah waktunya untuk
mempertimbangkan Kembali peran pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan
finansial, setidaknya ada dua pendekatan.

Pendekatan pertama adalah memperluas asumsi langsung tanggung


jawab pemerintah untuk menyediakan manfaat sosil. Saat ini, investasi pemerintah
AS dalam keaman finansial cukup terbatas dibandingkan dengan negara maju
lainnya. Faktnya, dari 35 negara OECD, Amerika Serikat menempati urutan ke-28
dalam pengeluaran pemerintah untuk penyakit, kecacatan, dan perlindungan
cedera kerja; ke-34 dalam pengeluaran dan program pelatihan dan ke-32 dalam
pengeluaran untuk bantuan keluarga. Secara kolektif, data menunjukkan bahwa
ada ruang yang cukup besar untuk meningkatkan keterlibatan pemerintah.
Pendekatan ini mendapatkan daya Tarik sehubungan dengan cakupan medis, baru
oleh beberapa penjabat partai democrat untuk memperluas medicare.
Pendekatan kedua yang mungkin lebih menarik yang lebih menyukai
keterlibatan pemerintah yang terbatas adalah dengan memberlakukan minimum
yang diamanatkan. Artinya, alih-alih keterlibatan langsung dalam penyediaan
tunjangan sosial, sistem berbabsis majikan dapat tetap utuh, tetapi dengan
pembuat kebijakan menetapkan upah minimum dan tunjangan yang harus
diberikan oleh pemberi kerja. Upah minimum, dasar jaminan federal yang telah
berlaku selama 80 tahun, adalah contoh paling terkenal dari minimum yang
diamanatkan. Beberapa pemerintah negara bagian dan local juga telah
memberlakukan peraturan mengenai jarring pengaman yang disediakan oleh
pemberi kerja, seperti jaminan upah minimum yang layak dan cuti berbayar.
Melalui peraturan ini, pemberi kerja masih menjadi pemberi manfaat utama, tetapi
dengan ketentuan bahwa setiap orang yang dipekerjakan menerima kebutuhan
minimum untuk memiliki tingkat keamanan finansial dasar, Pada dasaranya,
pendekatan ini tidak mengarah pada perubahan besar-besaran dalam desain sistem
sosial dan tenaga kerja, melainkan melindungi manfaat masyarakat dari
kemerosotan ekonomi, siklus bisnis, dan tren ekonomi makro lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di aats dapat ditarik kesimpulannya bahwa sistem
pemerintahan merupakan cara penyelenggaraan pemerintahan dalam cabang
eksekutif.Pemerintahan yang dimaksud adalah terbatas pada kekuasaan eksekutif.
Sistem pemerintahan di dunia yang jenisnya beragam menjadi pilihan dari
masing-masing negara di dalam menjalankan roda pemerintahan eksekutif. Tanpa
mengenal karakteristik sistem pemerintahan, kita akan mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi sistem pemerintahan yang di pakai di suatu negara. Bentuk
pemerintahan merupakan bagian dari bentuk negara. Pemerintah sebagai unsur
negara merupakan bagian yang ada di dalam negara untuk menjalankan kekuasaan
negara.
DAFTAR PUSTAKA

E-book:

Ilmu Negara. Dr.Sri Kusrivah, S.S.,M.Hum. UNISSULA Press, 2017 Semarang.

Dasar-Dasar Ilmu Negara. Dani Muhtada, Ayon Diniyanto. Universitas Negeri


Semarang

Jurnal:

Perbandingan Sistem Pemerintahan Amerika Serikat dan Indonesia Ari Wuisang,


Yunani Abisyoso

PALAR (Pakuan Law review) (unpak.ac.id)

Bentuk Pemerintahan dalam Pandangan Aristoteles. Muhammad Fadil.

https://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/kybernan/article/view/549

Anda mungkin juga menyukai