NIM : 0702/1281924063
PRODI/KELAS : Sosiologi ‘Ganjil
TEMA : Kekuasaan Negara
BUKU 1
Nama : Prof. Miriam Budiardjo
Tahun : 2008
Judul buku : Dasar – Dasar Ilmu Politik
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Gramedia
Pembagian kekuasaan secara horizontal, seperti di muka sudah disinggung,adalah pembagian
kekuasaan menurut fungsinya dan ini ada hubungannya dengan doktrin Trias Politika. Trias
Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan Negara tediri atas tiga macam kekuasaan : Pertama,
kekuasaan legislatif atau kekuasaan mmebuat undang – undang ( dalam peristilah baru sering
disebut relumaking function); kedua, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksakan undang –
undang (dalam peristilah baru sering disebut rule application function); ketiga, kekuasaan
yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang – undang (dalam peristilahan baru
sering disebut rule adjudication function). Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa
bahwa kekuasaan – kekuasaan (functions) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Doktrin ini untuk pertama kali dikemukakan oleh John Locke (1632 – 1704) dan
monstesquieu (1689 – 1755) dan pada taraf itu di tafsirkan sebagai sebagai pemisah kekuasaan
(separation of power). Filsuf Inggris John Locke mengemukakan konsep ini dalam bukunya
yang berjudul Two Treatisme on Civil Government (1690) yang di tulisnya sebagai kritik atas
kekuasaan absolut dari raja – raja Stuart serta untuk membenarkan Revolusi Gemilang tahun
1688(The Glorious Revolution of 1688) yang telah dimenangkan oleh Parlemen inggris. Menurut
Locke kekuasaan Negara dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu; kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif, dan kekuasaan federatif, yang masing – masing terpisah satu sama lain.
Buku 2
Nama : Slamet, S. Pd.
Tahun : 2019
Judul buku : Konstitusi Negara
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Loka Aksara
Periode pertama yang berlangsung antara 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949, berlaku Undang – Undang Dasar 1945 atau yang lebih di kenal dengan nama
periode Undang – Undang Proklamasi.
Undang –Undang Dasar 1945 berlaku berdasarkan ketetapan melalui sidang PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945, Naskah resmi UUD 1945 tersebut merupakan hasil kerja
BPUPKI. Naskah resmi UUD 1945 di muat dalam berita negara Republik Indonesia No.7
tahun II.
Pasal 1 Ayat (1) diperkuat dengan Pasal 1 Ayat (2) “Kedaulatan Republik
Indonesia adalah di tangan rakyat dan dilakukan oleh pemerintahan bersama – sama
DPR.” Sedang mukadimah alinea ke empat berbunyi “maka dari ini kami menyusun
kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam yang berbentuk republika kesatuan.” Hal itu
juga di pertegas Pasal 45 UUDS 1950.
Sistem pemerintahan pada masa UUDS 1950 adalah parlementer semu (quasi
parlementer). Hal ini ditegaskan Pasal 83 dan Pasal 84 UUDS 1950, presiden berhak
membubarkan DPR.
Saat ini system ketatanegaraan di Indonesia berdasarkan UUD 1945. Karena itu
kita
A. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
B. Tetap mempertahankan system pemerintahan presidensil;
C. Dalam sistem pemerintahan negara, kekuasaan tertinggi di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD;
D. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang memiliki
kedudukan sejajar dengan MPR.
Buku 3
Nama : Khilya Fa’izia
Tahun : 2019
Judul buku : Konstitusi Negara Republik Indonesia
Tempat terbit : Bandung
Penerbit : Cempaka Putih PT
2)Teori kekuasaan Sebagai sudah di ketahui. Pelopor teori ini adalah Thomas Hobbes dan
Machiavelli. Dalam bukunya yang berjudul Levia tha n. Hobbes membedakan dua
macam - macam status manusia.
Buku 4
Nama : Amin Suprihatin
Tahun : 2019
Judul buku : Sistem Kekuasaan
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Cempaka Putih PT
Kusnardi dan ibrahim (1983) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan (separation of
powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of powers) merupakan dua istilah yang memiliki
pengertian berbeda satu sama lainnya
Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara terpisah-pisah dalam beberapa bagian,
baik megenai organ maupun fungsinya
Sedangkan dalam pembagian kekuasaan, kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam
beberapa bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan
Penerapan pembagian kekuasaan di indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu kekuasaan secara
horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal
Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-
lembaga tertentu (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembagian kekuasaan secara
horizontal dilakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD negara republik indonesia tahun 1945. Pergeseran yang
dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga
jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) menjadi enam(6) kekuasaan negara
yaitu:
1. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan
penyelenggaraan pemerintahan negara
3. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang
4. Kekuasaan yudikatif/kehakiman, yaitu kekuasaan untuk melnyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan
5. Kekuasaan eksminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelengaraan pemerikasaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara
6. Kekuasaan moneter, ysitu kekuasaan untuk menetepkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan
rupiah
2.Pembagian kekuasaan secara vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan berdasarkan
tingkatannya, yaitu pembagian kekuasaan antaran beberapa tingkatan pemerintah
Pembagian kekuasaan secara vertikal di indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat
dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota)
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya
asas desentralisasi di negara kesatuan republik indonesia
Buku 5
Nama : Slamet, S. Pd.
Tahun : 2019
Judul buku : Kekuasaan Pemerintah
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Loka Aksara
Buku 6
Nama : Khalya Fa’izia, Yudi Supryanto
Tahun : 2016
Judul buku : Kekuasaan dan Politik Indonesia
Tempat terbit : Bandung
Penerbit : Cempaka putih PT
Negara tentu saja mempunyai kekuasaan, karena pada dasarnya negara merupakan
organisasai kekuasaan. Dengan kata lain, bahwa negara memiliki banyak sekali kekuasaan.
Kekuasaan negara merupakan kewenangan negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk
mencapai keadilan dan kemakmuran, serta keteraturan. Kekuasaan negara banyak sekali
macamnya. Menurut John Locke sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto dalam bukunya yang
berjudul Negara Kesatuan; Konsep,Asas,danAplikasinya,
kekuasaan negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam kekuasaan yaitu:
Buku 8
Nama : Muhtar Haboddin
Tahun : 2017
Judul buku : Memahami Kekuasaan Politik
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : UB Press
Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-
lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pembagian kekuasaan pada tingkatan
pemerintahan pusat berlangsung antara lembaga-lembaga negara yang sederajat. Pembagian
kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran
klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan jika menurut teori
Trias Politica (legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu
sebagai berikut:
1. Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan konstitutif yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Majelis
Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
2. Kekuasaan eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan penyelenggraan
pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
3. Kekuasaan legislatif
Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan yang berwewenang untuk membentuk/menyusun
undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
4. Kekuasaan yudikatif
Kekuasaan yudikatif aqtau biasa disebut dengan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
berwewenang untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi, semua itu berada di bawah kekuasaan yudikatif.
5. Kekuasaan eksaminatif/inspektif
Kekuasaan eksaminatif atau inspektif merupakan kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
6. Kekuasaan moneter
Kekuasaan moneter adalah yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan
nilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang. Pembagian kekuasaan secara
horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah
yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan
berlangsung antara Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi.
Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah
Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD
kabupaten/kota.
Buku 9
Nama : Setia Permana
Tahun : 2007
Judul buku : Kanibalisme politik manusia Indonesia dalam pergulatan kekuasaan
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Kiblat buku utama
Buku 10
Nama : Tod Jones
Tahun : 2015
Judul buku : Kebudayaan dan kekuasaan di indonesia
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Kiblat buku utama
Kebudayaan dan kekuasaan di Indonesia menyajikan paling tidak dua hal penting. Yaitu
sejarah kritis tentang publikasi budaya Negara dan teman budaya dan dewan kesenian.
Penggunaan bab-bab studi sejarah dan studi kasus oleh To jones menangkap perubahan
kebijakan budaya dari Negara pusat dan hasil-hasilnya yang beragam di seluruh
Indonesia.cara ini meyediakan alat untuk keterlibatan kritis dengan budaya nasional yang
akan menantang pembaca berfikir tentang peran kebijakan budaya pada masa sekarang
ini.
Pengaruh perubahan politik penting terhadap kebijakan budaya oleh negara : dari
pemerintahan colonial belanda, pendudukan jepang, pembunuhan dan represi terhadap
kaum komunis.