Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Maruba Rivaldo Silaen

NIM : 0702/1281924063
PRODI/KELAS : Sosiologi ‘Ganjil
TEMA : Kekuasaan Negara

BUKU 1
Nama : Prof. Miriam Budiardjo
Tahun : 2008
Judul buku : Dasar – Dasar Ilmu Politik
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Gramedia
Pembagian kekuasaan secara horizontal, seperti di muka sudah disinggung,adalah pembagian
kekuasaan menurut fungsinya dan ini ada hubungannya dengan doktrin Trias Politika. Trias
Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan Negara tediri atas tiga macam kekuasaan : Pertama,
kekuasaan legislatif atau kekuasaan mmebuat undang – undang ( dalam peristilah baru sering
disebut relumaking function); kedua, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksakan undang –
undang (dalam peristilah baru sering disebut rule application function); ketiga, kekuasaan
yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang – undang (dalam peristilahan baru
sering disebut rule adjudication function). Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa
bahwa kekuasaan – kekuasaan (functions) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Doktrin ini untuk pertama kali dikemukakan oleh John Locke (1632 – 1704) dan
monstesquieu (1689 – 1755) dan pada taraf itu di tafsirkan sebagai sebagai pemisah kekuasaan
(separation of power). Filsuf Inggris John Locke mengemukakan konsep ini dalam bukunya
yang berjudul Two Treatisme on Civil Government (1690) yang di tulisnya sebagai kritik atas
kekuasaan absolut dari raja – raja Stuart serta untuk membenarkan Revolusi Gemilang tahun
1688(The Glorious Revolution of 1688) yang telah dimenangkan oleh Parlemen inggris. Menurut
Locke kekuasaan Negara dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu; kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif, dan kekuasaan federatif, yang masing – masing terpisah satu sama lain.
Buku 2
Nama : Slamet, S. Pd.
Tahun : 2019
Judul buku : Konstitusi Negara
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Loka Aksara
Periode pertama yang berlangsung antara 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949, berlaku Undang – Undang Dasar 1945 atau yang lebih di kenal dengan nama
periode Undang – Undang Proklamasi.
Undang –Undang Dasar 1945 berlaku berdasarkan ketetapan melalui sidang PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945, Naskah resmi UUD 1945 tersebut merupakan hasil kerja
BPUPKI. Naskah resmi UUD 1945 di muat dalam berita negara Republik Indonesia No.7
tahun II.
Pasal 1 Ayat (1) diperkuat dengan Pasal 1 Ayat (2) “Kedaulatan Republik
Indonesia adalah di tangan rakyat dan dilakukan oleh pemerintahan bersama – sama
DPR.” Sedang mukadimah alinea ke empat berbunyi “maka dari ini kami menyusun
kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam yang berbentuk republika kesatuan.” Hal itu
juga di pertegas Pasal 45 UUDS 1950.
Sistem pemerintahan pada masa UUDS 1950 adalah parlementer semu (quasi
parlementer). Hal ini ditegaskan Pasal 83 dan Pasal 84 UUDS 1950, presiden berhak
membubarkan DPR.
Saat ini system ketatanegaraan di Indonesia berdasarkan UUD 1945. Karena itu
kita
A. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
B. Tetap mempertahankan system pemerintahan presidensil;
C. Dalam sistem pemerintahan negara, kekuasaan tertinggi di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD;
D. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang memiliki
kedudukan sejajar dengan MPR.
Buku 3
Nama : Khilya Fa’izia
Tahun : 2019
Judul buku : Konstitusi Negara Republik Indonesia
Tempat terbit : Bandung
Penerbit : Cempaka Putih PT

Negara (sebagai suatu organisasi di suatu wilayah) memiliki kekuasaan untuk


memaksakan kedudukannya secara sah terhadap semua golongan yang ada dalam
wilayah itu dan menetapkan tujuan kehidupan bersama, sehingga dapat membimbing
berbagai kegiatan penduduk ke arah tujuan bersama.
Teori Asal kekuasaan negara
1)Teori Teokrasi
Teori Teokrasi Langsung : istilah langsung menunjukan bahwa yang berkuasa
dalam negara adalah Tuhan secara langsung. Adanya negara semacam ini pernah ada dan
apakah Tuhan sendiri yang memerintah?
Teori Teokrasi tak langsung : disebut tak langsung karena bukan Tuhan sendiri.
Yang memerintah,melaikan raja (atas nama Tuhan). Raja memerintah atas
kehendak Tuhan sebagai karunia. Anggapan ini timbul dalam sejarah pada sekumpulan
manusia yang tergabung dalam partai konvesional (agama) di negara Belanda. Mereka
berpendapat bahwa raja Belanda dan Rakyatnya dihadapkan pada suatu tugas suci
(mission sacre) sebagai perintah dari Tuhan untuk memakmurkan Negara Belanda
termasuk daerah jajahannya.

2)Teori kekuasaan Sebagai sudah di ketahui. Pelopor teori ini adalah Thomas Hobbes dan
Machiavelli. Dalam bukunya yang berjudul Levia tha n. Hobbes membedakan dua
macam - macam status manusia.
Buku 4
Nama : Amin Suprihatin
Tahun : 2019
Judul buku : Sistem Kekuasaan
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Cempaka Putih PT

Kusnardi dan ibrahim (1983) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan (separation of
powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of powers) merupakan dua istilah yang memiliki
pengertian berbeda satu sama lainnya 
 Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara terpisah-pisah dalam beberapa bagian,
baik megenai organ maupun fungsinya
 Sedangkan dalam pembagian kekuasaan, kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam
beberapa bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan 
Penerapan pembagian kekuasaan di indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu kekuasaan secara
horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal

1. Pembagian kekuasaan secara horizontal

 Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-
lembaga tertentu (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
 Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembagian kekuasaan secara
horizontal dilakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah 
 Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD negara republik indonesia tahun 1945. Pergeseran yang
dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga
jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) menjadi enam(6) kekuasaan negara
yaitu:
1. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan
penyelenggaraan pemerintahan negara 
3. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang 
4. Kekuasaan yudikatif/kehakiman, yaitu kekuasaan untuk melnyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan
5. Kekuasaan eksminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelengaraan pemerikasaan  atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara
6. Kekuasaan moneter, ysitu kekuasaan untuk menetepkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan
rupiah

   
  2.Pembagian kekuasaan secara vertikal
 Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan berdasarkan
tingkatannya, yaitu pembagian kekuasaan antaran beberapa tingkatan pemerintah 
 Pembagian kekuasaan secara vertikal di indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat
dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota)
 Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya
asas desentralisasi di negara kesatuan republik indonesia

Buku 5
Nama : Slamet, S. Pd.
Tahun : 2019
Judul buku : Kekuasaan Pemerintah
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Loka Aksara

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna


menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan
Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,
kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan
tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak
langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek
sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan)
tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek dari kekuasaan).

Buku 6
Nama : Khalya Fa’izia, Yudi Supryanto
Tahun : 2016
Judul buku : Kekuasaan dan Politik Indonesia
Tempat terbit : Bandung
Penerbit : Cempaka putih PT

Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya, yakni


kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat
memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan kemampuan
untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita
bisa menyuruh adik kita berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu)
maka kita memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah
kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa kehadiran
kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.
Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai
badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal
atau perkara maka mereka mempunyai kekuasaan politik.
Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari
suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentian mobil di jalan tidak berarti dia memiliki
kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas, sehingga
bila seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat
peraturan yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia
bisa dituntut dan dikenakan sanksi.
Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam kerangka
hukum yang berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan yang konstitusional.
Buku 7
Nama : Yana Suryana, Yudi Supryanto, Khilya Fa’izia, Novia Itariyani
Tahun : 2014
Judul buku : Enslikopedia PPKn Kekuasaan dan Politik
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Cempaka Putih PT

Negara tentu saja mempunyai kekuasaan, karena pada dasarnya negara merupakan
organisasai kekuasaan. Dengan kata lain, bahwa negara memiliki banyak sekali kekuasaan.
Kekuasaan negara merupakan kewenangan negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk
mencapai keadilan dan kemakmuran, serta keteraturan.  Kekuasaan negara banyak sekali
macamnya. Menurut John Locke sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto dalam bukunya yang
berjudul Negara Kesatuan; Konsep,Asas,danAplikasinya,
kekuasaan negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam kekuasaan yaitu:

1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan yang berwenang untuk membuat/membentuk/


menyusun undang-undang
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undangundang
3. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.
Selain itu menurut Montesquieu kekuasaan negara dibagi menjadi 3 yakni kekuasaan legislatif,
Kekuasaan Eksekutif, dan kekuasaan Yudikatif. Berikut ini adalah penjelasannya;

1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang


2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
3. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undangundang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
Pendapat yang dikemukakan oleh Montesquieu merupakan penyempurnaan dari pendapat John
Locke. Kekuasaan federatif yang digagas oleh John Loce koleh Montesquieu dimasukan ke
dalam kekuasaan eksekutif dan fungsi mengadili dijadikan kekuasaan yang berdiri sendiri.
Ketiga kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang berbeda dan sifatnya
terpisah. Tiga teori Montesquieu ini dikenal dengan teori Trias Politica.
Pembagian Kekuasaan Negara di Indonesia
Pemisahan atau pembagian kekuasaan berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam
beberapa bagian, baik mengenai organnya maupun fungsinya yang secara tidak langsung mereka
berjalan dalam suatu sistem yang terstruktur. Dengan kata lain, lembaga pemegang kekuasaan
negara yang meliputi lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif merupakan lembaga yang
terpisah satu sama lainnya, berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi dan kerjasama. Setiap
lembaga menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik. Contoh negara yang menganut
mekanisme pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat.

Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian kekuasaan,


kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan
yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian
itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali
dilakukan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.

Lantas bagaimanakah konsep pembagian kekuasaan yang dianut Indonesia? Mekanisme


pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu
pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal. Berikut ini
adalah penjelasannya lengkap.

Buku 8
Nama : Muhtar Haboddin
Tahun : 2017
Judul buku : Memahami Kekuasaan Politik
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : UB Press

Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-
lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian kekuasaan pada tingkatan
pemerintahan pusat berlangsung antara lembaga-lembaga negara yang sederajat. Pembagian
kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran
klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan jika menurut teori
Trias Politica (legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu
sebagai berikut:

1. Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan konstitutif yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Majelis
Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

2. Kekuasaan eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggraan
pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

3. Kekuasaan legislatif
Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan yang berwewenang untuk membentuk/menyusun
undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.

4. Kekuasaan yudikatif
Kekuasaan yudikatif aqtau biasa disebut dengan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan  yang
berwewenang untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi, semua itu berada di bawah kekuasaan yudikatif.

5. Kekuasaan eksaminatif/inspektif
Kekuasaan eksaminatif atau inspektif merupakan kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

6. Kekuasaan moneter
Kekuasaan moneter adalah yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan
nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang. Pembagian kekuasaan secara
horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah
yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan
berlangsung antara Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi.
Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah
Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD
kabupaten/kota.

Buku 9
Nama : Setia Permana
Tahun : 2007
Judul buku : Kanibalisme politik manusia Indonesia dalam pergulatan kekuasaan
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Kiblat buku utama

merasa pemerintahan parlementer hanya menjadi ajang rebutan kekuasaan, Soekarno


membubarkan parlemen dan kekuasaan berpindah sepenuhnya kepadanya dan praktis
dalam massa ini kelompok nasionalis merah pimpinan Soekarno memuncaki kekuasaan
tertinggi dengan dukungan kelompok partai merah PKI dan satu partai hijau NU
membentuk poros politik Nasakom (nasinalis, agama dan komumis). pada masa ini Hatta
yang mewakili nasionalis hijau terpinggirkan dan Soekarno menjadi penguasa tunggal.
dengan intimidasi PKI, Soekarno juga meminggirkan bahkan membubarkan partai -partai
hijau atau partai beraliran islam yang menjadi lawan paling krusial PKI. saat itu kekuatan
militer khususnya angkatan darat me.jadi lawan politik partai merah PKI. Sampai tibalah
pada peristiwa 1965 yang menjadi pergulatan politik terbesar di indonesia. kelompok
militer yang dikomandoi Soeharto mengambil alih puncak kekuasaan dengan dukungan
kelompok partai hijau bahkan NU yang sebelumnya menjadi koalisi Soekarno justru di
tingkat akar rumput yang paling aktif mengganyang komunis. peristiwa 1965 menjadi
dendam politik berkepanjangan hingga saat ini karena lingkup pergulatan politik yang
sampai akar rumput terjadi perang sosial terparah di indonesia. tidak terhitung ratusan
ribu korban jatuh baik itu dari pihak komunis maupun massa islam yang menjadi sasaran
komunis saat komunis masih berkuasa. tapi terbesar memang dari pihak komunus yang
berdampak dengan dibubarkanya partai komunis yang menjadi wakil kelompok partai
merah. Praktis sejak 1967 kekuasaan dipegang penuh kelompok militer Soeharto yang
berhasil membentuk partai golkar aebagai partai nasionalis hijau sebagai kendaraan
politik untuk berkuasa selama 32 tahun. kelompok nasionalis merah diwakili PDI dan
kelompok hijau diwakili PPP seakan hanya menjadi pelengkap kekuasaan karena tidak
ppunya kekuatan politik. partai hijau garis keras yg terpinggirkan berjuang dibawah tanah
karena banyaknya aktifis islam yg ditangkap Soeharto. sementara aktifis partai merah yg
tersisa melakukan tiarap politik panjang karena sikap sangat keras soeharto kepada
komunis. sampai kemudian terjadi reformasi 1998 yang menjungkalkan soeharto dari
kekuasaan. tiba era reformasi dimana kekuatan politik nasionalis merah bangkit melalui
PDIP.

Buku 10
Nama : Tod Jones
Tahun : 2015
Judul buku : Kebudayaan dan kekuasaan di indonesia
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Kiblat buku utama

Kebudayaan dan kekuasaan di Indonesia menyajikan paling tidak dua hal penting. Yaitu
sejarah kritis tentang publikasi budaya Negara dan teman budaya dan dewan kesenian.
Penggunaan bab-bab studi sejarah dan studi kasus oleh To jones menangkap perubahan
kebijakan budaya dari Negara pusat dan hasil-hasilnya yang beragam di seluruh
Indonesia.cara ini meyediakan alat untuk keterlibatan kritis dengan budaya nasional yang
akan menantang pembaca berfikir tentang peran kebijakan budaya pada masa sekarang
ini.
Pengaruh perubahan politik penting terhadap kebijakan budaya oleh negara : dari
pemerintahan colonial belanda, pendudukan jepang, pembunuhan dan represi terhadap
kaum komunis.

Anda mungkin juga menyukai