Anda di halaman 1dari 17

Pembagian Kekuasaan

Sandi Hidayat
19614977
1SA04

Universitas Gunadarma
Fakultas Sastra
Sastra Inggris
2014

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Karena berkat rahmat serta ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa rasa terima kasih ini saya haturkan kepada :
Bapak Apipudin, S. Th. I.,MA.Hum sebagai dosen Pendidikan Kewarganegaraan
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dalam mata kuliah tersebut.
Makalah yang berjudul tentang Pembagiaan Kekuasaan disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi para
pembaca.

Bogor, 18 November 2014

Sandi Hidayat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Pengertian Pembagian Kekuasaan................................................................................
B. Teori dan Mekanisme Pembagian Kekuasaan..............................................................
BAB III. PENUTUP.................................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari sekian banyaknya pokok bahasan dalam mata kuliah PKN, penulis
tertarik untuk menulis makalah Pembagian Kekuasaan. Penulis memilih tema
ini karena kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai Pembagian
Kekuasaan di Indonesia.
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap dapat memberikan
kontribusi

kepada

pembaca

dan

pembaca

dapat

mengklarifikasikan

kekeliruan tentang sistem pembagian kekuasaan di Indonesia, bahwa negara


kita ini menganut sistem pembagian kekuasaan, bukan pemisahan
kekuasaan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut :

1.
2.
3.
4.

Agar Para Pembaca Dapat Memahami Pembagian Kekuasaan Negara


Agar Dapat Memahami Konsep Trias Politica
Menambah Wawasan Pembaca Tentang Pembagian Kekuasaan
Agar Dapat Menambah Bahan Bacaan Para Pembaca

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembagian Kekuasaan


Pembagian kekuasaan terdiri dari dua kata, yaitu pembagian dan
kekuasaan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pembagian
memiliki pengertian proses menceraikan menjadi beberapa bagian atau
memecahkan (sesuatu) lalu memberikannya kepada pihak lain. Sedangkan
kekuasaan adalah wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan
(memerintah, mewakili, mengurus, dsb) sesuatu. Sehingga secara harfiah
pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang dimiliki
oleh Negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) menjadi beberapa
bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa
lembaga Negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan (wewenang) pada
satu pihak/ lembaga.

B. Teori dan Mekanisme


Dalam pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan
dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau
lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut,
agar kekuasaan tidak terpusat hanya pada satu tangan yang dapat berakibat
pada terjadinya pemerintahan yang otoriter dan terhambatnya peran serta
rakyat dalam menentukan keputusan-keputusan politik.
Dengan adanya pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan negara
sebagai salah satu ciri negara demokrasi, di dalamnya terdapat beberapa
badan penyelenggara kekuasaan seperti, badan legislatif, eksekutif, yudikatif
dan lain-lain. Pada umumnya negara yang menerapkan sistem pembagian
kekuasaan mengacu pada teori trias politica montesquieu dengan

melakukan beberapa variasi dan pengembangan dari teori tersebut dalam


penerapannya.
Trias politica adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri dari tiga
macam kekuasaan : pertama, kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat
undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebut rule making
functions) ; kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan
undang-undang ( dalam peristilahan baru sering disebut rule application
function) ; ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas
pelanggaran undang-undang (dalam peristilahan baru sering disebut rule
adjudication function). Trias politica adalah satu prinsip normative bahwa
kekuasaan- kekuasaan (functions) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada
orang yang sama untuk mencegah penyalah gunaan kekuasaan oleh pihak
yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-hak azasi warga negara
lebih terjamin.
Doktrin ini pertama kali dikemukakan oleh John Locke (1632 1704) dan
Montesquie (1689 1755) dan pada taraf ini ditafsirkan sebagai pemisahan
kekuasaan (separation of powers). Filsuf inggris John Locke mengemukakan
konsep

ini

dalam

bukunya

berjudul Two

Treatises

on

Civil

Government (1690) yang ditulisnya sebagai kritik atas kekuasaan absolut dari
raja-raja stuart serta membenarkan revolusi gemilang tahun 1688 (the
glorious revolution of 1688) yang telah dimenangkan oleh parlemen inggris.
Menurut Locke kekuasaan negara dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu :
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan federatif, yang
masing-masing terpisah-pisah satu sama lain. Kekuasaan legislatif ialah
kekuasaan membuat peraturan dan undang-undang. Kekuasaan eksekutif
ialah kekuasaan melaksanakan undang-undang dan di dalamnya termasuk
kekuasaan mengadili (Locke memandang mengadili itu sebagai uitvoring,
yaitu dipandangnya sebagai termasuk pelaksanaan undang-undang) dan
kekuasaan federatif ialah kekuasaan yang meliputi segala tindakan untuk
menjaga keamanan negara dalam hubungan dengan negara lain seperti
membuat aliansi dan sebagainya (dewasa ini disebut hubungan luar negeri)
(miriam budiardjo 1978 : 151).

Akan tetapi, sekalipun ketiga kekuasaan sudah dipisah satu sama lain
sesempurna mungkin, namun para penyusun undang-undang dasar Amerika
Serikat masih juga menganggap perlu untuk menjamin bahwa masing-masing
kekuasaan tidak akan melampaui batas kekuasaannya. Maka dari itu dicoba
untuk membendung kecenderungan ini dengan mengadakan suatu sistem
checks and balances (pengawasan dan keseimbangan) dimana setiap
cabang kekuasaan dapat mengawasi dan mengimbangi cabang kekuasaan
lainnya. Berbicara teori check and balances akan lebih lengkap bila melihat
teori itu dalam sistem ketatanegaraan amerika karena teori ini sudah cukup
lama diterapkan.
Amerika Serikat juga merupakan contoh negara yang menganut
mekanisme pemisahan kekuasaan. Berbeda dengan mekanisme pemisahan
kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian kekuasaan, kekuasaan negara itu
memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan
yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa
diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama.
Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukanoleh banyak negara di
dunia, termasuk Indonesia.
Mekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian
kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan
secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.
1. Pembagian Kekuasaan Secara Horizontal
Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan
menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan
yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
secara horizontal pembagian kekuasaan negara di lakukan pada tingkatan
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Pembagian

kekuasaan

pada

tingkatan

pemerintahan

pusat

berlangsung antara lembaga-lembaga negara yang sederajat. Pembagian


kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran
setelah terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan


negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan (legislatif,
eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara, yaitu:
a. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang
mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undangundang dan penyelenggraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini
dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat
(1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa

Presiden

Republik

Indonesia

memegang

kekuasaan

pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.


c. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undangundang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang.
d. Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman, yaitu
kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24
ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara,
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
e. Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan


Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat
(1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri.
f.

Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan


melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di
Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara
memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang.
Pembagian

kekuasaan

secara

horizontal

pada

tingkatan

pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang


sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada
tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara Pemerintah
provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD provinsi. Sedangkan
pada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan berlangsung antara
Pemerintah Kabupaten/Kota (Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil
Walikota) dan DPRD kabupaten/kota.
2. Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal
Pembagian

kekuasaan

secara

vertikal

merupakan

pembagian

kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara


beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal


di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan

daerah

kabupaten/kota).

(pemerintahan

Pada

pemerintahan

provinsi
daerah

dan

pemerintahan

berlangsung

pula

pembagian kekuasaan secara vertikal yang ditentukan oleh pemerintahan


pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan
kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan
oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan.
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi
dari diterapkannya asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan
wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi
dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan
fiskal.
Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undangundang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sentralisasi, Desentralisasi,
Otonomi Daerah dan Negara Bagian
Terdapat banyak macam sistem pada negara-negara yang ada, penulis
hanya akan membahas kelebihan dan kekurangan pada masing-masing
sistem berikut ini :
1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sentralisasi
a. Segi Ekonomi
Kelebihannya, perekonomian lebih terarah dan teratur karena
pada sistem ini hanya pusat saja yang mengatur perekonomian.
Kekurangannya, daerah seolah-olah hanya dijadikan sapi perahan
saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya
masing- masing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada
Pemerintah Pusat.
b. Segi Sosial Budaya

Kelebihannya, perbedaan-perbadaan kebudayaan yang dimiliki


bangsa Indonesia dapat dipersatukan.Sehingga, setiap daerah
tidak saling menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih
menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki
bangsa Indonesia.
Kekurangannya, pemerintah

pusat

begitu

dominan

dalam

menggerakkan seluruh aktivitas negara, sehingga menghilangkan


eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintah lokal yang memiliki
keunikan dinamika sosial budaya tersendiri. Dalam jangka
panjang akan mengakibatkan ketergantungan pada pemerintah
pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan inisiatif lokal
untuk membangun lokalitasnya.
c. Segi Politik
Kelebihannya, pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada
permasalahan

yang

timbul

akibat

perbedaan

pengambilan

keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir


seluruhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga keputusan yang
dihasilkan dapat terlaksana secara maksimal karena pemerintah
daerah hanya menerima saja.
Kekurangannya, terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena
hanya terus bergantung pada keputusan yang diberikan pusat.
Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk mengasilkan suatu
keputusan memakan waktu yang lama dan menyebabkan realisasi
dari keeputusan tersebut terhambat.
d. Segi Keamanan
Kelebihannya,keamanan lebih terjamin, jarang terjadi konflik
antar daerah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan
nasional.
Kekurangannya, menonjolnya organisasi-organisasi kemiliteran.
Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak
yang lebih daripada organisasi lain.
2. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Desentralisasi
a. Segi Ekonomi
Kelebihannya, pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola
sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila
sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal

maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan


meningkat.
Kekurangannya, penerapan sistem ini membukan peluang yang
sebesar-besarnya bagi pejabat daerah (pejabat yang tidak benar)
untuk melalukan praktek KKN.
b. Segi Sosial Budaya
Kelebihannya, akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu
daerah.
Kekurangannya, masing- masing daerah berlomba-lomba untuk
menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara
tidak langsung ikut melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia itu sendiri.
c. Segi Keamanan dan Politik
Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk
mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan
diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerahdaerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah
yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang
menyangkut NKRI).
Dibidang politik, dampak

positif

yang

didapat

melalui

desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan


yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya
campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan
pemerintah daerah lebih aktif dalam mengelola daerahnya.
Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia
yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat
kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk
mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi
karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
3. Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah
Kelebihannya :

a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.


b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang
membutuhkan tindakan yang cepat, sehingga daerah tidak perlu
menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.

c. Dalam

sistem

desentralisasi,

dpat

diadakan

pembedaan

(diferensial) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi


kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial, dapat
lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan
khusu daerah.
d. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat
merupakan

semacam

laboratorium

dalam

hal-hal

yang

berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi


seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan
diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat
dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat
lebih muda untuk diadakan.
e. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah
Pusat.
f. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan
kewenangan memutuskan yang lebuh beser kepada daerah.
g. Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat
dengan masyarakat yang dilayani.
Kekurangannya :

a. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur


pemerintahan bertambah kompleks, yang mempersulit koordinasi.
b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam
kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu.
c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong
timbulnya apa yang disebut daerahisme atau provinsialisme.
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena
memerlukan perundingan yang bertele-tele.
e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih
banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas
dan kesederhanaan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Negara Bagian


Kekurangannya :

10

a. Setiap Negara bagian berstatus tidak berdaulat, dengan tidak


berdaulatnya tersebut, Negara bagian dapat memisahkan diri dari
Negara gabungannya
b. Pemerintah pusat memperoleh kedaulatan dari Negara-negara
bagian untuk urusan kedalam maupun urusan keluar.
c. Setiap Negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, sehingga
didalam Negara serikat tersebut akan banyak terdapat peraturan
atau UU (undamg-undang).
d. Kepala Negara memiliki hak veto (pembuat keputusan) dalam
kaitan ini kepala Negara memiliki kedudukan tertinggi terhadap
rakyat maupun daerahnya, sehingga cendrung mencerminkan
pemerintahan yang otoriter.
Kelebihannya :
a. Negara bagian akan secara langsung menyerahkan urusannya
kepada pemerintah federal.
b. Urusan mengenai keuangan, pertahanan negara diserahkan
kepemerintahan pusat atau federal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia jelas
dipengaruhi oleh ajaran Trias Politica yang bertujuan untuk memberantas
tindakan sewenang-wenang penguasa dan untuk menjamin kebebasan rakyat.
Undang-Undang Dasar 1945 menganut ajaran Trias Politica karena memang
dalam UUD 1945 kekuasaan negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing

11

kekuasaan negara terdiri dari Badan Legislatif, yaitu badan yang bertugas
membentuk Undang-undang, Badan Eksekutif yaitu badan yang bertugas
melaksanakan undang-undang, Badan Yudikatif, yaitu badan yang bertugas
mengawasi pelaksanaan undang-undang, memeriksa dan megadilinya.
Lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri
sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam
menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga negara tidak terlepas
atau terpisah secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan
bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin pemisahan kekuasaan, dengan
perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan
menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur di dalamnya
serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada.

B. Saran
Berdasarkan bahasan pada paparan tersebut, adapun saran terhadap
keuntungan dan kekurangan sistem pembagian kekuasaan, yaitu berkaitan
dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk keberhasilan pembagian kekuasaan
adalah diperlukannya kepemimpinan yang kuat pada tingkat pertama dengan
visi yang jelas dan diperlukannya profesionalisme dalam pemerintahan serta
memerlukan solidaritas kolektif antara aparatur dengan sektor masyarakat.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

12

diperlukan untuk membangun makalah ini menjadi lebih sempurna lagi dan
dapat bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

kabeh-nuza.blogspot.com/2013/04/ilmu-negara-bentuk-negaraserta.html
http://yettihidayah.blogspot.com/2011/11/kelebihan-dan-kekuranganotonomi-daerah.html

13

pkn-ips.blogspot.com Demokrasi
click-gtg.blogspot.com/2008/11/teori-pembagian-kekuasaan.html
http://retnofajarwati.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dankekurangan-negara.html

14

Anda mungkin juga menyukai